SIMAK - Bangunan K6, Jl. Palapa
SIMAK - Bangunan K6, Jl. Palapa
Pencahayaan buatan berbeda antar satu ruang dengan ruang lainnya. Hal tersebut
dikarenakan masing-masing kegiatan memerlukan tingkat pencahayaan buatan yang
berbeda-beda tergantung pada fungsi ruang, rata-rata tingkat pencahayaan pada bidang
ruang, penggunaan armature dan sistem pencahayaan sesuai dengan SNI 03-6575-2001
tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung.
Sistem pencahayaan buatan juga perlu didesain agar efektif dan efisien terhadap
sumber energi. Pada bangunan Rumah Tinggal terbagi menjadi pecahayaan buatan
interior dan pencahayaan buatan eksterior. Pencahaan buatan pada ruang dalam dan ruang
luar secara keseluruhan menggunakan lampu LED.
98
Sampel Pengukuran Menggunakan Alat Keterangan
Ruang Tidur Hasil : 557 lux OK
99
D. Luminasi Pencahayaan Buatan
Tabel 4.95 Luminasi Pencahayaan Buatan pada Bangunan
Sampel Pengukuran Menggunakan Alat Keterangan
Ruang Tidur Hasil : 295 lux Memenuhi standar
(120-250 lux) minimum yang di
syaratkan dalam
SNI 03-6575-2001
(120-250 lux).
100
Tabel 4.96 Besaran Luminasi Pencahayaan Buatan Berdasarkan Fungsi Bangunan
101
4.3.3 Pemeriksaan Sistem Penyediaan Air Bersih/Minum
A. Sumber Air Bersih/Minum
Tabel 4.97 Sumber Air Bersih/Minum pada Bangunan Rumah Tinggal
Pengamatan Pemeriksaan
Pengetesan dan Pengujian
Sampel Visual terhadap Kesesuaian Keterangan
(Apabila Diperlukan)
Kerusakan Kondisi Faktual
PLN √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: Sumber air
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai bersih/ minum
□ Rusak Sedang dari bangunan
□ Rusak Berat Rumah Tinggal
bersumber dari
sumber air
bersih dari
kawasan.
102
B. Sistem Distribusi Air Bersih/Minum
Tabel 4.98 Distribusi Air Bersih/Minum pada Bangunan Rumah Tinggal
Pemeriksaan Pengetesan dan
Pengamatan Visual
Sampel Kesesuaian Kondisi Pengujian (Apabila Keterangan
terhadap Kerusakan
Faktual Diperlukan)
1 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: -
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
2 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: -
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
3 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: -
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
103
Pemeriksaan Visual Pengujian Kualitas
Sampel Keterangan
terhadap Kondisi Kualitas (Apabila Diperlukan)
Kitchen Sink √ Baik Hasil : 8,25 PH Sesuai dengan
□ Tidak Baik Peraturan Menteri
Kesehatan No.32
Tahun 2017
(Hygiene Sanitasi
6,5 – 8,5 PH)
Peraturan Menteri Kesehatan No.32 Tahun 2017 tentang kualitas air bersih yaitu:
Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang pembawa
penyakit, dan tempat perkembangbiakan vector
Jika air bersumber dari sarana air perpipaan, tidak boleh ada koneksi silang
dengan pipa air limbah di bawah permukaan tanah.
Jika sumber air tanah non perpipaan, sarananya terlindung dari sumber
kontaminasi baik limbah domestik maupun industri.
Penggantian air Kolam Renang dilakukan sebelum kualitas air melebihi Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air Kolam Renang.
Standar PH air untuk keperluan hygiene sanitasi yaitu 6,5 – 8,5
Standar PH air untuk keperluan kolam renang yaitu 7-7,8
104
Berdasarkan pada hasil survei dan pemeriksaan, kondisi kualitas air bersih/minum
untuk keperluan hygiene dalam keadaan tidak baik dan berfungsi dengan baik.
