Anda di halaman 1dari 48

PENGUATAN LITERASI DI DAERAH

PERAN DAN STRATEGI


TIM PENDAMPING
LITERASI DAERAH

BAB II. PENGELOLAAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


i
PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH
ii
PENGUATAN LITERASI DI DAERAH

PERAN DAN STRATEGI


TIM PENDAMPING
LITERASI DAERAH
Hak cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Dilindungi Undang-Undang

PENGUATAN LITERASI DI DAERAH


PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING
LITERASI DAERAH

Pengarah : Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen


Penanggung Jawab : Sekretaris Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen
Tim Peninjau : Katman, Yusuf Rokhmat, Billy Antoro
Penulis : Wien Muldian, Trisno Ikhwanudin
Billy Antoro
Ilustrator : Moh. Sidik Mulyana
Penyunting : Sihar Ramses Simatupang
Cetakan I : November 2021

Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Wien Muldian
Penguatan Literasi di Daerah: Peran dan Strategi Tim Pendamping Literasi
Daerah/Wien Muldian, Trisno Ikhwanudin, Billy Antoro; Penyunting: Sihar Ramses
Simatupang. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah, 2021.
iv + 78 hlm; 17,6 x 25 cm

ISBN: 978-623-95625-8-8

I. Penguatan Literasi di Daerah: Peran dan Strategi Tim Pendamping Literasi Daerah

II. Muldian, Wien III. Simatupang, Sihar Ramses IV. Mulyana, Moh. Sidik

Diterbitkan Oleh:
Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kompleks Kemendikbud, Gedung E Lantai 14
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Pos-el: literasi.sekolah@kemdikbud.go.id

Buku ini bebas diperbanyak dan diterjemahkan baik sebagian maupun keseluruhannya,
tetapi tidak dapat diperjualbelikan maupun digunakan untuk tujuan komersil.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


iv
Literasi telah menjadi program pemerintah yang diyakini dapat meningkatkan

KATA PENGANTAR
kemajuan pendidikan tanah air. Sejumlah regulasi telah diterbitkan dengan
meletakkan literasi sebagai amanat konstitusi, antara lain Peraturan Presiden Nomor
18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-
2024, Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan. Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) sebagai bagian dari Asesmen Nasional juga menempatkan pencapaian literasi
dan numerasi sebagai tolok ukur keberhasilan kegiatan pembelajaran di satuan
pendidikan.

Memasuki tahun 2020 hingga kini, dunia diterpa pandemi COVID-19. Proses
pembelajaran berubah drastis. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi pilihan satu-
satunya. Namun, ternyata, PJJ berkepanjangan berdampak buruk: terjadi penurunan
minat dan kompetensi belajar (learning loss) dan literasi (literacy loss) pada peserta
didik. Literasi mengalami tantangan untuk membuktikan dirinya sebagai solusi.

Di lapangan, guru-guru menolak menyerah. Dalam kondisi apapun, kegiatan


pembelajaran harus terus berjalan. Learning loss dan literacy loss harus dilawan.
Mereka menciptakan kreasi dan inovasi agar siswa menjalani pembelajaran dengan
asyik dan menyenangkan. Buku yang diterbitkan berseri ini berupaya memotret
praktik-praktik baik yang tersebar di berbagai mata pelajaran.

Buku ini diharapkan menjadi referensi bagi satuan pendidikan dalam


menyelenggarakan kegiatan pembelajaran baik secara tatap muka maupun virtual.
Lebih dari itu, berbagai praktik baik pembelajaran ini diharapkan dapat membuka
wawasan dan imajinasi pendidik dan peserta didik dalam memahami pelajaran
secara holistik. Inspirasi yang termuat di dalamnya juga dapat mendorong satuan
pendidikan untuk terus bereksplorasi menciptakan kegiatan pembelajaran yang
bermakna bagi peserta didik.

Diharapkan buku ini dapat menjadi sumbangsih dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan melalui akselerasi kemampuan literasi bagi siswa. Selamat membaca dan
bereksplorasi. Salam literasi!

Direktur Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen

Jumeri, S.TP., M.Si.


NIP 196305101985031019

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


v
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI iii

DAFTAR ISI iv

BAB I. PENDAHULUAN 1
Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Peserta Didik 3
Pentingnya Sinergi Antar Pemangku Kepentingan 4

BAB II. PENGELOLAAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH 7


Tugas dan Tanggung Jawab TPLD 7
Struktur Organisasi TPLD 9
Unsur-Unsur TPLD 9
Pola dan Fokus TPLD dalam Pelibatan Pemangku Kepentingan 14

BAB III. STRATEGI TPLD MENJALIN SINERGI PEMANGKU KEPENTINGAN 17


Penguatan Tata Kelola 18
Peningkatan Kapasitas Fasilitator 21
Peningkatan Pelibatan Publik 22

BAB IV. STRATEGI TPLD MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH 25


Pembentukan Tim Literasi Sekolah 26
Penguatan Lingkungan Fisik 26
Penguatan Lingkungan Sosial-Afektif 29
Penguatan Lingkungan Akademik 32

BAB V. STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) TPLD 37


Strategi Monev di Tingkat Daerah 38
Strategi Monev di Tingkat Satuan Pendidikan 39

BAB VI. PENUTUP 41

DAFTAR PUSTAKA 44

BIODATA PENULIS 45

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


vi
BAB I
PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN
1
BAB I. PENDAHULUAN

Mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui


terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan
berkebinekaan global.
~ Visi Pendidikan Indonesia

Dalam pelaksanaan penguatan literasi dan numerasi di sekolah, saat ini dibutuhkan sinergi
dan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah. Untuk
merealisasikannya, perlu dibentuk Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) sebagai wadah
kolaboratif para pemangku kepentingan di daerah dan Tim Literasi Sekolah (TLS) untuk
menguatkan implementasi literasi di sekolah, sebagai bagian mewujudkan Visi Pendidikan
Indonesia. Peran LPMP, PP/BP PAUD dan Dikmas, serta Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/
Kota sangat dibutuhkan untuk menjalankan peran pendampingan literasi di satuan pendidikan.

Di dalam PP No. 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 6 ayat (1)
menyatakan: Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan
dasar difokuskan pada penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila serta
kompetensi literasi dan numerasi peserta didik. Inilah salah satu dasar pemikiran perlunya
penguatan dengan membentuk TPLD di berbagai daerah di Indonesia.

Keberadaan TPLD dan TLS sangat strategis dalam penguatan literasi dan numerasi di sekolah,
terutama di saat dan setelah pandemi Covid-19 atau masa normal selanjutnya (next normal).
Tujuannya agar terjadi penyesuaian di segala bidang termasuk pendidikan terutama aktivitas
pembelajaran di sekolah. Peran dan fungsi TPLD dan TLS fokus pada akselerasi penguatan
literasi dan numerasi.

Sebelum pandemi, indeks literasi dan numerasi Indonesia masih berada di level yang belum
menggembirakan. Akibat pandemi, kondisi penurunan indeks akan sangat mungkin terjadi.
Oleh karena itu TPLD dan TLS diharapkan dapat bahu membahu mempercepat penguatan
literasi dan numerasi di sekolah agar dapat mengejar ketertinggalan serta memperbaiki kualitas
kecakapan literasi dan numerasi peserta didik.

Baik TPLD maupun TLS diharapkan memiliki strategi implementasi penguatan literasi dan
numerasi yang taktis di ranah fisik, sosial-afektif, dan akademik yang menjadi pintu masuk
bagi terciptanya budaya literasi di sekolah. Bersama sekolah, TPLD dan TLS menyokong
aktivitas penguatan literasi dan numerasi yang akan menjadi simpul kolaborasi dan bertujuan
membangun warga sekolah yang memiliki kekuatan dan daya literasi.

Selain berkolaborasi aktif dengan sekolah sebagai pemangku utama gerakan literasi sekolah,
TPLD juga berfungsi menjadi ‘jembatan’ antara sekolah dengan pemangku kunci yang memiliki
otoritas penuh dalam mengeluarkan kebijakan pendidikan. Pemangku kunci dalam konteks ini

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


2
adalah pemerintah pusat yang diwakilkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi (Kemendikbudristek), Pemerintah Daerah tingkat I dan II, legislatif di DPR, DPRD
I dan DPRD II.

Peran utama TPLD adalah memberikan masukan dan rekomendasi berdasarkan fakta berbasis
data yang ditemukan di lapangan terkait dengan kondisi dan situasi pendidikan di daerah.
Dengan demikian, data temuan dapat menjadi sumber informasi yang dapat digunakan untuk
memperbaiki kualitas pendidikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
melalui penguatan literasi dan numerasi di sekolah.

TPLD dan TLS juga memiliki peran mengajak dan mendorong berbagai pihak di masyarakat
untuk mendukung program literasi di sekolah, antara lain oleh pegiat dan komunitas literasi,
lembaga akademik, organisasi masyarakat, media massa, serta DUDI (dunia usaha dan
dunia industri). Beragam bentuk dukungan dapat dilakukan guna mempercepat penguatan
literasi dan numerasi di sekolah, bisa dalam bentuk dukungan bahan bacaan dan sumber
belajar, dukungan sumber daya manusia, teknologi, keterampilan juga berbentuk barang dan
pembiayaan. Dengan kekuatan jaringan dan kolaborasi antarpemangku yang dimotori oleh
TPLD diharapkan terjadi perbaikan kualitas pendidikan.

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Peserta Didik


Pandemi Covid-19 berpengaruh pada berbagai sektor kehidupan, termasuk dunia
pendidikan yang menyebabkan peserta didik mengalami “ketertinggalan literasi” (literacy
loss) dan “ketertinggalan pembelajaran “(learning loss). Secara akademik, dua istilah ini
dipakai bersamaan dalam konteks hilangnya kapasitas peserta didik yang diakibatkan oleh
pandemi yang berdampak hal-hal berikut:

• Penutupan sekolah agar memperlambat penyebaran virus korona.

