Anda di halaman 1dari 10

GRAFFITI IS NOT CONSIDERED AS VANDALISM

Graffiti Tidak Termasuk Vandalisme

Definition Of Graffiti
Pengertian graffiti

First of all, graffiti is a form of art that is written, painted, or drawn on a wall or any
other surfaces. It’s often used to express ideas, make a statement, or add colour and
creativity to its environment. It is a way for artists to showcase their talents and share
messages within public view.
(Graffiti adalah suatu bentuk seni yang ditulis, dilukis, atau digambar di dinding atau
permukaan lainnya. Ini sering digunakan untuk mengekspresikan ide, membuat
pernyataan, atau menambah warna dan kreativitas pada lingkungannya. Ini adalah
cara bagi seniman untuk menampilkan bakat mereka dan berbagi pesan di hadapan
publik.)

The History Of Graffiti and Its Evolution


Sejarah graffiti dan Evolusinya

While graffiti has a long history with different artistic roles and influences. The
graffiti in the New York City subways during the 1970s and 1980s was particularly
important. It led to artists like Keith Haring and Dondi White gaining fame for their
unique works. After that, graffiti became popular worldwide, with artists from all over
the world leaving their mark on urban areas.
(Graffiti memiliki sejarah panjang dengan peran dan pengaruh artistik yang berbeda-
beda. graffiti di kereta bawah tanah Kota New York pada tahun 1970an dan 1980an
sangatlah penting. Hal ini menyebabkan seniman seperti Keith Haring dan Dondi
White mendapatkan ketenaran karena karya unik mereka. Setelah itu, graffiti menjadi
populer di seluruh dunia, dengan seniman dari berbagai penjuru meninggalkan
jejaknya di daerah perkotaan.)

1
Legal Aspect Of Graffiti
Aspek Legal Hukum graffiti

Additionally, There are instances where graffiti is considered legal and even
encouraged. Many cities have specialized areas or walls known as "graffiti zones"
where artists can freely express themselves without fear of prosecution. Legal graffiti
provides artists with a platform to showcase their talents and contributes to the
beautification of public spaces.
(Ada beberapa contoh di mana graffiti dianggap legal dan bahkan dianjurkan.
Banyak kota memiliki area atau tembok khusus yang dikenal sebagai "zona graffiti"
di mana para seniman dapat dengan bebas mengekspresikan diri mereka tanpa takut
akan tuntutan. graffiti legal memberi para seniman sebuah platform untuk
menampilkan bakat mereka dan berkontribusi pada keindahan ruang publik.).

For example:
- The Taman Sari area, where local and international street artists have painted
multiple times and graffiti with the support of the local community and regional
government as a rejuvenation program.
(Kawasan Taman Sari, tempat para seniman jalanan lokal dan internasional telah
berkali-kali melukis dan membuat graffiti dengan dukungan masyarakat setempat dan
pemerintah daerah sebagai program untuk para remaja.)
- The former Bali Festival Park in East Denpasar, an abandoned site where the local
community welcomes street art contributions with permission from the traditional
village.
(Bekas Taman Festival Bali di Denpasar Timur, sebuah situs terbengkalai di mana
masyarakat setempat menerima kontribusi seni (street art) dan graffiti dengan izin
dari desa adat.)

2
Indonesia as a Democratic Nation and How Graffiti Relates to It
Indonesia Sebagai Negara Demokratis dan Kaitannya dengan graffiti

Indonesia is a democratic nation, for having a significant political transformation


since the late 1990s. Our nation has held regular national and local elections, allowing
its citizens to participate in the political process and elect their leaders. Furthermore,
Indonesia has a multi-party system, freedom of speech, and a commitment to
upholding human rights, all of which are fundamental aspects of a democratic society.
(Indonesia diakui sebagai negara demokratis karena telah mengalami transformasi
politik yang signifikan sejak akhir tahun 1990an. Negara kita telah
menyelenggarakan pemilu nasional dan lokal secara rutin, yang memungkinkan
warga negaranya untuk berpartisipasi dalam proses politik dan memilih pemimpin
mereka. Selain itu, Indonesia memiliki sistem multi-partai, kebebasan berpendapat,
dan komitmen penegakan hak asasi manusia, yang semuanya merupakan aspek
fundamental dari masyarakat demokratis.)
Graffiti in Indonesia can be seen as an illustration of our nations democratic values
and the freedom of expression it provides to its citizens. As a form of public art and
political expression, graffiti allows citizens nor artists to voice their opinions,
criticisms, and aspirations within public view.
(Graffiti di Indonesia dapat dilihat sebagai gambaran nilai demokrasi negara kita
dan kebebasan berekspresi yang diberikan kepada warga negaranya. Sebagai salah
satu bentuk seni publik dan ekspresi politik, graffiti memungkinkan individu
menyuarakan pendapat, kritik, dan aspirasinya di ruang publik.)
However, graffiti isn't just art - it represents our nation's strong democracy. In our
democratic nation, free speech is valued, allowing everyone to express their thoughts.
Graffiti, with its vivid visuals, represents the diverse voices in our society and gives a
voice to marginalized groups.
(Graffiti bukan sekadar seni - ini mencerminkan demokrasi yang kuat di negara kita.
Di negara demokratis kita, kebebasan berpendapat sangat dihargai, sehingga setiap
orang dapat mengekspresikan pemikirannya. Graffiti, dengan visualnya yang hidup,
mewakili beragam suara dalam masyarakat kita dan memberikan suara kepada
kelompok-kelompok yang terpinggirkan.)