105
Perhitungan debit aliran air:
Diketahui :
Diameter lubang air : 1 dim 1 inch
Kecepatan aliran (v) : 2,5 km/h
Penyelesaian :
Jari jari =
= 1 = 0,5 ℎ ~ 0,0127
106
Pengamatan Pemeriksaan Pengetesan dan
Sampel Visual terhadap Kesesuaian Pengujian (Apabila Keterangan
Kerusakan Kondisi Faktual Diperlukan)
Shower √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: Area shower sudah diatas
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai sudah sesuai ketentuan
□ Rusak Sedang SNI dimana ruang shower
□ Rusak Berat harus memiliki luas lantai
minimal 1 m² yang boleh
berbentuk persegi panjang
atau segitiga dengan
syarat setiap sisinya
memiliki panjang minimal
1 meter. Shower ini juga
menggunakan dinding
yang halus dari bahan
yang tahan karat, tidak
menyarap air dan rapat air
dengan ketinggian diatas
180 cm diatas lantai.
B. Instalasi Inlet/Outlet
Tabel 4.102 Instalasi Inlet/Outlet pada Bangunan Rumah Tinggal
Pengamatan Pemeriksaan
Pengetesan dan Pengujian
Sampel Visual terhadap Kesesuaian Keterangan
(Apabila Diperlukan)
Kerusakan Kondisi Faktual
1 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: -
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
2 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: -
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
3 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: -
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
107
C. Sistem Jaringan Pembuangan
Tabel 4.103 Sistem Jaringan Pembuangan pada Bangunan
Pengamatan Pemeriksaan Pengetesan dan
Sampel Visual terhadap Kesesuaian Pengujian (Apabila Keterangan
Kerusakan Kondisi Faktual Diperlukan)
1 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: -
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
2 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: -
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
3 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: -
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
Pipa air limbah yang ditanam sudah sesuai ketentuan yakni berukuran minimal 2
inci (63 mm), disertai dengan pipa ven pada setiap instalasi pipa air limbah yang memiliki
ukuran paling kecil diameter 25 mm.
108
4.3.5 Pemeriksaan Sistem Pengelolaan Kotoran dan Sampah
A. Inlet Pembuangan
Tabel 4.105 Sistem Jaringan Pembuangan pada Bangunan
Pengamatan Pemeriksaan Pengetesan dan
Sampel Visual terhadap Kesesuaian Pengujian (Apabila Keterangan
Kerusakan Kondisi Faktual Diperlukan)
Tempat √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: Diameter 50 cm Memenuhi
Sampah □ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai Standar
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
109
Sampah – sampah yang sudah dikelompokan tersebut dikumpulkan pada tempat
penampungan sementara.
110
Pengamatan Pemeriksaan Pengetesan dan
Sampel Visual terhadap Kesesuaian Kondisi Pengujian (Apabila Keterangan
Kerusakan Faktual Diperlukan)
2 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: - Memenuhi
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai Standar
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
3 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: - Memenuhi
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai Standar
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
Air hujan dari atap gedung dan tempat–tempat yang lain dialirkan ke saluran
drainase yang kemudian dialirkan ke selokan kota. Sistem penangkap air hujan untuk di
atap datar menggunakan drainase atap yang kemudian disalurkan melalui pipa-pipa
menuju ke saluran drainase di halaman.
B. Sistem Penyaluran Air Hujan, Termasuk Pipa Tegak dan Drainase dalam Persil
Tabel 4.109 Sistem Penyaluran Air Hujan pada Bangunan
Pengamatan Pemeriksaan Pengetesan dan
Sampel Visual terhadap Kesesuaian Kondisi Pengujian (Apabila Keterangan
Kerusakan Faktual Diperlukan)
1 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: - Memenuhi
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai Standar
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
2 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: - Memenuhi
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai Standar
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
3 √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: - Memenuhi
□ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai Standar
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
Sistem penyaluran air hujan berupa pipa tegak dari atap disebar di dalam
bangunan. Kemudian disalurkan menuju ke saluran drainase di area halaman.
111
C. Sistem Penampungan, Pengolahan, Peresapan dan/ Pembuangan Air Hujan
Tabel 4.110 Sistem Penangkap Air Hujan pada Bangunan
Pengamatan Pemeriksaan Pengetesan dan
Sampel Visual terhadap Kesesuaian Kondisi Pengujian (Apabila Keterangan
Kerusakan Faktual Diperlukan)
Tidak □ Tidak Rusak □ Sesuai Hasil: Tidak Ada Tidak Ada
Ada □ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai
□ Rusak Sedang
□ Rusak Berat
Tidak ada pengolahan air hujan, air hujan dalam kawasan langsung dibuang
menuju ke selokan kota.