• Belajar dari rumah yang menuntut peranan orang tua, serta strategi baru para guru
agar proses belajar-mengajar berjalan maksimal.

• Pada praktiknya, baik literacy loss maupun learning loss, keduanya menempatkan
peserta didik pada dua sisi yakni menurunnya kemampuan penguasaan pelajaran
dan sisi lain meningkatnya kecakapan mengakses teknologi informasi.

• Dua istilah ini bertemu pada titik yang sama, yakni kehilangan kapasitas belajar.

Masa normal selanjutnya (next normal) akan menyebabkan terjadinya penyesuaian di


segala bidang termasuk pendidikan terutama aktivitas pembelajaran di sekolah.

• Peran dan fungsi TPLD dan TLS berfokus kepada akselerasi penguatan literasi
dan numerasi. Sebab sebelum pandemi indeks literasi dan numerasi Indonesia
masih berada di level yang belum menggembirakan, dan pada saat pandemi
kondisi penurunan indeks akan sangat mungkin terjadi.

• TPLD dan TLS diharapkan dapat bahu membahu dalam mempercepat


penguatan literasi dan numerasi di sekolah agar dapat mengejar ketertinggalan
serta memperbaiki kualitas kecakapan literasi dan numerasi di sekolah.

BAB I. PENDAHULUAN
3
Pentingnya Sinergi Antarpemangku Kepentingan
Sinergi antarpemangku kepentingan dapat menjembatani sekolah dengan pemangku
kunci yang memiliki otoritas penuh dalam mengeluarkan kebijakan terkait dengan isu
pendidikan. Pemangku kunci dalam konteks ini adalah pemerintah pusat yang diwakili
oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek),
pemerintah daerah tingkat I dan II, DPR, DPRD I dan DPRD II.

Gambar 1.1 Pertemuan di LPMP Jawa Tengah. Foto: Wien.

Peran TPLD adalah memberikan masukan dan rekomendasi berdasarkan fakta berbasis
data yang ditemukan di lapangan terkait dengan kondisi dan situasi pendidikan di daerah.
Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui
penguatan literasi dan numerasi di sekolah.

Melalui Unit Pelaksana Teknis yang ada di daerah (LPMP dan PP/ BP Daud dan Dikmas),
Kemendikbudristek mendorong sejumlah hal sebagai berikut :

a. Terbentuknya Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD)

b. Munculnya kebijakan daerah tentang literasi melalui penerbitan Peraturan


Gubernur/BupatI/Wali Kota

c. Pendampingan penguatan literasi dan numerasi kepada satuan pendidikan

d. Kemitraan antara Pemda dan pegiat literasi serta pemangku kepentingan lainnya

Dengan kekuatan jaringan dan kolaborasi antarpemangku yang dimotori oleh TPLD diharapkan
terjadi perbaikan kualitas pendidikan di mana salah satu indikatornya adalah menguatnya
kecakapan literasi dan numerasi seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif.

Penumbuhan budaya literasi perlu mengintegrasikan strategi untuk meningkatkan mutu


sekolah, kualitas layanan sarana prasarana, kapasitas guru dan tenaga kependidikan, serta
pelaksanaan strategi literasi melalui tata kelola sekolah yang baik melalui upaya pelibatan
publik.

Dukungan orang tua, masyarakat, pelaku bisnis, serta pemangku kepentingan lain seperti
lembaga pemerintahan daerah terhadap tumbuhnya budaya literasi di satuan pendidikan
menjadi penting mengingat pendidikan peserta didik tak hanya berlangsung di sekolah.
Upaya penumbuhan budaya literasi juga perlu diselenggarakan di rumah dan di masyarakat
karena literasi merupakan kecakapan esensial dalam kehidupan seseorang yang menentukan
kapasitasnya sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


4
BAB II
PENGELOLAAN
DAN STRATEGI
TIM PENDAMPING
LITERASI DAERAH

BAB II. PENGELOLAAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


5
BAB II. PENGELOLAAN DAN STRATEGI TIM
PENDAMPING LITERASI DAERAH

Secara spesifik TPLD memiliki tugas utama yaitu melakukan penguatan kemampuan literasi
dan numerasi di sekolah terutama yang terkena dampak dari learning loss yang diakibatkan
oleh pandemi Covid-19. Untuk mencapai tujuan tersebut, TPLD bertanggungjawab untuk
melakukan sejumlah langkah strategis dan taktis yang membantu sekolah mengejar
ketertinggalan pembelajaran yang disebabkan oleh pembelajaran jarak jauh yaitu:

a. Pemetaan
Melakukan pemetaan terhadap kebutuhan di lapangan dalam rangka penguatan
literasi dan numerasi di sekolah berdasarkan kondisi dan situasi di daerah.

b. Asesmen
Membantu TLS melakukan asesmen untuk mempersiapkan sekolah dalam
menyongsong masa normal selanjutnya.

c. Advokasi
Membekali dan membantu TLS dalam merancang strategi yang taktis dan efektif
dalam penguatan literasi dan numerasi pada masa normal selanjutnya.

d. Dukungan
Memotivasi dan mendorong TLS dalam bentuk dukungan psikologis untuk bersiap
dalam menyongsong masa normal selanjutnya.

e. Monev
Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk mengetahui keefektifan
pelaksanaan program di lapangan.

f. Laporan
Memberikan laporan kepada kepala daerah berdasarkan temuan di lapangan untuk
menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan.

Struktur Organisasi TPLD


Penguatan literasi dan numerasi seharusnya didukung sistem yang memiliki peran sentral
dalam mendorong pemerintah daerah sebagai motor penggerak pendidikan. Dalam hal
ini Dinas Pendidikan menjadi ujung tombak kebijakan dalam mengelola pendidikan di
sekolah. Selain mengajak para pemangku kepentingan turut terlibat, TPLD memiliki juga
tugas mendorong setiap sekolah untuk membentuk Tim Literasi Sekolah (TLS).

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


6
Kepala Daerah

LPMP dan PP/BP Dinas Pendidikan


PAUD dan DIKMAS

Tim Pendamping
Literasi Daerah

Tim Literasi di Satuan


Pendidikan

Gambar 2.1 Struktur TPLD

TPLD dengan struktur organisasi dan anggota yang dimilikinya memberi masukan kepada
pemerintah daerah untuk melakukan akselerasi kebijakan terkait pendidikan terutama
Penguatan Literasi dan Numerasi untuk mengatasi dampak learning loss.

Unsur-Unsur TPLD
Keanggotaan TPLD terdiri dari keterwakilan pemangku kepentingan, antara lain: Dinas
Pendidikan, Dinas Perpustakaan dan Arsip, Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah (Bappeda), unsur pegiat/tokoh pendidikan, pegiat literasi, tokoh masyarakat,
penerbit, penulis, media, Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), serta pemangku lainnya
sesuai kebutuhan setiap daerah.

Gambar 2.2. Kegiatan sosialisasi oleh LPMP Sulawesi Barat Foto: LPMP

(1) UPT Kemendikbudristek: LPMP


Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) adalah unit pelaksana teknis
Kemendikbudristek yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Tugas LPMP adalah
menjamin mutu pendidikan dasar, menengah, dan kesetaraan pendidikan dasar
dan menengah di lingkup Provinsi sesuai kebijakan Kemendikbudristek, dengan
tujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia dan memenuhi tuntutan
masyarakat dalam rangka pemerataan mutu pendidikan di daerah dan nasional.

BAB II. PENGELOLAAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


7
(2) UPT Kemendikbudristek: BP/PP PAUD dan Dikmas
Balai Pengembangan/Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat (BP/PP PAUD dan Dikmas) mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan program dan mutu pendidikan anak usia dini dan pendidikan
masyarakat di provinsi. Dalam melaksanakan tugasnya, BP/PP PAUD dan Dikmas
menyelenggarakan pengembangan program, supervisi, fasilitasi penyusunan
program dan penerapan model, pengembangan sumber daya, sistem informasi dan
kemitraan dalam pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat.

(3) UPT Kemendikbudristek: Balai/Kantor Bahasa


Balai/Kantor Bahasa memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan penelitian,
pengembangan, dan pembinaan, serta pelayanan kebahasaan dan kesastraan di
daerah. Adapun fungsi Balai/Kantor Bahasa adalah (1) melaksanakan kebijakan
teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek di bidang
pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia, (2) merumuskan dan
melaksanakan kebijakan teknis di bidang pembinaan dan pengembangan bahasa
dan sastra Indonesia di daerah, dan (3) bekerja sama dengan pemerintah daerah
dalam merumuskan kebijakan teknis di bidang kebahasaan dan kesastraan daerah.

(4) Dinas Pendidikan Provinsi


Dinas Pendidikan Provinsi mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan
bidang pendidikan meliputi pembiayaan, kurikulum, kebijakan dan standar, pendidik
dan tenaga kependidikan, pengendalian mutu pendidikan serta sarana prasarana
Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus.

(5) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota


Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota mempunyai tugas melaksanakan urusan
pemerintahan bidang pendidikan meliputi pembiayaan, kurikulum, kebijakan dan
standar, pendidik dan tenaga kependidikan, pengendalian mutu pendidikan serta
sarana prasarana Pendidikan Dasar, Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat.

(6) Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi dan Kabupaten/ Kota


Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi dan Kabupaten/Kota mempunyai
tugas perumusan konsep dan pelaksanaan kebijakan, pengkoordinasian,
pemantauan, evaluasi serta pelaporan bidang perpustakaan dan arsip yang terdiri
dari akuisisi, pengolahan koleksi dan dokumen, pelestarian perpustakaan serta
layanan, pembinaan dan pengembangan perpustakaan. Dinas ini jug bertugas
memasyarakatkan kegemaran membaca dan literasi.
(7) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) bertugas melaksanakan
fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang perencanaan, meliputi perencanaan,
pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah, pemerintahan dan pembangunan
manusia, perekonomian dan sumber daya alam, serta infrastruktur dan kewilayahan,
yang menjadi kewenangan daerah Provinsi dan Kabupaten Kota.

