Anda di halaman 1dari 19

 Identitas

Nama Poerwaningsih S.Pd


Instansi SMA Negeri 1 Grabagan
NIP 196912092000701 2 013
NIK 3523134912690001
Email poerwaningsihhs@gmail.com
Telepon 0813 3001 8023
Kategori Kewirausahaan
Lomba
Judul Karya Pembuatan Dan Penjualan
Jamu Herbal rumahan dan
pada Siswa Kelas X-3 SMAN 1
Grabagan

 Laporan Karya Inovasi

1. Pendahuluan

A. Latar Belakang Karya

Jamu di Indonesia biasa digunakan sebagai obat herbal atau hasil meramu bahan-
bahan yang berasal dari alam dan memiliki khasiat untuk kesehatan. Jamu tidak hanya
berfungsi sebagai obat, tetapi juga untuk menjaga kebugaran tubuh dan mencegah dari
penyakit. Jamu juga biasa digunakan untuk membantu meningkatkan nafsu makan bagi
anak-anak.
Jamu juga dapat disebut obat rumahan karena biasanya dibuat sendiri di rumah
dari bahan-bahan yang ada di sekitar, yaitu kunyit, kencur, jahe, lengkuas, dan jenis
rimpang atau tanaman lainnya.

Sampai saat ini jamu masih menjadi ramuan yang dijaga kelestariannya sebagai
kekayaan kearifan lokal, terutama di lingkungan keraton, seperti di Keraton Yogyakarta
dan Surakarta. Seiring dengan kemajuan teknologi, jamu juga sudah dikembangkan
menjadi bentuk kapsul, bubuk, dan minuman cair. Namun, jamu yang biasa disajikan di
rumah atau di lingkungan keraton lebih segar karena tanpa pengawet dan sekali
konsumsi.

Jamu di Indonesia bukan sekadar ramuan tradisional yang berkhasiat. Akan tetapi,
orang-orang terdahulu memiliki upaya untuk tetap menjaga kelestarian alam. Jamu yang
memanfaatkan bahan-bahan alam akan mendorong upaya menanam kembali tanaman-
tanaman yang digunakan sebagai bahan.

Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah

diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. Pengertian

jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau ramuan bahan

yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan serian (generik), atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang

berlaku di masyarakat (Biofarmaka IPB, 2013).

Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi jamu karena percaya memberikan

manfaat yang cukup besar terhadap kesehatan baik untuk pencegahan dan pengobatan

terhadap suatu penyakit maupun dalam hal menjaga kebugaran dan kecantikan dan

meningkatkan stamina tubuh. Sampai saat ini keberadaan jamu terus berkembang. Hal

ini terlihat pada permintaan terhadap jamu yang terus mengalami peningkatan

(Biofarmaka IPB, 2013).

Jamu merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diminati masyarakat
karena selain harganya terjangkau dan mudah diperoleh, jamu juga mudah dijumpai,

baik di kota maupun di desa. Usaha jamu terus berkembang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat yang banyak menggunakan jamu sebagai minuman penyegar atau obat

penyakit ringan. Jamu telah menjadi bagian budaya dan kekayaan alam Indonesia.

Kewirausahaan adalah suatu usaha untuk menentukan, mengembangkan,


kemudian menggabungkan inovasi, kesempatan, dan cara yang lebih baik agar
memiliki nilai yang lebih dalam kehidupan . Sehingga penting sekali konsep
kewirausahaan ini di dilakukan dan disampaikan kepada orang lain, karena penulis profesi
Guru makan penting kiranya pengetahunan kewirausaan diterapkan kepada peserta didik
( siswa )

Dalam perjalannya kami memilih pembutan jamu herbal sebagai tema


untuk dijadikan bahan materi Kewirausahaan dikarenaka factor geografis
SMAN grabagan terletak di atas pegunungan dan tanahnya sangat subur
sehingga banyak sekali rempah-rempah yang tumbuh di sekitar, selain itu juga
untuk melestarikan warisan nenek moyang kepada generasi muda.

Pada era sekarang banyak manyarakat yang sudah meninggalkan jamu


sebagai obat yang bergeser ke obat kimia, bahkan obat kimia banyak sekali efek
samping dan berbahaya bagi tubuh jika di konsumsi dalam jangka Panjang. Oleh
karna itu pola fikir yang sudah berubah ini dengan adanya pembelajaran ini
diharapkan mampu muncul pengusaha jamu yang yang mampu go local maupun
internasional kedepannya

Adapaun rempah-rempah yang kami jadikan jamu adalah Temu Lawak, Jahe,
Kunyit Asam, Beras Kencur Dan Daun Kelor. Sebagai pertimbangan karena bahan
sagat melimpah di lingkungan sekitar karna mampu tumbuh dengan baik di sini.