Bangunan Rumah Tinggal banyak menggunakan jendela dan pintu kaca yang
lebar sehingga dapat menimbulkan efek silau dan pantulan. Kaca yang lebar tersebut
banyak terdapat pada ruang tidur, dan ruang tamu.
Pada Rumah Tinggal, efek silau dan pantulan dapat direduksi dikarenakan
terdapat tanaman perindang pada sisi bangunan. Meskipun tidak semua dapat tereduksi,
namun eksiting vegetasi tersebut memberi efek yang cukup besar dalam mengurangi silau
112
dan pengendalian temperatur ruang utamanya pada bangunan yang menghadap langsung
pada sumber cahaya. Selain itu penambahan gorden dan shading pada jendela dan bukaan
lainnya dimaksudkan untuk mengurangi efek silau dan pantulan yang ada.
Akibat dari banyaknya penggunaan material kaca pada bangunan Rumah Tinggal,
efek peningkatan suhu yang dihasilkan cukup tinggi pada ruang-ruang seperti ruang tidur.
Peningkatan suhu yang terjadi pada bangunan dikendalikan dengan penggunaan kipas
angin, bukaan jendela, ventilasi, AC spilt, dan pemilihan material penutup atap yang
dapat mengurangi peningkatan suhu.
Selain itu, penambahan gorden pada bidang-bidang bukaan dimaksudkan untuk
mereduksi peningkatan suhu akibat cuaca atau udara panas disekitar bangunan.
Ketinggian plafond dibuat tinggi sebagai adaptasi dari penggunaan AC atau pengendalian
udara mekanik lainnya yang diusahakan seminimal mungkin. Orientasi bangunan juga
didesain searah dengan laju angin sehingga sirkulasi angin dengan cepat mengeluarkan
udara panas pada bangunan melalui bukaan, ventilasi atau kisi-kisi.
113
Gambar 4.14 Sistem Pengkondisian Udara akibat Bias Sinar Matahari
Jumlah pengguna atau batas okupansi tergantung pada fungsi ruang, jumlah
pengguna, perabot/peralatan, aksesbilitas ruang, SNI dan standar baku terkait. Rumah
Tinggal merupakan bangunan dengan fungsi utama sebagi hunian, sehingga yang menjadi
tolak ukur jumlah pengguna adalah bangunan komersil dan fasilitas penunjangnya. Ruang
- ruang yang terdapat pada bangunan Rumah Tinggal seperti ruang tidur, ruang tamu,
dapur, toilet, teras, ruang jemur, dan garasi.
Berdasarkan pada perhitungan dan survei di lapangan, didapatkan occupancy
ruang sampel pada Rumah Tinggal adalah ± 67%. Perhitungan okupansi menggunakan
rumus sebagai berikut:
114
= ! " #$ % #$ # #
100
Di atas merupakan perhitungan occupancy pada kamar mandi. Rumus yang sama
digunakan untuk menghitung occupancy pada ruangan lainnya. Setelah didapatkan
occupancy pada setiap ruang sampel, setelah dirata-ratakan didapatkan hasil occupancy
pada bangunan Rumah Tinggal adalah ± 67 %.
Kapasitas dan tata letak perabot pada Rumah Tinggal berbeda antara fasilitas
utama, fasilitas penunjang dan fasilitas service tergantung pada fungsi ruang, jumlah
pengguna, perabot/peralatan, aksesbilitas ruang, SNI dan standar baku terkait. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
115
4.4.2 Pemeriksaan Kondisi Udara Dalam Ruang
A. Temperatur Ruang
Tabel 4.117 Temperatur dalam Ruang pada Rumah Tinggal
Sampel Pengukuran Menggunakan Alat Keterangan
116
Temperatur dalam ruang mempertimbangkan fungsi ruang, volume ruang, jumlah
pengguna, orientasi bangunan, letak geografis dan penggunaan material bangunan sesuai
dengan SNI 03-6389-2000 tentang konservasi energi selubung bangunan pada bangunan
gedung, SNI 03-6390-2000 tentang konservasi energi sistem tata udara pada bangunan
gedung, SNI 03-6196-2000 tentang prosedur audit energi pada bangunan gedung dan SNI
03-6571-2001 tentang tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara
pada bangunan gedung. Setelah melakukan pengukuran temperatur pada Rumah Tinggal
didapatkan hasil rata-rata tingkat temperatur Rumah Tinggal adalah 30,67° C.
