Sehubungan dengan tanggapan kami atas KAK maka untuk menilai peserta tender
diperlukan penilaian terhadap pengetahuan sebagai perencana dalam merespon kebutuhan
dan konsep awal dari perencanaan sebuah fasilitas yang akan dibangun, hal ini nantinya
terkait dengan kualitas ataupun pengalaman tenaga ahli yang ditawarkan. Sehingga tenaga
ahli yang diberikan tersebut memang sesuai dengan yang diharapkan oleh pemberi tugas
dan tentu saja sesuai dengan billing rate yang diberikan.
E.1. METODOLOGI DAN RENCANA KERJA
1.1.1. Pendekatan Penentuan Jenis Dokumen Lingkungan
Dalam melakukan usaha ataupun kegiatan, terdapat peraturan perundang-undangan yang
harus dipatuhi. Dalam konteks peraturan lingkungan hidup, terdapat beberapa jenis
dokumen yang harus dibuat oleh pelaku usaha dan/atau kegiatan. Inti tujuan dokumen
lingkungan adalah untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan dari dampak
yang ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan.
Dokumen Lingkungan adalah dokumen yang berisi informasi dan data mengenai suatu
usaha dan/atau kegiatan serta memuat langkah-langkah pengelolaan dan pemantauan
untuk mencegah pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan. Ada tiga jenis dokumen
Lingkungan yang disesuaikan berdasarkan skala usahanya, meliputi Dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), atau Surat Pernyataan
Pengelolaan Lingkungan (SPPL).
Pelaksanaan “Dokumen Lingkungan”, meliputi serangkaian tahapan kegiatan yang
dilakukan secara berurutan dimulai dengan penapisan tahap pelingkupan, pengumpulan
data, prakiraan serta evaluasi dampak lingkungan. Setiap tinjauan parameter lingkungan
didasarkan atas dampak lingkungan yang mungkin terjadi. Karangka pikir proses
penyusunan Dokumen Lingkungan dapat dilihat pada diagram alir Gambar E.1. berikut :
E-1
DOKUMEN PENAWARAN
E-2
DOKUMEN PENAWARAN
E-3
DOKUMEN PENAWARAN
terlepas dari batas administratif dimana penduduk yang diprakirakan akan terkena
dampak itu tinggal.
d) Batas Administratif
Batas administrasi adalah ruang dimana kegiatan “Dokumen Lingkungan”dan
masyarakat melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya atas dasar uraian
batas proyek, batas ekologis, batas sosial.
Pendekatan yang dilakukan dalam studi Penyusunan Dokumen Lingkungan mengacu pada
interaksi pada tiga komponen yaitu rencana kegiatan, rona lingkungan awal, dan peraturan
yang berlaku dipergunakan sebagai kajian dalam proses pelingkupan untuk menentukan
isu pokok yang akan dikaji dan dibahas dalam studi Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Isu pokok yang ditetapkan masih bersifat sementara dan tentunya masih dapat
berkembang setelah pengumpulan data primer dan data pengamatan lapangan secara
intensif selesai dilakukan. Isu pokok berguna untuk menuntun dan mengarahkan pola
kajian dan penelitian, sehingga studi Penyusunan Dokumen Lingkungan dapat terfokus
pada dampak penting.
E-4
DOKUMEN PENAWARAN
Tidak
Pemrakarsa mengajukan UKL-UPL atau SPPL
Komisi Penilai kepada kepala instansi lingkungan
kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan Tidak
provinsi, atau Deputi Menteri sesuai dengan
Ya kewenangannya
Surat
Keputusan/Kesepakatan
Kerangka Acuan
pemeriksaan UKL-
UPL atau
Penyusunan ANDAL, pemeriksaan SPPL
RKL, dan RPL Ya
Rekomendasi UKL-UPL/
Persetujuan SPPL
Tidak
Komisi Penilai
Ya Proyek Dilaksanakan
Keputusan Kelayakan Lingkungan
dan Diterbitkan Izin Lingkungan
E-5
DOKUMEN PENAWARAN
E-6
DOKUMEN PENAWARAN
Pengumpulan Data
Komponen iklim yang akan dikaji melalui data sekunder adalah tipe iklim, suhu udara,
curah hujan, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Sumber data sekunder berasal
dari Badan Meteorologi dan geofisika setempat.
Sedangkan untuk penentuan iklim mikro, dilakukan pengukuran beberapa parameter
bersamaan dengan pengambilan sampel udara. Parameter iklim mikro yang diukur adalah
temperatur udara, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Temperatur dan
kelembaban udara diukur dengan alat termometer dan hygrometer, sedangkan kecepatan
angin menggunakan anemometer dan arah angin menggunakan penunjuk arah.
Analisis Data
Parameter-parameter iklim seperti curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara,
kecepatan dan arah angin kemudian dikaji dan dianalisis untuk menentukan tipe iklim.
Penentuan tipe iklim di wilayah studi dan sekitarnya mengacu pada pembagian iklim
menurut Schmidt dan Ferguson. Penentuan jenis iklim tersebut berdasarkan nilai Q
(Quotient) yang perhitungannya :
Q= k/b
Dimana :
k = jumlah purata bulan kering, yaitu jumlah curah hujan < 60 mm
b = jumlah purata bulan basah, yaitu jumlah curah hujan > 100 mm
Dari nilai Q yang diperoleh, kemudian ditentukan tipe iklimnya yang dinyatakan dari iklim
A, yaitu paling basah sampai iklim H yang paling kering, dimana harga Q adalah sebagai
berikut :
A 0,000 ≤ Q < 0,143 Sangat basah
B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah
C 0.333 ≤ Q < 0,600 Agak basah
D 0,600 ≤ Q < 1,000 Agak kering
E 1,000 ≤ Q < 1,670 Kering
F 1,670 ≤ Q < 3,000 Sangat kering
G 3,000 ≤ Q < 7,000 Luar biasa kering
H 7,000 ≤ Q Luar biasa kering
E-7
DOKUMEN PENAWARAN
Lokasi
Lokasi pengumpulan data iklim yaitu untuk wilayah di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan
yang termasuk kedalam wilayah studi.
2. Fisiografi
a. Topografi bentuk lahan (morfologi), struktur geologi dan jenis tanah.
b. Indikator lingkungan yang berhubungan dengan stabilitas geologis dan stabilitas
tanah, terutama ditekankan bila terdapat gejala ketidakstabilan, dan harus diuraikan
dengan jelas dan seksama (misal: longsor tanah, gempa, sesar, kegiatan-kegiatan
vulkanis, dan sebagainya.
c. Keunikan, keistimewaan, kerawanan bentuk lahan dan batuan secara geologis.
d. Kajian mengenai fisiografi dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta yang terkait
dengan kondisi fisiografi di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.
Analisis Data
Singkapan batuan dan tanah diamati untuk diklasifikasikan jenisnya guna dianalisis lebih
lanjut sifat batuan dan tanah, terutama secara visual. Warna, ukuran butir, porositas, jenis
fragmen batuan dan hubungannya antar lapisan batuan dan tanah diamati untuk dijadikan
data guna analisis geologi.
Lokasi
Lokasi pengumpulan data batuan dan tanah yaitu untuk wilayah di lokasi dan sekitar lokasi
kegiatan yang termasuk kedalam wilayah studi.
E-8
DOKUMEN PENAWARAN
Data tanah yang dikumpulkan terutama untuk analisis fisik dan kimia tanah dengan
mengacu pada analisis yang dilakukan Pusat Penelitian Tanah (PPT,1993). Jumlah sampel
pengamatan yang akan dikumpulkan ditentukan berdasarkan kerapatan sampel mewakili
kawasan berdasarkan skala peta 1: 100.000. Lokasi pengambilan sampel disesuaikan
dengan ekosistem lapangan berdasarkan kesamaan fisiografi, topografi, curah hujan,
sebaran dan jenis tanah, kelas lereng serta penutupan vegetasi.
Analisis Data
Untuk menduga tingkat kepekaan tanah terhadap erosi digunakan pendekatan indeks
erodibilitas tanah (K) (Dangler dan El-Swaify, 1976 dalam Hardjowigeno, 1994) dan jenis
tanah (Hardjowigeno, 1994). Sedangkan untuk menduga tingkat erosi tanah secara
keseluruhan digunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dari Weischmeier
dan Smith (1978) dengan formula sebagai berikut :
A= R.K.L.S.C.P
Dimana:
A = dugaan jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun)
R = indeks erosivitas hujan
K = indeks erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng
S = faktor kemiringan (slope) lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanah
P = faktor tindakan khusus konservasi tanah.
E-9
DOKUMEN PENAWARAN
Data yang diperlukan untuk menghitung Indeks erosivitas hujan (R) dapat diperoleh dari
stasiun dari Stasiun Meteorologi terdekat bersamaan dengan pengumpulan data iklim.
Indeks erodibilitas tanah (K) dihitung menurut rumus Weischmeier dan Smith (1978) :
100 K = 1,292 {2,1 M1,1,4 (10-4)(12 - a) + 3,23 (b - 2) + 2,3 (c - 3)}
Dimana :
M = (% debu + % pasir sangat halus) (100 - liat)
(debu = 0,002-0,03 mm, liat < 0,002 mm; pasir sangat halus = 0,03 - 0,1 mm)
a = % bahan organik
b = kode struktur tanah
1 = granular sangat halus
2 = granular halus
3 = granular sedang – kasar
4 = blok, plat atau masif
c = kode permeabilitas
1 = cepat
2 = sedang - cepat
3 = sedang
4 = lambang - sedang
3 = lambat
6 = sangat lambat
Indeks panjang dan kemiringan lereng (L dan S) dihitung menurut Arsyad (1989) dengan
formula sebagai berikut :
LS = L0,3 (0,0138 + 0,00963 s + 0,00138 s2)
Dimana :
LS = nilai panjang dan kemiringan lereng
L = panjang lereng (m) dan s = kemiringan lereng (%)
Nilai indeks penutupan lahan (vegetasi) (C) diperoleh dari Hammer (1980) dan
Wischmeier dan Smith (1978), sedangkan indeks pengelolaan (konservasi) lahan (P)
diperoleh dari Hammer (1980). Nilai-nilai faktor C untuk vegetasi alang-alang dianggap
sama dengan 0,36 dan faktor pengelolaan lahan (P) untuk tanpa pengelolaan (nihil) dinilai
sama dengan 1.
E-10
DOKUMEN PENAWARAN
Hasil analisis tanah dan data lapangan dinilai besarnya erosi, indeks bahaya erosi (IBE)
dan toleransi tanahnya terhadap erosi. Dari penggunaan rumus USLE, akan diketahui
besaran erosi potensial yang terjadi. Untuk memperkirakan tingkat erosi tanah dikaitkan
dengan kedalaman solum tanah, digunakan kriteria dari Direktorat Jenderal Reboisasi dan
Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan (1983) Klasifikasi Tingkat Bahaya Laju Erosi
selengkapnya disajikan pada Tabel E.1.
Tabel E.1. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Dikaitkan dengan Kedalaman Solum
Tanah
Kelas Erosi
I II III IV V
Solum Tanah (cm)
Erosi (ton/ha/tahun)
< 13 13 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480
SR R S B SB
Dalam (> 90 cm)
(0) (I) (II) (III) (IV)
R S B SB SB
Sedang (60-90 cm)
(I) (II) (III) (IV) (IV)
S B SB SB SB
Dangkal (30 - 60 cm)
(II) (III) (IV) (IV) (IV)
Sangat Dangkal (< 30 B SB SB SB SB
cm) (III) (IV) (IV) (IV) (IV)
Sumber : Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan
(1983)
Keterangan : SR = Sangat Ringan, R = Ringan, S = Sedang, B = Berat, SB = Sangat
Berat
Data jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun) diinterpretasikan ke dalam indeks bahaya
erosi (IBE, erosion hazard index) dengan cara berikut.:
Erosi potensial (ton/ha/tahun) A
IBE = =
Erosi yang ditolerir (ton/ha/tahun) T
Nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia diperoleh dari Arsyad (1989), dan interpretasi nilai
IBE dilakukan menurut Hammer (1981).
E-11
DOKUMEN PENAWARAN
Tingkat sedimentasi air sungai, diduga dengan menggunakan rumus empiris sebagai
berikut :
Qs = 0.0864 x Q x C …………….……………… (Arsjad, 1980)
Dimana :
Qs = beban sedimen (ton/hari)
Q = debit sungai (m3/detik)
C = kandungan sedimentasi tersuspensi (mg/l)
Lokasi
Lokasi pengamatan erosi dan sedimentasi yaitu pada lokasi kegiatan yang termasuk ke
dalam wilayah studi.
3. Hidrologi
a. Karakteristik fisik sungai, pantai, danau/waduk, rawa, (rawa pasang surut, rawa air
tawar),
b. Rata-rata debit dekade, bulanan, tahunan,
c. Kadar sedimentasi (lumpur) dan tingkat erosi,
d. Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah
e. Fluktuasi dan potensi air tanah (dangkal dan dalam),
f. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk keperluan domestik dan
non domestik.
g. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk keperluan lainnya seperti
pertanian, industri, dan lain-lain.
h. Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air mengacu pada baku mutu dan parameter
kualitas air yang terkait dengan limbah yang akan keluar.
i. Kajian mengenai hidrologi dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta yang terkait
dengan kondisi hidrologi di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.
