Anda di halaman 1dari 33

?

KEMISKINAN
Diklat LPEM-UI
Elvi Adelina Tambunan
25 Oktober 2021
Output

1. Memahami Kemiskinan ?
(Teori dan Konsep)
2. Mengenal Kebijakan/
Program Pro Poor
3. Putting into practice
Konsep Umum Kemiskinan

1. Kemiskinan Absolut
2. Kemiskinan RelaDf
3. Kemiskinan SubyekDf
4. Kemiskinan MulDdemensional
Kemiskinan Absolut

• Suatu kondisi dimana pendapatan seseorang berada di bawah level


tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar mis: pangan,
sandang dan papan
• Kriteria ini bisa/Ddak berubah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
Kemiskinan Relatif

• Dirumuskan berdasarkan ‘the idea of relaDve standard’ yaitu berdasarkan


perDmbangan masyarakat tertentu terhadap derajad kelayakan hidup.
• Suatu kondisi dimana individu Ddak dapat menikmaD standard hidup layak
(basic needs + necessary faciliDes) yang dapat dinikmaD rata-rata individu
dalam populasi tertentu.
• Secara konvensional didefenisikan pendapatan seseorang berada pada
level tertentu di bawah median income (keDka seseorang memiliki
pendapatan 50% lebih rendah dibanding rata-rata median income)
• MemperhaDkan dimensi tempat dan waktu
• Kriteria ini akan berubah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
Standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
Kemiskinan Subyek@f
Leyden Poverty Line (LPL), SubjecDve Poverty Line
(SPL), The Centre for Social Policy Poverty Line (CSP)
Dirumuskan berdasarkan
perasaan masyarakat itu sendiri. “What do you consider as an absolute minimum net
Kelompok masyarakat yang income for a household such as yours? In other
words, we would like to know an income amount
hidup diatas KHL boleh jadi below which you won’t be able to make both ends
merasa hidupnya miskin meet. - about … per week / per month / per year

“Kemiskinan adalah keDka kami datang ke “Can you make ends meet with the actual net
Puskesmas dan kami diabaikan karena membawa income?
Kartu Indonesia Sehat” - with great difficulty
- with difficulty,
“Orang miskin adalah orang-orang yang Ddak pernah - with some difficulty,
diundang ke pertemuan desa” - rather easily,
- easily,
- very easily?
Kemiskinan - Multidemensional
Kemiskinan - Multidemensional

AMARTYA SEN

Kemiskinan adalah kurangnya kesempatan atau kebebasan untuk mengembangkan potensi penuh manusia

Capability Approach:
• Fokus pada keutuhan hidup/well-being sebagai kemerdekaan/kebebasan dan kapabilitas untuk
membuat pilihan dan melakukan Dndakan secara efekDf
• Merubah fokus dari means/alat (sumber daya yang dimiliki seseorang atau layanan public yang
dapat diakses seseorang kepada ends/tujuan akhir (apa yang dapat dilakukan seseorang terhadap
sumber daya dan akses yang dia miliki).
• Penolakan terhadap model ekonomi yang mana individu berusaha memaksimalkan keuntungan
pribadi dengan mengabaikan hubungan dan perasaan (moral framework)

Ex: Bansos…
BHUTAN – Gross National Happiness Index

• GDP/Capita = $3,316
• World GDP rank: 120th
• Jumlah Penduduk: 700 juta

Hasil survei kebahagian di Bhutan tahun 2015:


• 91.2% masyarakat Bhutan merasakan bahagia
(experiencing happiness). Dari kelompok
mayoritas ini, sebagian kecil merasakan
‘deeply happy’ (8.3%) dan selebihnya
‘narrowly happy’ (48.7%) dan ‘extensively
happy’ (32.6%)
Segmenting Poverty

1. Kemiskinan berdasarkan extreme


deprivaDon: ultra poor – poor
2. Kemiskinan berdasarkan duraDon dan
recurrence: chronic, episodic, dan
transiDonal poor
3. Kemiskinan berdasarkan sectoral
issues – Kesehatan, Pendidikan, dll
4. Kemiskinan berdasarkan geographical
context – 3T
5. Kemiskinan berdasarkan
vulnerability /kerentanan - Wanita,
anak-anak, orang tua, Indigenous
People, difabel, dll.
Who are the poor?