(8) SKPD terkait dengan literasi daerah (disesuaikan di setiap daerah)


Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


8
kota dapat dilibatkan di dalam pelaksanaan TPLD selama terkait dalam penguatan
literasi dan numerasi dan juga situasi pandemi Covid-19. Dinas Kesehatan misalnya,
dapat ikut terlibat dan mendukung sosialisasi kebijakan kesehatan dan pencegahan
penyebaran virus corona selama pandemi dan menuju ke normal berikutnya. Dapat
juga melibatkan Dinas Sosial terkait urusan anak jalanan, Dinas yang berurusan
dengan pemerintahan desa terkait penguatan literasi di desa-desa dengan
memberdayakan perpustakaan desa.

(9) Pegiat/Tokoh Pendidikan


Setiap daerah pasti memiliki orang-orang yang mendukung pelaksanaan pendidikan di
suatu daerah. Para tokoh dan pegiat pendidikan ini terlibat di dalam proses pendidikan
di suatu daerah, misalnya mengelola lembaga pendidikan, pernah terlibat sebagai
birokrasi pendidikan, menjadi pendidik yang banyak menyampaikan pemikirannya
perihal pendidikan ke publik melalui tulisan opini di media massa, dan lainnya.

Gambar 2.3 Sosialisasi program oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Foto: LPMPJawa Barat

(10) Akademisi / Perguruan Tinggi


Dukungan perguruan tinggi dan para akademisi-nya sangat mendukung
pengembangan program TPLD. Di perguruan tinggi, sebagai bagian dari Tri Dharma,
pengabdian masyarakat menjadi hal penting dalam memberikan kontribusi nyata
menguatkan praktik literasi dan numerasi di masyarakat, khususnya melalui sekolah.

(11) Pegiat literasi (TBM, Komunitas Literasi, dll)


Di setiap daerah pastinya memiliki pegiat literasi yang militan dan banyak
mengembangkan program literasi dan menyediakan bacaan sumber belajar di
tengah-tengah masyarakat. Taman Bacaan Masyarakat sebagai pusat pengetahuan
dan belajar yang merupakan bagian dari masyarakat dapat mendukung penguatan
literasi numerasi peserta didik selama pandemi, di saat peserta didik lebih banyak di
rumah dan lingkungan masyarakat.

BAB II. PENGELOLAAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


9
(12) Tokoh masyarakat
Para tokoh masyarakat yang menjadi panutan di tengah-tengah masyarakat, baik
itu perihal kemasyarakatan, agama, kesukuan, kedaerahan, kebudayaan, dan
lainnya, dapat mendukung penguatan literasi melalui TPLD dan TLS.

(13) Penerbit
Penerbit dapat terlibat di dalam TPLD dan mendukung ketersediaan bacaan
berkualitas. Penerbit dapat berkerja sama dengan mitra lain penerbitan buku agar
mudah diakses oleh peserta didik.

(14) Penulis
Para penulis yang berada di suatu daerah dapat mendukung dan terlibat dalam
pelaksanaan program TPLD. Bisa sebagai anggota TPLD yang menyumbangkan
pemikiran dan keterampilannya memanfaatkan bahan bacaan dan dapat juga
terlibat langsung di lapangan memberikan program pelatihan pentingnya membaca
dan menguasai keterampilan menulis.

(15) Media
Media massa daerah, baik itu media cetak, media digital maupun media informasi
di sosial media dapat terlibat aktif mendukung penguatan literasi dan numerasi.
Keterwakilan unsur media di TPLD dapat memberikan kontribusi strategi
komunikasi dan publikasi sosialisasi program-program TPLD terutama upaya
mengatasi learning lost di saat pandemi.

(16) Dunia Usaha dan Dunia Industri


Dunia Usaha dan Dunia Industri yang biasa disingkat DUDI dapat berkontribusi
mendukung program penguatan literasi dan numerasi. Bisa melalui program
CSR (Corporate Social Responsibility) dengan dukungan langsung ke kebutuhan
sekolah dalam pelaksanaan TLS, dapat juga melakukan penggalangan dunia
swasta terkait program-program TPLD dengan terlibat langsung.

(17) LSM/Ornop/Mitra CSO


Pegiat lembaga swadaya masyarakat/organisasi non pemerintah/community
Social organization, juga kelembagaan sosial kemasyarakatan lainnya memiliki
peran strategis dalam penguatan literasi di sekolah, masyarakat dan keluarga.
Biasanya mereka punya daerah pembinaan dimana dalam implementasi
programnya sangat memahami kondisi di lapangan. Berdasarkan pengalaman
pendampingan masyarakat ini, kalau terlibat langsung di TPLD, unsur LSM ini
dapat memberikan masukan perihal program kerja yang efektif dan strategis.

(18) Pemangku lain sesuai kebutuhan daerah (disesuaikan di setiap daerah)


Dalam penyusunan kepengurusan TPLD, dengan situasi pendidikan dan
kebudayaan lokal di setiap daerah, Dinas Pendidikan dan UPT Kemendikbud Ristek
yang menginisiasi TPLD dapat mencari dan memasukkan pemangku kepentingan
lainnya yang relevan dengan tujuan dibentuknya TPLD, khususnya di saat pandemi
Covid-19i ni. Misalnya melibatkan aparatur TNI yang memiliki daya jelajah masuk ke
berbagai pelosok daerah yang sulit dijangkau. Unsur lainnya yang sesuai dengan
kondisi daerah dapat ditetapkan dalam proses pembentukan TPLD.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


10
Dalam masa normal selanjutnya ditengarai sejumlah adaptasi dalam berbagai hal termasuk
dunia pendidikan menjadi keniscayaan. Salah satu adaptasi pembelajaran model baru di
dalam masa normal selanjutnya adalah penggunaan dan pemanfaatan teknologi digital
dalam aktivitas pembelajaran di sekolah. Kombinasi pendidikan konvensional dan modern
menjadi model yang diterapkan dalam proses transfer ilmu pengetahuan di segala jenjang
pendidikan. Guna menyosialisasikan sejumlah adaptasi, maka persiapan yang menyeluruh
terutama SDM pendidikan dan infrastruktur menjadi agenda utama yang harus mendapat
perhatian penuh dari pemerintah pusat dan daerah.

Dalam konteks ini, TPLD harus mampu menjadi hub atau penghubung antara pemerintah
pusat dan daerah, sekaligus juga menjadi penghubung antara pemangku kepentingan di
daerah masing-masing. TPLD dapat memetakan:

• Peran Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten Kota).


• Peran Pemerintah Pusat (Kemendikbudristek dan UPT-UPT-nya).
• Peran pemangku pendukung (Pegiat dan komunitas literasi, lembaga akademik,
organisasi masyarakat, media, dan DUDI) di daerah.

Kegiatan dan program yang dilakukan TPLD, baik dalam pembentukan maupun
pelaksanaannya, UPT Kemendikbudristek dan Dinas Pendidikan dapat melaksanakan:

• Rapat Koordinasi Daerah antar Instansi dan Pemangku Kepentingan.


• Advokasi dan Pendampingan pembentukan TPLD, mengawal peraturan daerah dan
penganggaran program peningkatan literasi numerasi.
• Mengadakan Bimbingan Teknis terkait penguatan literasi ke pengawas dan kepala
sekolah.
• Mengawal pembentukan Tim Literasi Sekolah (TLS) yang melibatkan guru, tendik,
orang tua, peserta didik dan pegiat literasi.

Melakukan rakor dengan:


ͳͳ Dinas Pendidikan
ͳͳ Dinas Perpustakaan Daerah
ͳͳ Setda
ͳͳ DPRD
ͳͳ Instansi lain terkait

Advokasi dan Pendampingan:


ͳͳ Pembentukan TPLD
ͳͳ Perda terkait Litnum TPLD: Tim Pendamping Literasi Daerah
ͳͳ Penganggaran di APBD
untuk peningkatan Litnum

ͳͳ pengawas
Bintek Penguatan Literasi ͳͳ kepala sekolah

ͳͳ guru & tendik


ͳͳ kepala sekolah
Pembentukan TLS ͳͳ orang tua
(Tim Literasi Sekolah) ͳͳ siswa
ͳͳ pegiat literasi

Gambar 2.4 Skema Pembentukan TPLD

BAB II. PENGELOLAAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


11
Pola dan Fokus TPLD dalam Pelibatan Pemangku Kepentingan
Selain itu, TPLD juga bekerja sama dengan TLS dalam rangka membantu memantau pelaksanaan
aktivitas penguatan literasi dan numerasi di sekolah, yang nantinya akan menjadi data temuan,
yang dapat dilaporkan kepada pemerintah untuk mengambil langkah solutif dalam mempercepat
penguatan literasi dan numerasi di daerah. Dalam pelaksanaan pelibatan publik dan para
pemangku kepentingan, yang mesti dikedepankan, adalah:

a. Partisipatif
Pendampingan literasi oleh TPLD mengupayakan penumbuhan budaya literasi secara
berkelanjutan. Karena itu, penumbuhan budaya literasi di satuan pendidikan perlu
didukung peran serta orang tua, pegiat dan komunitas literasi, dan anggota masyarakat.
Pendampingan literasi dengan pelibatan orang tua, komunitas dalam pengembangan
kegiatan literasi di sekolah, penguatan tata kelola sekolah untuk mengembangkan sarana
prasarana literasi, tata kelola kegiatan, tata kelola pengembangan kapasitas warga
sekolah, dan tata kelola pelibatan publik.

b. Berpusat pada peserta didik


Berfokus pada pencapaian kecakapan literasi dan tumbuhnya budaya literasi dalam
diri peserta didik sebagaimana digariskan dalam Peta Jalan Gerakan Literasi Sekolah.
Pendampingan didukung instrumen yang dapat mengukur kecakapan literasi dan
budaya literasi di sekolah. Pendampingan literasi juga membekali TPLD dan TLS dengan
kemampuan untuk mengembangkan kegiatan, media pembelajaran, termasuk buku-buku
pengayaan yang mempertimbangkan minat dan kebutuhan peserta didik.

c. Komprehensif dan Berimbang


TPLD dan TLS memiliki kemampuan memetakan permasalahan dan merancang strategi
pendekatan serta program berdasarkan peta masalah pada lingkungan fisik, lingkungan
afektif, serta lingkungan akademik di sekolah. Kegiatan literasi tidak hanya berfokus pada
upaya pembiasaan membaca, tetapi juga penumbuhan budaya numerasi, literasi baca-
tulis, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, dan literasi budaya dan kewargaan.

d. Interaktif
Pendampingan literasi menerapkan kurikulum dan pendekatan yang disepakati bersama,
sesuai dengan kebutuhan daerah dampingan. Pendampingan dimulai dengan pemetaan
masalah pada daerah dampingan dan karakteristik daerah sampai menginventarisasi
program prioritas yang sesuai dengan kebutuhan daerah.