3
Freedom of Expression and Speech
Kebebasan Memiliki Opini dan Bersuara

Given that Indonesia is a democratic nation, Indonesian citizens are automatically


granted the right to express their opinions and freedom of speech. According to article
28 before amendments to the 1945 constitution, it reads “Every citizen has the right to
participate in freedom of association, assembly, and expression.”. In Indonesia,
citizens have the right to express their opinions and freedom of speech, as stated in the
constitution. This means that graffiti artists, as citizens, also have the freedom of
speech. Therefore, when graffiti is used to convey social or political messages, it
should be seen as a legitimate form of expression protected by this right, rather than
simply being considered vandalism. This distinction is important in recognizing the
role of graffiti as a form of artistic expression within the framework of freedom of
speech in a democratic society.
(Mengingat Indonesia merupakan negara demokrasi, maka otomatis warga negara
Indonesia diberikan hak untuk menyampaikan pendapat dan kebebasan berpendapat.
Menurut pasal 28 sebelum amandemen UUD 1945 berbunyi “Setiap warga negara
berhak ikut serta dalam kebebasan berserikat, berkumpul, dan berekspresi”. Di
Indonesia, warga negara mempunyai hak untuk menyampaikan pendapat dan
kebebasan berpendapat, sebagaimana tercantum dalam konstitusi. Artinya seniman
graffiti, sebagai warga negara, juga punya kebebasan berpendapat. Oleh karena itu,
ketika graffiti digunakan untuk menyampaikan pesan sosial atau politik, hal itu harus
dilihat sebagai bentuk ekspresi sah yang dilindungi oleh hak ini, dan bukan sekadar
dianggap sebagai vandalisme. Pembedaan ini penting untuk mengakui peran graffiti
sebagai bentuk ekspresi artistik dalam kerangka kebebasan berpendapat dalam
masyarakat demokratis.)
In Indonesia, graffiti should not be automatically considered vandalism when it is
used to express social or political messages. This is because the constitution grants
citizens the right to freely express their opinions and ideas. When graffiti artists use
public spaces to convey meaningful messages, they are exercising this fundamental
right. By doing so, they contribute to public discourse and enrich the cultural and
political landscape of the nation.
(Di Indonesia, graffiti seharusnya tidak otomatis dianggap sebagai vandalisme ketika
digunakan untuk mengekspresikan pesan sosial atau politik. Sebab, konstitusi

4
memberikan hak kepada warga negara untuk bebas mengutarakan pendapat dan
gagasannya. Ketika seniman graffiti menggunakan ruang publik untuk menyampaikan
pesan bermakna, mereka menggunakan hak mendasar ini. Dengan melakukan hal
tersebut, mereka berkontribusi pada wacana publik dan memperkaya landscape
budaya dan politik bangsa.)
By recognizing graffiti as a legitimate form of expression protected by the
constitution, Indonesia acknowledges the rights of citizens to participate in public
discourse and highlights the inclusive nature of its democratic values. Therefore,
when graffiti aligns with the principles of freedom of speech and contributes to
societal dialogue, it should be seen as an integral part of Indonesia's democratic fabric.
(Dengan mengakui graffiti sebagai bentuk ekspresi sah yang dilindungi oleh
konstitusi, Indonesia mengakui hak warga negara untuk berpartisipasi dalam wacana
publik dan menggarisbawahi sifat inklusif dari nilai-nilai demokrasinya. Oleh karena
itu, ketika graffiti sejalan dengan prinsip kebebasan berpendapat dan berkontribusi
pada dialog masyarakat, maka graffiti harus dilihat sebagai bagian integral dari
tatanan demokrasi Indonesia.)

5
Festivals and Events Popularity by Graffiti
Popularitas Festival dan Acara-Acara oleh Graffiti

Graffiti is not vandalism, but a powerful means of artistic expression in Indonesia. It


plays a significant role in festivals across the country, including the Asian Games held
in Jakarta. These festivals provide a platform for graffiti artists to showcase their
talent and creativity, transforming the city into a vibrant canvas (walls or any surfaces)
of colors, imaginations, and ideas. Through their artwork, local and international
artists present a variety of voices and add to the visual diversity of these festivals.
Simply just by their thought-provoking imagery, these artworks become a reflection
of the diverse voices within the nation, giving voice to various perspectives and
narratives. As people walk through the streets, adorned with these mesmerizing
artworks, they are immersed in a unique blend of culture and creativity that improve
traditional boundaries.
(Graffiti bukanlah vandalisme, namun merupakan sarana ekspresi seni yang ampuh
di Indonesia. Ini memainkan peran penting dalam festival di seluruh negeri, termasuk
Asian Games yang diadakan di Jakarta. Festival-festival ini menyediakan platform
bagi seniman graffiti untuk menampilkan bakat dan kreativitas mereka, mengubah
kota menjadi kanvas (dinding atau permukaan apa pun) yang penuh warna, imajinasi,
dan ide. Melalui karya seninya, seniman lokal dan internasional menghadirkan
beragam suara dan menambah keragaman visual festival tersebut. Hanya dengan
pencitraan yang menggugah pikiran, karya seni ini menjadi cerminan keberagaman
suara bangsa, menyuarakan berbagai perspektif dan narasi. Saat orang-orang
berjalan menyusuri jalanan yang dihiasi dengan karya seni yang memukau ini,
mereka tenggelam dalam perpaduan unik antara budaya dan kreativitas yang
meningkatkan batas-batas tradisional.)
At these vibrant festivals, graffiti ultimately transforms from an act of rebellion into a
celebration of artistic talent and diversity.
(Di festival yang semarak ini, graffiti pada akhirnya berubah dari tindakan
pemberontakan menjadi perayaan bakat dan keberagaman seni.)

6
According to Article 32, section 1 of the 1945 Constitution, "the State promotes
Indonesian national culture in the midst of world civilization by guaranteeing the
people's freedom to maintain and develop their cultural values". This means that if
you consider and prohibit graffiti depicting Indonesian festivals and culture as
vandalism, you are denying Indonesian citizens the right to develop their culture. Our
country will not develop unless we are permitted to expand our own culture. This
doesn’t seem to be freedom for our nation, don’t you think?
(Menurut Pasal 32 ayat 1 UUD 1945, “Negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kemerdekaan rakyat untuk
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaannya”. Artinya, jika Anda
menganggap dan melarang graffiti yang menggambarkan festival dan budaya
Indonesia sebagai vandalisme, Anda mengabaikan hak warga negara Indonesia untuk
mengembangkan budayanya. Negara kita tidak akan berkembang kecuali kita
diizinkan untuk mengembangkan budaya kita sendiri. Ini sepertinya bukan kebebasan
bagi bangsa kita, bukan?)

7
Stores and Products Decoration nor Advertisement
Dekorasi maupun Iklan Produk dan Toko-Toko

Besides, the use of graffiti as a form of decoration has proven to be a good strategy
for businesses. The vibrant and eye-catching nature of graffiti can attract attention and
make a lasting impression on potential customers. Its vibrant, popping looks can add
creativity, originality and uniqueness to a brand, making it stand out.
(Selain itu, penggunaan graffiti sebagai bentuk dekorasi terbukti menjadi strategi
yang baik bagi bisnis. Sifat graffiti yang hidup dan menarik perhatian dapat menarik
perhatian dan memberikan kesan mendalam pada calon pelanggan. Tampilannya
yang semarak dan menonjol dapat menambah kreativitas, orisinalitas, dan keunikan
suatu merek, sehingga menjadikannya menonjol.)
In the world of marketing, graffiti has become more than just a tool for advertising; it
has evolved into an art form that helps businesses stand out from the crowd. This
strategy has the potential to draw people's interest, leading to increased sales and
brand loyalty.
(Dalam dunia pemasaran, graffiti telah menjadi lebih dari sekadar alat periklanan;
ini telah berkembang menjadi bentuk seni yang membantu bisnis menonjol dari yang
lain. Strategi ini berpotensi menarik minat masyarakat sehingga berujung pada
peningkatan penjualan dan loyalitas merek.)
Commissioning talented graffiti artists to collaborate on advertising campaigns or
create customized artwork for business purposes has become increasingly common.
This not only supports the art community but also allows brands to join into the
creativity and imagination of these individuals.
(Menugaskan seniman graffiti berbakat untuk berkolaborasi dalam kampanye
periklanan atau membuat karya seni khusus untuk tujuan bisnis telah menjadi hal
yang semakin umum. Hal ini tidak hanya mendukung komunitas artistik tetapi juga
memungkinkan merek memanfaatkan kreativitas dan imajinasi individu-individu
tersebut.)
Incorporating graffiti-inspired designs into marketing materials injects energy and
excitement into traditional advertising channels, creating a unique visual identity that
resonates with consumers.