Dalam penyajiannya para siswa diajari untuk proses memproduksi,


mengemas dan memasarkannya. Untuk memproduksinya kami memunculkan
produk jamu dalam bentuk bubuk dan cair siap saji baik hangat maupun dingin.
Pemasarannya kami ajarkan siswa selain melakukan penjualan di lingkungan
sekolah dan masyarakat kami juga memfasilitasi siswa untuk menjual barang nya di
media social dan toko online.
B. Tujuan

Jamu merupakan ramuan tradisional sebagai salah satu upaya pengobatan yang

telah dikenal luas dan dimanfaatkan oleh masyarakat dengan tujuan mengobati

penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit, menjaga ketahanan dan

kesehatan tubuh.

Dalam kegiatan ini kami memiliki tujuan agara yang pertama siswa mampu
memahami jenis-jenis tanaman obat dan manfaatnya bagi tubuh, kedua siswa
mamapu menganalisis manfaat obat herbal bagi tubuh kita, siswa mampu membuat
dan memproduksi jamu herbal dalam bentuk bubuk maupun cair, dan siswa mampu
memasarkan produk jamu herbal meraka yang telah di buat ke masyarakat yang
terakhir agar siswa mampu berwirausaha mandiri kelak jika sudah lulus dari
sekolah

C. Manfaat

Jamu di Indonesia biasa digunakan sebagai obat herbal atau hasil meramu

bahan-bahan yang berasal dari alam dan memiliki khasiat untuk kesehatan. Jamu tidak

hanya berfungsi sebagai obat, tetapi juga untuk menjaga kebugaran tubuh dan mencegah

dari penyakit.

Kegiatan ini memiliki banyak sekali manfaat, karna kegiatan yang kami
lakukan ini merupakan pembelaran langsung yang terfokus kepada anak segingga
manfaatnya sagat luar biasa. Terutama manfaat yang terasa adalah siswa mampu
membuat jamu tradisional dan praktiknya siswa mamapu mendapatkan keuntungan
dari penjualan jamu herbal mereka. Sehingga kegiatan ini merupakan pembelaran
produksi, pengemasan dan penjualan yang dilakukan di lingkungan sekolah dan
masyarakat berupa bazar sekolah.
2. Kajian Pusaka/Kajian Teori

Pengertian Jiwa Kewirausahaan Hisrich (dalam Sumanto, 1989: 45 – 77) menyatakan


kewirausahaan merupakan proses mengkreasi sesuatu yang baru, yang bernilai dengan
mencurahkan waktu dan upaya, serta menanggung risiko sehingga dapat mencapai
keberhasilan. Pendapat lain dikemukakan bahwa entrepreneure mempunyai ciri :

(1) Memiliki moral yang tinggi, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki kemerdekaan batin, mementingkan keutamaan, memiliki kasih
sayang, loyal terhadap hukum dan memiliki sifat keadilan,

(2) Sikap mental wirausahawan yakni berkemauan keras, berkeyakinan kuat atas
kekuatan yang ada pada dirinya, jujur dan bertanggung jawab, memiliki ketahanan fisik
dan mental, tekun serta ulet dalam bekerja dan berusaha, serta memiliki pemikiran yang
konstruktif kreatif,

(3) Peka terhadap lingkungan yang meliputi pengenalan terhadap arti lingkungan,
senantiasa bersyukur atas segala yang diperoleh dan dimiliki, keinginan yang besar untuk
menggali dan mendayagunakan sumber-sumber ekonomi di lingkungan setempat, serta
menghargai dan memanfaatkan waktu secara efektif,

(4) Memiliki keterampilan wiraswasta yang meliputi keterampilan berpikir kreatif,


keterampilan membuat keputusan, keterampilan dalam kepemimpinan, keterampilan
manajerial serta keterampilan dalam human relations (Wasty Sumanto, 1989: 45 – 77).
Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan
permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Lebih
sederhana kewirausahaan adalah suatu kemampuan (ability) dalam berpikir kreatif dan
berperilaku inovatif yang dijadikan dasar. Sedangkan Utsman Najati menerangkan bahwa
dalam ajaran Islam sendiri menganjurkan manusia untuk melakukan wirausaha dan selalu
mencari karunia Allah di muka bumi. Kewirausahaan pada hakikatnya adalah suatu sikap,
jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai serta berguna
bagi diri dan orang lain.

