Anda di halaman 1dari 41

DOKUMEN PENAWARAN

Sehubungan dengan tanggapan kami atas KAK maka untuk menilai peserta tender
diperlukan penilaian terhadap pengetahuan sebagai perencana dalam merespon kebutuhan
dan konsep awal dari perencanaan sebuah fasilitas yang akan dibangun, hal ini nantinya
terkait dengan kualitas ataupun pengalaman tenaga ahli yang ditawarkan. Sehingga tenaga
ahli yang diberikan tersebut memang sesuai dengan yang diharapkan oleh pemberi tugas
dan tentu saja sesuai dengan billing rate yang diberikan.
E.1. METODOLOGI DAN RENCANA KERJA
1.1.1. Pendekatan Penentuan Jenis Dokumen Lingkungan
Dalam melakukan usaha ataupun kegiatan, terdapat peraturan perundang-undangan yang
harus dipatuhi. Dalam konteks peraturan lingkungan hidup, terdapat beberapa jenis
dokumen yang harus dibuat oleh pelaku usaha dan/atau kegiatan. Inti tujuan dokumen
lingkungan adalah untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan dari dampak
yang ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan.
Dokumen Lingkungan adalah dokumen yang berisi informasi dan data mengenai suatu
usaha dan/atau kegiatan serta memuat langkah-langkah pengelolaan dan pemantauan
untuk mencegah pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan. Ada tiga jenis dokumen
Lingkungan yang disesuaikan berdasarkan skala usahanya, meliputi Dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), atau Surat Pernyataan
Pengelolaan Lingkungan (SPPL).
Pelaksanaan “Dokumen Lingkungan”, meliputi serangkaian tahapan kegiatan yang
dilakukan secara berurutan dimulai dengan penapisan tahap pelingkupan, pengumpulan
data, prakiraan serta evaluasi dampak lingkungan. Setiap tinjauan parameter lingkungan
didasarkan atas dampak lingkungan yang mungkin terjadi. Karangka pikir proses
penyusunan Dokumen Lingkungan dapat dilihat pada diagram alir Gambar E.1. berikut :

E-1
DOKUMEN PENAWARAN

Gambar E.1. Skema Penapisan Dokumen Lingkungan

1.1.2. Pendekatan Teknis


Pendekatan teknis dan metode pelaksanaan pekerjaan penyusunan dokumen lingkungan
pengembangan pusat keunggulan strategis terpadu observatorium Tahura wan abdul
rahman, sebagai berikut :
1. Persiapan Pelaksanaan
2. Survei rona lingkungan
Terdiri dari survai iklim, fisiografi, hidrologi, ruang, lahan, dan tanah.
3. Pengamatan terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat yang
dilakukan dalam wilayah studi yang berada dalam tapak pekerjaan atau di sekitarnya.
4. Inventarisasi dan identifikasi
- Potensi dan kendala yang ada pada lokasi pembangunan terdiri dari aspek teknis,
transportasi, sosial ekonomi dan lingkungan;
- Komponen-komponen lingkungan yang dapat diperkirakan akan terkena dampak
penting oleh kegiatan pra-konstruksi, konstruksi serta operasional dan pemeliharaan.
5. Melakukan uji lapangan dan atau laboratorium terkait memperoleh data untuk bahan
analisa dalam penyusunan kesimpulan masalah.
6. Telaah terhadap rencana kegiatan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam satu
kesatuan system perencanaan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat
menimbulkan dampak potensial baik dilihat dari sumber dampak, jenis dampak dan
besaran dampak terhadap lingkungan sekitarnya yakni pada :

E-2
DOKUMEN PENAWARAN

- tahap pra konstruksi;


- tahap konstruksi;
- tahap pasca-konstruksi/ operasional dan pemeliharaan.
7. Merumuskan dokumen lingkungan yang meliputi masalah atau keadaan dan hasil
survei lapangan (survai kualitas air, tanah, udara, biologi, sosekbudkesmas) dan
dokumentasi, serta kemajuan dan segala kesimpulan penting yang ditemui selama
pelaksanaan pekerjaan.
Dokumen Lingkungan ini mengacu kepada lokasi dan batasan wilayah studi.

Batas Wilayah Studi


Lingkup wilayah studi ditetapkan berdasarkan dampak penting yang akan ditimbulkan dan
sebaran dampak tahap prakonstruksi, konstruksi, dan operasi, maka wilayah studi meliputi
daerah yang dibatasi oleh batas tapak proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas
administrasi. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut :
a) Batas Tapak Proyek
Batas tapak proyek adalah ruang dimana suatu rencana kegiatan Pengerukan Kolam
dan Alur Kapal akan diadakan, dengan mempertimbangkan kegiatan prakonstruksi,
konstruksi, dan operasi.
b) Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana kegiatan menurut
media transportasi limbah (air, udara) dimana proses alami yang berlangsung di dalam
ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
c) Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu
yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses
dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat adanya rencana kegiatan. Batas sosial ini ditentukan
dengan memperhitungkan penduduk dalam wilayah mana saja yang diprakirakan akan
terkena dampak baik dari aspek fisik, ekonomi maupun dari aspek sosial budayanya,
sehingga dengan berdasarkan pertimbangan tersebut dapat ditentukan batas sosial dari
wilayah studi yang akan dikaji. Penentuan batas sosial ini tetap mengacu/tidak bisa

E-3
DOKUMEN PENAWARAN

terlepas dari batas administratif dimana penduduk yang diprakirakan akan terkena
dampak itu tinggal.
d) Batas Administratif
Batas administrasi adalah ruang dimana kegiatan “Dokumen Lingkungan”dan
masyarakat melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya atas dasar uraian
batas proyek, batas ekologis, batas sosial.

Dalam rangka “Dokumen Lingkungan”diperlukan cara untuk mengambil data


komponen-komponen lingkungan dan menganalisa data-data yang diperoleh dari
komponen tersebut. Data yang diperoleh baik berupa data primer maupun data sekunder
adalah merupakan gambaran kondisi lingkungan yang ada saat ini disekitar kegiatan di
daerah dimana kegiatan tersebut akan berlangsung. Berdasarkan atas interaksi antara
kondisi lingkungan dimana proyek tersebut akan berlangsung dan komponen-komponen
kegiatan dapat dilakukan prakiraan dampak yang akan terjadi serta cara-cara penanganan
dampak tersebut. Penanganan terhadap dampak yang terjadi dilakukan melalui pendekatan
studi Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Metode yang digunakan dalam “Dokumen Lingkungan” ditentukan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Metode yang akan digunakan meliputi :
 Metode pengumpulan dan analisa data
 Metode prakiraan dampak
 Metode evaluasi dampak

Pendekatan yang dilakukan dalam studi Penyusunan Dokumen Lingkungan mengacu pada
interaksi pada tiga komponen yaitu rencana kegiatan, rona lingkungan awal, dan peraturan
yang berlaku dipergunakan sebagai kajian dalam proses pelingkupan untuk menentukan
isu pokok yang akan dikaji dan dibahas dalam studi Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Isu pokok yang ditetapkan masih bersifat sementara dan tentunya masih dapat
berkembang setelah pengumpulan data primer dan data pengamatan lapangan secara
intensif selesai dilakukan. Isu pokok berguna untuk menuntun dan mengarahkan pola
kajian dan penelitian, sehingga studi Penyusunan Dokumen Lingkungan dapat terfokus
pada dampak penting.

E-4
DOKUMEN PENAWARAN

Tahap selanjutnya dilakukan pemilihan komponen kegiatan dan komponen lingkungan


yang akan ditelaah, lingkup wilayah studi, serta metode studi. Berdasarkan keempat
komponen tersebut, diharapkan objek dan metode studi mejadi lebih terarah. Penelitian
lapangan dilakukan untuk mendukung kajian dan analisis lebih cermat. Dari data ini
dilakukan indentifikasi, prediksi dan evaluasi dampak, yang berguna untuk mendapatkan
masukan dampak-dampak mana yang perlu dikelola sehingga sasaran akhir berupa
rencana pengelolaan dan pemantauan dampak dapat dicapai. Untuk lebih jelasnya,
pendekatan studi disajikan pada Gambar E.2.
PROYEK

Penapisan Kegiatan Wajib AMDAL


Berdasarkan PerMen LH No. 05 Tahun 2012

Kegiatan Wajib AMDAL Kegiatan Tidak


Wajib AMDAL

Penyusunan Dokumen Lingkungan


Penyusunan Kerangka Acuan
Pedoman : PerMen LH No. 16 Th 2012
Pedoman : PerMen LH No. 16 Th 2012

Tidak
Pemrakarsa mengajukan UKL-UPL atau SPPL
Komisi Penilai kepada kepala instansi lingkungan
kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan Tidak
provinsi, atau Deputi Menteri sesuai dengan
Ya kewenangannya
Surat
Keputusan/Kesepakatan
Kerangka Acuan
pemeriksaan UKL-
UPL atau
Penyusunan ANDAL, pemeriksaan SPPL
RKL, dan RPL Ya