Group Discussion – 10’


1. Siapakah orang miskin dalam ruang
lingkup Tupoksi BPOM?
2. Kriteria atau konsep apa yang anda
gunakan untuk menentukan hal
tersebut?
Mengenal Kebijakan/Program Pro Poor

Pro-poor policies/programs can be defined as those policies/programs


that aim to improve the assets and capabili<es of poor people. They
include policy/program intervenDons that directly target poor people
or focus on poverty reducDon in general (Bird, K, 2006)

Policies/programs that aim to transfer rights and resources to


individuals, organisaDons and regions that are tradiDonally under-
represented in market and state (Moore and Putzel, 2000).
Mengenal Kebijakan/Program Pro Poor

Bappenas dalam ‘Handbook of Pro Poor Planning’:


• Kebijakan/Program menyasar akar dari kemiskinan
• Orang Miskin menerima perhaDan khusus
• Kebijakan/Program menyasar wilayah-wilayah kantong kemiskinan
• Orang miskin berparDsipasi secara akDf dalam formulasi dan
implementasi kebijakan/Program
Prinsip Kebijakan/Program Pro Poor

Kebijakan/Program pro-poor harus peka terhadap perbedaan-perbedaan sosial


dan ekonomi dan secara akDf menangani keDdaksetaraan tersebut dalam konteks
yang berbeda-beda

Different Context Different Principles?


Prinsip Perencanaan/Program/Kebijakan Pro Poor

• Empowerment
any process that helps people gain
control over their own lives and increases
their capacity to act on issues that they
define as important (Johnson, C, 2001)

• Do no Harm
Process to avoid or reduce the potenDal
negaDve effects of development
intervenDons (Alix, et.al.,2018)
Contoh Kebijakan/Program Pro Poor
Contoh Kebijakan/Program Pro Poor

Group Discussion – 15’


1. Masing-masing kelompok pilih satu program pro poor di atas (PKH,
Kartu Pra kerja, Otsus papua (bisa googling untuk tambahan
informasi)
2. Diskusikan kriteria kemiskinan yang digunakan dalam program
tersebut?
3. Diskusikan prinsip-prinsip Kebijakan/Program pro poor yang
diterapkan dalam program tersebut?
4. Adakah kebijakan/program pro poor di lingkungan BPOM?
Studi Kasus – Making Market Works for the Poor

Project Profile
Nama Proyek More Income Generated for Poor Farmer (MORINGA)
Lokasi Proyek Sultra, Sulbar
Donor DFAT - AUSAID
Durasi proyek 2018 – 2022
Petani Penerima Manfaat 4000 HH (target)
Langsung • 10.62% based on $1.25 PPP
• 3.2% based on $1.9 PPP
• 73.12% based on $2.5 PPP
Project ParDcipants Primary Service Providers (PT. Syngenta, PT. DuPont, PT. Havana Agribusiness);
Intermediate Service Providers (Agen agri-input di level Desa – Kabupaten,
Petani (different level of poverty line)
Konteks Masalah Petani sulit akses benih unggul dan input pertanian lainnya (hanya di jual di
ibukota Provinsi), kurangnya modal untuk investasi teknologi baru, kurang
informasi tentang Good Agricultural PracDces
Pendekatan Proyek Making market work for the poor
Studi Kasus – Group Discussion

Break out room: 15’


Point of discussion:
1. Siapa yang paling mendapatkan keuntungan opDmal dari ke – 3
aktor tersebut (PSP, ISP, Petani)?
2. Siapakah yang disebut petani miskin dalam program tersebut?
Mengapa?
3. Menurut anda, aspek apa dari pendekatan proyek ini yang sudah
pernah atau yang dapat diadaptasi ke lingkup program di BPOM?
Hasil Mid – Term Evaluation

Level Petani

2019 2021
Usage per farmers (kg) 10.49 14.33
Number of User (adopt + adapt/copy) 2,590.81 6,330.77
User to Benefit Ra<o 42.86% 60.03%
Beneficiary 1,110.35 3,800.47
Produc<vity (ton/ha) 1.28 3.38*
Increase income/Farmer 7,064,747.17 8,685,569.55
AMributable Income Increase (IDR) 7,844,325,451.91 33,009,252,509.10
* Not yet opDmal: up to 7 ton/ha
Hasil Mid – Term Evaluation

Level Perusahaan Benih (PSP) dan Retailer/Agen Benih (ISP)


2019 2021
Sales PT. Syngenta 27 ton 90 Ton
Employment creaDon (PT. 4 Agronomist 13 Agronomist
Syngenta)
Agen retailer (PT. Syngenta) 10 70
Crowd PT Syngenta, Havana, PT Syngenta, Havana, DuPont
DuPont Japfa, Charoen Pokphand (CP),
PT. Seger
Value of turn over increase by IDR 11,196,320,000
PT. Syngenta (AUD 1,199,642.72)
Value of turn over increase by 13,166,198,857
ISP/Agen retailer (84 retailer) (AUD 1,199,642.72)
LOGIC USE - Membangun Program/kebijakan Pro Poor

Root Cause Analysis


Theory (Pathway) of Change
Root Cause Analysis/Analisa Akar Masalah

Alat bantu untuk mengidenDfikasi akar


dan penyebab permasalaha dengan
menyajikan cara berpikir berjenjang
untuk memahami alasan-alasan
permasalahan yang Dmbul
RCA – Pendidikan Dasar Papua