Kewirausahaan muncul apabila seseorang berani mengembangkan usaha-usaha dan


ide-ide baru. Dalam jiwa kewirausahaan tertanam jiwa yang selalu aktif, kreatif, berkarya
dan inovatif untuk meningkatkan pendapatan dalam usahanya. Wirausaha adalah orang
yang kreatif menciptakan dan memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya.
Seorang wirausaha selalu berusaha meningkatkan kreasi dan inovasi dalam
memanfaatkan peluang. Menurut Kasmir (2006:19), kewirausahaan adalah suatu
kemampuan menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan dan memerlukan
adanya kreativitas dan inovasi dari yang sudah ada sebelumnya. Kemampuan
berwirausaha yang kreatif dan inovatif dapat dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk
mencari peluang menuju sukses (Suryana, 2006: 2).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah proses


mengkreasikan diri tanpa menggantungkan orang lain dan membangun dirinya untuk
jujur dan bertanggung jawab serta menghargai dan memanfaatkan waktu secara efektif.
Kewirausahaan muncul apabila seorang individu berani mengembangkan usaha dan ide-
ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang
berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh karena itu,
wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi
untuk mengejar peluang itu. Fungsinya adalah memperkenalkan barang baru,
melaksanakan metode produk baru, membuka pasar baru, membuka bahan/sumber-
sumber baru dan pelaksanaan organisasi baru.

Eksistensi Jamu Tradisional Definisi jamu atau obat tradisional adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Yuliarti, 2008: 4).

Masyarakat Indonesia mengenal jamu adalah resep turun temurun dari


leluhurnya agar dapat dipertahankan dan dikembangkan. Bahan-bahan jamu sendiri
diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia baik itu dari akar, daun, buah,
bunga, maupun kulit kayu. Secara sederhana jamu dapat diartikan sebagai ramuan
dari berbagai bahan-bahan alami yang dengan cara-cara tertentu dan pengolahan
sederhana mampu menghasilkan produk berkhasiat dan berguna untuk
menyembuhkan penyakit. Jamu tradisional adalah warisan nenek moyang maka
sudah sepatutnyalah kita melestarikannya.

Penulisan obat tradisional atau jamu tradisional, merupakan suatu kewajiban


moral dalam melestarikan kebudayaan seperti yang digariskan oleh Garis-Garis
besar Haluan Negara. Jamu sebagai warisan nenek moyang bangsa Indonesia
seharusnya menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Seperti layaknya batik yang kini
mendunia, jamu seharusnya juga begitu. Jamu seharusnya perlu terus
dikembangkan tapi dengan tidak meninggalkan identitasnya sebagai jamu.
Seharusnya kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
dianugerahkan suatu warisan yang sungguh luar biasa yang bisa kita jadikan
sebagai tanda pengenal sekaligus kebanggaan bagi diri kita sendiri sebagai suatu
bangsa. Manfaat Jamu Jamu mempunyai beberapa manfaat yaitu (Yuliarti, 2008: 11):

1) Menjaga kebugaran tubuh Berbagai jenis jamu memiliki fungsi untuk


menjaga kebugaran tubuh termasuk menjaga vitalitas, menghilangkan rasa
tidak enak di badan yang mengganggu kebugaran tubuh misalkan lemah,
letih, lesu, serta capek-capek.
2) Menjaga kecantikan Jamu selain untuk menjaga kebugaran tubuh,
beberapa jenis jamu juga berfungsi menjaga dan meningkatkan kecantikan,
beberapa hal termasuk diantaranya menyuburkan rambut, melembutkan
kulit, memutihkan kulit, menghilangkan bau badan serta bau mulut dan
sebagainya.
3) Mencegah penyakit Beberapa jenis jamu berfungsi meningkatkan
kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah gangguan-gangguan kesehatan
ringan, misalnya influenza, mabuk perjalanan, dan mencegah cacat pada
janin.
4) Mengobati penyakit Manfaat jamu yang paling dikenal oleh masyarakat
adalah untuk mengobati penyakit. Sehubungan dengan mahalnya biaya
pengobatan, jamu mulai dilirik sebagai pengganti obat. Berbagai jenis jamu
mulai dipercaya untuk mengobati berbagai jenis penyakit, misalnya asam
urat, asma, batu ginjal, bronkitis, demam berdarah, diabetes mellitus,
disentri, eksem, hipertensi, influenza, kanker, gangguan kolestrol, lepra,
lever, luka, malaria, muntaber, peradangan, rematik, TBC, tifus, tumor dan
usus buntu.