TPLD dan TLS duduk bersama dan merumuskan sejumlah langkah yang dapat dilakukan
oleh masing-masing, kemudian saling berkomunikasi dan berkordinasi tentang pelaksanaan
tugas sehingga tidak terjadi tumpang tindih (overlapse) antara satu sama lain dan kemubaziran
(redundant) dalam pelaksanaan tugas.

Koordinasi antara TPLD dan TLS dapat dilakukan secara terjadwal, mengikuti jadwal koordinasi
rutin dengan Dinas Pendidikan, dan juga berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dengan dukungan
LPMP dan PP/BP PAUD Dikmas sebagai perpanjangan koordinasi daerah dari Kemendikbudristek.
Di akhir masa tugas, TPLD akan membuat laporan akhir pertanggungjawaban yang memuat
fakta berbasis data di lapangan guna memberikan masukan kepada pemangku kunci dalam hal
ini pemerintah pusat yang diwakili oleh Kemendikbudristek dan pemerintah daerah.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


12
BAB III
STRATEGI TPLD
MENJALIN SINERGI
PEMANGKU
KEPENTINGAN

BAB III. STRATEGI TPLD MENJALIN SINERGI PEMANGKU KEPENTINGAN


13
BAB III. STRATEGI TPLD MENJALIN SINERGI
PEMANGKU KEPENTINGAN

Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) sebagai ekosistem literasi di tingkat daerah
merupakan simpul bagi berbagai pemangku kepentingan dalam menciptakan budaya
literasi. Ia menjadi wadah kolaborasi dalam menjalankan program dan kegiatan literasi. Di
bawah naungan TPLD, elemen-elemen pemangku kepentingan bahu-membahu menyusun
dan menjalankan regulasi bersama para mitra.

Untuk menjalankan tugas utama yaitu melakukan penguatan kemampuan literasi di sekolah
terutama yang terkena dampak learning loss akibat pandemi COVID-19, TPLD menjalankan
langkah-langkah strategis dan taktis dalam rangka membantu satuan pendidikan mengejar
ketertinggalan pembelajaran. Setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan TPLD:

1. Penguatan Tata Kelola


a. Internal TPLD
Secara struktural, TPLD merupakan unit yang dinaungi langsung oleh Pemerintah
Daerah (Pemda) di bawah koordinasi Dinas Pendidikan Provinsi. Keanggotaannya
yang lintas unit kerja (antar-UPTD, masyarakat, dunia industri, dll) memerlukan
penguatan dari sisi tata kelola berupa Surat Keputusan (SK) Gubernur. Melalui SK
Gubernur, TPLD memiliki posisi setara dengan unit-unit kerja di lingkungan Pemda.
Kesetaraan inilah yang menempatkan TPLD sebagai mitra bagi unit manapun di
lingkup Pemda untuk saling berkoordinasi dan menjalin sinergi.

SK Gubernur juga memberi dasar bagi TPLD dalam menjalin sinergi dengan satuan
pendidikan (SMA, SMK, dan SLB). TPLD menjadi mitra bagi Dinas Pendidikan, yang
memegang kewenangan terhadap satuan pendidikan, dalam memajukan kualitas
pendidikan di daerah. Oleh karena itu, target awal dalam pembentukan TPLD adalah
mendapatkan SK Gubernur.

Berikut ini langkah-langkah persiapan dalam mendapatkan legalisasi kelembagaan


melalui penerbitan SK Gubernur tentang Pembentukan Tim Pendamping Literasi
Daerah:

1) Berbagai pemangku kebijakan di antaranya Dinas Pendidikan Provinsi, Lembaga


Penjaminan Mutu Pendidikan, Balai Pengembangan/Pusat Pengembangan
Pendidikan Anak Usia dini (BP/PP (PAUD dan Dikmas), Dinas Pendidikan Provinsi,
Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah, dan pegiat literasi mengadakan pertemuan
awal. Pertemuan dapat diinisiasi oleh lembaga mana saja. Pertemuan ini untuk
menyamakan persepsi dan langkah bersama dalam penguatan literasi di daerah.

Dalam pertemuan ini, disusun struktur TPLD. Struktur berupa susunan organisasi
yang terdiri dari beberapa divisi sesuai kebutuhan. Agar keberadaannya kuat

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


14
secara struktural dan sesuai dengan tupoksi sebagai unit kerja yang menaungi
satuan pendidikan, jabatan Ketua TPLD diserahkan kepada Dinas Pendidikan
Provinsi (bisa Kepala Dinas atau pun Wakil Kepala Dinas). Dipilihnya unsur Dinas
Pendidikan sebagai Ketua yaitu untuk mempertegas dukungan penganggaran
TPLD.

Gambar 3.1 Bunda Literasi Jawa Barat Atalia Praratya memberikan arahan.
Foto: LPMP Jabar

Perlu ditegaskan di sini bahwa struktur organisasi TPLD disusun dengan


mempertimbangkan keterlibatan banyak pemangku kepentingan. Di tataran
birokrasi, selain Dinas Pendidikan dan Dinas Perpustakaan, dapat pula digandeng
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kemendikbudristek (di antaranya
Kantor Bahasa/Balai Bahasa dan P4TK) dan unsur lain yang dapat bersinergi.

Di tataran masyarakat, akademisi, pegiat Taman Bacaan Masyarakat, aktivis


komunitas literasi, sastrawan, budayawan, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan
pengusaha juga dapat dilibatkan. Tentu saja bentuk keterlibatan para pemangku
kepentingan ini disesuaikan dengan kapasitas masing-masing.

Secara strategis, dalam struktur organisasi TPLD, berbagai kepala unit kerja
(lembaga) perlu diberi wadah. Mereka dapat diberi ruang sebagai pembina.
Sementara istri Gubernur dan Gubernur dapat diposisikan sebagai Penasihat.

Istri Gubernur perlu mendapat porsi karena di sejumlah daerah, peran mereka
berdampak signifikan dalam memajukan program literasi. Istri Gubernur dapat
diangkat sebagai Bunda Baca atau Bunda Literasi. Secara psikologis, Bunda
Baca atau Bunda Literasi dapat menaungi dan menjembatani sinergitas antara
pemerintah dan masyarakat. Mereka (Bunda Baca/Bunda Literasi) dapat langsung
menyampaikan aspirasi kepada Gubernur tanpa melalui proses birokrasi yang
panjang.

BAB III. STRATEGI TPLD MENJALIN SINERGI PEMANGKU KEPENTINGAN


15
Selain susunan organisasi, perlu dibuat langkah-langkah tindak lanjut sebagai
persiapan pembentukan TPLD. Dinas Pendidikan dapat langsung memegang
kendali secara internal, misalnya, menyusun draf SK dengan tata aturan yang
berlaku. Target pemenuhan capaian juga perlu dibuat dalam bentuk daftar kegiatan
(timeline) sehingga kolaborasi berbagai pemangku kepentingan dapat dengan
jelas dipetakan dan diukur keberhasilannya. Setiap unit kerja juga dapat berbagi
peran sebagai penyelenggara pertemuan agar konsolidasi terus berjalan.

2) Setelah disepakati, legalisasi draf SK kemudian dikawal sesuai dengan


mekanisme dan prosedur yang ada. Umumnya, draf SK dikirim ke Biro Hukum
untuk disesuaikan dengan standar baku. Dari Biro Hukum draf SK kemudian
masuk ke meja Gubernur.

b. Eksternal TPLD
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi menaungi satuan pendidikan jenjang SMA,
SMK, dan SLB. Sementara Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menaungi satuan
pendidikan jenjang PAUD, SD, dan SMP. Hal ini berimbas pada kewenangan TPLD.
TPLD Provinsi menaungi SMA, SMK dan SLB sedangkan TPLD Kabupaten/Kota
menaungi PAUD, SD, dan SMP.

Setelah terbentuk di tingkat provinsi, TPLD wajib membentuk TPLD tingkat


kabupaten/kota. Sama seperti TPLD Provinsi, personel TPLD Kabupaten/Kota
berasal dari unsur UPT Pusat, Pemda, dan masyarakat. Pembentukan TPLD dapat
diawali melalui Bimbingan Teknis yang mengundang unsur-unsur tersebut di atas.
Dalam Bimbingan Teknis, disampaikan materi tentang urgensi penguatan literasi di
kalangan peserta didik, juga kebijakan Pemda, dan langkah-langkah strategis lainnya
yang perlu dilakukan untuk mencapai budaya literasi.

Fungsi TPLD Provinsi dalam pembentukan TPLD Kabupaten/Kota adalah sebagai


fasilitator dan pendamping. TPLD Provinsi dapat mengawal pembentukan TPLD
Kabupaten/Kota mulai dari penyusunan personel hingga rencana kerja. Personel
TPLD Provinsi juga menyediakan diri sebagai konsultan yang membantu personel
TPLD Kabupaten/Kota memecahkan berbagai persoalan di tingkat internal dan
satuan pendidikan.

c. Tim Literasi Sekolah


Agar penguatan literasi berjalan secara terencana dan terukur, sebagaimana TPLD,
perlu dibentuk organisasi yang bertugas mengawal program literasi di satuan
pendidikan. Organisasi ini mewadahi kepentingan warga sekolah dan dikuatkan
melalui SK Kepala Sekolah. Sejak 2016, Kemendikbud mendorong pembentukan
Tim Literasi Sekolah (TLS) di satuan pendidikan.

TPLD dapat memulainya dengan melakukan sosialisasi kepada para kepala sekolah.
Diadakan pertemuan baik daring (ruang virtual) maupun luring (tatap muka).
Pada pertemuan tersebut, dijelaskan secara umum mengenai TPLD dan rencana

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


16
program literasi di tingkat provinsi. Dibahas pula Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang
menjelaskan rencana dan kegiatan kepala sekolah usai acara selesai (pembuatan
timeline). Personel TPLD perlu melakukan pendampingan untuk memastikan tiap
kepala sekolah menjalankannya sesuai rencana. Media sosial seperti Whatsapp atau
Telegram dapat digunakan sebagai media untuk memantau perkembangan kepala
sekolah dalam membentuk TLS.

Setelah TLS terbentuk -dibuktikan dengan terbitnya SK Kepala Sekolah- TPLD


mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek). Peserta Bimtek adalah personel TLS. Salah
satu materi yang disampaikan adalah penyusunan RTL dengan format yang sudah
disiapkan sebelumnya. Di akhir kegiatan, TPLD memegang RTL TLS.

Penyusunan RTL oleh kepala sekolah dan TLS bertujuan untuk memastikan bahwa
program penguatan literasi melalui pembentukan TLS berjalan sesuai jalur dan
mudah diukur. Tak kalah penting pula yaitu adanya alokasi anggaran pendukung
bagi TLS. RTL selanjutnya dapat dijabarkan ke dalam bentuk program kerja (Proker).
Adanya RTL merupakan bentuk transparansi kinerja dan ruang berbagi dukungan
antar TLS.

2. Peningkatan Kapasitas Fasilitator


a. Internal TPLD
Personel TPLD pada dasarnya adalah fasilitator. Agar organisasi (TPLD) berjalan
baik, diperlukan fasilitator yang handal dan cakap. Untuk itu, kualitas tiap personel
TPLD perlu ditingkatkan baik dari sisi motivasi, kemampuan intrapersonal dan
interpersonal, negosiasi, maupun keterampilan berbicara di depan umum (public
speaking). Pada tiap periode waktu tertentu, misalnya tiap semester, perlu diadakan
kegiatan peningkatan kapasitas diri (capacity building) yang diikuti oleh seluruh
personel TPLD.

Personel TPLD juga individu yang memiliki karakter baik. Sebagai lembaga mitra
Pemda, personel TPLD haruslah orang yang jujur, berintegritas, dan dapat menjadi
teladan bagi masyarakat. Mental fasilitator adalah mental melayani masyarakat,
bukan minta dilayani.

b. Tim Literasi Sekolah atau TLS


Personel TLS perlu memiliki kecakapan sebagaimana yang dimiliki oleh personel
TPLD. Bedanya, kecakapan personel TPLD lebih kepada membangun komunikasi
antar orang dewasa sementara personel TLS diharapkan mampu membangun
komunikasi dengan orang dewasa dan siswa. Tentu saja, kecakapan yang dimiliki
tiap personel disesuaikan dengan kapasitasnya.

Guru, misalnya, selain memiliki kecakapan pedagogi dan penguasaan materi


pelajaran, mereka perlu menguasai kemampuan literasi antara lain strategi
membaca, strategi merangkum, dan strategi literasi dalam menggunakan pengatur
grafis. Sedangkan pustakawan/tenaga perpustakaan perlu memiliki kreativitas dan
inovasi dalam menjalankan program literasi selain pinjam-kembalikan buku seperti
peluncuran buku, bedah buku, dan resensi buku.

BAB III. STRATEGI TPLD MENJALIN SINERGI PEMANGKU KEPENTINGAN


17
3. Peningkatan Pelibatan Publik

Gambar 3.2 Suasana diskusi di LPMP Jawa Tengah. Foto: Wien

a. Internal TPLD
Sejak awal perlu dipastikan bahwa personel TPLD berasal dari unsur Pemda
(minimal Dinas Pendidikan dan Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah), perwakilan
Pusat (UPT), dan masyarakat (pegiat literasi, komunitas literasi, akademisi, tokoh
masyarakat, LSM, dan dunia industri). Keberagaman unsur ini bertujuan untuk
mempermudah konsolidasi antarpemangku kepentingan di lapangan. TPLD
dapat menjadi ruang interaksi bagi para personelnya dalam mengomunikasikan
beragam persoalan literasi. Kesetaraan dalam menyampaikan gagasan akan
menumbuhkan rasa saling percaya untuk menjalin sinergitas.

Komposisi personel TPLD juga perlu memperhatikan aspek keluasan jejaring. Ini
dilakukan demi kemudahan TPLD dalam menjalin relasi dengan sebanyak dan
seluas mungkin pemangku kepentingan. Oleh karena itu, keanggotaan dari unsur
Pemda dan masyarakat dalam struktur TPLD harus dipetakan secara matang.
Jangan sampai, misalnya, porsi masyarakat lebih sedikit karena selama ini kurang
terlibat dalam program pemerintah. Dunia industri juga perlu dilibatkan karena
potensinya yang besar dari aspek pendanaan (Corporate Social Responsibility/
CSR) dan pengembangan sumber daya manusia.

b. Tim Literasi Sekolah


Sama seperti TPLD, personel TLS berasal dari beragam unsur (guru, pustakawan,
adiwiyata, dan siswa), termasuk unsur di luar warga sekolah yaitu orang tua dan

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


18
pegiat literasi. Keberagaman unsur ini perlu ditekankan dalam rangka distribusi
penugasan secara organisasi.

Pustakawan, misalnya, perlu masuk di struktur TLS karena perannya sangat


penting untuk mengonsolidasikan seluruh kegiatan perpustakaan dalam program
literasi. Saat menyusun program kerja, akan lebih mudah dibuat kegiatan
integratif antara guru dan pustakawan. Pustakawan dan guru duduk satu meja
dan menyusun rencana strategis agar tidak ada sekat antara ruang kelas dan
ruang perpustakaan.

Unsur guru dalam TLS tidak melulu guru bahasa. Guru mata pelajaran lain juga
perlu bergabung. TLS mengawal enam literasi dasar yaitu baca-tulis, numerasi,
sains, digital, finansial, budaya dan kewargaan. Ini mengindikasikan bahwa, guru
matematika, IPA, TIK, ekonomi, PKn, dan Seni Budaya perlu dilibatkan dalam
TLS.

Personel TLS dari unsur luar sekolah juga perlu dipetakan. Jika di sekitar sekolah
ada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan komunitas literasi, maka pegiat dan
aktivisnya perlu diberi kesempatan untuk bergabung dalam TLS. Keberadaan
mereka sangat penting untuk mendorong percepatan program literasi di sekolah.
Jika mereka menjadi pengurus TLS, kegiatan kolaboratif antara sekolah dan
TBM/komunitas literasi akan mudah terlaksana. Kegiatan kolaboratif itu misalnya

BAB III. STRATEGI TPLD MENJALIN SINERGI PEMANGKU KEPENTINGAN


19
mendatangkan buku (koleksi TBM) ke sekolah, mengadakan pelatihan literasi,
atau berbagi proses kreatif dalam berkarya. Sekolah juga dapat membuka jejaring
literasi lebih luas melalui pegiat literasi.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


20
BAB IV
STRATEGI TPLD
MEMBANGUN
BUDAYA LITERASI
DI SEKOLAH

BAB IV. STRATEGI TPLD MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH


21
BAB IV. STRATEGI TPLD MEMBANGUN BUDAYA
LITERASI DI SEKOLAH

1. Pembentukan Tim Literasi Sekolah


TPLD diharapkan dapat mendorong pembentukan Tim Literasi Sekolah (TLS) di tingkat
satuan pendidikan secara optimal. Pendampingan dalam pembentukan TLS ini dapat
dilakukan dengan kegiatan bimbingan teknis atau sosialisasi yang diberikan oleh para
pemangku kepentingan, termasuk kepala sekolah.

Adapun strategi yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam rangka membentuk TLS
adalah sebagai berikut:

a. Kepala sekolah mencermati para guru yang diyakini dapat menumbuhkembangkan


literasi di sekolah.

b. Kepala sekolah dengan kewenangannya atau melalui rapat menetapkan TLS yang
terdiri atas minimal satu guru bahasa, satu guru mata pelajaran lain, serta satu petugas
perpustakaan/tenaga kependidikan.

c. Kepala sekolah menugasi TLS dengan surat keputusan atau surat penugasan
resmi (untuk mendatang, diharapkan surat keputusan atau surat tugas ini dapat
diperhitungkan sebagai tugas tambahan yang setara dengan jam mengajar).

d. Para personel TLS diberi kesempatan (diberikan tugas) mengikuti pelatihan-pelatihan


atau workshop literasi sebagai wujud pengembangan profesional tentang literasi. Hal
itu dapat dilakukan melalui kerja sama dengan institusi terkait atau pihak eksternal
(perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi pengalaman
dengan sekolah lain). Bahkan dimungkinkan pula adanya pendampingan dari pihak
eksternal.

Dalam melaksanakan tugas, TLS sebaiknya berkoordinasi dengan wali kelas, guru
Bimbingan dan Konseling (BK), kepala sekolah dan jajarannya, serta pihak eksternal
(dinas pendidikan, perpustakaan, perguruan tinggi, sekolah lain, orang tua, alumni, jejaring
masyarakat). Koordinasi dengan pihak internal dapat dilakukan setiap minggu atau sesuai
dengan situasi dan kondisi sekolah. Koordinasi dengan orang tua dapat dilakukan dengan
buku penghubung atau pertemuan terjadwal.