Air Permukaan
Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan pengamatan karakteristik fisik sungai, pola drainase,
debit air sungai dan tingkat ketergantungan/ kebutuhan air sungai.
E-12
DOKUMEN PENAWARAN
Analisis Data
Pengamatan karakteristik fisik sungai dan pola drainase yang ada dilakukan dengan cara
analisis Peta Topografi yang dipadukan dengan hasil observasi di lapangan.
Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran debit air sesaat sungai terdekat dengan
Metoda Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka SK SNI M-17-1989-F
Departemen Pekerjaan Umum untuk data primer. Selain itu debit air didapat dari data
sekunder. Tujuan pengukuran debit sesaat ini adalah untuk mendapatkan gambaran debit
air saat studi. Pengukuran debit dilakukan dengan cara mengukur kecepatan aliran dengan
peKabupaten Belu . Debit dihitung dengan rumus :
Q = Σ (A x V)
Dimana :
Q = debit (m3/det)
A = luas bagian penampang basah (m2)
V = Kecepatan rata-rata pada tiap bagian penampang basah (m/det)
Kecepatan aliran dihitung dengan rumus :
1 2/3 1/2
V= R S
n
Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/det)
R = Jari-hari hidrolik (meter)
S = Kemiringan (m/m)
n = Faktor kekasaran Manning
Dimana :
Q = Kenaikan air larian maksimum (m3/hari-hujan)
Cr = Koefisien air larian rata-rata sesudah dibangun
Cp = Koefisien air larian sebelum dibangun
I = Intensitas curah hujan maksimum rata-rata (m/hari-hujan)
E-13
DOKUMEN PENAWARAN
Harga Cr adalah :
Cr = (C1a + C2b + C3c + …) / (a + b + c + …)
Dimana :
C1 = Koefisien air larian untuk bangunan
a = Luas bangunan
C2 = Koefisien air larian untuk jalan
b = Luas jalan Dan seterusnya
Nilai koefisien air larian pada rumus rasional (Chow,1964: Gray, 1973).
Lokasi
Lokasi pengamatan dan pengukuran yaitu pada sungai yang ada di lokasi dan sekitar lokasi
kegiatan sebagai badan air penerima dari kegiatan yang termasuk ke dalam wilayah studi.
Analisis Data
Data yang diperoleh dituangkan pada peta tematik, dianalisis dan ditampilkan (overlay),
untuk mendapatkan analisis secara akurat dan cukup lengkap.
Lokasi
Lokasi pengambilan data sekunder di Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan di Bandung
berupa peta hidrogeologi yang sebarannya yang tersingkap pada tapak proyek dan
sekitarnya yaitu pada lokasi dan sekitarnya yang termasuk ke dalam wilayah studi.
E-14
DOKUMEN PENAWARAN
Analisis Data
Untuk mengetahui kondisi kualias air tanah, maka hasil analisis laboratorium sampel air
tanah dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Metode
analisis kualitas air tanah dilakukan seperti pada Tabel 5.2.
E-15
DOKUMEN PENAWARAN
E-16
DOKUMEN PENAWARAN
Lokasi
Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur penduduk terdekat dari lokasi
kegiatan sebagai rona awal sebelum ada kegiatan sebanyak 3 (tiga) lokasi sampel .
Analisis Data
Analsisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian laboratorium
berdasarkan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air atau menurut peraturan daerah setempat.
E-17
DOKUMEN PENAWARAN
E-18
DOKUMEN PENAWARAN
d. Inventarisasi nilai estetika dan keindahan bentang alam serta daerah rekreasi yang
ada di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.
e. Kajian mengenai ruang, lahan, dan tanah dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta
yang terkait dengan kondisi ruang, lahan, dan tanah di wilayah rencana usaha
dan/atau kegiatan dan sekitarnya.
Peta-peta yang mendukung analisis rona lingkungan awal menyajikan :
1. Ruang lingkup pada seluruh area yang terdampak akibat adanya rencana usaha
dan/atau kegiatan (contoh: DAS terdampak harus digambarkan dari hulu hingga
hilir).
2. Penggambaran sesuai dengan kaidah kartografis.
3. Pencetakan pada kertas minimal A3.
4. Apabila skala peta telalu kecil atau tampilan rumit pada wilayah rencana usaha
dan/atau kegiatan, maka dapat dibuat indeks petanya dengan skala yang lebih
besar.
Pengumpulan Data
Dalam studi Ruang dan Lahan, hasil pengamatan lapangan dibandingkan dengan
informasi yang diperoleh dari interpretasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/
Kabupaten, penggunaan lahan, kemampuan lahan serta fasilitas dan jaringan prasarana
transportasi, untuk dikembangkan dalam memprediksi kemungkinan pemanfaatan ruang
dan lahan.
Anaisis Data
Dalam studi ruang dan lahan, hasil pengamatan lapangan dibandingkan dengan informasi
yang diperoleh dari interpretasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/ Kabupaten,
penggunaan lahan, kemampuan lahan serta fasilitas dan jaringan prasarana transportasi,
untuk dikembangkan dalam memprediksi kemungkinan pemanfaatan ruang dan lahan.
Lokasi
Pengambilan data dilakukan pada lokasi yang telah ditetapkan sesuai batas proyek, batas
ekologis, batas sosial, dan batas administrasi.
E-20
DOKUMEN PENAWARAN
B. KUALITAS AIR
1. Umum
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan bidang pengairan, telah disusun standar-standar
dalam baku mutu sesuai dengan ketentuan-ketentuan dewan standardisasi nasional
(DSN) yang terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
- Tata cara pelaksanaan pekerjaan
- Spesifikasi
- Metode Pengujian
- Parameter Kualitas Air Sesuai Keperutukannya
Untuk mendapatkan sampel air yang baik dan refresentatif diperlukan beberapa
persyaratan antara lain :
- Pemilihan lokasi yang tepat
- metode pengawetan sampel yang tepat
- metode pengambilan sampel yang memenuhi syarat
Besarnya kadar unsur-unsur yang dianalisis dari suatu sampel yang diambil seharusnya
sama dengan kadar unsur-unsur tersebut didalam sumber air pada waktu sampling,
keadaan itu dapat dicapai apabila persyaratan tersebut diatas dipenuhi. Sistem
pengambilan sampel air memegang peranan sangat penting dalam pemantauan kualitas
air. Ketelitian pengujian dan ketepatan sistem pengambilan sampel air akan
mempengaruhi data hasil pengujian. Bila terdapat kesalahan dalam pengambilan sampel
air, maka sampel yang diambil tidak representative sehingga ketelitian dan teknik
peralatan yang baik akan terbuang percuma. Selain itu dikhawatirkan kesimpulan yang
diambil juga akan salah.
diketahui kegunaan data kualitas air yang akan dipantau. Kegunaan data dapat terbagi
dalam dua tujuan yaitu meliputi perencanaan dan penelitian, serta pengawasan yang
dapat diuraikan sebagai berikut :
E-22
DOKUMEN PENAWARAN
Penentuan lokasi pengambilan sampel air pada air permukaan yang berasal dari daerah
pengaliran sungai dan danau/waduk yang dimanfaatkan secara luas dan mempunyai
potensi pencemaran yang tinggi. Lokasi pengambilan sampel pada suatu DPS,
danau/waduk perlu ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat diketahui kualitas air
secara alamiah dan perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
Lokasi pengambilan sampel air dilakukan pada 5 (lima) lokasi harus mewakili area-
area sebagai berikut :
1. Sumber air alamiah, yaitu lokasi dihulu sungai yang belum mengalami perubahan
oleh kegiatan manusia.
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan
atau tercemar, atau setelah melalui suatu daerah pemukiman, industri, pertanian,
dan kegiatan Pekerjaan.
3. Sumber air yang dimanfaatkan, untuk perlindungan terhadap pemakai sumber air
diperlukan pula lokasi pengukuran pada setiap pemanfaatan sumber air antara lain
sumber air minum, industri, irigasi, perikanan, rekreasi dan lain-lain.
Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap
sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
3. Parameter Uji
Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, menetapkan kriteria mutu air yang terbagi atas empat (4)
klasifikasi mutu air sebagai berikut:
a. Kelas Satu (I): Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku, air minum
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b. Kelas Dua (II): Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar peternakan, air untuk mengairi
E-23
DOKUMEN PENAWARAN
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mepersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas Tiga (III): Air yang peruntukan dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas Empat (IV): Air yang peruntukan dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan yang lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Pengujian sampel air diuji pada parameter-parameter yang disesuaikan dengan kelas
mutu air berdasarkan usaha dan/atau kegiatan terkait.
Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap
sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
Baku mutu air mengacu pada Perda Kaltim Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.
E-24
DOKUMEN PENAWARAN
Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap sampel
dilakukan pengukuran titik koordinat.
Baku mutu udara mengacu pada PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.
D. KUALITAS TANAH
Aspek-aspek yang dipelajari dalam hubungannya dengan komponen tanah meliputi sifat,
kimia tanah, tingkat bahaya erosi dan sedimentasi. Sifat fisik tanah yang dianalisi adalah
tekstur tanah, struktur tanah, porositas, warna tanah, permeabilitas, konsistensi. Sedangkan
sifat kimia tanah yang dianalisis adalah reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation, bahan
organic, tanah, kejenuhan basa, nitrogen, fosfor, kalium, C/N Ratio, basa-basa dapat
dipertukarkan (Ca, Mg, K, dan Na), kejenuhan alumunium (Al), pirit, status kesuburan
tanah, erosi tanah. Parameter lainya dapat ditambahkan apabila dianggap perlu dan
berhubungan langsung dengan jenis kegiatan terkait.
Pengambilan sampel tanah sebanyak 5 titik pada lokasi yang harus mewakili area-area
kegiatan kontruksi.
Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.
E. BIOLOGI
1. Flora
a. Peta zona biogeoklimatik dari vegetasi alami yang meliputi tipe vegetasi, sifat-sifat
dan kerawanan berada dalam wilayah rencana usaha atau kegiatan.
b. Uraian tentang jenis-jenis vegetasi dan ekosistem yang dilindungi undang-undang
yang berada dalam wilayah rencana usaha atau kegiatan.
c. Uraian tentang keunikan dari vegetasi dan ekosistemnya yang berada pada wilayah
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data aspek biologi (hayati) dilakukan dengan cara sampling yang didasarkan
pada beberapa komunitas sesuai dengan tipe habitatnya. Inventarisasi vegetasi dan satwa
liar dilakukan pada komunitas binaan (daerah pertanian), sedangkan pencacahan dilakukan
E-25
DOKUMEN PENAWARAN
pada komunitas alami (hutan sekunder) pada dua garis transek sepanjang 1000 m.
Parameter dan metode pengumpulan data biologi selengkapnya disajikan pada Tabel 5.4.
Fauna Daratan
II. 1. Pola migrasi Inventarisasi 1. Balai Sumber
2. Jenis langka dengan metoda Di dalam dan Daya Alam
random atau di luar 2. Penduduk
Biota Perairan proyek setempat
III Ikan (wilayah
A. Benthos dan Plankton studi)
B. 1. Kompoisis Jenis
2. Kepadatan
3. Jenis langka Di dalam dan
dilindungi atau di luar
4. Habitat proyek
(wilayah
studi)
Analisis Data
Analisis jenis flora (vegetasi) dilakukan untuk mengetahui keberadaan jenis tanaman
baik yang bersifat ekonomis, langka maupun yang dilindungi undang-undang di
Indonesia. Rumus-rumus yang digunakan dalam analisis vegetasi dengan metode garis
E-26
DOKUMEN PENAWARAN
berpetak adalah Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974: Cox, 1973; Mechael, 1983;
Soeranegara dan Indrawan, 1983, dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
KN = Kerapatan Nisbi.
FN = Frekuensi Nisbi.
DON = Dominasi Nisbi.
Khusus untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan formula :
Indeks Nilai Penting = KN + FN
Dimana :
KN = Kerapatan,
FN = Frekuensi Nisbi.
Lokasi
Lokasi pengamatan flora darat dilakukan pada beberapa titik pengamatan yang termasuk ke
dalam wilayah studi dan sekitarnya.
E-27
DOKUMEN PENAWARAN
2. Fauna
a. Taksiran kelimpahan dan keragaman fauna, habitat, penyebaran, pola migrasi,
populasi hewan budidaya (ternak) serta satwa dan habitatnya yang dilindungi
undang-undang dalam wilayah rencana usaha atau kegiatan.
b. Taksiran penyebaran dan kepadatan populasi hewan invertebrata yang dianggap
penting karena memiliki peranan dan potensi sebagai bahan makanan, atau sumber
hama dan penyakit.
c. Perikehidupan hewan penting diatas, termasuk cara perkembangbiakan, siklus dan
neraca hidupnya, cara pemijahan, cara bertelur dan beranak, cara memelihara
anaknya, perilaku dalam daerah dan teritorialnya.
Vegetasi, parameter yang diamati di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan adalah
jenis dan keanekaragaman, kerapatan, dominasi, dan frekuensi.
Fauna darat, parameter yang diamati jenis dan keanekaragaman, jenis satwa liar,
langka, dan atau dilindungi.
Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan penyebaran yang merata
di lokasi kegiatan.
Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap
sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
Pengambilan Sampel Air Untuk Pengujian Parameter Biota Perairan (Plankton, Benthos,
Nekton)
Parameter biota perairan merupakan parameter yang penting dalam penentuan kualitas air,
karena kualitas air berdampak langsung terhadap kehidupan organisme akuatik. Adanya
perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh limbah maka akan mengubah komposisi
organisme akuatik. Lokasi pengambilan sampel parameter biologi sebaiknya tidak jauh
dari lokasi pengambilan sampel air untuk pemeriksaan fisik dan kimia agar korelasinya
mudah didapatkan.
Sedangkan sungai yang tidak terlalu besar, dimana pengadukannya cukup merata,
pengukuran populasi biota perairan dilakukan dengan pengambilan sampel secara periodek
pada tengah-tengah sungai dengan kedalaman 0,5 sampai 1 meter dari permukaan air.
Biota perairan yang diamati jenis dan keanekaragaman plankton, benthos, nekton.
Kelimpahan plankton, benthos, kelimpahan nekton.
Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan penyebaran yang merata di
lokasi kegiatan.
Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap sampel
dilakukan pengukuran titik koordinat.
Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.
F. KOMPONEN SOSIAL
Pengamatan terhadap aspek social, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat dilakukan
dalam wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan yang berada dalam tapak Pekerjaan atau
disekitarnya. Adapun data komponen sosial yang diambil dalam studi bersumber dari data
primer dan data sekunder. Komponen sosial yang penting untuk ditelaah diantaranya :
1. Demografi
a. Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian,
pendidikan, dan agama.
b. Tingkat kepadatan dan sebaran kepadatan penduduk.
c. Angkatan kerja produktif
d. Tingkat kelahiran
e. Tingkat kematian kasar
f. Tingkat kematian bayi
g. Pola perkembangan penduduk
2. Ekonomi
a. Kesempatan, kerja dan berusaha
b. Pola pemilikan dan penguasaan sumberdaya alam
c. Tingkat pendapatan penduduk
d. Prasarana dan sarana perekonomian (jalan, pasar, pelabuhan, perbankan, pusat
pertokoan)
e. Pola pemenfaatan sumberdaya alam.
E-29
DOKUMEN PENAWARAN
3. Budaya
a. Kepemilikan tanah (tanah pribadi, tanah adat,
b. Pranata sosial atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang tumbuh dikalangan
masyarakat.
c. Adat istiadat dan pola kebiasaan yang berlaku
d. Proses sosial (kerjasama, akomodasi, konflik) dikalangan masyarakat.
e. Akulturasi, asimilasi, dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.
f. Kelompok-kelompok dan organisasi sosial
g. Pelapisan sosial dikalangan masyarakat
h. Perubahan sosial yang tengah berlangsung dikalangan masyarakat.
i. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.
4. Kesehatan Masyarakat
a. Insidensi dan prevelensi penyakit yang terkait dengan rencana usaha atau kegiatan.
b. Sanitasi lingkungan, khususnya ketersediaan air bersih (cakupan pelayanannya).
c. Status gizi dan kecukupan pangan.
d. Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
e. Cakupan pelayanan tenaga dokter dan paramedik.
E-30
DOKUMEN PENAWARAN
Republik Indonesia No. 32 tahun 2009. Kriteria mengenai dampak penting suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;
2. Luas wilayah persebaran dampak;
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
5. Sifat kumulatif dampak;
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.
Memberi interprestasi terhadap prakiraan dampak dengan skala penilaian Sifat
pentingnya dampak baik positif maupun negatif yaitu:
Pentingnya dampak (± TP = Tidak penting, ± P = Penting)
Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun tidak
langsung.