Modernisasi Zaman Kata modernisasi merupakan kata benda dari bahasa latin
“modernus” (modo:baru saja) atau model baru,dalam bahasa Perancis disebut
Moderne. Modernisasi secara etimologi berasal dari kata modern. Kata modern
dalam kamus umum bahasa Indonesia adalah yang berarti: baru, terbaru, cara baru
atau mutakhir, sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntunan
zaman, dapat juga diartikan maju,baik. Modernisasi berasal dari kata modern yang
berarti terbaru, mutakhir, atau sikap dan cara berpikir yang sesuai dengan tuntutan
zaman. Selanjutnya modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan
mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan
masa kini. Menurut Nurcholish Madjid, pengertian modernisasi hampir identik
dengan pengertian rasionalisasi, yaitu proses perombakan pola berpikir dan tata
kerja lama yang tidak rasional dan menggantinya dengan pola berpikir dan tata
kerja baru yang rasional. Hal itu dilakukan dengan menggunakan penemuan
mutakhir manusia di bidang ilmu pengetahuan.6 Menurut Koentjaraningrat,
sebagaimana dikutip Faisal Ismail, mendefinisikan modernisasi sebagai suatu usaha
secara sadar yang dilakukan oleh suatu bangsa atau negara untuk menyesuaikan
diri dengan konstelasi dunia pada suatu kurun tertentu di mana bangsa itu hidup.
Dampak Modernisasi Dampak-dampak positif dari modernisasi antara lain adalah
kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan,
kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam segala
bidang, keinginan masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan situasi di
sekitarnya, serta adanya sikap hidup mandiri. Sementara beberapa di antara
dampak-dampak negatif dari modernisasi adalah bercampurnya kebudayaan-
kebudayaan di dunia dalam satu kondisi dan saling mempengaruhi satu sama lain,
baik yang baik maupun yang buruk, materialisme mendarah daging dalam tubuh
masyarakat modern, merosotnya moral dan tumbuhnya berbagai bentuk kejahatan,
meningkatnya rasa individualistis dan merasa tidak membutuhkan orang, serta
adanya kebebasan seksual dan meningkatnya eksploitasi terhadap wanita8 . Affandi
Kusuma membagi dua bagian tentang dampak modernisasi tersebut, yaitu;

a. Dampak Positif
 Perubahan Tata Nilai dan Sikap (Adanya modernisasi dan globalisasi
dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap
masyarakat yang semua irasional menjadi rasional).
 Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat
menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk
berpikir lebih maju).
 Tingkat Kehidupan yang lebih Baik (Dibukanya industri yang
memproduksi alatalat komunikasi dan transportasi yang canggih
merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat). b. Dampak Negatif
 Pola Hidup Konsumtif (Perkembangan industri yang pesat membuat
penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan
begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang
dengan banyak pilihan yang ada).
 Sikap Individualistik (Masyarakat merasa dimudahkan dengan
teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan
orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa
mereka adalah makhluk sosial).

Gaya Hidup Kebarat-baratan (Tidak semua budaya Barat baik dan


cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya
asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas
remaja, dan lain-lain). Kesenjangan Sosial (Apabila dalam suatu komunitas
masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus
modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara
individu dengan individu lain yang stagnan). Hal ini menimbulkan
kesenjangan sosial. Teori Rasionalitas Max Weber Pemikiran Weber yang
dapat berpengaruh pada teori perubahan sosial adalah dari bentuk
rasionalisme yang dimiliki. Pemikiran Weber rasionalitas meliputi empat
macam model yang ada di kalangan masyarakat. keberadaan rasionalitas itu
dapat berdiri sendiri tetapi juga simultan yang secara bersama menjadi
acuan perilaku masyarakat. empat macam model rasionalitas menurut
Weber : (Salim, 2002: 39)

a) Tradisional rationality Yang menjadi tujuan adalah perjuangan nilai


yang berasal dari tradisi kehidupan masyarakat (sehingga ada yang
menyebut sebagai tindakan yang non-rational). Setiap kehidupan masyarakat
seringkali dikenal adanya aplikasi nilai, setiap kegiatan selalu berhubungan
dengan orientasi nilai kehidupan sehingga norma hidup bersama tampak
lebih kokoh berkembang. Contoh: upacara perkawinan yang menjadi tradisi
hampir semua kelompok etnis di Indonesia.

b) Value oriented rationality (wertrationalitat) Suatu kondisi dimana


masyarakat melihat nilai sebagai potensi hidup, sekalipun tidak aktual dalam
kehidupan keseharian. Kebiasaan ini di dukung oleh perilaku kehidupan
agama (nilai agama) serta budaya masyarakat yang berurat-berakar dalam
kehidupan (tradisi), sebagai contoh: orang kerja keras membanting tulang di
Jakarta, kemudian setahun sekali mudik di kampung daerah.

c) Affective rasionality Jenis rasional yang bermuara dalam hubungan


emosi yang sangat mendalam, dimana ada relasi hubungan khusus yang tidak
bisa diterangkandi luar lingkaran tersebut. Contohnya: hubungan suami-istri,
ibu-anak.

d) Purposive rationality/Rasionalitas Instumental Bentuk rational


yang paling tinggi dengan unsur pertimbangan pilihan yang rasional
sehubungan dengan tujuan tindakan dan alat yang dipilihnya. Di setiap
komunitas masyarakat, kelompok masyarakat, etnik tertentu, ada banyak
unsur rasionalitas yang paling popular yang banyak diikuti oleh masyarakat.
sebagai contoh: rasionalitas ekonomi seringkali menjadi pilihan utama di
banyak masyarakat. sepanjang sejarah kehidupan rasionalitas ini bisa
menggerakkan banyak perubahan sosial, mengubah perilaku kehidupan
orang-perorangan secara kontekstual. Jika dikaitkan dengan teori perubahan
sosial yang dikemukakan oleh Max Weber, yang dapat berpengaruh dalam
perubahan sosial adalah dari bentuk rasionalisme yang dimiliki, penulis
memilih model tradisional rationality/tindakan tradisional.

Dilihat dari Buk Sum, pembuat dan penjual jamu tradisional di Dusun
Sukoharjo, yang menjadi tujuan adalah perjuangan nilai yang berasal dari
tradisi kehidupan masyarakat sehingga ada yang menyebut sebagai tindakan
yang non-rational. Tradisional rationality terlihat juga pada jamunya sendiri
yang masih tradisional dengan menggunakan bahan-bahan atau ramuan dari
alam tanpa campuran obat-obatan kimia. Dengan cara menjual jamu
tradisional adalah salah satu bentuk tradisional rasionality yang juga
merupakan usaha untuk mempertahankan nilai-nilai kultur budaya jawa, dan
juga berusaha mewariskan nilai-nilai tradisional jawa secara utuh sehingga
rasionalitas nilai adalah apa yang mereka pertahankan dengan cara dan
rasionalitas tradisional. Menurut Himes dan Moore yang dikutip Soelaiman,
perubahan sosial memiliki tiga dimensi, yakni:

a. Dimensi struktural yang mengacu pada perubahan dalam bentuk struktur


masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, muncul peranan baru,
perubahan dalam struktur kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial.

b. Dimensi kultural yang berorientasi pada perubahan kebudayaan dalam


masyarakat. Perubahan ini meliputi inovasi kebudayaan, difusi, dan integrasi.
Inovasi kebudayaan merupakan komponen internal yang menciptakan perubahan
sosial, sedangkan integrasi merupakan hasil penyatuan unsur-unsur buaya menjadi
budaya baru.

c. Dimensi interaksional adalah adanya perubahan hubungan sosial dalam


masyarakat

3. Desain Karya

 Mind Mapping
a. Proses Pembuatan Jamu Rumahan (Cair)
b. Proses Pembuatan Jamu Pada Siswa (Serbuk)
c. Langkah Pengemasan Produk

 Deskripsi dan Proses Karya INOVASI


a. Jamu Jahe
Jahe merah adalah salah satu tanaman yang hampir mirip
dengan kunyit yang biasa digunakan sebagai bahan rempah yang sangat
terkenal dengan harum dan rasa yang khas serta dimanfaatkan untuk
ramuan obat-obatan yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Jahe
merah sama dengan jahe pada umumnya hanya saja memiliki warna
merah yang mendominasi jahe tersebut.
Serbuk instan jahe merah (red ginger) nerupakan olahan dari
rimpang jahe yang diracik dengan rempah-rempah lainnya
menghasilkan serbuk instan jahe merah. Dalam bentuk serbuk
penggunaannya akan semakin mudah karena seperti kita membuat
kopi . selain itu, serbuk jahe merah juga bias dinikmati bersamaan
dengan minuman lainnya seperti kopi, susu, dan teh.