2. Penguatan Lingkungan Fisik


1. Literasi Baca Tulis
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan fisik pada area
literasi baca tulis adalah memastikan terbentuknya lingkungan yang kaya dengan teks,

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


22
berupa buku, tampilan grafis, pajangan hasil karya peserta didik, juga bentuk karya dan
tampilan lainnya.

Hal penting lainnya untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong tersedianya sudut
baca di kelas serta optimalnya peran perpustakaan di tingkat satuan pendidikan. Untuk
ketersediaan buku yang optimal di perpustakaan sekolah, TPLD dapat berkoordinasi
dengan dengan dinas terkait, misalnya dinas perpustakaan untuk penyediaan buku-
buku berkualitas yang dapat diakses peserta didik.

Gambar 4.1 Seorang siswi sedang membaca buku di perpustakaan. Foto: Sesditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen

2. Literasi Numerasi
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan fisik pada
area literasi baca tulis adalah memastikan tersedianya sarana penunjang dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran numerasi sehingga
tercipta ekosistem yang kaya numerasi. Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh
TPLD adalah mendorong kepala sekolah agar memfasilitasi ruang berkarya pada area
literasi numerasi. Keberadaan ruang berkarya ini memberikan kesempatan peserta didik
untuk berinteraksi melalui alat matematika dan permainan tradisional juga permainan
papan (board games) yang membutuhkan dan melatih keterampilan numerasi. TPLD
dapat mendorong penyediaan fasilitas ini dengan mengupayakan koordinasi antara
pihak sekolah dan dinas terkait atau DUDI sehingga media-media atau sarana-sarana
pembelajaran numerasi dapat diperoleh dan dipergunakan oleh peserta didik.

3. Literasi Sains
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan fisik pada
area literasi sains adalah memastikan pengembangan sarana penunjang dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran sains sehingga dapat
menciptakan ekosistem yang kaya literasi sains.

BAB IV. STRATEGI TPLD MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH


23
Gambar 4.2 Siswa melakukan kegiatan literasi. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen

Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah tersedianya laboratorium
sains sebagai tempat bereksperimen dan bereksplorasi serta sebagai sumber belajar
bagi peserta didik. TPLD dapat mendorong penyediaan fasilitas laboratorium sains
ini dengan memfasilitasi koordinasi antara pihak sekolah dan dinas terkait atau DUDI
dalam mengupayakan pembangunan laboratorium sains.

4. Literasi Finansial
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan fisik pada
area literasi finansial adalah memastikan adanya pengembangan lembaga keuangan
sekolah, baik berupa bank sekolah maupun koperasi. Lembaga di sekolah ini menjadi
wadah real bagi seluruh peserta didik untuk memahami dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan mereka di bidang literasi finansial.

Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah tersedianya sarana dan
prasarana yang mendukung pembelajaran literasi finansial di sekolah sebagai sumber
belajar bagi peserta didik. TPLD dapat mendorong penyediaan sarana dan prasarana ini
dengan memfasilitasi koordinasi antara pihak sekolah dengan dinas terkait atau DUDI
untuk menyediakan tempat magang di BUMN dan perusahaan lainnya bagi peserta
didik agar dapat belajar secara nyata tentang literasi finansial.

5. Literasi Digital
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan fisik pada area
literasi digital adalah memastikan tersedianya sarana dan prasarana bagi peserta
didik untuk mengembangan kemampuan mereka pada area literasi digital. Misalnya
memastikan tersedianya perangkat komputer dan akses internet yang handal di sekolah.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah terlaksananya pengembangan
sistem administrasi secara elektronik di sekolah. TPLD dapat mendorong penyediaan

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


24
sarana dan prasarana terkait pengembangan sistem administrasi sekolah dengan
memfasilitasi koordinasi antara pihak sekolah dengan dinas terkait atau DUDI. Strategi
yang dapat ditempuh oleh TPLD misalnya memberikan pelatihan bagi para petugas
administrasi sekolah tentang keterampilan dalam mengelola administrasi dengan
memanfaatkan sistem administrasi berbasis elektronik atau teknologi informasi dan
komunikasi.

6. Literasi Budaya dan Kewargaan


Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan fisik pada area
literasi budaya dan kewargaan adalah memastikan tersedianya sarana dan prasarana
bagi peserta didik untuk mengembangan kemampuan mereka pada area literasi
budaya dan kewargaan. Misalnya memastikan tersedianya perangkat kesenian dan
kebudayaan di sekolah.

Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah terlaksananya pengembangan
keterampilan budaya dan kewargaan peserta didik di sekolah. TPLD dapat mendorong
dan memfasilitasi kerjasama antara pihak sekolah dengan dinas terkait. Misalnya
dinas yang membidangi kebudayaan, agar terjadi kerjasama antara keduanya untuk
mengembangkan kompetensi literasi budaya dan kewargaan peserta didik. Strategi lain
yang dapat ditempuh oleh TPLD misalnya dengan mendorong kerjasama antara pihak
sekolah dengan komunitas pegiat seni dan budaya di daerah.

3. Penguatan Lingkungan Sosial-Afektif

Gambar 4.3 Siswa tampil dalam sebuah acara literasi. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen

1. Literasi Baca Tulis


Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan sosial-afektif
pada area literasi baca tulis adalah memastikan terbentuknya lingkungan sosial
emosional yang bersifat kolegial antara kepala sekolah dan guru lebih. Kesetaraan
antar guru serta interaksi antar peserta didik yang harmonis tampak dalam keseharian
aktivitas di sekolah.

BAB IV. STRATEGI TPLD MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH


25
Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong semua warga
sekolah termasuk orang tua untuk aktif kerjasama dan bermitra dalam mengembangkan
kompetensi literasi baca tulis peserta didik. Misalnya TPLD dapat menyelenggarakan
kegiatan sosialisasi atau bimbingan teknis bagi seluruh warga sekolah dan perwakilan
orang tua dalam hal pengembangan lingkungan sosial-afektif yang optimal bagi tumbuh
dan berkembangnya kompetensi literasi baca tulis peserta didik.

2. Literasi Numerasi
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan sosial-afektif
pada area literasi numerasi adalah memastikan terbentuknya lingkungan sosial-afektif
yang penuh dengan pesan positif berupa growth mindset, bahwa semua peserta
didik memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menjadi numerat, yakni seorang yang
dapat menggunakan fakta, konsep, keterampilan, dan metode matematika untuk
memecahkan masalah pada berbagai konteks. Hal lain yang penting untuk diperhatikan
oleh TPLD adalah mendorong untuk mengubah paradigma bahwa mengembangkan
kemampuan literasi numerasi peserta didik merupakan tanggung jawab semua pihak
(guru semua mata pelajaran, staf administrasi, orang tua, dan pemangku kepentingan
lainnya). Misalnya TPLD dapat menyelenggarakan kegiatan sosialisasi bagi seluruh
warga sekolah dan perwakilan orang tua dalam hal pengembangan growth mindset
(pesan positif) yang optimal bagi tumbuh dan berkembangnya kompetensi literasi
numerasi peserta didik

Gambar 4.4 Siswa sedang membaca buku. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen

3. Literasi Sains
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan sosial-afektif
pada area literasi sains adalah memastikan terbentuknya lingkungan sosial-afektif yang
optimal bagi tumbuh dan berkembangnya kompetensi literasi sains peserta didik.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong atau memfasilitasi
terciptanya kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak eksternal yang dapat
melakukan kegiatan pemngembangan kompetensi literasi sains peserta didik. Misalnya
TPLD dapat memfasilitasi kegiatan sharing session dengan mengundang pihak terkait,
misalnya pakar sains, peneliti, dosen, tenaga kesehatan, apoteker, teknisi pesawat, dan

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


26
profesi lainnya. Melalui momen ini ada kesempatan untuk berbagi dan mendengarkan
cara mereka mengaplikasikan sains dalam profesi dan kehidupan mereka sehari-hari.

4. Literasi Finansial
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan sosial-afektif
pada area literasi finansial adalah memastikan terbentuknya lingkungan sosial-afektif
yang optimal bagi tumbuh dan berkembangnya kompetensi literasi finansial peserta
didik. Misalnya TPLD bekerjasama dengan pihak sekolah untuk mengadakan bulan
literasi finansial dengan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kompetensi
literasi finansial peserta didik.

Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong atau memfasilitasi
terciptanya kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak eksternal. Misalnya DUDI,
yang dapat melakukan kegiatan pemngembangan kompetensi literasi finansial
peserta didik. Selain itu, TPLD dapat memfasilitasi kegiatan sharing session dengan
mengundang pihak terkait, misalnya pakar ekonomi, analis saham, ahli asuransi dan
profesi bidang keuangan lainnya untuk berbagi tentang cara mereka mengaplikasikan
literasi finansial dalam profesi dan kehidupan mereka sehari-hari.

5. Literasi Digital
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan sosial-afektif
pada area literasi digital adalah memastikan terbentuknya lingkungan sosial-afektif
yang optimal bagi tumbuh dan berkembangnya kompetensi literasi digital peserta didik.
Misalnya TPLD bekerjasama dengan pihak sekolah untuk mengadakan sosialisasi tentang
pendampingan peserta didik dalam menggunakan media digital.

Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong atau
memfasilitasi pihak sekolah agar proaktif pada orang tua peserta didik. Pihak sekolah
memperhatikan dan menyusun kesepakatan keluarga dalam hal pemanfaatan media digital
bagi pengembangan kompetensi digital putra/putri mereka. TPLD dapat memfasilitasi
kegiatan sharing session dengan mengundang pihak terkait, misalnya pakar teknologi
informasi, psikolog, dan profesi bidang digital lainnya untuk berbagi tentang bagaimana
peran guru serta orang tua yang efektif dalam membimbing siswa ketika memberdayakan
teknologi komunikasi dan informasi.