Rendahnya angka
literasi anak SD

Rendahnya angka Kurangnya kemitraan Anak Ddak siap masuk Rendahnya dukungan
Rendahnya kualitas parDsipasi siswa di Rendahnya kualitas dengan pemangku sekolah SD/low school ortu untuk anak
belajar mengajar guru
sekolah kepenDngan lainnya readiness bersekolah

Sekolah Ddak aman/ Kurangngnya Orangtua Ddak punya


Lingkungan sekolah Angka absensi guru pembangunan Lemahnya fungsi Rendahnya pendikan visi untuk pendidikan
Angka drop out Dnggi Dnggi supervisi sekolah dan ekonomi orang tua
rentan kapasitas guru anak

Lack/low level of well-


being (compensaDon,
safety, saDsfacDon,
access)
Studi Kasus: UMKM Jamu/Obat Tradisional
Jawa Tengah dikenal sebagai sentra produksi jamu dimana ada sekitar 90 perusahaan jamu yang terdasar di
UMKM. Usaha ini termasuk dalam industri ekstrak bahan alam (IEBA) dan industri obat tradisional. Di tengah
maraknya permintaan akan jamu dan obat tradisional khususnya di masa pandemic, industri ini masih
mengalami banyak tantangan. Para pelaku usaha di bidang ini mengeluhkan sulitnya memperoleh ijin edar dari
BPOM karena produk belum memenuhi standar Good Manufacturing PracDces. Khususnya para pelaku usaha
mikro merasa kesulitan memenuhi standar GMP karena memerlukan biaya yang Ddak murah selain itu akses
terhadap modal sangat terbatas, informasi tentang prosedur, tata cara untuk mendapatkan ijin sulit untuk
dimengerD.

Untuk pelaku usaha menegah mereka terbentur dengan ketersediaan bahan baku yang memenuhi
persyaratan, perkembangan ilmu dan teknologi yang berbenturan dengan regulasi dan menghambat
pengembangan produk. Pelaku usaha menengah juga mengeluhkan meningkatnya kompeDsi dengan sentra
industry farmasi yang mulai ekspansi ke industry jamu yang lebih canggih dalam proses produksinya.

Permasalah-permasalahan di atas mengakibatkan munculnya produsen dan distributor jamu illegal yang sangat
merugikan konsumen khususnya konsumen kelas menegah ke bawah (pangsa pasar besar industri jamu).
Konsumen ini mungkin Ddak memiliki kemampuan idenDfikasi produk illegal, informasi yang terbatas tentang
produk-produk yang legal, dll. Walaupun BPOM sudah mengambil langkah hukum misalnya Dndakan pidana
kepada produsen/distributor illegal (BPOM Jateng mempidanakan 8 produsen/distributor thn 2018), namun
produsen/illegal masih tetap beroperasi.
Group Discussion – 30’
Buatlah analisa akar masalah dari studi kasus tersebut.
Theory (Pathway) of Change

Alat bantu penggambaran


secara utuh bagaimana dan
mengapa sebuah perubahan
dapat dihadirkan/terjadi di
konteks tertentu
CWBOTheory
7 – Papua (BIAK & SENTANI,
of Change TP2) literasi Papua
– pendidikan

Anak SD dapat membaca


lancar dengan
pemahaman yang baik

Sekolah memiliki
Anak-anak di fragile Orang tua mendukung Guru memiliki kapasitas kemampuan memenuhi Mitra pendidikan
context hadir di sekolah pendidikan anak untuk mengajar minimum standard dirangkul untuk terlibat
literasi

Toga/Tomas
Guru memiliki Orang tua memiliki memberdayakan ortu Ortu memiliki Kepala sekolah Pengawas sekolah Masyarakat dilengkapi Pemerintah lokal
Lingkungan sekolah yang kemampuan mengajar di Bahan ajar di fragile kesadaran tentang Orang tua mendasarkan untuk memiliki visi kemampuan ekonomi Guru dilaDh core mendukung guru memiliki kapasitas Sekolah memiliki materi untuk mendukung mendukung pendidikan
aman tersedia fragile context context tersedia penDngnya pendidikan anak di PAUD untuk mendukung anak competency reading mengikuD pelaDhan melakukan tupoksinya bahan ajar yang cukup pendidikan anak dasar
terhadap pendidikan
anak

Kepala sekolah
Ortu memiliki akses memasDkan guru hadir di
terhadap informasi sekolah

Pemerintah desa mengalokasi dana Pemerintah local mengeluarkan


peraturan/kebijakan yang
untuk mendukung literasi anak mendukung
Diskusi Kelompok – 30’

Buatlah Theory (Pathway) of change berdasarkan RCA dari studi kasus


di atas.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai