Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

IDENTIFIKASI BUKU IPA SD PADA KTSP


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Karakter
Dosen Pembimbing Ibu Frita Devi Asriyanti, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Scarviexsa Prasasti Susanto (20186206001)
2. Ronatama Simangunsong (20186206026)

4A – Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS BHINNEKA PGRI TULUNGAGUNG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah
yang berjudul Identifikasi Buku IPA SD pada KTSP yang dibimbing oleh Ibu Ibu Frita Devi
Asriyanti, M.Pd. ini dapat tersusun hingga selesai. Atas dukungan moral dan materi yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 15 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………3
2.1 Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ...................................3
2.2 Apa saja Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .....................6
2.3 Bagaimana Implementasi KTSP ...............................................................7
2.4 Apa Pengertian IPA ....................................................................................8
2.5 Apa Hakekat IPA ........................................................................................10
2.6 Apa Penilaian IPA ......................................................................................12
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………15
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….15
3.2 Saran……………………………………………………………………...16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta fakla, konsep kansep, atau prinsip prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi siaga menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara Imiah .
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan perbuatan sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Di tingkat SD / MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas ( Sans,
lingkungan, teknologi dan masyarakat ) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk
merancang dan membuat suatu suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan komptensi
bekekrja ilmiah secara bijaksana.
Dalam proses pembelajaran, bahan ajar berkedudukan sebagai modal awal yang akan
digunakan atau diproses untuk mencapai hasil. Hasil tersebut berupa pemahaman dan
kemampuan siswa. Pentingnya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran dapat
dianalogikan seperti pentingnya bahan-bahan untuk memasak. Jika tidak ada bahan yang
digunakan dalam memasak, maka tidak akan ada masakan yang dihasilkan. Sebaliknya,
jika terdapat bahan makanan untuk dimasak maka akan dihasilkan suatu makanan
walaupun itu sangat sederhana. Dengan melihat analogi tersebut kita dapat memahami
bahwa bahan memiliki kedudukan yang penting terhadap suatu proses. Demikian pula
halnya dengan bahan ajar dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan komponen
yang harus ada di dalam proses pembelajaran.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dengan mengacu pada Standar
Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan oleh pemerintah
untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Penyusunan KTSP berpedoman
pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan
ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.
Penyusunan KTSP sangat diperlukan untuk mrngakomodasi semua potensi yang ada di
daerah dan untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan dalam bidang akademis

1
maupun non akademis, memelihara budaya daerah, mengikuti perkembangan iptek yang
dilandasi iman dan takwa.
Hal ini mendorong kami untuk menyusun makalah IPA yang berjudul Identifikasi buku
IPA SD pada KTSP guna membantu para pembaca yang ingin mengetahui tentang IPA
SD pada KTSP.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dari makalah ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
2. Apa Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ?
3. Apa pengimpementasi KTSP?
4. Apa pengertian IPA
5. Apa hakekat IPA?
6. Apa penilaian IPA
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Memahami pengertian kurikulum tingkat satuan pendidikan
2. Mengetahui kpmponen kurikulum tingkat satuan pendidikan
3. Mengetahui implementasi KTSP
4. Memahami pengertian IPA
5. M emahami hakekat IPA
6. Mengetahui penilaian IPA

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)


a. Pengertian KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
dimasing-masing satuan pemndidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yangditetapkan oleh Depdiknas.KTSP
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
b. Tujuan Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Secara umum tujuan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada kepada
lembaga pendidikan. Namun secara umum dapat dirincikan sebagai berikut.
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia. Melalui KTSP penentu
kualitas sekolah benar-benar tergantung pada kemandirian setiap
sekolah dalam menggali dan memanfaatkan potensi dan sumber
daya yang dimilikinya.KTSP memberikan kesempatan kepada
setiap sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan daerahnya dan sesuai dengan karakteristik
sekolah itu sendiri.sekolah dituntut melakukan isnisiatif dalam
menggali secara mandiri berbagai potensi dan sumber daya untuk
mendukung programnya termasuk kurikulum yang
dikembangkannya. Karena itu itu setiap komponen sekolah dari
kepala sekolah hingga guru-guru dituntut untuk lebih aktif dan
kreatif melakukan berbagai upaya agar semua kebutuhan sekolah
terpenuhi.

