ISBN: 978-623-95625-8-8
I. Penguatan Literasi di Daerah: Peran dan Strategi Tim Pendamping Literasi Daerah
II. Muldian, Wien III. Simatupang, Sihar Ramses IV. Mulyana, Moh. Sidik
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kompleks Kemendikbud, Gedung E Lantai 14
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Pos-el: literasi.sekolah@kemdikbud.go.id
Buku ini bebas diperbanyak dan diterjemahkan baik sebagian maupun keseluruhannya,
tetapi tidak dapat diperjualbelikan maupun digunakan untuk tujuan komersil.
KATA PENGANTAR
kemajuan pendidikan tanah air. Sejumlah regulasi telah diterbitkan dengan
meletakkan literasi sebagai amanat konstitusi, antara lain Peraturan Presiden Nomor
18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-
2024, Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan. Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) sebagai bagian dari Asesmen Nasional juga menempatkan pencapaian literasi
dan numerasi sebagai tolok ukur keberhasilan kegiatan pembelajaran di satuan
pendidikan.
Memasuki tahun 2020 hingga kini, dunia diterpa pandemi COVID-19. Proses
pembelajaran berubah drastis. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi pilihan satu-
satunya. Namun, ternyata, PJJ berkepanjangan berdampak buruk: terjadi penurunan
minat dan kompetensi belajar (learning loss) dan literasi (literacy loss) pada peserta
didik. Literasi mengalami tantangan untuk membuktikan dirinya sebagai solusi.
Diharapkan buku ini dapat menjadi sumbangsih dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan melalui akselerasi kemampuan literasi bagi siswa. Selamat membaca dan
bereksplorasi. Salam literasi!
DAFTAR ISI iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Peserta Didik 3
Pentingnya Sinergi Antar Pemangku Kepentingan 4
DAFTAR PUSTAKA 44
BIODATA PENULIS 45
BAB I. PENDAHULUAN
1
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan penguatan literasi dan numerasi di sekolah, saat ini dibutuhkan sinergi
dan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah. Untuk
merealisasikannya, perlu dibentuk Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) sebagai wadah
kolaboratif para pemangku kepentingan di daerah dan Tim Literasi Sekolah (TLS) untuk
menguatkan implementasi literasi di sekolah, sebagai bagian mewujudkan Visi Pendidikan
Indonesia. Peran LPMP, PP/BP PAUD dan Dikmas, serta Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/
Kota sangat dibutuhkan untuk menjalankan peran pendampingan literasi di satuan pendidikan.
Di dalam PP No. 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 6 ayat (1)
menyatakan: Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan
dasar difokuskan pada penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila serta
kompetensi literasi dan numerasi peserta didik. Inilah salah satu dasar pemikiran perlunya
penguatan dengan membentuk TPLD di berbagai daerah di Indonesia.
Keberadaan TPLD dan TLS sangat strategis dalam penguatan literasi dan numerasi di sekolah,
terutama di saat dan setelah pandemi Covid-19 atau masa normal selanjutnya (next normal).
Tujuannya agar terjadi penyesuaian di segala bidang termasuk pendidikan terutama aktivitas
pembelajaran di sekolah. Peran dan fungsi TPLD dan TLS fokus pada akselerasi penguatan
literasi dan numerasi.
Sebelum pandemi, indeks literasi dan numerasi Indonesia masih berada di level yang belum
menggembirakan. Akibat pandemi, kondisi penurunan indeks akan sangat mungkin terjadi.
Oleh karena itu TPLD dan TLS diharapkan dapat bahu membahu mempercepat penguatan
literasi dan numerasi di sekolah agar dapat mengejar ketertinggalan serta memperbaiki kualitas
kecakapan literasi dan numerasi peserta didik.
Baik TPLD maupun TLS diharapkan memiliki strategi implementasi penguatan literasi dan
numerasi yang taktis di ranah fisik, sosial-afektif, dan akademik yang menjadi pintu masuk
bagi terciptanya budaya literasi di sekolah. Bersama sekolah, TPLD dan TLS menyokong
aktivitas penguatan literasi dan numerasi yang akan menjadi simpul kolaborasi dan bertujuan
membangun warga sekolah yang memiliki kekuatan dan daya literasi.
Selain berkolaborasi aktif dengan sekolah sebagai pemangku utama gerakan literasi sekolah,
TPLD juga berfungsi menjadi ‘jembatan’ antara sekolah dengan pemangku kunci yang memiliki
otoritas penuh dalam mengeluarkan kebijakan pendidikan. Pemangku kunci dalam konteks ini
Peran utama TPLD adalah memberikan masukan dan rekomendasi berdasarkan fakta berbasis
data yang ditemukan di lapangan terkait dengan kondisi dan situasi pendidikan di daerah.
Dengan demikian, data temuan dapat menjadi sumber informasi yang dapat digunakan untuk
memperbaiki kualitas pendidikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
melalui penguatan literasi dan numerasi di sekolah.