 Manfaat serbuk instan jahe merah adalah :


 sebagai anti-koagulan
 mengobati batuk
 menghilangkan lelah
 mengobati perut kembung/masuk angin
 mengobati asam urat dan nyeri sendi
 mengobati impotensi
 mengatasi gangguan saat menstruasi
 mengurangi rasa sakit kepala atau sakit gigi
 mengatasi gangguan pencernaan, dan
 untuk menghangatkan tubuh.
Cara pembuatan serbuk instan jahe merah :
Bahan :
Bahan yang digunakan untuk pembuatan serbuk instan jahe
merah adalah jahe merah segar (sebaiknya yang tua dan masih segar
sebanyak 1 kg, gula pasir (Gula putih) 1 kg
Alat :
alat-alat yang digunakan adalah pisau, pemarut, saringan,
kompor, wajan, pengaduk makanan.
Cara pembuatan :
b. jahe dicuci bersih (tidak perlu dikupas),
c. jahe yang telah dibersihkan digiling atau diparut,
d. kemudian di peras menggunakan saringan untuk memisahkan sari jahe
dan ampas. Sari jahe yang diperoleh dibiarkan dulu sekitar 30 menit
agar patinya mengendap
e. selanjutnya sari jahe ditambah gula pasir dengan perbandingan 1 : 1
dengan sari jahe.
f. Campuran gula dan sari jahe dipanaskan dalam wajan sambil diaduk
sampai mengental dan pada bagian pinggiran wajan mengeras
g. selanjutnya api dimatikan dan biarkan campuran tadi menjadi agak
dingin.
h. Setelah agak dingin segera dilakukan pengadukan sampai terbentuk
kristal dan diaduk terus supaya kristalnya seragam.
i. Agar ukuran kristal menjadi seragam dilakukan pengayakan dan kristal
yang tidak seragam dihancurkan dengan sendok atau penumbuk
selanjutnya diayak kembali. Hal ini dilakukan berulang sampai seluruh
kristal seragam.
j. Agar tetap kering simpan jahe serbuk ini disalam wadah tertutup rapat
atau kantung pelastik kedap air.
k. Jika dikehendaki jahe serbuk ini mempunyai rasa gula aren dan
warnanya kecoklatan maka dapat dicampur dengan gula semut atau
gula aren.

 Bahan dan Cara Pembuatan Jamu Beras Kencur Bubuk:


1. Bahan:

b. 150ml air
c. 150 gram gula jawa
d. 125 gram kencur
e. 50 gram beras putih
f. 5 sendok makan gula pasir
g. 5 cm jahe
h. 1/2 sendok makan asam jawa

2. Cara Pembuat Jamu Beras Kencur Bubuk :


a. cuci hingga bersih jamu didalam air rendaman
b. masukan asam jawa, gula pasir, gula merah , jahe dan air menjadi
satu hingga semua mendidih
c. kupas kulit kencur dan potong menjadi kecil kecil
d. tiriskan terlebih dahulu lalu blender kencur dengan air rebusan
tadi
e. saring jamu beras kencur tersebut
f. sajikan dalam wadah
g. Jamu beras kencurpun jadi dan siap untuk dikonsumsi
4.Produk Jadi

A. Foto produk

B. Publikasi

LINK https://drive.google.com/file/d/1yQhAef1YaCh2PgM7V33VhXd1CS4VQ2mS/view?usp=drivesdk
VIDEO
IG https://drive.google.com/drive/folders/1_fXM7gY693NngjLgFqoNAZUj49jqkIoW?usp=sharing
TIK TOK https://vt.tiktok.com/ZSRtJ2kUj/

5. BIAYA/ PROVIT DARI KARYA INOVASI


Biaya produksi 1 saset 1000 gram Rp. 20.000

DAFTAR PUSTAKA
Muslimin, Lukman,dkk. (2009). KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN
PASAR JAMU. Jakarta
Charles Saerang, “Jamu, antara Realitas dan Tantangan Masa Depan”.
www.alumni-ipb.or.id, 7 January, 2009.
Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1989),
Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan, dan Keindonesiaan (Bandung:
Mizan, 1997),
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi
Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press: 1998

LAMPIRAN
 Proses penjualan di bazar sekolah

Anda mungkin juga menyukai