8
Unauthorized “Graffiti”
“Graffiti” Tanpa Izin

Graffiti is often seen as vandalism, however there are significant differences between
unauthorized scribbles, licensed public art, and territorial markings. And that’s the
reason on why we’re debating about this here. Going back to the definition of graffiti,
it is a form of art that is written, painted, or drawn on a wall or any other surfaces.
Which is often used to express ideas, make a statement, or add colour and creativity to
its environment. A way for artists to showcase their talents and share messages within
public view. Unauthorized scribbles and territorial markings ARE NOT graffiti.
Random scribbles and doodles implemented to ruin public view, instead of an artwork
filled with hardwork and time CAN NOT be considered as “graffiti”.
(Grafiti sering dipandang sebagai vandalisme, namun terdapat perbedaan signifikan
antara coretan yang tidak sah, karya seni publik yang disetujui, dan penandaan
wilayah. Dan itulah alasan mengapa kami memperdebatkan hal ini di sini. Kembali
ke definisi grafiti, itu adalah suatu bentuk seni yang ditulis, dilukis, atau digambar di
dinding atau permukaan lainnya. Yang sering digunakan untuk mengungkapkan ide,
menyatakan pernyataan, atau menambah warna dan kreativitas pada lingkungannya.
Sebuah cara bagi para seniman untuk menampilkan bakat mereka dan berbagi pesan
di hadapan publik. Coretan dan tanda wilayah yang tidak sah BUKAN coretan.
Coretan dan coretan acak yang dilakukan untuk merusak pandangan masyarakat,
dibandingkan oleh sebuah karya seni yang diisi dengan kerja keras dan waktu TIDAK
BISA dianggap sebagai “grafiti”.)

9
Conclusion
Kesimpulan

Graffiti isn't vandalism; it's art. Despite misconceptions, it's a legitimate form of
expression where artists showcase their skills and share messages. While some may
view it negatively, graffiti adds vibrancy to urban spaces and allows artists to connect
with their environment.
(Graffiti bukanlah vandalisme; itu seni. Terlepas dari kesalahpahaman, ini adalah
bentuk ekspresi yang sah di mana seniman memamerkan keahlian mereka dan
berbagi pesan. Meskipun beberapa orang mungkin memandangnya secara negatif,
grafiti menambah semangat ruang kota dan memungkinkan seniman untuk terhubung
dengan lingkungannya.)
Moreover, it highlights the importance of freedom of speech. In democratic societies
like Indonesia, graffiti provides a platform for citizens to voice their opinions openly.
Recognizing graffiti as protected expression promotes inclusive and diversity.
(Selain itu, hal ini juga menyoroti pentingnya kebebasan berpendapat. Dalam
masyarakat demokratis seperti Indonesia, grafiti memberikan wadah bagi warga
negara untuk menyuarakan pendapatnya secara terbuka. Mengakui grafiti sebagai
ekspresi yang dilindungi mendorong inklusif dan keberagaman.)
Graffiti is more than and not a rebellion; it's integrated into festivals, events, and
marketing strategies. Companies leverage its attention-grabbing power to enhance
their brand. Collaborating with graffiti artists injects creativity into marketing
campaigns.
(Graffiti lebih dari dan bukanlah sekedar pemberontakan; itu diintegrasikan ke dalam
festival, acara, dan strategi pemasaran. Perusahaan memanfaatkan kekuatannya
dalam menarik perhatian untuk meningkatkan merek mereka. Berkolaborasi dengan
seniman grafiti menyuntikkan kreativitas ke dalam kampanye pemasaran.)
Graffiti is a dynamic art form that enriches our streets and cultural landscape. It's
essential to distinguish it from vandalism and appreciate its role in shaping public
discourse. Graffiti is ART. Not VANDALISM.
(Graffiti adalah bentuk seni dinamis yang memperkaya jalanan dan lanskap budaya
kita. Penting untuk membedakannya dari vandalisme dan menghargai perannya
dalam membentuk wacana publik. Grafiti adalah SENI. Bukan VANDALISME.)

10

Anda mungkin juga menyukai