Rekomendasi UKL-UPL/
Persetujuan SPPL
Tidak
Komisi Penilai

Ya Proyek Dilaksanakan
Keputusan Kelayakan Lingkungan
dan Diterbitkan Izin Lingkungan

Proyek Proyek Dilaksanakan


Dimodifikasi/Redesain Tidak Ya

Gambar E.2. Pendekatan Teknis Penyusunan Dokumen Lingkungan

E-5
DOKUMEN PENAWARAN

Metode yang digunakan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan “Dokumen


Lingkungan” ini meliputi : metode pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan
dampak dan metode evaluasi dampak.
1.1.3 METODOLOGI
Kegiatan yang harus dilakukan oleh Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut di
atas adalah :
 Melakukan pengumpulan data mengenai kegiatan/rencana kegiatan yang telah dan akan
dilakukan meliputi tahap pra konstruksi, konstruksi, pasca konstruksi, operasi dan
pemeliharaan.
 Melakukan pengumpulan dan analisis data Tanah, Fisik Kimia, Biologi, Sosekbud dan
Kesehatan Masyarakat yang relevan dengan daerah di sekitar Pelabuhan Luwuk baik
berupa data primer maupun data sekunder, untuk dapat menentukan rona awal
lingkungan, seperti yang tertuang di bawah ini yaitu :

Rona Lingkungan Awal


A. FISIK
1. Iklim
a. Komponen iklim meliputi tipe iklim, suhu, maksimum, minimum, rata-rata),
kelembaban curah hujan dan jumlah hari hujan, keadaan angin (arah dan kecepatan),
intensitas radiasi matahari.
b. Data periodik bencana (siklus tahunan), lima tahunan, dan sebagainya) seperti sering
terjadi angin ribut, banjir tahunan, banjir bandang di wilayah rencana usaha dan/atau
kegiatan.
c. Data yang tersedia dari stasiun meteorologi dan geofisika yang mewakili wilayah
usaha dan/atau kegiatan tersebut.
d. Kualitas udara baik pada sumber maupun daerah sekitar wilayah rencana usaha
dan/atau kegiatan.
e. Polaiklim mikro, pola penyebaran bahan pencemar udara secara umum maupun pada
kondisi cuaca terburuk.
f. Sumber kebisingan dan getaran, tingkat kebisingan serta periode kejadiannya.
g. Kajian mengenai iklim dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta yang terkait
dengan kondisi iklim di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

E-6
DOKUMEN PENAWARAN

Pengumpulan Data
Komponen iklim yang akan dikaji melalui data sekunder adalah tipe iklim, suhu udara,
curah hujan, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Sumber data sekunder berasal
dari Badan Meteorologi dan geofisika setempat.
Sedangkan untuk penentuan iklim mikro, dilakukan pengukuran beberapa parameter
bersamaan dengan pengambilan sampel udara. Parameter iklim mikro yang diukur adalah
temperatur udara, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Temperatur dan
kelembaban udara diukur dengan alat termometer dan hygrometer, sedangkan kecepatan
angin menggunakan anemometer dan arah angin menggunakan penunjuk arah.

Analisis Data
Parameter-parameter iklim seperti curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara,
kecepatan dan arah angin kemudian dikaji dan dianalisis untuk menentukan tipe iklim.
Penentuan tipe iklim di wilayah studi dan sekitarnya mengacu pada pembagian iklim
menurut Schmidt dan Ferguson. Penentuan jenis iklim tersebut berdasarkan nilai Q
(Quotient) yang perhitungannya :
Q= k/b
Dimana :
k = jumlah purata bulan kering, yaitu jumlah curah hujan < 60 mm
b = jumlah purata bulan basah, yaitu jumlah curah hujan > 100 mm

Dari nilai Q yang diperoleh, kemudian ditentukan tipe iklimnya yang dinyatakan dari iklim
A, yaitu paling basah sampai iklim H yang paling kering, dimana harga Q adalah sebagai
berikut :
A 0,000 ≤ Q < 0,143 Sangat basah
B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah
C 0.333 ≤ Q < 0,600 Agak basah
D 0,600 ≤ Q < 1,000 Agak kering
E 1,000 ≤ Q < 1,670 Kering
F 1,670 ≤ Q < 3,000 Sangat kering
G 3,000 ≤ Q < 7,000 Luar biasa kering
H 7,000 ≤ Q Luar biasa kering

E-7
DOKUMEN PENAWARAN

Lokasi
Lokasi pengumpulan data iklim yaitu untuk wilayah di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan
yang termasuk kedalam wilayah studi.

2. Fisiografi
a. Topografi bentuk lahan (morfologi), struktur geologi dan jenis tanah.
b. Indikator lingkungan yang berhubungan dengan stabilitas geologis dan stabilitas
tanah, terutama ditekankan bila terdapat gejala ketidakstabilan, dan harus diuraikan
dengan jelas dan seksama (misal: longsor tanah, gempa, sesar, kegiatan-kegiatan
vulkanis, dan sebagainya.
c. Keunikan, keistimewaan, kerawanan bentuk lahan dan batuan secara geologis.
d. Kajian mengenai fisiografi dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta yang terkait
dengan kondisi fisiografi di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

A. Batuan dan Tanah


Pengumpulan Data
Data batuan dan tanah didapatkan dari interprestasi data sekunder mengenai batuan dan
tanah berdasarkan peta geologi yang dikeluarkan oleh Pusat Survey Geologi yang diamati
langsung di lapangan dengan metode observasi pada batuan dan tanah penyusun daratan.

Analisis Data
Singkapan batuan dan tanah diamati untuk diklasifikasikan jenisnya guna dianalisis lebih
lanjut sifat batuan dan tanah, terutama secara visual. Warna, ukuran butir, porositas, jenis
fragmen batuan dan hubungannya antar lapisan batuan dan tanah diamati untuk dijadikan
data guna analisis geologi.

Lokasi
Lokasi pengumpulan data batuan dan tanah yaitu untuk wilayah di lokasi dan sekitar lokasi
kegiatan yang termasuk kedalam wilayah studi.

B. Erosi dan Sedimentasi


Pengumpulan Data

E-8
DOKUMEN PENAWARAN

Data tanah yang dikumpulkan terutama untuk analisis fisik dan kimia tanah dengan
mengacu pada analisis yang dilakukan Pusat Penelitian Tanah (PPT,1993). Jumlah sampel
pengamatan yang akan dikumpulkan ditentukan berdasarkan kerapatan sampel mewakili
kawasan berdasarkan skala peta 1: 100.000. Lokasi pengambilan sampel disesuaikan
dengan ekosistem lapangan berdasarkan kesamaan fisiografi, topografi, curah hujan,
sebaran dan jenis tanah, kelas lereng serta penutupan vegetasi.
Analisis Data
Untuk menduga tingkat kepekaan tanah terhadap erosi digunakan pendekatan indeks
erodibilitas tanah (K) (Dangler dan El-Swaify, 1976 dalam Hardjowigeno, 1994) dan jenis
tanah (Hardjowigeno, 1994). Sedangkan untuk menduga tingkat erosi tanah secara
keseluruhan digunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dari Weischmeier
dan Smith (1978) dengan formula sebagai berikut :
A= R.K.L.S.C.P
Dimana:
A = dugaan jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun)
R = indeks erosivitas hujan
K = indeks erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng
S = faktor kemiringan (slope) lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanah
P = faktor tindakan khusus konservasi tanah.

Nilai-nilai R, K, L, S, C dan P diperoleh dengan cara mempelajari keadaan wilayah melalui


peta-peta yang tersedia (peta tanah, peta tata guna lahan dan peta lainnya) serta
pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Indeks erosivitas hujan (R) dihitung
berdasarkan rumus Bols (1978) :
EI30 = 6,119 (RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAXP)0,33
Dimana:
EI30 = Erosivitas hujan tahunan, EI30 tahunan adalah jumlah EI30 bulanan
RAIN = Curah hujan rata-rata bulanan (cm)
DAYS = Jumlah hari hujan rata-rata bulanan
MAXP = Curah hujan maksimal selama 24 jam setiap bulan (cm).