B. Kelembaban Ruang
Tabel 4.118 Kelembaban dalam Ruang pada Rumah Tinggal
117
Sampel Pengukuran Menggunakan Alat Keterangan
118
Pandangan diri dalam setiap ruang ke luar bangunan mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1. Gubahan masa bangunan
2. Rancangan bukaan
3. Tata ruang dalam dan luar bangunan
4. Rancangan bentuk luar bangunan
5. Pemanfaatan potensi ruang luar bangunan gedung
6. Penyediaan RTH dan
7. SNI dan standar baku terkait
Rancangan bukaan pada bangunan Rumah Tinggal mempertimbangkan
pencahayaan secara optimal, sirkulasi udara dan penyediaan RTH sehingga pandangan
diri dari dalam ke luar bangunan sangat luas dengan adanya bukaan berupa jendela dan
pintu kaca yang mengarah langsung menuju area taman/landscape dan teras. Bukaan pada
Rumah Tinggal berupa pintu, ventilasi dan jendela yang menggunakan material kaca dan
kayu. Material yang digunakan merupakan material yang kuat dan tahan cuaca.
119
3. Rancangan bentuk luar bangunan
4. Keberadaan bangunan gedung yang ada dan/atau yang ada disekitarnya
5. Pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar
6. Penyediaan RTH
7. SNI dan standar baku terkait.
Pandangan diri dari luar banguan ke dalam setiap ruang pada bangunan cukup
luas utamanya pada bangunan yang memaksimalkan potensi view. Pada bangunan seperti
garase dan gudang visibilitas sangat luas dikarenakan karakter bangunan yang memiliki
bukaan kaca dan membutuhkan potensi view sekitar yang positif. Sedangkan pada area
ruang penunjang visibilitas dibatasi agar tidak mengganggu kegiatan pengguna. Selain
itu visibilitas dari luar bangunan juga terhalang vegetasi yang dimaksudkan untuk
mengurangi efek silau dan pantulan dari sinar.
B. Tingkat Kebisingan
Tabel 4.122 Tingkat Kebisingan dalam Bangunan Rumah Tinggal
Sampel Pengukuran Menggunakan Alat Keterangan
Ruang Tidur Hasil: 97,5 db Tidak
(30-40 dB) memenuhi
standar
Tingkat
Kebisingan
Bangunan
Maksimum
(30-40 dB)
120
Sampel Pengukuran Menggunakan Alat Keterangan
Dapur Hasil: 87,5 db Tidak
(45-55 dB) memenuhi
standar
Tingkat
Kebisingan
Bangunan
Maksimum
(45-55 dB)
Tingkat kebisingan pada bangunan Rumah Tinggal tergantung pada tingkat bunyi,
waktu reverberasi, jenis kegiatan, penggunaan peralatan, sumber bising lainnya dan
kemampuan ruang untuk meredam kebisingan. Berikut merupakan tabel rentang
kebisingan bangunan berdasarkan pada fungsi bangunan:
121
4.5 Pemeriksaan Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
4.5.1 Pemeriksaan Sarana Hubungan Horizontal Antarruang/Antarbangunan
A. Kondisi Bukaan Pintu
Tabel 4.124 Pintu pada Rumah Tinggal
Pemeriksaan Kesesuaian Pengetesan dan
Pengamatan
Kondisi Faktual dengan Pengujian
Sampel Pengukuran Visual terhadap Keterangan
Rencana Teknis dan (Apabila
Kerusakan
Gambar Terbangun Diperlukan)
Ruang Dimensi: √ Tidak Rusak √ Sesuai Hasil: Berfungsi
Tamu 110x214 cm □ Rusak Ringan □ Tidak Sesuai Material kayu dengan baik
Arah Bukaan: □ Rusak Sedang dan
Kedalam □ Rusak Berat memenuhi
standar
minimal 210
cm.
122