E-31
DOKUMEN PENAWARAN
Tabel 5.5. Metode Formal Yang Digunakan Dalam Prakiraan Dampak Penting
Komponen
No Metode Formal
Lingkungan
1 Penurunan Transportasi
kualitas udara
2QL H 2
C x, z Exp 0,5
2 0,5 z z
dimana :
C(x,z) = Konsentrasi pencemar di udara ambient
(atmosfer), /m3
X = jarak antara jalan dengan receptor, m
Z = tinggi receptor di atas permukaan tanah,m
E-32
DOKUMEN PENAWARAN
Komponen
No Metode Formal
Lingkungan
Q = emission rate per unit jarak, /s.m
µ = koefisien 3,14
u = rata-rata kecepatan Angin pada sumbu x,
m/dt
H = tinggi sumber titik gas buang dari kendaraan, m
δz = koefisien Disperse vertical Gaussian, m
Sumber : Peavy et al, 1985. De Nevers, 1995. Kiely, 1998.
La Grega et al, 2001.
2 Peningkatan
Intensitas Sumber titik/diam yang bersumber dari genset:
kebisingan
LP2 = LP1 – 20 x Log (r2/r1)
Komponen
No Metode Formal
Lingkungan
4. Perubahan debit
Air Larian Q = (Cp-Ca) x I x A
dimana :
Q = perubahan tata guna lahan (m3/hari
hujan)
Cp = koefisien air larian
Ca = koefisien air larian rona awal
I = Intensitas curah hujan (m/hari hujan)
A = luas daerah (m2)
E-34
DOKUMEN PENAWARAN
E-35
DOKUMEN PENAWARAN
tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk memahami ”perilaku” dampak yang timbul
akibat kegiatan).
Sebagaimana perumusan RKL, perumusan RPL juga disusun berdasarkan jenis kegiatan
yang menimbulkan dampak penting. Dengan demikian rumusan RPL tersebut secara
keseluruhan mencakup parameter lingkungan yang dipantau, tujuan pemantauan, metode
dan cara pemantauan, lokasi, waktu dan frekuensi pemantauan, serta instansi pemantauan
lingkungan baik sebagai pelaksana, pengawas maupun penerima laporan pemantauan
lingkungan.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka dalam suatu dokumen RKL akan memuat
informasi dan ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan yang meliputi:
a. Jenis kegiatan yang menjadi sumber dampak penting.
b. Komponen lingkungan yang terkena dampak
c. Tolok ukur dampak
d. Tujuan pengelolaan lingkungan
e. Beberapa altematif penanggulangan dan pencegahan dampak negatif serta
pengembagan dampak positif
f. Lokasi pengelolaan lingkungan
g. Periode pengelolaan lingkungan
h. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi dan menerima
pelaporan dari pengelolaan lingkungan tersebut.
E-37
DOKUMEN PENAWARAN
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ditulis dalam bentuk uraian dan ikhtisarnya akan
dimuat dalam matrik RKL dan disertai penjelasan singkat sehingga pelaksana RKL dapat
melaksanakannya secara mudah.
E-38
DOKUMEN PENAWARAN
ditemui selama pelaksanaan pekerjaan. Program kerja yang lebih mendetail akan diajukan
konsultan setelah terbitnya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), dimana pada saat itu
konsultan sudah mendapatkan data-data awal yang lebih lengkap, sehingga dapat disusun
rencana kerja yang lebih terperinci.
Pekerjaan ini adalah merupakan kegiatan yang terpadu. Terpadu di sini berarti bahwa
diperlukan tinjauan yang integral dari berbagai disiplin ilmu yang saling mendukung dan
melengkapi. Sedangkan, terkait dimaksudkan hasil proses pada suatu tahap akan sangat
mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya. Untuk maksud tersebut di atas diperlukan
suatu program kerja yang baik untuk dapat memperoleh hasil yang baik pula.
Organisasi Tim Pelaksana ini dibentuk dengan tujuan agar pekerjaan dapat lebih
terkoorDinasikan dengan baik. Oleh karena itu Tim Pelaksana ini tidak berada di bawah
salah satu divisi yang ada di dalam perusahaan, melainkan secara langsung berada di
bawah koorDinasi pimpinan kegiatan. Namun demikian, seluruh pengalaman dari berbagai
divisi yang ada di dalam perusahaan akan sepenuhnya dimanfaatkan untuk keberhasilan
kegiatan.
STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pemberi Tugas
DIREKTUR
PERUSAHAAN
KETUA TIM/
TEAM LEADER Nara Sumber
AHLI AHLI
TEKNIK TEKNIK SIPIL SOSIAL/EKONOMI
Tenaga Pendukung
Surveyor
Tenaga Administrasi
Operator Komputer