E-9
DOKUMEN PENAWARAN

Data yang diperlukan untuk menghitung Indeks erosivitas hujan (R) dapat diperoleh dari
stasiun dari Stasiun Meteorologi terdekat bersamaan dengan pengumpulan data iklim.
Indeks erodibilitas tanah (K) dihitung menurut rumus Weischmeier dan Smith (1978) :
100 K = 1,292 {2,1 M1,1,4 (10-4)(12 - a) + 3,23 (b - 2) + 2,3 (c - 3)}
Dimana :
M = (% debu + % pasir sangat halus) (100 - liat)
(debu = 0,002-0,03 mm, liat < 0,002 mm; pasir sangat halus = 0,03 - 0,1 mm)
a = % bahan organik
b = kode struktur tanah
1 = granular sangat halus
2 = granular halus
3 = granular sedang – kasar
4 = blok, plat atau masif
c = kode permeabilitas
1 = cepat
2 = sedang - cepat
3 = sedang
4 = lambang - sedang
3 = lambat
6 = sangat lambat

Indeks panjang dan kemiringan lereng (L dan S) dihitung menurut Arsyad (1989) dengan
formula sebagai berikut :
LS = L0,3 (0,0138 + 0,00963 s + 0,00138 s2)
Dimana :
LS = nilai panjang dan kemiringan lereng
L = panjang lereng (m) dan s = kemiringan lereng (%)

Nilai indeks penutupan lahan (vegetasi) (C) diperoleh dari Hammer (1980) dan
Wischmeier dan Smith (1978), sedangkan indeks pengelolaan (konservasi) lahan (P)
diperoleh dari Hammer (1980). Nilai-nilai faktor C untuk vegetasi alang-alang dianggap
sama dengan 0,36 dan faktor pengelolaan lahan (P) untuk tanpa pengelolaan (nihil) dinilai
sama dengan 1.
E-10
DOKUMEN PENAWARAN

Hasil analisis tanah dan data lapangan dinilai besarnya erosi, indeks bahaya erosi (IBE)
dan toleransi tanahnya terhadap erosi. Dari penggunaan rumus USLE, akan diketahui
besaran erosi potensial yang terjadi. Untuk memperkirakan tingkat erosi tanah dikaitkan
dengan kedalaman solum tanah, digunakan kriteria dari Direktorat Jenderal Reboisasi dan
Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan (1983) Klasifikasi Tingkat Bahaya Laju Erosi
selengkapnya disajikan pada Tabel E.1.
Tabel E.1. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Dikaitkan dengan Kedalaman Solum
Tanah
Kelas Erosi
I II III IV V
Solum Tanah (cm)
Erosi (ton/ha/tahun)
< 13 13 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480
SR R S B SB
Dalam (> 90 cm)
(0) (I) (II) (III) (IV)
R S B SB SB
Sedang (60-90 cm)
(I) (II) (III) (IV) (IV)
S B SB SB SB
Dangkal (30 - 60 cm)
(II) (III) (IV) (IV) (IV)
Sangat Dangkal (< 30 B SB SB SB SB
cm) (III) (IV) (IV) (IV) (IV)
Sumber : Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan
(1983)
Keterangan : SR = Sangat Ringan, R = Ringan, S = Sedang, B = Berat, SB = Sangat
Berat
Data jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun) diinterpretasikan ke dalam indeks bahaya
erosi (IBE, erosion hazard index) dengan cara berikut.:
Erosi potensial (ton/ha/tahun) A
IBE = =
Erosi yang ditolerir (ton/ha/tahun) T

Nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia diperoleh dari Arsyad (1989), dan interpretasi nilai
IBE dilakukan menurut Hammer (1981).

E-11
DOKUMEN PENAWARAN

Tingkat sedimentasi air sungai, diduga dengan menggunakan rumus empiris sebagai
berikut :
Qs = 0.0864 x Q x C …………….……………… (Arsjad, 1980)
Dimana :
Qs = beban sedimen (ton/hari)
Q = debit sungai (m3/detik)
C = kandungan sedimentasi tersuspensi (mg/l)

Lokasi
Lokasi pengamatan erosi dan sedimentasi yaitu pada lokasi kegiatan yang termasuk ke
dalam wilayah studi.

3. Hidrologi
a. Karakteristik fisik sungai, pantai, danau/waduk, rawa, (rawa pasang surut, rawa air
tawar),
b. Rata-rata debit dekade, bulanan, tahunan,
c. Kadar sedimentasi (lumpur) dan tingkat erosi,
d. Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah
e. Fluktuasi dan potensi air tanah (dangkal dan dalam),
f. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk keperluan domestik dan
non domestik.
g. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk keperluan lainnya seperti
pertanian, industri, dan lain-lain.
h. Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air mengacu pada baku mutu dan parameter
kualitas air yang terkait dengan limbah yang akan keluar.
i. Kajian mengenai hidrologi dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta yang terkait
dengan kondisi hidrologi di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

Air Permukaan
Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan pengamatan karakteristik fisik sungai, pola drainase,
debit air sungai dan tingkat ketergantungan/ kebutuhan air sungai.

E-12
DOKUMEN PENAWARAN

Analisis Data
Pengamatan karakteristik fisik sungai dan pola drainase yang ada dilakukan dengan cara
analisis Peta Topografi yang dipadukan dengan hasil observasi di lapangan.

Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran debit air sesaat sungai terdekat dengan
Metoda Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka SK SNI M-17-1989-F
Departemen Pekerjaan Umum untuk data primer. Selain itu debit air didapat dari data
sekunder. Tujuan pengukuran debit sesaat ini adalah untuk mendapatkan gambaran debit
air saat studi. Pengukuran debit dilakukan dengan cara mengukur kecepatan aliran dengan
peKabupaten Belu . Debit dihitung dengan rumus :
Q = Σ (A x V)
Dimana :
Q = debit (m3/det)
A = luas bagian penampang basah (m2)
V = Kecepatan rata-rata pada tiap bagian penampang basah (m/det)
Kecepatan aliran dihitung dengan rumus :
1 2/3 1/2
V= R S
n
Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/det)
R = Jari-hari hidrolik (meter)
S = Kemiringan (m/m)
n = Faktor kekasaran Manning

Pengukuran Debit Air Larian


Perkiraan kenaikan air larian yang disebabkan oleh pendirian suatu bangunan di lahan
tertentu dapat dihitung dengan rumus rasional mulvaney (seyhan, 1990, hlm 238), yaitu:
Q = 0,2777 (Cr – Cp) x I x A

Dimana :
Q = Kenaikan air larian maksimum (m3/hari-hujan)
Cr = Koefisien air larian rata-rata sesudah dibangun
Cp = Koefisien air larian sebelum dibangun
I = Intensitas curah hujan maksimum rata-rata (m/hari-hujan)
E-13
DOKUMEN PENAWARAN

A = Luas daerah pengaliran (m2)

Harga Cr adalah :
Cr = (C1a + C2b + C3c + …) / (a + b + c + …)
Dimana :
C1 = Koefisien air larian untuk bangunan
a = Luas bangunan
C2 = Koefisien air larian untuk jalan
b = Luas jalan Dan seterusnya
Nilai koefisien air larian pada rumus rasional (Chow,1964: Gray, 1973).

Lokasi
Lokasi pengamatan dan pengukuran yaitu pada sungai yang ada di lokasi dan sekitar lokasi
kegiatan sebagai badan air penerima dari kegiatan yang termasuk ke dalam wilayah studi.

Kuantitas Air Tanah


Pengumpulan Data
Data hidrogeologi yang dibutuhkan dalam studi ini berasal dari data sekunder hasil
pengukuran dalam studi-studi terdahulu yang telah terkumpul pada pihak pemrakarsa dan
atau hasil-hasil studi yang pernah dilakukan oleh Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan
di Kabupaten Banggai yang dipadukan dengan hasil observasi di lapangan.

Analisis Data
Data yang diperoleh dituangkan pada peta tematik, dianalisis dan ditampilkan (overlay),
untuk mendapatkan analisis secara akurat dan cukup lengkap.

Lokasi
Lokasi pengambilan data sekunder di Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan di Bandung
berupa peta hidrogeologi yang sebarannya yang tersingkap pada tapak proyek dan
sekitarnya yaitu pada lokasi dan sekitarnya yang termasuk ke dalam wilayah studi.

E-14
DOKUMEN PENAWARAN

Kualitas Air Tanah


Pengumpulan Data
Tinjauan terhadap aspek kualitas air tanah dilakukan dengan cara pengambilan sample
secara langsung dilapangan dan kemudian dianalisis dilaboratorium yang meliputi,
parameter fisik, kimia dan parameter bakteriorologis. Pengamatan kondisi air tanah
dilakukan terhadap sumur gali atau sumur bor dangkal. Data diperoleh dari hasil survey
lapangan, informasi penduduk dan data sekunder. Informasi penduduk dari beberapa orang
dibandingkan dengan data sekunder. Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur
penduduk di pemukiman penduduk terdekat dengan proyek sebanyak 3 (tiga) lokasi
sampel.

Analisis Data
Untuk mengetahui kondisi kualias air tanah, maka hasil analisis laboratorium sampel air
tanah dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Metode
analisis kualitas air tanah dilakukan seperti pada Tabel 5.2.

E-15
DOKUMEN PENAWARAN

Tabel E.2. Metode Analisis Kualitas Air Tanah


Baku Metode/Peralatan Metode
No Parameter Satuan
Mutu Analisis Acuan
FISIKA
Tidak Organoleptik
1 Bau - Organoleptik
Berbau
Kolorimetrik MP-F.A-
2 Warna TCU 15
Kekeruhan
Residu terlarut 1.500 Gravimetri SNI 06-
3 mg/L
(TDS) 2413-1991
Nephelometrik SNI 06-
4 Kekeruhan NTU 25
2413-1991
5 Suhu 0C 0oC Termometer Organoleptik
SNI 06-
KIMIA
2413-1991
Spektofotometer,
1 Air Rakasa mg/L 0,001
Serapan Atom
Spektrofotometrik, SNI 06-
2 Amoniak (NH3-N) mg/L
Nessler 6989.4-2004
Spektofotometer, SM 4500 - F
3 Arsen (As) mg/L 0,05
Serapan Atom D
Spektofotometer,
4 Besi (Fe) mg/L 1 SM 3111-C
Serapan Atom
Spektofotometer, SNI 06-
5 Fluorida (F) mg/L 1,5 Serapan Atom 6989.12-
2004
Spektofotometer, SNI 06-
6 Kadmium (Cd) mg/L 0,05 Serapan Atom 6989.19-
2004
Kesadahan Titrimetrik, EDTA SM 3500 -
7 mg/L 500
(CaCO3) Cr B
Titrimetrik, SM 3500 -
8 Klorida (Cl-) mg/L 600
Hg(NO3) 2 Mn D
Spektofotometer, SM 3500 -
9 6+ 0,05
Kromium (Cr ) mg/L Serapan Atom Hg C
Spektofotometer, SM 4500 -
10 Mangan (Mn) mg/L 0.5
Serapan Atom NO3E
Spektrofotometrik, SNI 06-
11 Nitrat (NO3-N) mg/L 10
Brusin 6989.9-2004
Spektrofotometrik, SNI 06-
12 Nitrit (NO2-N) mg/L 1 Sulfanilik 6989.11-
2004
Hach
13 pH - 6.5 - 9 Ph Meter Methode
8194
Spektofotometer, SNI 06-
14 Selenium (Se) mg/L 0,01 Serapan Atom 6989.43-
2005

E-16
DOKUMEN PENAWARAN

Baku Metode/Peralatan Metode


No Parameter Satuan
Mutu Analisis Acuan
Spektofotometer, SNI 06-
15 15 Serapan Atom 6989.20-
Seng (Zn) mg/L 2004
Iodometrik SNI 19-
16 0,1
Sianida (CN) mg/L 1504-1989
Titrimetrik, SNI 06-
17 -
Sisa Chlor mg/L Hg(NO3) 2 6989.6-2004
Turbidimetrik,
18 Sulfat (SO4) mg/L 400 SM 3111-C
BaCl2
MIKROBIOLOGI
jml/100 Multiple Tube
1 Coliform 50 SM 9221 B
mL Method
jml/100 Multiple Tube
0 SM 9221 E
2 E. Coli mL Method
Keterangan : Baku mutu mengacu pada Peraturan Menkes No.
416/MENKES/PER/I/1990

Lokasi
Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur penduduk terdekat dari lokasi
kegiatan sebagai rona awal sebelum ada kegiatan sebanyak 3 (tiga) lokasi sampel .

Kualitas Air Permukaan


Pengumpulan Data
Tinjauan terhadap aspek kualitas air permukaan dilakukan dengan cara pengambilan
sample secara langsung dilapangan dan kemudian dianalisis dilaboratorium yang meliputi,
parameter fisik dan kimia. Lokasi pengambilan contoh air permukaan dilakukan di sungai
sebagai badan air yang ada di sekitar rencana lokasi kegiatan.

Penentuan lokasi pengambilan sample air ditetapkan dengan pertimbangan representasi


dari sungai didasarkan pada keberadaan lokasi sumber air permukaan terdekat yang akan
dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan dan operasional yang merupakan badan air
penerima terdekat.

Analisis Data
Analsisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian laboratorium
berdasarkan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air atau menurut peraturan daerah setempat.
E-17
DOKUMEN PENAWARAN

Tabel E.3. Parameter dan Metode Analisis/Pengukuran Kualitas Air Permukaan


Baku Metode Analisis
No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Pengukuran
FISIKA
1 Kekeruhan NTU 50 Nephelometrik MP-F.A-Kekeruhan
2 Residu terlarut (TDS) mg/L 1000 Gravimetri SNI 06-2413-1991
3 Suhu oC Deviasi 3 Termometer SNI 06-2413-1991
Residu tersuspensi
4 mg/L 50 Gravimetri SNI 06-2413-1991
(TSS)
KIMIA
ANORGANIK
Amoniak Bebas (NH3- Spektrofotometrik,
1 mg/L SNI 06-2479-1991
N) Nessler
Spektofotometer, Serapan
2 Arsen (As) mg/L 0,05 SM 3500 - As
Atom
Spektofotometer, Serapan Hach Methode
3 Barium (Ba) mg/L 1
Atom 8014
Spektofotometer, Serapan SNI 06-6989.4-
4 Besi (Fe) mg/L 0,3
Atom 2004
Spektofotometer, Serapan HACH Methode
5 Boron (B) mg/L 1
Atom 8015
Fluorida (F) Spektofotometer, Serapan
6 mg/L 0,5 SM 4500 - F D
Atom
Kadmium (Cd) Spektofotometer, Serapan
7 mg/L 0,01 SM 3111-C
Atom
SNI 06-6989.19-
8 Klorida (Cl-) mg/L - Titrimetrik, Hg(NO3) 2
2004
Hach Methode
9 Klorin Bebas mg/L 0,02 Titrimetrik, Hg(NO3) 2
8021
Spektofotometer, Serapan Hach Methode
10 Kobalt (Co)* mg/L 0,02
Atom 8078
Spektofotometer, Serapan
11 Mangan (Mn) mg/L 0,01 SM 3500 - Mn D
Atom
12 Nikel (Ni)* mg/L Titrimetrik, K2Cr207 SNI 19-1419-1989
Spektrofotometrik,
13 Nitrat (NO3 -, N) mg/L 0,05 SM 4500 - NO3E
Brusin
Spektrofotometrik, SNI 06-6989.9-
14 Nitrit (NO2 -, N) mg/L 0,06
Sulfanilik 2004
SNI 06-6989.11-
15 Ph - 6-9 Ph Meter
2004

E-18
DOKUMEN PENAWARAN

Baku Metode Analisis


No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Pengukuran
Spektofotometer, Serapan SNI 06-6989.43-
16 Seng (Zn) mg/L 0,05
Atom 2005
SNI 06-6989.20-
17 Sulfat (SO4-2) mg/L 400 Turbidimetrik, BaCl2
2004
18 Sulfida (H2S) mg/L Spektrofotometrik, SnCl2 SNI 19-1664-1989
19 Sianida (CN) mg/L 0,02 Iodometrik SNI 19-1504-1989
Spektofotometer, Serapan SNI 06-6989.6-
20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02
Atom 2004
Spektofotometer, Serapan
21 Timbal (Pb)* mg/L 0,03 SM 3111-C
Atom
KIMIA ORGANIK
Iodometrik, Metode
1 BOD mg/L 2 SNI 06-2503-1991
Winkler
SNI 06-6989.2-
2 COD mg/L 10 Titrimetrik, K2Cr207
2004
3 Detergen (MBAS) mg/L 6,32 Titrimetrik, EDTA SNI 06-2476-1991
5 Minyak & Lemak mg/L <1 Titrimetrik EDTA SNI 06-2502-1991
Iodometrik, Metode
6 Oksigen Terlarut mg/L 6 Potensiometri
Winkler
Keterangan :
- PP. RI. No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian
Pencemaran Air
- KepMenLH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan
dan
- Pengambilan contoh air permukaan

4. Ruang, Lahan, dan Tanah


a. Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya pada saat rencana usaha atau
kegiatan diajukan dan kemungkinan potensi pengembangannya dimasa datang.
b. Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, rencana tata guna tanah, dan
sumber daya alam lainnya yang secara resmi atau belum resmi disusun oleh
pemerintah setempat baik ditingkat kabupaten, propinsi atau nasional di wilayah
rencana usaha atau kegiatan.
c. Kemungkinan adanya konflik atau pembatasan yang timbul antara rencana tata guna
tanah dan sumber daya alam lainnya yang sekarang berlaku dengan adanya
pemilikan/ penentuan lokasi bagi rencana usaha atau kegiatan.
E-19
DOKUMEN PENAWARAN

d. Inventarisasi nilai estetika dan keindahan bentang alam serta daerah rekreasi yang
ada di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.
e. Kajian mengenai ruang, lahan, dan tanah dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta
yang terkait dengan kondisi ruang, lahan, dan tanah di wilayah rencana usaha
dan/atau kegiatan dan sekitarnya.
 Peta-peta yang mendukung analisis rona lingkungan awal menyajikan :
1. Ruang lingkup pada seluruh area yang terdampak akibat adanya rencana usaha
dan/atau kegiatan (contoh: DAS terdampak harus digambarkan dari hulu hingga
hilir).
2. Penggambaran sesuai dengan kaidah kartografis.
3. Pencetakan pada kertas minimal A3.
4. Apabila skala peta telalu kecil atau tampilan rumit pada wilayah rencana usaha
dan/atau kegiatan, maka dapat dibuat indeks petanya dengan skala yang lebih
besar.

Pengumpulan Data
Dalam studi Ruang dan Lahan, hasil pengamatan lapangan dibandingkan dengan
informasi yang diperoleh dari interpretasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/
Kabupaten, penggunaan lahan, kemampuan lahan serta fasilitas dan jaringan prasarana
transportasi, untuk dikembangkan dalam memprediksi kemungkinan pemanfaatan ruang
dan lahan.

Anaisis Data
Dalam studi ruang dan lahan, hasil pengamatan lapangan dibandingkan dengan informasi
yang diperoleh dari interpretasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/ Kabupaten,
penggunaan lahan, kemampuan lahan serta fasilitas dan jaringan prasarana transportasi,
untuk dikembangkan dalam memprediksi kemungkinan pemanfaatan ruang dan lahan.

Lokasi
Pengambilan data dilakukan pada lokasi yang telah ditetapkan sesuai batas proyek, batas
ekologis, batas sosial, dan batas administrasi.

E-20
DOKUMEN PENAWARAN

B. KUALITAS AIR
1. Umum
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan bidang pengairan, telah disusun standar-standar
dalam baku mutu sesuai dengan ketentuan-ketentuan dewan standardisasi nasional
(DSN) yang terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
- Tata cara pelaksanaan pekerjaan
- Spesifikasi
- Metode Pengujian
- Parameter Kualitas Air Sesuai Keperutukannya
Untuk mendapatkan sampel air yang baik dan refresentatif diperlukan beberapa
persyaratan antara lain :
- Pemilihan lokasi yang tepat
- metode pengawetan sampel yang tepat
- metode pengambilan sampel yang memenuhi syarat

Besarnya kadar unsur-unsur yang dianalisis dari suatu sampel yang diambil seharusnya
sama dengan kadar unsur-unsur tersebut didalam sumber air pada waktu sampling,
keadaan itu dapat dicapai apabila persyaratan tersebut diatas dipenuhi. Sistem
pengambilan sampel air memegang peranan sangat penting dalam pemantauan kualitas
air. Ketelitian pengujian dan ketepatan sistem pengambilan sampel air akan
mempengaruhi data hasil pengujian. Bila terdapat kesalahan dalam pengambilan sampel
air, maka sampel yang diambil tidak representative sehingga ketelitian dan teknik
peralatan yang baik akan terbuang percuma. Selain itu dikhawatirkan kesimpulan yang
diambil juga akan salah.

2. Perencanaan Lokasi Pengambilan Sampel


a. Pertimbangan Kegunaan Data
Hal yang penting dalam perencanaan sistem pemantauan kualitas air adalah
pengumpulan data mengenai keadaan lingkungan daerah pengaliran sungai serta
karakteristik dan pemanfaatan sumber air. Dalam penentuan lokasi sampling, perlu
E-21
DOKUMEN PENAWARAN

diketahui kegunaan data kualitas air yang akan dipantau. Kegunaan data dapat terbagi
dalam dua tujuan yaitu meliputi perencanaan dan penelitian, serta pengawasan yang
dapat diuraikan sebagai berikut :

Perencanaan dan Penelitian


Data kualitas air yang dapat digunakan untuk perencanaan dan penelitian diperoleh dari
lokasi pengambilan sampel yang sesuai dengan tujuan pengembangan dan penelitian
tersebut yang antara lain meliputi :
- Sumber informasi mengenai potensi kualitas air yang tersedia untuk keperluan
pengembangan sumber daya air pada saat ini dan masa yang akan datang.
- Penyelidikan dan pengkajian pengaruh lingkungan terhadap kualitas air dan
pencemaran air.

Pengawasan Kualitas Air


Dalam penentuan lokasi untuk tujuan pengawasan kualitas air perlu dipertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
- Perlindungan terhadap pemakai air.
- Pengawasan terjadinya kasus pencemaran di suatu daerah tertentu.
- Perlindungan beban pencemaran yang dibuang melalui sungai ke laut.

b. Pertimbangan Pemanfaatan Sumber Air


Pemilihan lokasi sampel banyak dipengaruhi oleh bermacam-macam kepentingan
pemanfaatan sumber air tersebut. Pemanfaatan sumber air dihilir sungai lebih besar
resiko pencemarannya dibandingkan dengan pemanfaatan yang sama di lokasi hulu,
sehingga diperlukan pengawasan kualitas air yang lebih intensif dilokasi tersebut.
Demikian pula halnya air tanah yang berlokasi dekat dengan industri. Selain itu
pemanfaatan sumber air sebagai sarana transportasi bahan kimia untuk pertanian
ataupun pengawet kayu mempunyai resiko pencemaran yang lebih besar daripada
sumber air yang tidak digunakan sebagai alat transportasi sehingga diperlukan
pemantauan kualitas air.

c. Lokasi Pengambilan Sampel

E-22
DOKUMEN PENAWARAN

Penentuan lokasi pengambilan sampel air pada air permukaan yang berasal dari daerah
pengaliran sungai dan danau/waduk yang dimanfaatkan secara luas dan mempunyai
potensi pencemaran yang tinggi. Lokasi pengambilan sampel pada suatu DPS,
danau/waduk perlu ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat diketahui kualitas air
secara alamiah dan perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
 Lokasi pengambilan sampel air dilakukan pada 5 (lima) lokasi harus mewakili area-
area sebagai berikut :
1. Sumber air alamiah, yaitu lokasi dihulu sungai yang belum mengalami perubahan
oleh kegiatan manusia.
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan
atau tercemar, atau setelah melalui suatu daerah pemukiman, industri, pertanian,
dan kegiatan Pekerjaan.
3. Sumber air yang dimanfaatkan, untuk perlindungan terhadap pemakai sumber air
diperlukan pula lokasi pengukuran pada setiap pemanfaatan sumber air antara lain
sumber air minum, industri, irigasi, perikanan, rekreasi dan lain-lain.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap
sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.

d. Prosedur Pengambilan Sampel Air


Prosedur pengambilan sampel air pada lokasi kegiatan mengikuti Prosedur dan Instruksi
Kerja Pengambilan Contoh Uji dalam Rangka Pemantauan Kualitas Air Nomor
QA/HDR/05/2009 yang dikeluarkan oleh Kementerian PU Direktorat Jenderal SDA.

3. Parameter Uji
Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, menetapkan kriteria mutu air yang terbagi atas empat (4)
klasifikasi mutu air sebagai berikut:
a. Kelas Satu (I): Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku, air minum
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b. Kelas Dua (II): Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar peternakan, air untuk mengairi

E-23
DOKUMEN PENAWARAN

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mepersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas Tiga (III): Air yang peruntukan dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas Empat (IV): Air yang peruntukan dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan yang lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
 Pengujian sampel air diuji pada parameter-parameter yang disesuaikan dengan kelas
mutu air berdasarkan usaha dan/atau kegiatan terkait.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap
sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Baku mutu air mengacu pada Perda Kaltim Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.

C. KUALITAS UDARA DAN TINGKAT KEBISINGAN


Data kualitas udara dan kebisingan merupaka data primer, sehingga pengumpulan datanya
dilakukan dengan cara pengukuran langsung dilapangan, kemudian diolah dan dianalisis
dilaboratorium. Parameter yang diukur di lokasi usaha dan/atau kegiatan meliputi SO2,
CO, NOx, Ox, Debu, Pb, H2S, NH3, HC. Pengambilan sampel kualitas udara dan tingkat
kebisingan dilakukan di 5 (lima) lokasi yang harus mewakili area-area sebagai berikut,
yaitu :
a. Daerah alami, yaitu lokasi sebelum/diluar yang belum mengalami perubahan oleh
kegiatan manusia.
b. Lokasi kegiatan konstruksi, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami rencana
usaha dan/atau kegiatan.
c. Lokasi pemukiman penduduk.
 Parameter lainnya dapat ditambahkan apabila dianggap perlu dan berhubungan
langsung dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan penyebaran yang merata di
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.

E-24
DOKUMEN PENAWARAN

 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap sampel
dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Baku mutu udara mengacu pada PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.

D. KUALITAS TANAH
Aspek-aspek yang dipelajari dalam hubungannya dengan komponen tanah meliputi sifat,
kimia tanah, tingkat bahaya erosi dan sedimentasi. Sifat fisik tanah yang dianalisi adalah
tekstur tanah, struktur tanah, porositas, warna tanah, permeabilitas, konsistensi. Sedangkan
sifat kimia tanah yang dianalisis adalah reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation, bahan
organic, tanah, kejenuhan basa, nitrogen, fosfor, kalium, C/N Ratio, basa-basa dapat
dipertukarkan (Ca, Mg, K, dan Na), kejenuhan alumunium (Al), pirit, status kesuburan
tanah, erosi tanah. Parameter lainya dapat ditambahkan apabila dianggap perlu dan
berhubungan langsung dengan jenis kegiatan terkait.
 Pengambilan sampel tanah sebanyak 5 titik pada lokasi yang harus mewakili area-area
kegiatan kontruksi.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.

E. BIOLOGI
1. Flora
a. Peta zona biogeoklimatik dari vegetasi alami yang meliputi tipe vegetasi, sifat-sifat
dan kerawanan berada dalam wilayah rencana usaha atau kegiatan.
b. Uraian tentang jenis-jenis vegetasi dan ekosistem yang dilindungi undang-undang
yang berada dalam wilayah rencana usaha atau kegiatan.
c. Uraian tentang keunikan dari vegetasi dan ekosistemnya yang berada pada wilayah
rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data aspek biologi (hayati) dilakukan dengan cara sampling yang didasarkan
pada beberapa komunitas sesuai dengan tipe habitatnya. Inventarisasi vegetasi dan satwa
liar dilakukan pada komunitas binaan (daerah pertanian), sedangkan pencacahan dilakukan
E-25
DOKUMEN PENAWARAN

pada komunitas alami (hutan sekunder) pada dua garis transek sepanjang 1000 m.
Parameter dan metode pengumpulan data biologi selengkapnya disajikan pada Tabel 5.4.

Pengumpulan data flora (vegetasi) dilakukan melalui inventarisasi tanaman dilapangan


baik secara langsung, wawancara, data dari instansi terkait maupun dengan metode jelajah.
Pengambilan contoh vegetasi dilakukan pada lokasi di sekitar tapak proyek. Pengambilan
contoh vegetasi dilakukan pada 3 petak contoh transek yang memotong tegak lurus kontur
dengan jarak antar transek adalah 100 meter.
Tabel 5.4. Parameter dan Metode Pengumpulan Data Biologi (Flora dan Fauna)
Pedoman Pengumpulan Data Primer
No. Data Komponen Data Sekunder
Teknik Lokasi
Lingkungan
I. Flora terrestrial
1.1 Alam Inventarisasi Di dalam dan Dinas Pertanian
a. Komposisi jenis atau di luar
b. Kerapatan proyek
(wilayah
1.2 Kawasan Budidaya Inventarisasi studi) Dinas Pertanian
(kebun/tegal/ pekarangan)
a. Komposisi jenis
b. Kerapatan

Fauna Daratan
II. 1. Pola migrasi Inventarisasi 1. Balai Sumber
2. Jenis langka dengan metoda Di dalam dan Daya Alam
random atau di luar 2. Penduduk
Biota Perairan proyek setempat
III Ikan (wilayah
A. Benthos dan Plankton studi)
B. 1. Kompoisis Jenis
2. Kepadatan
3. Jenis langka Di dalam dan
dilindungi atau di luar
4. Habitat proyek
(wilayah
studi)

Analisis Data
Analisis jenis flora (vegetasi) dilakukan untuk mengetahui keberadaan jenis tanaman
baik yang bersifat ekonomis, langka maupun yang dilindungi undang-undang di
Indonesia. Rumus-rumus yang digunakan dalam analisis vegetasi dengan metode garis

E-26
DOKUMEN PENAWARAN

berpetak adalah Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974: Cox, 1973; Mechael, 1983;
Soeranegara dan Indrawan, 1983, dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah individu suatu jenis


Kerapatan (batang/ha) = Luas seluruh plot

Kerapatan suatu jenis x 100%


Kerapatan Nisbi (%) = Kerapatan seluruh jenis

Basal area suatu jenis


Dominasi (m²/ha) = Luas seluruh jeni
Dominasi suatu jenis x 100%
Dominsi Nisbi (%) = Dominasi seluruh jenis

Jumlah peta terisi suatu jenis


Frekuensi = Jumlah seluruh petak
Frekuensi suatu jenis x 100%
Frekuensi Nisbi (%) = Frekuensi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting = KN + FN + DON

Dimana :
KN = Kerapatan Nisbi.
FN = Frekuensi Nisbi.
DON = Dominasi Nisbi.

Khusus untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan formula :
Indeks Nilai Penting = KN + FN
Dimana :
KN = Kerapatan,
FN = Frekuensi Nisbi.

Lokasi
Lokasi pengamatan flora darat dilakukan pada beberapa titik pengamatan yang termasuk ke
dalam wilayah studi dan sekitarnya.

E-27
DOKUMEN PENAWARAN

2. Fauna
a. Taksiran kelimpahan dan keragaman fauna, habitat, penyebaran, pola migrasi,
populasi hewan budidaya (ternak) serta satwa dan habitatnya yang dilindungi
undang-undang dalam wilayah rencana usaha atau kegiatan.
b. Taksiran penyebaran dan kepadatan populasi hewan invertebrata yang dianggap
penting karena memiliki peranan dan potensi sebagai bahan makanan, atau sumber
hama dan penyakit.
c. Perikehidupan hewan penting diatas, termasuk cara perkembangbiakan, siklus dan
neraca hidupnya, cara pemijahan, cara bertelur dan beranak, cara memelihara
anaknya, perilaku dalam daerah dan teritorialnya.
 Vegetasi, parameter yang diamati di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan adalah
jenis dan keanekaragaman, kerapatan, dominasi, dan frekuensi.
 Fauna darat, parameter yang diamati jenis dan keanekaragaman, jenis satwa liar,
langka, dan atau dilindungi.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan penyebaran yang merata
di lokasi kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap
sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.

Pengambilan Sampel Air Untuk Pengujian Parameter Biota Perairan (Plankton, Benthos,
Nekton)
Parameter biota perairan merupakan parameter yang penting dalam penentuan kualitas air,
karena kualitas air berdampak langsung terhadap kehidupan organisme akuatik. Adanya
perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh limbah maka akan mengubah komposisi
organisme akuatik. Lokasi pengambilan sampel parameter biologi sebaiknya tidak jauh
dari lokasi pengambilan sampel air untuk pemeriksaan fisik dan kimia agar korelasinya
mudah didapatkan.

Pemilihan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan kondisi perairan


(sungai dan danau) Di sungai, lokasi pengambilan sampel dipilih sebelum dan sesudah titik
masukan limbah. Bila memungkinkan pengambilan sampel dilakukan dikedua sisi sungai,
karena di sungai-sungai yang lebar tidak terjadi pengadukan air sungai secara lateral.
E-28
DOKUMEN PENAWARAN

Sedangkan sungai yang tidak terlalu besar, dimana pengadukannya cukup merata,
pengukuran populasi biota perairan dilakukan dengan pengambilan sampel secara periodek
pada tengah-tengah sungai dengan kedalaman 0,5 sampai 1 meter dari permukaan air.
 Biota perairan yang diamati jenis dan keanekaragaman plankton, benthos, nekton.
Kelimpahan plankton, benthos, kelimpahan nekton.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan penyebaran yang merata di
lokasi kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap sampel
dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.

F. KOMPONEN SOSIAL
Pengamatan terhadap aspek social, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat dilakukan
dalam wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan yang berada dalam tapak Pekerjaan atau
disekitarnya. Adapun data komponen sosial yang diambil dalam studi bersumber dari data
primer dan data sekunder. Komponen sosial yang penting untuk ditelaah diantaranya :

1. Demografi
a. Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian,
pendidikan, dan agama.
b. Tingkat kepadatan dan sebaran kepadatan penduduk.
c. Angkatan kerja produktif
d. Tingkat kelahiran
e. Tingkat kematian kasar
f. Tingkat kematian bayi
g. Pola perkembangan penduduk

2. Ekonomi
a. Kesempatan, kerja dan berusaha
b. Pola pemilikan dan penguasaan sumberdaya alam
c. Tingkat pendapatan penduduk
d. Prasarana dan sarana perekonomian (jalan, pasar, pelabuhan, perbankan, pusat
pertokoan)
e. Pola pemenfaatan sumberdaya alam.
E-29
DOKUMEN PENAWARAN

3. Budaya
a. Kepemilikan tanah (tanah pribadi, tanah adat,
b. Pranata sosial atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang tumbuh dikalangan
masyarakat.
c. Adat istiadat dan pola kebiasaan yang berlaku
d. Proses sosial (kerjasama, akomodasi, konflik) dikalangan masyarakat.
e. Akulturasi, asimilasi, dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.
f. Kelompok-kelompok dan organisasi sosial
g. Pelapisan sosial dikalangan masyarakat
h. Perubahan sosial yang tengah berlangsung dikalangan masyarakat.
i. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.

4. Kesehatan Masyarakat
a. Insidensi dan prevelensi penyakit yang terkait dengan rencana usaha atau kegiatan.
b. Sanitasi lingkungan, khususnya ketersediaan air bersih (cakupan pelayanannya).
c. Status gizi dan kecukupan pangan.
d. Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
e. Cakupan pelayanan tenaga dokter dan paramedik.