3
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
Sebagai kurikulum operasional KTSP menuntut keterlibatan
masyarakat secara penuh, sebab tanggung jawab pengembangan
kurikulum tidak lagi berada di pemerintah, akan tetapi berada di
tangan sekolah, sementara itu berkembangnya sekolah itu sendiri,
sangat bergantung pula pada seberapa besar keterlibatan masyarakat
terhadap sekolah.
3) Meningkatkan kompetensi yang sehat antarsatuan pendidikan
tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai Dengan KTSP
sekolah tidak lagi hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum
yang telah diatur oleh pusat, tetapi juga sebagai pengambil
keputusan tentang pengembangan dan implementasi kurikulum.
Dengan KTSP sekolah diharapkan berlomba satu dengan yang lain
dalam menyusun program kurikulum sekaligus berlomba dalam
implementasinya, sehingga tercipta persaingan antar sekolah
menuju pencapaian pendidikan yang lebih bermutu
c. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolah dan pedoman pada standar kompotensi lulusan dan
standar isi serta panduan penyusunan kurikulum oleh BSNP, kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik, dan lingkungan Kurikulum dikembangkan berdasar
prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengebnagkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian
tujuantersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan potensi, dan kepentingn peserta
didik.
2. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembnagkan dengan
memperhatikan keragaman karakterstik peserta didik, kondisi

4
daerah dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan
agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi
dan gender.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan
oelh karena itu isi kurikulum mendorong peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders)
untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan.
Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus
mempertimbangkan dan memperhatikan pengembangan intergritas
pribadi, kecerdasan spiritual, keterampilan berpikir, kreativitas
social serta kemampuan akademis.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan secara berkesinambungan antar
semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan antara
unsure-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal,dengan
memperhatikan kondisi dan tuntunan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan global, nasional dan kepentingan
daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan global, nasional dan local untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Kepentingan global,
nasional dan local harus saling mengisi dan memberdayakan sejarah
dengan perkembangan era globalisasi dan tetap berpegang pada
moto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

5
2.2 Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan terdiri atas empat komponen yaitu:
1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan tingkat satuan pendidikan
a. Visi satuan pendidikan
1) Berorientasi ke depan,
2) Dikembangkan bersama oleh seluruh warga sekolah,
3) Merupakan panduan antara langkah straegis dan sesuatu yang
dicita- citakan,
4) Dinyatakan dala kalimat yang padat bermakna tidak lebih dari 25
kata,
5) Dapat dijabarkan dalam tujuan dan indicator keberhasilannya,
6) Berbasis nilai dan mudah diingat,
7) Membumi (kontektual).
b. Misi satuan pendidikan Berdasarkan visi satuan pendidikan, maka
ditentukan misinya (sejumlah langkah strategis menuju visi yang telah
dirumuskan)
c. Tujuan kurikulum tingkat satuan pendidikan
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiiri danmengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut ssuai dengan
kejuruannnya.
2. Struktur dan Muatan KTSP
Struktur KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertian dalam
Standar Isi, yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
a. Kelompok mata pelajaran dan akhlak mulia,
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
c. Kelompok mata pelaaran ilmu pengetahuan dan teknologi,
d. Kelompok mata pelajaran dan estetika,

6
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan
dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
2.3 Implementasi KTSP
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi adalah “pur something
into effect” (penerpan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).
Dalam garis besarnya, implementasi KTSP mencakup kegiatan pokok yaitu
pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
1) Pengembangan program
Pengembangan program KTSP mencakup program tahunan, program semester,
program judul (pokok bahasan), program mingguan dan harian, program
pengayaan dan remedial serta bimbingan dan konseling.
2) Pelaksanaan dan pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Pembelajaran adalah usaha guru yang bertujuan untuk menolong siswa
belajar.Berdasarkan pengertian di atas maka pembelajaran adalah usaha guru
untuk menolong siswa belajar sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik.Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku
bagi peserta didik.
3) Penilaian hasil belajar
Secara umum, penilaian adalah proses sistematis pengumpulan informasi
(angka, deskripsi, verbal), analisis, dan interpretasi informasi untuk
memberikan keputusan terhadap kadar hasil belajar. Dengan demikian penilaian
kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru
untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan
kemajuan belajarnya siswa sehingga didapatkan profil kemampuan siswa sesuai
dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian berbasis kelas
berorientasi pada kompetensi yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas. Ketercapaian ini mengacu pada patokan tertentu dan

7
ketuntasan belajar yang dilakukan melaui berbagai cara, misalnya melalui
portofolio, produk, proyek, kinerja, tertulis dan penilaian diri.

2.4 Pengertian IPA


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam
sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam,
peristiwa dan gejala-gejala yang muncul di alam, ilmu dapat diartikan sebagai suatu
pengetahuan yang bersifat objektif. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan kurikulum
KTSP (depdiknas : 2006).
Istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta
isinya. James Conant 1997 (dalam Samatowa Usman 2010:1) mendefinisikan sains sebagai
“suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang
tumbuh sebagai hasilnya eksperimentasi dan observasi,serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut.
Fowler dalam Trianto (2010:136) berpendapat IPA adalah pengetahuan yang sistematis
dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan deduksi.
Beberapa definisi dan juga pendapat yang sudah dipaparkan di atas , maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD merupakan mata pelajaran yang tersusun
sistematis, mempelajari tentang gejala-gejala alam, melalui serangkaian proses yang
dikenal dengan proses ilmiah, sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah
yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku
secara universal.
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi
empat unsur utama yaitu:
1. sikap:
rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan
sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui
prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2. proses

8
Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. Produk
Berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4. Aplikasi
enerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul,
sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami
fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara
ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA
pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk,
menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran
yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi
tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat
teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik
menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain
kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi
berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang
cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan
dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang
sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan
belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam
berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan
komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat 32 menyiapkan
peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta
dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta
didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan
kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli

9
teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah
dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik
yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan,
materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Indikator
pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan
setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan
agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa
meninggalkan isi kurikulum. Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta
didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam
kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
Ilmu pengetahuan alam merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains
yang semula bersal dari bahasa inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari
bahasa latin ‘science’ yang berarti saya yang tahu. ‘Science’ terdiri dari social sciences
(ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).Namun, dalam
perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) saja, 33 walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan
dengan etimologi.Untuk itu, dalam hal ini kita tetap menggunakan istilah IPA untuk
merujuk pada pengertian sains yang kaprah yang berarti natural science34.
IPA mepelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di
dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat di amati indera maupun yang
tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika,
pengertian IPA dipahami terlebih dahulu.IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang
dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
2.5 Hakekat pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP ( Depdiknas, 2006 )
bahwa " IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan
hanya menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan". Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang
bersifat empiris dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam
tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini
menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses yang diperlukan untuk menciptakan
pembelajaran IPA yang empiris dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses yang diwujudkan

10
dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara
produk sains ditemukan.
Asy'ari, Muslichah ( 2006 : 22 ) menyatakan bahwa keterampilan proses yang perlu
jarak dalam pembelajaran IPA meliputi keterampilan proses dasar misalnya mengamati,
mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan
waktu, serta keterampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan
eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variabel, menyusun definisi
operasional, memodifikasi data, menganalisis dan mensintesis data.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
di meliputi SD keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Kedua keterampilan ini
dapat melatih untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk
menghasilkan produk - produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori–
teori.
Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti terpengaruh oleh pembelajaran yang ingin
dicapai melalui hal tersebut. Tujuan IPA di SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang
sekarang berlaku di Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ). Dalam kurikulum KTSP selain
dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup
pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan
pembelajaran IPA untuk mengembangkan pokok materi, kegiatan pembelajaran dan
indikator daya tarik kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan
formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP ( Depdiknas , 2006 ) secara
terperinci adalah :
1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan , keindahan , dan keteraturan alam ciptaann - Nya,
2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep - konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari
3) mengembangkan rasa ingin tahu , sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan , teknologi dan
masyarakat
4) mengembangkan keterampilan proses penyembunyian alam sekitar ,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

11
6) menjaga dan memelihara lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan
7) memperoleh bekal pengetahuan , konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan Dendidikan ke SMP atau MTs.
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja
ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah penyelidikan penyelidikan,
komunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai
ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika
dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) yang digunakan
sebelumnya. Secara terperinci cakupan materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP
adalah :
1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) benda atau bahan , sifat - sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas
3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek
tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah yang diperlukan untuk
memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.
2.6 Nilai-Nilai IPA
Sekalipun sebagian besar imuan mengatakan bahwa IPA tidak menjangkau nilai-nilai
mra; atau etika, juga tidak membahas nilai-nilai keindahan (estetika), tetapi IPA
mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Yang dimaksud nilai di
sini adalah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan
yang akan dicapai.
Nilai-nilai nonkebendaan yang terkandung dalam IPA antara lain sebagai berikut:
a. Nilai Praktis
Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang
secara langsung dapat dimanfaatkan masyarakat.Kemudian dengan teknologi
tersbut membantu pula mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara
tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan.Dengan demikian, sains
mempunyai nilai praktis, yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam

12
kehidupan sehari-hari. Contoh: penemuan listrik oleh Faraday diterapkan dalam
teknologi hingga melahirkan alat-alat listrik yang bermanfaat bagi kehidupan.
b. Nilai Intelektual
Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia
untuk memecahkan masalah.Tidak saja masala-masalah alamiah, tatapi juga
masalah-masalah soaial, ekonomi dan sebagainya. Metode ilmiah telah melatih
keterampilan, ketekunan, dan melatih mengambilkeputusan dengan pertimbangan
yang rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi penggunanya. Keberhasilan
memecahkan masalah tersebut akan memberikan kepuasan intelektual. Dengan
demiakian, metode ilmiah telah memberikan kepuasan intelektual, inilah yang
dimaksud dengan nilai intelektual.
c. Nilai Sosial-Budaya-Ekonomi-Politik
IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti kemajuan IPA dan
teknologi suatu bangsa, menyebabkan bangsa tersebut memperoleh kedudukan
yang kuat dalam percaturan sosial-ekonomi-politik internasional.
Sebagai contoh, negara-negara maju seperti USA, Uni Eropa, merasa sadar dan
bangga terhadap kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang sosial-politik
dan mengklaim diri mereka sebagai negara adidaya. Jepang, dengan kemajuan di
bidang teknologi produksi merupakan negara yang memiliki stabilitas tinggi dalam
bidang sosial masyarakat maupun ekonomi yang mampu menguasai paksa pasar
dunia.
Selain itu, juga jepang dikenal sebagai negara yang mampu memadukan antara
teknologi dengan budaya lokal (tradisi) sehingga budaya tradisi tersebut tetap eksis
bahkan dikenal seluruh dunia.
d. Nilai Kependidikan
Dengan makin berkembangnya IPA dengan teknologi serta diterapkannya
psikologi belajar pada pelajaran IPA maka IPA diakui bukan hanya sebagai suatu
pelajaran melainkan juga sebagai suatu pendidikan.Artinya, pelajaran IPA dan
pelajaran lainnya meruapakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai
tersebut anatar lain sebagai berikut:
1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut
metode ilmiah.
2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, dan
mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah.

13
3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah.
Dengan demikian, jelas bahwa IPA memiliki nilai-nilai pendidikan
karena dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
e. Nilai Keagamaan Suatu pandangan yang naif apabila dengan mempelajarai IPA
akan mengurangi kepercayaan kepada Tuhan. Karena secara empiris orang yang
mendalami mempelajari IPA, maka sadarlah dirinya akan adanya kebeanaran
hukum-hukum alam, sadar akan adanya keterkaitan di dalam alam raya ini dengan
Maha Pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia membaca, mempelajari dan
menerjemahkan alam, manusia makin sadar akan keterbatasan ilmunya.
Seorang ilmuan yang beragama akan lebih tebal keimanannya, karena selain
didukung oleh dogma-dogma agama juga ditunjang oleh alam pikiran dari
pengamatan terhadap fenomena-fenomena alam, sebagai manifestasi kebesaran
Tuhan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-
masing satuan pemndidikan. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
berikut: Beragam dan terpadu Kurikulum dikembnagkan dengan memperhatikan
keragaman karakterstik peserta didik, kondisi daerah dan jenjang serta jenis pendidikan,
tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi
dan gender.
2. Visi satuan pendidikan: Berorientasi ke depan. dikembangkan bersama oleh seluruh
warga sekolah, merupakan panduan antara langkah straegis dan sesuatu yang dicita-
citakan, dinyatakan dala kalimat yang padat bermakna tidak lebih dari 25 kata, dapat
dijabarkan dalam tujuan dan indicator keberhasilannya, berbasis nilai dan mudah
diingat, membumi (kontektual).
3. Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi adalah “pur
something into effect” (penerpan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).
4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam
sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam,
peristiwa dan gejala-gejala yang muncul di alam, ilmu dapat diartikan sebagai suatu
pengetahuan yang bersifat objektif.
5. Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga
dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan pokok
materi, kegiatan pembelajaran dan indikator daya tarik kompetensi untuk penilaian.
Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum
tersebut.
6. Sekalipun sebagian besar imuan mengatakan bahwa IPA tidak menjangkau nilai-nilai
mra; atau etika, juga tidak membahas nilai-nilai keindahan (estetika), tetapi IPA
mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Yang dimaksud nilai
di sini adalah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi
tujuan yang akan dicapai.

15
3.2 Saran
Dengan pemahaman tentang kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini diharapkan
guru mata pelajaran IPA dapat melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah
dan dapat lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas penguasaan materi pelajaran IPA
siswa di sekolah yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia
indonesia sebagaimana tujuan dan fungsi pendidikan nasional. Serta guru dapat
menentukan dan merancang pembelajaran sesuai dengan materi Essesnsial yang diberikan
untuk kelas IV SD

16
DAFTAR PUSTAKA

Fannisa F. 2016. ANALISIS MATERI IPA KTSP, Pekalongan.


https://www.academia.edu/29802243/ANALISIS_MATERI_IPA_KTSP_KELAS

Rizky. 2018. Kajian Materi IPA Dalam Kurikulum KTSP dan K13 Dalam Pembelajaran IPA.
https://id.scribd.com/presentation/379622432/12-Kajian-Materi-IPA-Dalam-
Kurikulum-KTSP-dan-K-13-Dalam-Pembelajaran-IPA-SD

Sofyani, Nadiyah. dkk. 2018. Kajian Materi IPA Dalam KTSP dan K-13 Dalam
Pembelajaran IPA. Jakarta.
https://123dok.com/document/q518rk3y-pembelajaran-diajukan-pembelajaran-
nurhayati-fakultas-keguruan-pendidikan-pendidikan.html

Yusnita, Tuti. dkk. 2021. Makalah IPA Kelompok 7. Medan


https://id.scribd.com/document/542672492/MAKALAH-IPA-KELOMPOK-7

Sekolahasar.net. 2011. Hakekat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.


https://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-di-
sekolah.html?m=1

17

Anda mungkin juga menyukai