TPLD dan TLS juga memiliki peran mengajak dan mendorong berbagai pihak di masyarakat
untuk mendukung program literasi di sekolah, antara lain oleh pegiat dan komunitas literasi,
lembaga akademik, organisasi masyarakat, media massa, serta DUDI (dunia usaha dan
dunia industri). Beragam bentuk dukungan dapat dilakukan guna mempercepat penguatan
literasi dan numerasi di sekolah, bisa dalam bentuk dukungan bahan bacaan dan sumber
belajar, dukungan sumber daya manusia, teknologi, keterampilan juga berbentuk barang dan
pembiayaan. Dengan kekuatan jaringan dan kolaborasi antarpemangku yang dimotori oleh
TPLD diharapkan terjadi perbaikan kualitas pendidikan.
• Belajar dari rumah yang menuntut peranan orang tua, serta strategi baru para guru
agar proses belajar-mengajar berjalan maksimal.
• Pada praktiknya, baik literacy loss maupun learning loss, keduanya menempatkan
peserta didik pada dua sisi yakni menurunnya kemampuan penguasaan pelajaran
dan sisi lain meningkatnya kecakapan mengakses teknologi informasi.
• Dua istilah ini bertemu pada titik yang sama, yakni kehilangan kapasitas belajar.
• Peran dan fungsi TPLD dan TLS berfokus kepada akselerasi penguatan literasi
dan numerasi. Sebab sebelum pandemi indeks literasi dan numerasi Indonesia
masih berada di level yang belum menggembirakan, dan pada saat pandemi
kondisi penurunan indeks akan sangat mungkin terjadi.
BAB I. PENDAHULUAN
3
Pentingnya Sinergi Antarpemangku Kepentingan
Sinergi antarpemangku kepentingan dapat menjembatani sekolah dengan pemangku
kunci yang memiliki otoritas penuh dalam mengeluarkan kebijakan terkait dengan isu
pendidikan. Pemangku kunci dalam konteks ini adalah pemerintah pusat yang diwakili
oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek),
pemerintah daerah tingkat I dan II, DPR, DPRD I dan DPRD II.
Peran TPLD adalah memberikan masukan dan rekomendasi berdasarkan fakta berbasis
data yang ditemukan di lapangan terkait dengan kondisi dan situasi pendidikan di daerah.
Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui
penguatan literasi dan numerasi di sekolah.
Melalui Unit Pelaksana Teknis yang ada di daerah (LPMP dan PP/ BP Daud dan Dikmas),
Kemendikbudristek mendorong sejumlah hal sebagai berikut :
d. Kemitraan antara Pemda dan pegiat literasi serta pemangku kepentingan lainnya
Dengan kekuatan jaringan dan kolaborasi antarpemangku yang dimotori oleh TPLD diharapkan
terjadi perbaikan kualitas pendidikan di mana salah satu indikatornya adalah menguatnya
kecakapan literasi dan numerasi seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif.
Dukungan orang tua, masyarakat, pelaku bisnis, serta pemangku kepentingan lain seperti
lembaga pemerintahan daerah terhadap tumbuhnya budaya literasi di satuan pendidikan
menjadi penting mengingat pendidikan peserta didik tak hanya berlangsung di sekolah.
Upaya penumbuhan budaya literasi juga perlu diselenggarakan di rumah dan di masyarakat
karena literasi merupakan kecakapan esensial dalam kehidupan seseorang yang menentukan
kapasitasnya sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat.
Secara spesifik TPLD memiliki tugas utama yaitu melakukan penguatan kemampuan literasi
dan numerasi di sekolah terutama yang terkena dampak dari learning loss yang diakibatkan
oleh pandemi Covid-19. Untuk mencapai tujuan tersebut, TPLD bertanggungjawab untuk
melakukan sejumlah langkah strategis dan taktis yang membantu sekolah mengejar
ketertinggalan pembelajaran yang disebabkan oleh pembelajaran jarak jauh yaitu:
a. Pemetaan
Melakukan pemetaan terhadap kebutuhan di lapangan dalam rangka penguatan
literasi dan numerasi di sekolah berdasarkan kondisi dan situasi di daerah.
b. Asesmen
Membantu TLS melakukan asesmen untuk mempersiapkan sekolah dalam
menyongsong masa normal selanjutnya.
c. Advokasi
Membekali dan membantu TLS dalam merancang strategi yang taktis dan efektif
dalam penguatan literasi dan numerasi pada masa normal selanjutnya.
d. Dukungan
Memotivasi dan mendorong TLS dalam bentuk dukungan psikologis untuk bersiap
dalam menyongsong masa normal selanjutnya.
e. Monev
Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk mengetahui keefektifan
pelaksanaan program di lapangan.
f. Laporan
Memberikan laporan kepada kepala daerah berdasarkan temuan di lapangan untuk
menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan.
Tim Pendamping
Literasi Daerah
TPLD dengan struktur organisasi dan anggota yang dimilikinya memberi masukan kepada
pemerintah daerah untuk melakukan akselerasi kebijakan terkait pendidikan terutama
Penguatan Literasi dan Numerasi untuk mengatasi dampak learning loss.
Unsur-Unsur TPLD
Keanggotaan TPLD terdiri dari keterwakilan pemangku kepentingan, antara lain: Dinas
Pendidikan, Dinas Perpustakaan dan Arsip, Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah (Bappeda), unsur pegiat/tokoh pendidikan, pegiat literasi, tokoh masyarakat,
penerbit, penulis, media, Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), serta pemangku lainnya
sesuai kebutuhan setiap daerah.
Gambar 2.2. Kegiatan sosialisasi oleh LPMP Sulawesi Barat Foto: LPMP
Gambar 2.3 Sosialisasi program oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Foto: LPMPJawa Barat
(13) Penerbit
Penerbit dapat terlibat di dalam TPLD dan mendukung ketersediaan bacaan
berkualitas. Penerbit dapat berkerja sama dengan mitra lain penerbitan buku agar
mudah diakses oleh peserta didik.
(14) Penulis
Para penulis yang berada di suatu daerah dapat mendukung dan terlibat dalam
pelaksanaan program TPLD. Bisa sebagai anggota TPLD yang menyumbangkan
pemikiran dan keterampilannya memanfaatkan bahan bacaan dan dapat juga
terlibat langsung di lapangan memberikan program pelatihan pentingnya membaca
dan menguasai keterampilan menulis.
(15) Media
Media massa daerah, baik itu media cetak, media digital maupun media informasi
di sosial media dapat terlibat aktif mendukung penguatan literasi dan numerasi.
Keterwakilan unsur media di TPLD dapat memberikan kontribusi strategi
komunikasi dan publikasi sosialisasi program-program TPLD terutama upaya
mengatasi learning lost di saat pandemi.
Dalam konteks ini, TPLD harus mampu menjadi hub atau penghubung antara pemerintah
pusat dan daerah, sekaligus juga menjadi penghubung antara pemangku kepentingan di
daerah masing-masing. TPLD dapat memetakan:
Kegiatan dan program yang dilakukan TPLD, baik dalam pembentukan maupun
pelaksanaannya, UPT Kemendikbudristek dan Dinas Pendidikan dapat melaksanakan:
ͳͳ pengawas
Bintek Penguatan Literasi ͳͳ kepala sekolah
a. Partisipatif
Pendampingan literasi oleh TPLD mengupayakan penumbuhan budaya literasi secara
berkelanjutan. Karena itu, penumbuhan budaya literasi di satuan pendidikan perlu
didukung peran serta orang tua, pegiat dan komunitas literasi, dan anggota masyarakat.
Pendampingan literasi dengan pelibatan orang tua, komunitas dalam pengembangan
kegiatan literasi di sekolah, penguatan tata kelola sekolah untuk mengembangkan sarana
prasarana literasi, tata kelola kegiatan, tata kelola pengembangan kapasitas warga
sekolah, dan tata kelola pelibatan publik.
d. Interaktif
Pendampingan literasi menerapkan kurikulum dan pendekatan yang disepakati bersama,
sesuai dengan kebutuhan daerah dampingan. Pendampingan dimulai dengan pemetaan
masalah pada daerah dampingan dan karakteristik daerah sampai menginventarisasi
program prioritas yang sesuai dengan kebutuhan daerah.
TPLD dan TLS duduk bersama dan merumuskan sejumlah langkah yang dapat dilakukan
oleh masing-masing, kemudian saling berkomunikasi dan berkordinasi tentang pelaksanaan
tugas sehingga tidak terjadi tumpang tindih (overlapse) antara satu sama lain dan kemubaziran
(redundant) dalam pelaksanaan tugas.
Koordinasi antara TPLD dan TLS dapat dilakukan secara terjadwal, mengikuti jadwal koordinasi
rutin dengan Dinas Pendidikan, dan juga berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dengan dukungan
LPMP dan PP/BP PAUD Dikmas sebagai perpanjangan koordinasi daerah dari Kemendikbudristek.
Di akhir masa tugas, TPLD akan membuat laporan akhir pertanggungjawaban yang memuat
fakta berbasis data di lapangan guna memberikan masukan kepada pemangku kunci dalam hal
ini pemerintah pusat yang diwakili oleh Kemendikbudristek dan pemerintah daerah.
Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) sebagai ekosistem literasi di tingkat daerah
merupakan simpul bagi berbagai pemangku kepentingan dalam menciptakan budaya
literasi. Ia menjadi wadah kolaborasi dalam menjalankan program dan kegiatan literasi. Di
bawah naungan TPLD, elemen-elemen pemangku kepentingan bahu-membahu menyusun
dan menjalankan regulasi bersama para mitra.
Untuk menjalankan tugas utama yaitu melakukan penguatan kemampuan literasi di sekolah
terutama yang terkena dampak learning loss akibat pandemi COVID-19, TPLD menjalankan
langkah-langkah strategis dan taktis dalam rangka membantu satuan pendidikan mengejar
ketertinggalan pembelajaran. Setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan TPLD:
SK Gubernur juga memberi dasar bagi TPLD dalam menjalin sinergi dengan satuan
pendidikan (SMA, SMK, dan SLB). TPLD menjadi mitra bagi Dinas Pendidikan, yang
memegang kewenangan terhadap satuan pendidikan, dalam memajukan kualitas
pendidikan di daerah. Oleh karena itu, target awal dalam pembentukan TPLD adalah
mendapatkan SK Gubernur.
Dalam pertemuan ini, disusun struktur TPLD. Struktur berupa susunan organisasi
yang terdiri dari beberapa divisi sesuai kebutuhan. Agar keberadaannya kuat
Gambar 3.1 Bunda Literasi Jawa Barat Atalia Praratya memberikan arahan.
Foto: LPMP Jabar
Secara strategis, dalam struktur organisasi TPLD, berbagai kepala unit kerja
(lembaga) perlu diberi wadah. Mereka dapat diberi ruang sebagai pembina.
Sementara istri Gubernur dan Gubernur dapat diposisikan sebagai Penasihat.
Istri Gubernur perlu mendapat porsi karena di sejumlah daerah, peran mereka
berdampak signifikan dalam memajukan program literasi. Istri Gubernur dapat
diangkat sebagai Bunda Baca atau Bunda Literasi. Secara psikologis, Bunda
Baca atau Bunda Literasi dapat menaungi dan menjembatani sinergitas antara
pemerintah dan masyarakat. Mereka (Bunda Baca/Bunda Literasi) dapat langsung
menyampaikan aspirasi kepada Gubernur tanpa melalui proses birokrasi yang
panjang.
b. Eksternal TPLD
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi menaungi satuan pendidikan jenjang SMA,
SMK, dan SLB. Sementara Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menaungi satuan
pendidikan jenjang PAUD, SD, dan SMP. Hal ini berimbas pada kewenangan TPLD.
TPLD Provinsi menaungi SMA, SMK dan SLB sedangkan TPLD Kabupaten/Kota
menaungi PAUD, SD, dan SMP.
TPLD dapat memulainya dengan melakukan sosialisasi kepada para kepala sekolah.
Diadakan pertemuan baik daring (ruang virtual) maupun luring (tatap muka).
Pada pertemuan tersebut, dijelaskan secara umum mengenai TPLD dan rencana
Penyusunan RTL oleh kepala sekolah dan TLS bertujuan untuk memastikan bahwa
program penguatan literasi melalui pembentukan TLS berjalan sesuai jalur dan
mudah diukur. Tak kalah penting pula yaitu adanya alokasi anggaran pendukung
bagi TLS. RTL selanjutnya dapat dijabarkan ke dalam bentuk program kerja (Proker).
Adanya RTL merupakan bentuk transparansi kinerja dan ruang berbagi dukungan
antar TLS.
Personel TPLD juga individu yang memiliki karakter baik. Sebagai lembaga mitra
Pemda, personel TPLD haruslah orang yang jujur, berintegritas, dan dapat menjadi
teladan bagi masyarakat. Mental fasilitator adalah mental melayani masyarakat,
bukan minta dilayani.
a. Internal TPLD
Sejak awal perlu dipastikan bahwa personel TPLD berasal dari unsur Pemda
(minimal Dinas Pendidikan dan Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah), perwakilan
Pusat (UPT), dan masyarakat (pegiat literasi, komunitas literasi, akademisi, tokoh
masyarakat, LSM, dan dunia industri). Keberagaman unsur ini bertujuan untuk
mempermudah konsolidasi antarpemangku kepentingan di lapangan. TPLD
dapat menjadi ruang interaksi bagi para personelnya dalam mengomunikasikan
beragam persoalan literasi. Kesetaraan dalam menyampaikan gagasan akan
menumbuhkan rasa saling percaya untuk menjalin sinergitas.
Komposisi personel TPLD juga perlu memperhatikan aspek keluasan jejaring. Ini
dilakukan demi kemudahan TPLD dalam menjalin relasi dengan sebanyak dan
seluas mungkin pemangku kepentingan. Oleh karena itu, keanggotaan dari unsur
Pemda dan masyarakat dalam struktur TPLD harus dipetakan secara matang.
Jangan sampai, misalnya, porsi masyarakat lebih sedikit karena selama ini kurang
terlibat dalam program pemerintah. Dunia industri juga perlu dilibatkan karena
potensinya yang besar dari aspek pendanaan (Corporate Social Responsibility/
CSR) dan pengembangan sumber daya manusia.
Unsur guru dalam TLS tidak melulu guru bahasa. Guru mata pelajaran lain juga
perlu bergabung. TLS mengawal enam literasi dasar yaitu baca-tulis, numerasi,
sains, digital, finansial, budaya dan kewargaan. Ini mengindikasikan bahwa, guru
matematika, IPA, TIK, ekonomi, PKn, dan Seni Budaya perlu dilibatkan dalam
TLS.
Personel TLS dari unsur luar sekolah juga perlu dipetakan. Jika di sekitar sekolah
ada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan komunitas literasi, maka pegiat dan
aktivisnya perlu diberi kesempatan untuk bergabung dalam TLS. Keberadaan
mereka sangat penting untuk mendorong percepatan program literasi di sekolah.
Jika mereka menjadi pengurus TLS, kegiatan kolaboratif antara sekolah dan
TBM/komunitas literasi akan mudah terlaksana. Kegiatan kolaboratif itu misalnya
Adapun strategi yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam rangka membentuk TLS
adalah sebagai berikut:
b. Kepala sekolah dengan kewenangannya atau melalui rapat menetapkan TLS yang
terdiri atas minimal satu guru bahasa, satu guru mata pelajaran lain, serta satu petugas
perpustakaan/tenaga kependidikan.
c. Kepala sekolah menugasi TLS dengan surat keputusan atau surat penugasan
resmi (untuk mendatang, diharapkan surat keputusan atau surat tugas ini dapat
diperhitungkan sebagai tugas tambahan yang setara dengan jam mengajar).
Dalam melaksanakan tugas, TLS sebaiknya berkoordinasi dengan wali kelas, guru
Bimbingan dan Konseling (BK), kepala sekolah dan jajarannya, serta pihak eksternal
(dinas pendidikan, perpustakaan, perguruan tinggi, sekolah lain, orang tua, alumni, jejaring
masyarakat). Koordinasi dengan pihak internal dapat dilakukan setiap minggu atau sesuai
dengan situasi dan kondisi sekolah. Koordinasi dengan orang tua dapat dilakukan dengan
buku penghubung atau pertemuan terjadwal.
Hal penting lainnya untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong tersedianya sudut
baca di kelas serta optimalnya peran perpustakaan di tingkat satuan pendidikan. Untuk
ketersediaan buku yang optimal di perpustakaan sekolah, TPLD dapat berkoordinasi
dengan dengan dinas terkait, misalnya dinas perpustakaan untuk penyediaan buku-
buku berkualitas yang dapat diakses peserta didik.
Gambar 4.1 Seorang siswi sedang membaca buku di perpustakaan. Foto: Sesditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen
2. Literasi Numerasi
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan fisik pada
area literasi baca tulis adalah memastikan tersedianya sarana penunjang dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran numerasi sehingga
tercipta ekosistem yang kaya numerasi. Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh
TPLD adalah mendorong kepala sekolah agar memfasilitasi ruang berkarya pada area
literasi numerasi. Keberadaan ruang berkarya ini memberikan kesempatan peserta didik
untuk berinteraksi melalui alat matematika dan permainan tradisional juga permainan
papan (board games) yang membutuhkan dan melatih keterampilan numerasi. TPLD
dapat mendorong penyediaan fasilitas ini dengan mengupayakan koordinasi antara
pihak sekolah dan dinas terkait atau DUDI sehingga media-media atau sarana-sarana
pembelajaran numerasi dapat diperoleh dan dipergunakan oleh peserta didik.
3. Literasi Sains
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan fisik pada
area literasi sains adalah memastikan pengembangan sarana penunjang dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran sains sehingga dapat
menciptakan ekosistem yang kaya literasi sains.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah tersedianya laboratorium
sains sebagai tempat bereksperimen dan bereksplorasi serta sebagai sumber belajar
bagi peserta didik. TPLD dapat mendorong penyediaan fasilitas laboratorium sains
ini dengan memfasilitasi koordinasi antara pihak sekolah dan dinas terkait atau DUDI
dalam mengupayakan pembangunan laboratorium sains.
4. Literasi Finansial
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan fisik pada
area literasi finansial adalah memastikan adanya pengembangan lembaga keuangan
sekolah, baik berupa bank sekolah maupun koperasi. Lembaga di sekolah ini menjadi
wadah real bagi seluruh peserta didik untuk memahami dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan mereka di bidang literasi finansial.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah tersedianya sarana dan
prasarana yang mendukung pembelajaran literasi finansial di sekolah sebagai sumber
belajar bagi peserta didik. TPLD dapat mendorong penyediaan sarana dan prasarana ini
dengan memfasilitasi koordinasi antara pihak sekolah dengan dinas terkait atau DUDI
untuk menyediakan tempat magang di BUMN dan perusahaan lainnya bagi peserta
didik agar dapat belajar secara nyata tentang literasi finansial.
5. Literasi Digital
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan fisik pada area
literasi digital adalah memastikan tersedianya sarana dan prasarana bagi peserta
didik untuk mengembangan kemampuan mereka pada area literasi digital. Misalnya
memastikan tersedianya perangkat komputer dan akses internet yang handal di sekolah.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah terlaksananya pengembangan
sistem administrasi secara elektronik di sekolah. TPLD dapat mendorong penyediaan
Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah terlaksananya pengembangan
keterampilan budaya dan kewargaan peserta didik di sekolah. TPLD dapat mendorong
dan memfasilitasi kerjasama antara pihak sekolah dengan dinas terkait. Misalnya
dinas yang membidangi kebudayaan, agar terjadi kerjasama antara keduanya untuk
mengembangkan kompetensi literasi budaya dan kewargaan peserta didik. Strategi lain
yang dapat ditempuh oleh TPLD misalnya dengan mendorong kerjasama antara pihak
sekolah dengan komunitas pegiat seni dan budaya di daerah.
Gambar 4.3 Siswa tampil dalam sebuah acara literasi. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen
2. Literasi Numerasi
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan sosial-afektif
pada area literasi numerasi adalah memastikan terbentuknya lingkungan sosial-afektif
yang penuh dengan pesan positif berupa growth mindset, bahwa semua peserta
didik memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menjadi numerat, yakni seorang yang
dapat menggunakan fakta, konsep, keterampilan, dan metode matematika untuk
memecahkan masalah pada berbagai konteks. Hal lain yang penting untuk diperhatikan
oleh TPLD adalah mendorong untuk mengubah paradigma bahwa mengembangkan
kemampuan literasi numerasi peserta didik merupakan tanggung jawab semua pihak
(guru semua mata pelajaran, staf administrasi, orang tua, dan pemangku kepentingan
lainnya). Misalnya TPLD dapat menyelenggarakan kegiatan sosialisasi bagi seluruh
warga sekolah dan perwakilan orang tua dalam hal pengembangan growth mindset
(pesan positif) yang optimal bagi tumbuh dan berkembangnya kompetensi literasi
numerasi peserta didik
Gambar 4.4 Siswa sedang membaca buku. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen
3. Literasi Sains
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan sosial-afektif
pada area literasi sains adalah memastikan terbentuknya lingkungan sosial-afektif yang
optimal bagi tumbuh dan berkembangnya kompetensi literasi sains peserta didik.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong atau memfasilitasi
terciptanya kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak eksternal yang dapat
melakukan kegiatan pemngembangan kompetensi literasi sains peserta didik. Misalnya
TPLD dapat memfasilitasi kegiatan sharing session dengan mengundang pihak terkait,
misalnya pakar sains, peneliti, dosen, tenaga kesehatan, apoteker, teknisi pesawat, dan
4. Literasi Finansial
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan sosial-afektif
pada area literasi finansial adalah memastikan terbentuknya lingkungan sosial-afektif
yang optimal bagi tumbuh dan berkembangnya kompetensi literasi finansial peserta
didik. Misalnya TPLD bekerjasama dengan pihak sekolah untuk mengadakan bulan
literasi finansial dengan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kompetensi
literasi finansial peserta didik.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong atau memfasilitasi
terciptanya kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak eksternal. Misalnya DUDI,
yang dapat melakukan kegiatan pemngembangan kompetensi literasi finansial
peserta didik. Selain itu, TPLD dapat memfasilitasi kegiatan sharing session dengan
mengundang pihak terkait, misalnya pakar ekonomi, analis saham, ahli asuransi dan
profesi bidang keuangan lainnya untuk berbagi tentang cara mereka mengaplikasikan
literasi finansial dalam profesi dan kehidupan mereka sehari-hari.
5. Literasi Digital
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan sosial-afektif
pada area literasi digital adalah memastikan terbentuknya lingkungan sosial-afektif
yang optimal bagi tumbuh dan berkembangnya kompetensi literasi digital peserta didik.
Misalnya TPLD bekerjasama dengan pihak sekolah untuk mengadakan sosialisasi tentang
pendampingan peserta didik dalam menggunakan media digital.
Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong atau
memfasilitasi pihak sekolah agar proaktif pada orang tua peserta didik. Pihak sekolah
memperhatikan dan menyusun kesepakatan keluarga dalam hal pemanfaatan media digital
bagi pengembangan kompetensi digital putra/putri mereka. TPLD dapat memfasilitasi
kegiatan sharing session dengan mengundang pihak terkait, misalnya pakar teknologi
informasi, psikolog, dan profesi bidang digital lainnya untuk berbagi tentang bagaimana
peran guru serta orang tua yang efektif dalam membimbing siswa ketika memberdayakan
teknologi komunikasi dan informasi.
Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah terlaksananya forum
diskusi bagi warga sekolah. TPLD dapat mendorong dan memfasilitasi kerjasama antara
pihak sekolah dengan instansi terkait, misalnya instansi yang lingkup kerjanya pada bidang
budaya dan kewargaan, agar terjadi kerjasama antara keduanya untuk mengembangkan
kompetensi literasi budaya dan kewargaan peserta didik melalui forum diskusi tentang
budaya dan kewargaan.
Gambar 4.5 Seorang guru sedang mengajari muridnya. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen
Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong dan
memastikan sekolah untuk menguatkan literasi baca tulis peserta didik dengan
berfokus pada penggunaan ragam teks dengan tema dan format yang dekat dengan
lingkungan peserta didik. Misalnya, TPLD dapat melakukan kegiatan sosialisasi tentang
metode penggunaan ragam teks sesuai dengan konteks keseharian siswa untuk
mengembangkan kompetensi literasi baca tulis peserta didik.
2. Literasi Numerasi
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan akademik pada
area literasi numerasi adalah memastikan terselenggaranya program numerasi sekolah.
Program ini dapat berupa pengaitan matematika dengan kehidupan nyata, misalnya
topik mengenai implementasi matematika dalam kehidupan sehari-hari di rumah,
matematika dalam berbagai pekerjaan masa kini, matematika dalam pekerjaan di masa
depan, dan matematika di kehidupan bermasyarakat.
Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong implementasi
program numerasi lintas mata pelajaran. Misalnya TPLD memberikan pelatihan bagi
para guru tentang metode menyisipkan (insert) materi numerasi pada mata pelajaran
selain matematika. Sehingga dapat terbentuk budaya akademik bahwa mengajarkan
kompetensi numerasi bukan hanya tanggung jawab guru matematika, melainkan
tanggung jawab semua guru mata pelajaran.
3. Literasi Sains
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan akademik pada
area literasi sains adalah memastikan sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran
sains berbasis permasalahan dan berbasis proyek. Misalnya TPLD melakukan
kunjungan pendampingan ketika guru di sekolah melakukan pembelajaran sains, serta
memberikan advokasi bagaimana melakukan kegiatan pembelajaran sains dengan
model problem based dan project based learning.
Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong
implementasi penggunaan alat permainan atau alat peraga edukatif sains, baik secara
daring maupun luring. Misalnya TPLD memberikan pelatihan bagi para guru tentang
metode pembuatan alat permainan atau alat peraga edukatif sains, pembuatan atau
pemanfaatan laboratorium maya, dan metode pembelajaran sains yang menyenangkan.
4. Literasi Finansial
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan akademik pada
area literasi finansial adalah memastikan sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran
terkait literasi finansial dengan memanfaatkan lingkungan sekolah. Misalnya TPLD
melakukan pendampingan atau advokasi tentang metode memberdayakan koperasi
sekolah atau kantin sekolah sebagai sumber belajar bagi peserta didik dalam
meningkatkan kompetensi literasi finansial.
Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong terjadinya
pembelajaran problem based atau project based learning pada materi literasi finansial.
5. Literasi Digital
Strategi yang dapat dilakukan oleh TPLD untuk penguatan lingkungan akademik
pada area literasi digital adalah memastikan sekolah melaksanakan kegiatan
pembelajaran terkait literasi digital dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
oleh sekolah. Misalnya TPLD melakukan pendampingan atau advokasi tentang metode
memberdayakan sumber digital di perpustakaan sekolah untuk pembelajaran peserta
didik.
Gambar 4.7 Siswa-siswi sedang membaca buku di sudut ruang baca di kelas. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen
Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong terjadinya
pembelajaran problem based atau project based learning pada materi literasi digital.
Misalnya TPLD memberikan sosialisasi bagi para guru terkait isu dan bidang pekerjaan
digital terkini, contohnya data scientist, digital marketer, web atau mobile developer yang
nanti dapat diterapkan dalam pembelajaran, agar peserta didik terbuka wawasannya
tentang isu-isu aktual seputar literasi digital.
Strategi lain yang penting untuk diperhatikan oleh TPLD adalah mendorong terjadinya
pembelajaran problem based atau project based learning pada materi budaya dan
kewargaan, terutama pada mata pelajaran seni dan budaya serta PPKN. Misalnya
TPLD memberikan pelatihan bagi para guru terkait implementasi model pembelajaran
problem based atau project based learning pada materi budaya dan kewargaan.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Petugas menyiapkan instrumen monev TPLD (contoh dan ilustrasi instrumen ada
pada lampiran)
b. Petugas berkoordinasi dengan TPLD di daerah yang merupakan sasaran kegiatan
monev. Pada tahap ini disepakati tentang waktu, tempat, dan detail teknis lainnya
tentang kegiatan monev.
c. Petugas menyiapkan semua keperluan baik terkait urusan akademis maupun
administratif bagi terselenggaranya kegiatan monev.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Petugas datang sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati untuk
pelaksanaan monev TPLD.
b. Petugas melakukan wawancara atau observasi dan mengisi instrumen monev
yang telah disiapkan TPLD.
c. Petugas memeriksa kembali semua kelengkapan instrumen yang telah diisi,
kemudian menutup kegiatan monev TPLD.
3. Tahap pelaporan
Pada tahap pelaporan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Petugas melakukan rekapitulasi semua data yang sudah diperoleh saat pelaksanaan
monev TPLD.
b. Petugas melakukan pengolahan data, analisis, serta menafsirkan data yang
ditemukan saat kegiatan monev TPLD.
c. Petugas melakukan penyusunan laporan lengkap monev berdasarkan pengolahan,
analisis, dan penafsiran data yang telah dilakukan.
Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dijadikan masukan untuk memperbaiki
pelaksanaan program di tingkat daerah (TPLD) pada tahap berikutnya, terutama terkait
dengan pelaksanaan program dan kegiatan untuk mengimplementasikan kebijakan
pusat dan kebijakan daerah, dan pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat
kabupaten/kota.
Gambar 5.1 Seorang siswi sedang membaca buku di depan perpustakaan. Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen
Strategi monev pada tingkat satuan difokuskan pada monev yang dilaksanakan oleh
petugas daerah (TPLD) terhadap TLS. Strategi monev yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Petugas menyiapkan instrumen monev TLS (contoh dan ilustrasi instrumen ada
pada lampiran)
b. Petugas berkoordinasi dengan TLS di daerah yang merupakan sasaran kegiatan
monev. Pada tahap ini disepakati tentang waktu, tempat, dan detail teknis lainnya
tentang kegiatan monev.
c. Petugas menyiapkan semua keperluan baik terkait urusan akademis maupun
administratif bagi terselenggaranya kegiatan monev.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Petugas datang sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati untuk
pelaksanaan monev TLS.
b. Petugas melakukan wawancara atau observasi dan mengisi instrumen monev TLS
yang telah disiapkan.
c. Petugas memeriksa kembali semua kelengkapan instrumen yang telah diisi,
kemudian menutup kegiatan monev TLS.
Gambar 5.2 Dua siswi sedang menikmati kegiatan membaca buku di perpustakaan sekolah.
Foto: Setditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen
Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dijadikan masukan untuk memperbaiki
pelaksanaan program di tingkat TLS pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan
pelaksanaan program dan kegiatan untuk mengimplementasikan kebijakan pusat dan
kebijakan daerah, pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat kabupaten/
kota, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Gambar 6.1 Diskusi tentang literasi di LPMP Jawa Tengah. Foto: Wien
Terjadinya penurunan minat dan kemampuan baik dalam pembelajaran (learning loss)
maupun literasi (literacy loss) akibat pembelajaran jarak jauh berkepanjangan bukan isapan
jempol. Siswa-siswi di berbagai penjuru dunia mengalaminya. Dampak parah terjadi di
daerah yang infrastrukturnya tidak memadai seperti tidak terjangkau sambungan listrik
dan tidak bisa mengakses layanan internet. Namun, dampak itu juga sangat dirasakan
oleh siswa-siswi di kawasan perkotaan karena penurunan minat dan kondisi psikologis.
Pengaruh pembelajaran tatap muka nyatanya sangat besar dalam pembentukan
kompetensi dan pengetahuan peserta didik. Hal ini juga mengungkap belum siapnya orang
tua jika tiba-tiba menjadi pengganti guru di rumah.
Sayangnya, tak ada yang bisa memastikan akhir pandemi COVID-19. Artinya, tak ada pula
yang tahu kapan learning loss dan literacy loss berakhir. Kondisi ini memaksa berbagai
pemangku kepentingan untuk menciptakan kreasi dan inovasi agar dampak learning loss
dan literacy loss tidak membesar. Guru-guru dituntut menerapkan strategi dan metode
pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk belajar mandiri dalam suasana
menyenangkan. Kepala sekolah dituntut membuat terobosan yang memungkinkan warga
sekolah dapat menjalankan kegiatan pembelajaran secara optimal.
Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) dapat dipandang sebagai medium kolaborasi
strategis. Ia menjadi simpul bagi beragam kepentingan di bidang literasi yang melibatkan
banyak pihak. Ia fasilitator bagi segala persoalan dan solusi di dunia literasi, khususnya di
lingkup daerah.
Dengan sifatnya yang akomodatif terhadap berbagai elemen pemerintahan dan masyarakat,
TPLD diharapkan mendampingi Tim Literasi Sekolah (TLS) dalam menumbuhkembangkan
budaya literasi di satuan pendidikan. TPLD menjadi pintu yang membawa satu kepentingan
bersama yaitu menciptakan ekosistem literasi di satuan pendidikan dengan melibatkan
partisipasi publik. Ia menjadi pendamping dan konsultan bagi TLS dalam mengelola dan
menjalankan program literasi di sekolah.
TPLD diharapkan dapat menjawab kekhawatiran akan meluasnya learning loss dan literacy
loss yang mengancam keberlangsungan hidup anak bangsa. Diharapkan pula, kinerja
TPLD dapat mendongkrak kompetensi literasi siswa Indonesia sehingga dapat bersaing
dengan negara-negara dunia lainnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.
Jakarta: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Materi Pendukung Literasi Budaya dan
Kewargaan. Jakarta: Kemendikbud.
Billy Antoro, M.Pd. lahir di Jakarta, 10 April 1980. Pada 2015 ia mengawal
pembentukan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kemendikbud dan
sejak 2017 diamanahi sebagai Sekretaris Satuan Tugas GLS Kemendikbud
(kini Kemendikbudristek). Ia bekerja di Sekretariat Ditjen PAUD, Dikdas, dan
Dikmen. Bukunya yang telah terbit dalam bentuk novel, antologi cerpen,
antologi esai, dan nonfiksi. Buku individual yang telah diterbitkan oleh
Kemendikbud di antaranya Gerakan Literasi Sekolah, Dari Pucuk Hingga
Akar; Sebuah Refleksi dan Mengembangkan Jaringan dan Kolaborasi
Literasi. Pos-el: billy.antoro@gmail.com. Laman: billyantoro.com. YouTube:
Billy Antoro.