6. Literasi Budaya dan Kewargaan


Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan sosial-afektif
pada area literasi budaya dan kewargaan adalah memastikan keterlibatan orang tua
dan masyarakat dalam mengembangkan literasi budaya dan kewargaan peserta didik.
Misalnya TPLD memberikan sosialisasi tentang metode menguatkan kompetensi literasi
budaya dan kewargaan yang melibatkan komunitas budaya serta civil society setempat.

Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah terlaksananya forum
diskusi bagi warga sekolah. TPLD dapat mendorong dan memfasilitasi kerjasama antara
pihak sekolah dengan instansi terkait, misalnya instansi yang lingkup kerjanya pada bidang
budaya dan kewargaan, agar terjadi kerjasama antara keduanya untuk mengembangkan
kompetensi literasi budaya dan kewargaan peserta didik melalui forum diskusi tentang
budaya dan kewargaan.

BAB IV. STRATEGI TPLD MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH


27
4. Penguatan Lingkungan Akademik

Gambar 4.5 Seorang guru sedang mengajari muridnya. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen

1. Literasi Baca Tulis


Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan akademik pada
area literasi baca tulis adalah memastikan bahwa penguatan kompetensi literasi baca
tulis dilakukan pada peserta didik dengan memperhatikan level kemampuan mereka
masing-masing. Oleh karena itu, guru perlu perlu melakukan asesmen untuk memetakan
jenjang kompetensi literasi baca tulis agar peserta didik memperoleh pendampingan
yang sesuai (teaching at the right level). Misalnya, TPLD dapat melaksanakan bimbingan
teknis bagi guru tentang asesmen literasi baca tulis, sehingga para guru lebih berdaya
dalam mengembangakan kompetensi baca tulis peserta didik.

Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong dan
memastikan sekolah untuk menguatkan literasi baca tulis peserta didik dengan
berfokus pada penggunaan ragam teks dengan tema dan format yang dekat dengan
lingkungan peserta didik. Misalnya, TPLD dapat melakukan kegiatan sosialisasi tentang
metode penggunaan ragam teks sesuai dengan konteks keseharian siswa untuk
mengembangkan kompetensi literasi baca tulis peserta didik.

2. Literasi Numerasi
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan akademik pada
area literasi numerasi adalah memastikan terselenggaranya program numerasi sekolah.
Program ini dapat berupa pengaitan matematika dengan kehidupan nyata, misalnya
topik mengenai implementasi matematika dalam kehidupan sehari-hari di rumah,
matematika dalam berbagai pekerjaan masa kini, matematika dalam pekerjaan di masa
depan, dan matematika di kehidupan bermasyarakat.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


28
Gambar 4.6 Siswa di sebuah sekolah sedang menjalankan program 15 menit membaca. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen

Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong implementasi
program numerasi lintas mata pelajaran. Misalnya TPLD memberikan pelatihan bagi
para guru tentang metode menyisipkan (insert) materi numerasi pada mata pelajaran
selain matematika. Sehingga dapat terbentuk budaya akademik bahwa mengajarkan
kompetensi numerasi bukan hanya tanggung jawab guru matematika, melainkan
tanggung jawab semua guru mata pelajaran.

3. Literasi Sains
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan akademik pada
area literasi sains adalah memastikan sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran
sains berbasis permasalahan dan berbasis proyek. Misalnya TPLD melakukan
kunjungan pendampingan ketika guru di sekolah melakukan pembelajaran sains, serta
memberikan advokasi bagaimana melakukan kegiatan pembelajaran sains dengan
model problem based dan project based learning.

Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong
implementasi penggunaan alat permainan atau alat peraga edukatif sains, baik secara
daring maupun luring. Misalnya TPLD memberikan pelatihan bagi para guru tentang
metode pembuatan alat permainan atau alat peraga edukatif sains, pembuatan atau
pemanfaatan laboratorium maya, dan metode pembelajaran sains yang menyenangkan.

4. Literasi Finansial
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan akademik pada
area literasi finansial adalah memastikan sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran
terkait literasi finansial dengan memanfaatkan lingkungan sekolah. Misalnya TPLD
melakukan pendampingan atau advokasi tentang metode memberdayakan koperasi
sekolah atau kantin sekolah sebagai sumber belajar bagi peserta didik dalam
meningkatkan kompetensi literasi finansial.

Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong terjadinya
pembelajaran problem based atau project based learning pada materi literasi finansial.

BAB IV. STRATEGI TPLD MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH


29
Misalnya TPLD memberikan pelatihan bagi para guru terkait isu-isu finansial terkini,
contohnya digital finansial, e commerce, marketplace, serta layanan keuangan digital
lainnya yang nanti dapat diterapkan dalam pembelajaran, agar peserta didik terbuka
wawasannya tentang isu-isu aktual seputar literasi finansial.

5. Literasi Digital
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan akademik
pada area literasi digital adalah memastikan sekolah melaksanakan kegiatan
pembelajaran terkait literasi digital dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
oleh sekolah. Misalnya TPLD melakukan pendampingan atau advokasi tentang metode
memberdayakan sumber digital di perpustakaan sekolah untuk pembelajaran peserta
didik.

Gambar 4.7 Siswa-siswi sedang membaca buku di sudut ruang baca di kelas. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen

Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong terjadinya
pembelajaran problem based atau project based learning pada materi literasi digital.
Misalnya TPLD memberikan sosialisasi bagi para guru terkait isu dan bidang pekerjaan
digital terkini, contohnya data scientist, digital marketer, web atau mobile developer yang
nanti dapat diterapkan dalam pembelajaran, agar peserta didik terbuka wawasannya
tentang isu-isu aktual seputar literasi digital.

6. Literasi Budaya dan Kewargaan


Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan akademik pada
area literasi budaya dan kewargaan adalah memastikan sekolah mengadopsi kebijakan
yang dapat mengembangkan literasi budaya dan nilai-nilai kewargaan sekolah. Misalnya
TPLD melakukan pendampingan atau advokasi tentang metode penyusunan kebijakan
yang dapat mengembangkan literasi budaya dan nilai-nilai kewargaan sekolah.

Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong terjadinya
pembelajaran problem based atau project based learning pada materi budaya dan
kewargaan, terutama pada mata pelajaran seni dan budaya serta PPKN. Misalnya
TPLD memberikan pelatihan bagi para guru terkait implementasi model pembelajaran
problem based atau project based learning pada materi budaya dan kewargaan.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


30
BAB V
STRATEGI
MONITORING DAN
EVALUASI (MONEV)
TPLD

BAB IV. STRATEGI TPLD MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH


31
BAB V. STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI
(MONEV) TPLD

1. Strategi Monev di Tingkat Daerah


Strategi monev pada tingkat daerah difokuskan pada kebijakan yang dilaksanakan
oleh petugas pusat (Kemdikbud Ristek) terhadap TPLD. Strategi monev yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Petugas menyiapkan instrumen monev TPLD (contoh dan ilustrasi instrumen ada
pada lampiran)
b. Petugas berkoordinasi dengan TPLD di daerah yang merupakan sasaran kegiatan
monev. Pada tahap ini disepakati tentang waktu, tempat, dan detail teknis lainnya
tentang kegiatan monev.
c. Petugas menyiapkan semua keperluan baik terkait urusan akademis maupun
administratif bagi terselenggaranya kegiatan monev.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Petugas datang sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati untuk
pelaksanaan monev TPLD.
b. Petugas melakukan wawancara atau observasi dan mengisi instrumen monev
yang telah disiapkan TPLD.
c. Petugas memeriksa kembali semua kelengkapan instrumen yang telah diisi,
kemudian menutup kegiatan monev TPLD.

3. Tahap pelaporan
Pada tahap pelaporan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Petugas melakukan rekapitulasi semua data yang sudah diperoleh saat pelaksanaan
monev TPLD.
b. Petugas melakukan pengolahan data, analisis, serta menafsirkan data yang
ditemukan saat kegiatan monev TPLD.
c. Petugas melakukan penyusunan laporan lengkap monev berdasarkan pengolahan,
analisis, dan penafsiran data yang telah dilakukan.

Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dijadikan masukan untuk memperbaiki
pelaksanaan program di tingkat daerah (TPLD) pada tahap berikutnya, terutama terkait
dengan pelaksanaan program dan kegiatan untuk mengimplementasikan kebijakan
pusat dan kebijakan daerah, dan pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat
kabupaten/kota.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


32
2. Strategi Monev di Tingkat Satuan Pendidikan

Gambar 5.1 Seorang siswi sedang membaca buku di depan perpustakaan. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen

Strategi monev pada tingkat satuan difokuskan pada monev yang dilaksanakan oleh
petugas daerah (TPLD) terhadap TLS. Strategi monev yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Petugas menyiapkan instrumen monev TLS (contoh dan ilustrasi instrumen ada
pada lampiran)
b. Petugas berkoordinasi dengan TLS di daerah yang merupakan sasaran kegiatan
monev. Pada tahap ini disepakati tentang waktu, tempat, dan detail teknis lainnya
tentang kegiatan monev.
c. Petugas menyiapkan semua keperluan baik terkait urusan akademis maupun
administratif bagi terselenggaranya kegiatan monev.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Petugas datang sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati untuk
pelaksanaan monev TLS.
b. Petugas melakukan wawancara atau observasi dan mengisi instrumen monev TLS
yang telah disiapkan.
c. Petugas memeriksa kembali semua kelengkapan instrumen yang telah diisi,
kemudian menutup kegiatan monev TLS.

BAB V. STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) TPLD


33
3. Tahap pelaporan
Pada tahap pelaporan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Petugas melakukan rekapitulasi semua data yang sudah diperoleh saat pelaksanaan
monev TLS.
b. Petugas melakukan pengolahan data, analisis, serta menafsirkan data yang
ditemukan saat kegiatan monev TLS.
c. Petugas melakukan penyusunan laporan lengkap monev berdasarkan pengolahan,
analisis, dan penafsiran data yang telah dilakukan.

Gambar 5.2 Dua siswi sedang menikmati kegiatan membaca buku di perpustakaan sekolah.
Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen

Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dijadikan masukan untuk memperbaiki
pelaksanaan program di tingkat TLS pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan
pelaksanaan program dan kegiatan untuk mengimplementasikan kebijakan pusat dan
kebijakan daerah, pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat kabupaten/
kota, satuan pendidikan, dan masyarakat.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


34
BAB VI
PENUTUP

BAB V. STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) TPLD


35
VI. PENUTUP

Gambar 6.1 Diskusi tentang literasi di LPMP Jawa Tengah. Foto: Wien

Terjadinya penurunan minat dan kemampuan baik dalam pembelajaran (learning loss)
maupun literasi (literacy loss) akibat pembelajaran jarak jauh berkepanjangan bukan isapan
jempol. Siswa-siswi di berbagai penjuru dunia mengalaminya. Dampak parah terjadi di
daerah yang infrastrukturnya tidak memadai seperti tidak terjangkau sambungan listrik
dan tidak bisa mengakses layanan internet. Namun, dampak itu juga sangat dirasakan
oleh siswa-siswi di kawasan perkotaan karena penurunan minat dan kondisi psikologis.
Pengaruh pembelajaran tatap muka nyatanya sangat besar dalam pembentukan
kompetensi dan pengetahuan peserta didik. Hal ini juga mengungkap belum siapnya orang
tua jika tiba-tiba menjadi pengganti guru di rumah.

Sayangnya, tak ada yang bisa memastikan akhir pandemi COVID-19. Artinya, tak ada pula
yang tahu kapan learning loss dan literacy loss berakhir. Kondisi ini memaksa berbagai
pemangku kepentingan untuk menciptakan kreasi dan inovasi agar dampak learning loss
dan literacy loss tidak membesar. Guru-guru dituntut menerapkan strategi dan metode
pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk belajar mandiri dalam suasana
menyenangkan. Kepala sekolah dituntut membuat terobosan yang memungkinkan warga
sekolah dapat menjalankan kegiatan pembelajaran secara optimal.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


36
Kunci utama untuk mencapai keberhasilan upaya tersebut adalah kolaborasi dan
kemitraan. Di ranah birokrasi dan pemerintahan, bentuk kolaborasi dan kemitraan yang
penting dilakukan adalah pelibatan sebanyak mungkin pemangku kepentingan di tingkat
Pusat, Daerah (Pemda), dan masyarakat (profesional, akademisi, praktisi, pegiat, dan
tokoh masyarakat). Setiap unsur memiliki posisi dan kontribusi yang setara serta saling
melengkapi.

Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) dapat dipandang sebagai medium kolaborasi
strategis. Ia menjadi simpul bagi beragam kepentingan di bidang literasi yang melibatkan
banyak pihak. Ia fasilitator bagi segala persoalan dan solusi di dunia literasi, khususnya di
lingkup daerah.

Dengan sifatnya yang akomodatif terhadap berbagai elemen pemerintahan dan masyarakat,
TPLD diharapkan mendampingi Tim Literasi Sekolah (TLS) dalam menumbuhkembangkan
budaya literasi di satuan pendidikan. TPLD menjadi pintu yang membawa satu kepentingan
bersama yaitu menciptakan ekosistem literasi di satuan pendidikan dengan melibatkan
partisipasi publik. Ia menjadi pendamping dan konsultan bagi TLS dalam mengelola dan
menjalankan program literasi di sekolah.

TPLD diharapkan dapat menjawab kekhawatiran akan meluasnya learning loss dan literacy
loss yang mengancam keberlangsungan hidup anak bangsa. Diharapkan pula, kinerja
TPLD dapat mendongkrak kompetensi literasi siswa Indonesia sehingga dapat bersaing
dengan negara-negara dunia lainnya.

BAB VI. PENUTUP


37
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.
Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Manual Pendukung Pelaksanaan


Gerakan Literasi Sekolah untuk jenjang SMP. Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Materi Pendukung Literasi Numerasi.


Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Materi Pendukung Literasi Digital.


Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Materi Pendukung Literasi Sains.


Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Materi Pendukung Literasi Budaya dan
Kewargaan. Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2021). Panduan Penguatan


Literasi dan Numerasi di Sekolah. Jakarta: Kemendikbudristek.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


38
BIODATA PENULIS

Billy Antoro, M.Pd. lahir di Jakarta, 10 April 1980. Pada 2015 ia mengawal
pembentukan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kemendikbud dan
sejak 2017 diamanahi sebagai Sekretaris Satuan Tugas GLS Kemendikbud
(kini Kemendikbudristek). Ia bekerja di Sekretariat Ditjen PAUD, Dikdas, dan
Dikmen. Bukunya yang telah terbit dalam bentuk novel, antologi cerpen,
antologi esai, dan nonfiksi. Buku individual yang telah diterbitkan oleh
Kemendikbud di antaranya Gerakan Literasi Sekolah, Dari Pucuk Hingga
Akar; Sebuah Refleksi dan Mengembangkan Jaringan dan Kolaborasi
Literasi. Pos-el: billy.antoro@gmail.com. Laman: billyantoro.com. YouTube:
Billy Antoro.

Wien Muldian saat ini menjabat Ketua Umum Perkumpulan Literasi


Indonesia (PLI), Ketua Dewan Perpustakaan Jakarta, Wakil Ketua Satgas
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kemendikbudristek dan Ketua Ikatan
Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII). Bergiat juga
menjadi CEO di Indonesian Writers Inc. (IWI) dan mengelola BacaDiTebet,
sebuah perpustakaan publik yang sekaligus sebagai pusat pengetahuan,
lingkungan belajar, berkarya dan juga mengapresiasi kebudayaan.

Penggagas dan penggerak Forum Indonesia Membaca ini pernah mengikuti


International Visitor Leadership Program (IVLP) on Libraries 2009 Library of
Congress-Department of State, USA, menjadi Komite Nasional Indonesia
Guest of Honour Frankfurt Book Fair 2015. Mendalami Ilmu Perpustakaan
dan Informasi di Universitas Indonesia (1992) dan Social Community
Development Course Program di Tokyo, Jepang (1996) ini pernah menjadi
pegawai negeri sipil selama 14 tahun di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan sempat memimpin Perpustakaan Kemendikbud.

Tahun 2006 terpilih menjadi Pemuda Berprestasi Nasional oleh Kantor


Menpora. Kisah hidupnya dimuat di buku Catatan Emas: Kisah 20 Pemuda
Indonesia yang Mengukir Sejarah. Mendapat juga penghargaan MTV Trax
Young Leader Generation di tahun 2005 dan Mizan Award di tahun 2003.
Dapat dihubungi melalui ponsel: 0811 14 5533, FB: Wien Muldian, IG: wien_
id dan pos-el: wien.muldian@gmail.com

BAB V. STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) TPLD


39
Dr. Trisno Ikhwanudin, S. Si., M.A. Lahir di Cirebon, 1 Maret 1982. Ia
memulai karirnya di bidang pendidikan sebagai instruktur diklat di PPPG
Tertulis pada 2006. Kini ia merupakan Widyaiswara Ahli Madya di PPPPTK
TK dan PLB. Latar belakang pendidikan Trisno Ikhwanudin adalah bidang
pendidikan Matematika. Ia menamatkan pendidikan S1 pada Program
Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia pada 2001, kemudian pada
2012 melanjutkan studinya di Program Master of Mathematics Education,
University of Minnesota, Amerika Serikat. Pada 2019, Trisno Ikhwanudin
menyelesaikan Program Doktor Pendidikan Matematika di Universitas
Pendidikan Indonesia. Penulis buku Diskalkulia (Kesulitan Belajar
Matematika) ini juga telah menghasilkan beberapa artikel ilmiah baik pada
jurnal internasional maupun nasional. Beliau juga menulis beberapa artikel
populer yang diterbitkan oleh media massa, baik cetak maupun elektronik.
Pos-el: trisno.ikhwanudin@gmail.com, YouTube: TrisnoIkhwanudin.

Sihar Ramses Simatupang pernah berkuliah di Jurusan Sosiologi, FISIP


Universitas Sam Ratulangi, Manado (1992-1993), menamatkan studi sebagai
Sarjana Sastra di Fakultas Sastra Universitas Airlangga, Surabaya dan
menyelesaikan studi di program Pascasarjana, Penciptaan dan Pengkajian
Seni Urban dan Industri Budaya (2015-2018).

Berkerja di Jawa Pos Group (1997-2001), wartawan dan redaktur di Sinar


Harapan (2001-2015), guru SMA Erudio School of Arts (2015-2017), Humas
Komite Buku Nasional (2018), dosen di Universitas Multimedia Nusantara
(2019-sekarang) dan pemimpin redaksi di anjangsana.id (2020-sekarang).
Ikut tergabung di Persatuan Penulis Indonesia (Satupena), Indonesian Writers
Inc (IWI) dan Ikatan Wartawan Online (IWO). Kontak ponsel 081383244788
dan pos-el: sihar.ramses@gmail.com.

Moh. Sidik Mulyana. Lahir di Jakarta, 15 Juli 1976. Setelah menyelesaikan


studinya di Universitas Gunadarma, pada 1998 Moh. Sidik Mulyana fokus
di dunia desain. Kemudian, pada 2008, dia bergabung dengan tim desain
‘Bulletin Potensi’ yang diterbitkan Direktorat Pembinaan SMA Kemendikbud.
Sejak saat itu, Moh. Sidik Mulyana kerap dilibatkan mendesain buku, banner
publikasi, majalah atau bulletin untuk event nasional maupun internasional.
pos-el: mohsidik.mulyana@gmail.com.

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


40
BAB V. STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) TPLD
41
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Kompleks Kemendikbud, Gedung E Lantai 14
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Posel: literasi.sekolah@kemdikbud.go.id

PERAN DAN STRATEGI TIM PENDAMPING LITERASI DAERAH


42

Anda mungkin juga menyukai