Wawancara dan pengamatan komponen sosial di lokasi kegiatan dilakukan penyebaran


kuisioner yang merata ke seluruh lokasi tersebut. Penyebaran kuisioner dilakukan
pencatatan titik koordinat.

3.3 Prakiraan Dampak Penting


Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka sasaran prakiraan
dampak penting adalah sebagai berikut :
a. Memperkirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan pada
”kondisi tanpa proyek (Rona Awal)” dan pada ”kondisi setelah ada proyek (Rona
Proyek )”
b. Memberikan indikasi tentang arti pentingnya perubahan tersebut dengan mengacu
kriteria penentuan dampak penting sebagaimana tertera dalam Undang – Undang

E-30
DOKUMEN PENAWARAN

Republik Indonesia No. 32 tahun 2009. Kriteria mengenai dampak penting suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;
2. Luas wilayah persebaran dampak;
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
5. Sifat kumulatif dampak;
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.
Memberi interprestasi terhadap prakiraan dampak dengan skala penilaian Sifat
pentingnya dampak baik positif maupun negatif yaitu:
Pentingnya dampak (± TP = Tidak penting, ± P = Penting)
Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun tidak
langsung.

Sasaran Prakiraan Dampak Penting


Prakiraan dampak merupakan salah satu kegiatan dalam studi AMDAL yang bertujuan
untuk menduga besarnya perubahan kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan
yang akan dilaksanakan. Besarnya perubahan kualitas lingkungan tersebut merupakan
selisih antara kualitas lingkungan sebelum adanya kegiatan dan kualitas lingkungan setelah
adanya kegiatan.
Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka sasaran prakiraan
dampak penting adalah :

a. Memprakirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan pada


"kondisi tanpa proyek (Rona Awal)" dan pada kondisi setelah ada proyek (Rona
Proyek)"
Secara sistematis besarnya perubahan terhadap lingkungan dapat digambarkan sebagai
berikut:
Dn = (Kkktn - Kto) - (Ktn - Kto)
= Kktn - Ktn
Dimana :
Dn = besarnya perubahan kualitas lingkungan setelah n tahun
Ktn = kualitas lingkungan pada saat tn

E-31
DOKUMEN PENAWARAN

Kktn = kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan pembangunan pada waktu tn


Kto = kualitas lingkungan awal
n = kurun waktu n tertentu.
b. Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun tidak
langsung, yaitu :
 Kegiatan yang berdampak langsung terhadap komponen sosial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik kimia yang selanjutnya
pada komponen biologi dan akhirnya pada komponen sosial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik kimia yang selanjutnya
pada komponen sosial
 Kegiatan yang dampaknya berantai diantara komponen sosial itu sendiri
 Kegiatan-kegiatan tersebut yang berdampak balik pada rencana kegiatan.
Besarnya perubahan lingkungan yang dianalisis mencakup keseluruhan komponen
lingkungan yaitu komponen geofisika-kimia, biologi dan sosial, ekonomi serta budaya.
Hubungan antara komponen lingkungan dan kegiatan pembangunan perlu dianalisis secara
mendalam. Pendekatan yang akan dipakai untuk menganalisis hubungan tersebut adalah
dengan pendekatan :
a. Metode formal dilakukan dengan model matematik. Berikut ini metode-metode
formal yang digunakan dalam prakiraan dampak penting :

Tabel 5.5. Metode Formal Yang Digunakan Dalam Prakiraan Dampak Penting
Komponen
No Metode Formal
Lingkungan
1 Penurunan Transportasi
kualitas udara

2QL   H 2 
C  x, z   Exp 0,5  
2 0,5 z   z  
dimana :
C(x,z) = Konsentrasi pencemar di udara ambient
(atmosfer), /m3
X = jarak antara jalan dengan receptor, m
Z = tinggi receptor di atas permukaan tanah,m

E-32
DOKUMEN PENAWARAN

Komponen
No Metode Formal
Lingkungan
Q = emission rate per unit jarak, /s.m
µ = koefisien 3,14
u = rata-rata kecepatan Angin pada sumbu x,
m/dt
H = tinggi sumber titik gas buang dari kendaraan, m
δz = koefisien Disperse vertical Gaussian, m
Sumber : Peavy et al, 1985. De Nevers, 1995. Kiely, 1998.
La Grega et al, 2001.
2 Peningkatan
Intensitas Sumber titik/diam yang bersumber dari genset:
kebisingan
LP2 = LP1 – 20 x Log (r2/r1)

Sumber garis/bergerak yang bersumber dari kegiatan


transportasi :
LP2 = LP1 – 10 x Log (r2/r1)
Dimana :
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA)
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r2 (dBA)
R1 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber
kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dan kebisingan 2
Sumber : Davis 2 Cornwell, 1998.
3. Perubahan Rumus :
kuantitas air Q = Σ (a x v)
permukaan
Q = Debit (m3/dt) rata-rata
v = kecepatan aliran rata-rata luas bagian penampang
basah (m/dt)
a = luas penampang basah (m2)

Sumber : SK SNI M-17-1989-F


E-33
DOKUMEN PENAWARAN

Komponen
No Metode Formal
Lingkungan
4. Perubahan debit
Air Larian Q = (Cp-Ca) x I x A
dimana :
Q = perubahan tata guna lahan (m3/hari
hujan)
Cp = koefisien air larian
Ca = koefisien air larian rona awal
I = Intensitas curah hujan (m/hari hujan)
A = luas daerah (m2)

Sumber : Seyhan, 1990 hlm 238.


b. Metode non formal (professional judgement)
Professional judgement yang merupakan pendugaan dampak oleh tenaga ahli
berdasarkan pengalaman dan ilmu yang dimiliki yang dikaitkan dengan fenomena
di lapangan. Cara ini dipergunakan apabila keterbatasan-keterbatasan dalam hal
data dan informasi serta kurang diketahuinya fenomena alam yang diperkirakan
terjadi. Metode non formal yang digunakan dalam prakiraan dampak penting, yaitu
:
 Kesempatan Kerja
 Kesempatan berusaha
 Kesehatan Masyarakat
 Keamanan dan Ketertiban
a. Pendekatan secara analogi merupakan prakiraan dampak dengan mencari
persamaan pola dengan kasus-kasus serupa yang telah ada.

Metode Evaluasi Dampak Penting


Setelah tahap identifikasi dan prakiraan dampak selesai dilakukan, tim penyusun AMDAL
akan mengevaluasi terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan menggunakan metode
bagan alir (flow chart) dan matrik sederhana sebagai berikut :
a. Penelusuran hubungan kausatif antara komponen kegiatan dengan komponen
lingkungan yang diduga akan terkena dampak.

E-34
DOKUMEN PENAWARAN

b. Menggambarkan dengan jelas karakteristik dampak lingkungan yang akan terkena


dampak.
c. Kesenjangan perubahan lingkungan yang diinginkan dan perubahan lingkungan
yang mungkin akan terjadi.
d. Luas persebaran masing-masing dampak, baik di dalam wilayah kajian maupun di
luar wilayah kajian.
e. Memilih alternatif pendekatan dalam rangka pengendalian dampak lingkungan baik
yang positif maupun negatif, terutama dari aspek pendekatan teknologi, ekonomi
dan institusi.
f. Berdasarkan penapisan dampak penting pada prakiraan dampak, maka diperoleh
resume dampak penting yang harus dikelola. Dalam evaluasi secara holistik, maka
dampak yang dikategorikan bersumber dari kegiatan yang sama diulas dan
dievaluasi secara bersama-sama yang disajikan dalam bentuk uraian dan bagan alir
dan matrik sederhana.

Perumusan Arah Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)


Pada hakekatnya perumusan lingkungan hidup yang dilakukan ini memiliki fungsi paling
penting dalam proses penyusunan Dokumen AMDAL, karena didalamnya memuat
berbagai upaya penanganan dampak penting serta pemantauan terhadap tingkat
keberhasilannya.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan dokumen yang memuat


pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip, pedoman atau upaya untuk mencegah,
mengendalikan dan menanggulangi dampak penting terhadap lingkungan yang bersifat
negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana
usaha atau kegiatan. Di dalam rumusan RKL tersebut secara implisit telah memilih
pendekatan yang tepat untuk pengelolaan dampak penting tertentu.
Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan mencakup kelompok aktivitas:
a. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak
negatif terhadap lingkungan.
b. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimalisasi, atau
mengendalikan dampak negatif baik yang timbul di saat kegiatan beroperasi, maupun
hingga saat kegiatan berakhir.

E-35
DOKUMEN PENAWARAN

c. Pengelolaan yang bersifat meningkatkan dampak positif, sehingga dampak tersebut


dapat memberikan manfaat lebih besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain
terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut.
d. Pengelolaan lingkungan yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan
sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih,
hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat
kegiatan.

Untuk maksud pengelolaan lingkungan tersebut di atas, maka pengelolaan lingkungan


yang akan dilakukan dengan pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi budaya dan
pendekatan institusional, baik secara bersama-sama ataupun terpisah.
a. Pendekatan teknologi merupakan tata cara atau usaha-usaha yang secara teknis dapat
dilaksanakan untuk menanggulangi, meminimalkan atau mencegah dampak negatif
yang timbul. Selain itu juga untuk mengembangkan dampak positif dari kegiatan.
b. Pendekatan sosial ekonomi budaya merupakan usaha yang melibatkan Pemerintah
Daerah dan instansi-instansi terkait dalam menangani dampak penting yang
ditimbulkan oleh kegiatan. Dengan pendekatan ini pemrakarsa atau pengelola kegiatan
dapat melakukan penanganan dampak kegiatan secara wajar dan secara ekonomis tidak
terlalu membebani.
c. Pendekatan institusional merupakan usaha koordinasi dan kerjasama dengan berbagai
instansi yan terkait dalam penanganan dampak dari kegiatan, sehingga penanganan
dampak dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) disusun berdasarkan jenis kegiatan


yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. Rumusan tersebut mencakup
sumber dampak, tolok ukur dampak, tujuan pengelolaan lingkungan, upaya pengelolaan
lingkungan, lokasi dan periode pengelolaan lingkungan, serta instansi pengelolaan
lingkungan baik sebagai pelaksana, pengawas maupun penerima laporan pengelolaan.

Sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bersifat konsisten dan mempunyai


keterkaitan langsung dengan hal-hal yang dikemukakan dalam laporan ANDAL dan RKL,
baik lingkup kegiatan maupun kedalamannya. Kegiatan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL) dapat digunakan untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada berbagai
E-36
DOKUMEN PENAWARAN

tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk memahami ”perilaku” dampak yang timbul
akibat kegiatan).

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) disusun untuk memantau pelaksanaan


kegiatan pengelolaan lingkungan dan untuk memantau seberapa jauh tingkat keberhasilan
pengelolaan lingkungan akibat terkena dampak penting dari kegiatan, khususnya dampak
negatif.

Sebagaimana perumusan RKL, perumusan RPL juga disusun berdasarkan jenis kegiatan
yang menimbulkan dampak penting. Dengan demikian rumusan RPL tersebut secara
keseluruhan mencakup parameter lingkungan yang dipantau, tujuan pemantauan, metode
dan cara pemantauan, lokasi, waktu dan frekuensi pemantauan, serta instansi pemantauan
lingkungan baik sebagai pelaksana, pengawas maupun penerima laporan pemantauan
lingkungan.

Dokumen RKL diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengelolaan


lingkungan rencana pembangunan terminal bandara guna meminimalkan dampak negatif
penting dan mengembangkan dampak positif penting yang diperkirakan akan timbul,
sehingga rencana kegiatan tersebut dapat berkelanjutan/ sustainable.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka dalam suatu dokumen RKL akan memuat
informasi dan ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan yang meliputi:
a. Jenis kegiatan yang menjadi sumber dampak penting.
b. Komponen lingkungan yang terkena dampak
c. Tolok ukur dampak
d. Tujuan pengelolaan lingkungan
e. Beberapa altematif penanggulangan dan pencegahan dampak negatif serta
pengembagan dampak positif
f. Lokasi pengelolaan lingkungan
g. Periode pengelolaan lingkungan
h. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi dan menerima
pelaporan dari pengelolaan lingkungan tersebut.

E-37
DOKUMEN PENAWARAN

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ditulis dalam bentuk uraian dan ikhtisarnya akan
dimuat dalam matrik RKL dan disertai penjelasan singkat sehingga pelaksana RKL dapat
melaksanakannya secara mudah.

Perumusan Arah Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)


Sebagai tindak lanjut pelaksanaan pengelolaan lingkungan, akan disusun Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) yang dituangkan dalam dokumen terpisah.
Tujuan utama dari penyusunan dokumen RPL adalah sebagai pedoman untuk pelaksanaan
pemantauan lingkungan, sehingga dapat dijamin bahwa rencana pengelolaan dampak
lingkungan yang tertuang dalam dokumen RKL dapat terlaksana secara efektif sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan. Namun demikian, apabila dalam pelaksanaannya
terdeteksi perubahan-perubahan terhadap komponen/ parameter lingkungan tertentu yang
tidak terduga sebelumnya, maka dapat segera terdeteksi untuk selanjutnya dijadikan
sebagai bahan masukan dalam upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang direncanakan
pada tahap-tahap kegiatan selanjutnya.
Dalam dokumen RPL berisikan informasi dan ketentuan mengenai pemantauan
lingkungan. Seperti halnya pada dokumen RKL, maka dalam dokumen RPL akan terdiri
dari uraian yang ikhtisarnya akan dikemas dalam bentuk matrik RPL yang menjelaskan
secara sistematis langkah-langkah pelaksanaan RPL yang direncanakan, yang meliputi :
a. Jenis dan sumber dampak yang dipantau;
b. Parameter lingkungan yang dipantau,
c. Tujuan pemantauan lingkungan,
d. Lokasi pemantauan lingkungan,
e. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan,
f. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi dan menerima
pelaporan dari hasil kegiatan pemantauan tersebut.

E.2 PROGRAM KERJA


Program Kerja yang disusun ini merupakan penjabaran secara rinci dan lebih konkret
terhadap lingkup kerja konsultan dalam pelaksanaan di lapangan. Secara garis besar
program pelaksanaan pekerjaan ini mengacu pada pendekatan dan metodologi yang telah
dipaparkan sebelumnya. Program Kerja ini bersifat tentatif, tidak menutup kemungkinan
adanya penyesuaian atau perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi aktual yang

E-38
DOKUMEN PENAWARAN

ditemui selama pelaksanaan pekerjaan. Program kerja yang lebih mendetail akan diajukan
konsultan setelah terbitnya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), dimana pada saat itu
konsultan sudah mendapatkan data-data awal yang lebih lengkap, sehingga dapat disusun
rencana kerja yang lebih terperinci.

Pekerjaan ini adalah merupakan kegiatan yang terpadu. Terpadu di sini berarti bahwa
diperlukan tinjauan yang integral dari berbagai disiplin ilmu yang saling mendukung dan
melengkapi. Sedangkan, terkait dimaksudkan hasil proses pada suatu tahap akan sangat
mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya. Untuk maksud tersebut di atas diperlukan
suatu program kerja yang baik untuk dapat memperoleh hasil yang baik pula.

E.3 ORGANISASI DAN PERSONIL


Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan terkoordinir dengan baik, sinergi dan
tepat waktu, maka dibentuk suatu struktur organisasi. Struktur organisasi ini menjadi salah
satu unsur pendekatan teknis di dalam pelaksanaan pekerjaan serta tercapainya tujuan
pekerjaan sebagaimana dituangkan di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)/ dokumen
seleksi. Adapun struktur organisasi pelaksana paket pekerjaan ini dapat dilihat pada
gambar di bawah.
Struktur organisasi ditetapkan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi materi serta serta tanggung jawab masing-masing tenaga ahli. Struktur organisasi
ini memberikan arahan dan pembagian tugas dan fungsi dari masing-masing tenaga ahli.
Penyusunan struktur organisasi dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
 Lingkup pekerjaan yang tidak terlalu luas (proporsional) sehingga pekerjaan
menjadi jelas dan terfokuskan
 Lingkup pekerjaan yang mempunyai aktivitas sejenis dikelompokkan menjadi satu
 Penentuan garis komando dan koorDinasi yang jelas
Team Leader melakukan koordinasi terhadap seluruh anggota tim dalam pelaksanaan
pekerjaan dari hari ke harinya. Seluruh anggota tim mempunyai tugas dan tanggung jawab
agar dapat melaksanakan pekerjaan sebagaimana dituangkan di dalam Kerangka Acuan
Kerja (KAK). Tugas dan tanggung jawab ini diberikan sepenuhnya kepada seluruh
anggota tim, sesuai dengan spesialisasinya, dengan arahan dari pimpinan proyek dan ketua
tim sebagai wakil dari perusahaan, agar pekerjaan dapat berjalan efektif dan efisien.
E-39
DOKUMEN PENAWARAN

Organisasi Tim Pelaksana ini dibentuk dengan tujuan agar pekerjaan dapat lebih
terkoorDinasikan dengan baik. Oleh karena itu Tim Pelaksana ini tidak berada di bawah
salah satu divisi yang ada di dalam perusahaan, melainkan secara langsung berada di
bawah koorDinasi pimpinan kegiatan. Namun demikian, seluruh pengalaman dari berbagai
divisi yang ada di dalam perusahaan akan sepenuhnya dimanfaatkan untuk keberhasilan
kegiatan.
STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pemberi Tugas

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU

DIREKTUR
PERUSAHAAN

KETUA TIM/
TEAM LEADER Nara Sumber

AHLI AHLI
TEKNIK TEKNIK SIPIL SOSIAL/EKONOMI

Tenaga Pendukung

 Surveyor
 Tenaga Administrasi
 Operator Komputer

Gambar E.3 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan


E-40

Anda mungkin juga menyukai