Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM

GERAKAN LITERASI SEKOLAH

SDN PUTAT JAYA II/ 378


TAHUN PELAJARAN 2021-2022

Oleh:
Tim Literasi
SDN PUTAT JAYA II/378

PEMERINTAH KOTA SURABAYA


DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA
SDN PUTAT JAYA II/378
JL. RAYA DUKUH KUPANG 37 SURABAYA

i
LEMBAR PENGESAHAN

Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SDN PUTAT JAYA II/378Surabaya Tahun
Pelajaran 2021-2022 disusun sebagai pedoman pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di
SDN PUTAT JAYA II/378

Disahkan oleh:
Kepala SDN PUTAT JAYA II/378

ERNA DWI YANTI, S. Pd, M.M


Nip 196202051982012008

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga Program Gerakan Literasi SDN PUTAT JAYA II/378Surabaya dapat terselesaikan
dengan lancar. Program ini digunakan panduan untuk penyelenggaran kegiatan literasi di
SDN PUTAT JAYA II/378Surabaya Tahun Pelajaran 2021-2022.
Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SDN PUTAT JAYA II/378 adalah
sebuah program dalam upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah
sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan
publik. Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan atau berbicara.
Sebagai ungkapan rasa syukur atas terselesaikannya program GLS ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak. Pihak-pihak yang telah berpartisipasi
dalam penyusunan program GLS ini sebagai berikut.
1. Bapak Husaini Effendi selaku Kepala SDN PUTAT JAYA II/378
2. Bapak ibu guru SDN PUTAT JAYA II/378
3. Bapak ibu Komite SDN PUTAT JAYA II/378
Semoga Program GLS ini dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan GLS di SDN
PUTAT JAYA II/378 Ke depannya dapat meningkatkan kemampuan literasi peserta didik
di SDN PUTAT JAYA II/378

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah 2
C. Dasar Hukum Gerakan Literasi Sekolah 2
BAB II PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI DI SEKOLAH
A. Konsep Literasi Sekolah 3
B. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah 4
C. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah 5
D. Pelaksanaan GLS di SDN PUTAT JAYA II/378 6
E. Monitoring dan Evaluasi Literasi 8
F. Tindak Lanjut 8
BAB III RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN LITERASI
A. Tahap Pembiasaan 9
B. Tahap Pengembangan 10
C. Tahap Pembelajaran 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
LAMPIRAN 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan
tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi
secara analitis, kritis, dan reflektif. Akan tetapi, pembelajaran di sekolah saat ini belum
mampu mewujudkan hal tersebut. Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun)
pemahaman membaca peserta didik Indonesia (selain matematika dan sains) diuji oleh
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for
Economic Cooperation and Development) dalam Programme for International Student
Assessment (PISA).
PISA 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57
dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta
didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496)
(OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012. Dari kedua
hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum
memperlihatkan fungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya
menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca untuk mendukung mereka
sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS) yang melibatkan semua pemangku
kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
hingga satuan pendidikan. Selain itu, pelibatan unsur eksternal dan unsur publik, yakni
orang tua peserta didik, alumni, masyarakat, dunia usaha dan industri juga menjadi
komponen penting dalam GLS.
GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (Nawacita) yang terkait
dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8, dan 9. Butir
Nawacita yang dimaksudkan adalah (5) meningkatkan kualitas hidup manusia dan
masyarakat Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya; (8) melakukan revolusi karakter bangsa; (9) memperteguh kebinekaan dan
memperkuat restorasi sosial Indonesia. Empat butir Nawacita tersebut terkait erat dengan

1
komponen literasi sebagai modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas,
produktif dan berdaya saing, berkarakter, serta nasionalis.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah,
tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta
didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat
merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah
koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif
berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan
membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca
(guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan
dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya
akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan
Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan
reseptif maupun produktif.
Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asesmen
agar dampak keberadaan Gerakan Literasi Sekolah dapat diketahui dan terus-menerus
dikembangkan.

B. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah


1. Tujuan Umum:
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem
literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
2. Tujuan Khusus:
a. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar
warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan
dan mewadahi berbagai strategi membaca.

2
C. Dasar Hukum Gerakan Literasi Sekolah
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
4. Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
5. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
6. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.
7. Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
8. Kurikulum SDN PUTAT JAYA II/378Tahun Pelajaran 2021-2022.

3
BAB II
PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI DI SEKOLAH

A. Konsep Literasi Sekolah


Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital,
dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi. Ferguson
menjabarkan kom- ponen literasi informasi sebagai berikut:
Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan
dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan
informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing)
berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa
mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang
keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya
literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi
dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal
System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan
perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki
pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan,
penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media
televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. Secara
gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa media lebih sebagai hiburan
semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan media sebagai alat untuk pemenuhan
informasi tentang pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah
pengetahuan.
Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak

4
(software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat
memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam
praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di
dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyim- pan dan
mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak. Sejalan dengan
membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman
yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar
dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir
terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik dalam bentuk tercetak, di
televisi maupun internet, haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya
banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan
kepatutan.
Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini memampukan seseorang untuk
berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai
warga negara global (global citizen).Dalam konteks Indonesia, kelima keterampilan
tersebut perlu diawali dengan literasi usia dini yang mencakup fonetik, alfabet, kosakata,
sadar dan memaknai materi cetak (print awareness), dan kemampuan menggambarkan dan
menceritakan kembali (narrative skills). Pemahaman literasi dini sangat penting dipahami
oleh masyarakat karena menjamurnya lembaga bimbingan belajar baca-tulis-hitung bagi
batita dan balita dengan cara yang kurang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak.
Oleh karena itu, perlu diberi perhatian terhadap keberlangsungan pendidikan literasi usia
dini berlanjut ke literasi dasar.
Dalam pendidikan formal, peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu kepala
sekolah, guru, tenaga pendidik, dan pustakawan sangat berpengaruh untuk memfasilitasi
pengem- bangan komponen literasi peserta didik. Selain itu, diperlukan juga pendekatan
cara belajar-mengajar yang keberpihakannya jelas tertuju kepada komponen-komponen
literasi ini. Kesempatan peserta didik terpajan dengan kelima komponen literasi akan
menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi dengan literasi visual. Sebagai langkah
awal, dapat disimpulkan bahwa diperlukan perubahan paradigma semua pemangku
kepentingan untuk terciptanya lingkungan literasi ini.

5
B. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) perlu menekankan beberapa prinsip dalam
pelaksanaannya. Adapun prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut.
1. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat
diprediksi. Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling
beririsan antar tahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan literasi peserta
didik membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi
yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.
2. Program literasi yang baik bersifat berimbang. Sekolah yang menerapkan program
literasi berimbang menyadari bahwa setiap peserta didik memiliki kebutuhan yang
berbeda. Untuk itu, strategi membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasi dan
disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Program literasi yang bermakna bisa dilakukan
dengan memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks.
3. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum. Pembiasaan dan pembelajaran
literasi di sekolah merupakan tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran
karena pembelajaran mata pelajaran apapun memerlukan bahasa, terutama membaca
dan menulis.
4. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun. Contoh kegiatan literasi yang
bermakna misalnya: menulis surat kepada presiden atau membaca untuk ibu.
5. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan. Kelas berbasis literasi yang kuat
diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi mengenai buku
selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan
untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis bisa diasah. Peserta didik
perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan,
dan menghormati perbedaan pandangan.
6. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap
keberagaman. Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di
sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya
Indonesia agar mereka bisa terbawa pada pengalaman multikultural.

C. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah


Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi, Beers,
dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction, menyampaikan
beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.

6
1. Mengkondisikan Lingkungan Fisik Sekolah Ramah Literasi
Sekolah selayaknya menjadi “taman” yang didalamnya, anak-anak Indonesia
mendapatkan suasana belajar yang penuh tantangan dan menyenangkan, oleh karena itu
maka diharapkan lingkungan fisik disekolah perlu terlihat ramah literasi dan kondusif
untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi
sebaiknya mendekatkan dan mempermudah akses warga sekolah terhadap buku dan
bahan bacaan dengan mengoptimalkan fungsi perpustakaan sekolah, menyediakan
sudut baca di masing-masing kelas dan di beberapa area lain di sekolah. Hasil karya
siswa, guru maupun tenaga kependidikan disarankan agar diberi ruang yang lebih luas
secara berkala, bergilir dan rutin agar dapat menjadi wadah pengembangan kemampuan
literasi warga sekolah.
2. Mengupayakan Sekolah sebagai Lingkungan Akademik yang Literat
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan
akademik. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di
sekolah. Sekolah sebaiknya memiliki komitmen bersama antar warga sekolah dalam
menjalankan program literasi. Kepala sekolah sebagai figur pimpinan hendaknya
memiliki wawasan dan visi yang literat yang mampu memfasilitasi keberagaman
pemahaman demi tercapainya keberhasilan bersama dalam mengupayakan sekolah
sebagai lingkungan akademik yang literat.
Sekolah hendaknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk
pembelajaran literasi yang sebaiknya tercantum sebagai program wajib di sekolah salah
satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati (sustained silent reading)
atau guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran
berlangsung baik yang dapat dilaksanakan di masing-masing kelas ataupun kegiatan
yang dikonsentrasikan dalam satu titik secara bersamaan.
Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan
kesempatan untuk mengikuti program pelatihan guru dan tenaga kependidikan untuk
peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya.
3. Mengupayakan Keterlibatan Lingkungan Sosial dan Masyarakat dalam Gerakan
Literasi Sekolah
Lingkungan sosial dan mayarakat hendaknya dilibatkan dalam program literasi
yang dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah
secara aktif. Penggalangan dana dalam upaya pemenuhan bahan bacaan dapat
dilakukan melalui interaksi aktif orang tua siswa, alumni maupun kerjasama sejumlah

7
pihak seperti Forum Komite Sekolah maupun badan usaha yang memiliki perhatian
terhadap pendidikan khususnya literasi. Pemberian penghargaan terhadap warga
sekolah yang literat maupun yang mendukung program literasi dapat dilakukan saat
upacara bendera setiap minggu atau secara berkala sebagai bagian dari bentuk apresiasi
sekolah terhadap program literasi yang sedang berjalan. Selain itu, literasi diharapkan
dapat mewarnai semua perayaan penting di sepanjang tahun pelajaran. Ini bisa
direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, lomba karya
cipta puisi atau essai, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Dengan demikian,
setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Sekali lagi, peran orang tua
siswa, alumni dan badan usaha disekitar lingkungan sekolah sebagai relawan gerakan
literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya
literasi.

D. Pelaksanaan GLS di SDN PUTAT JAYA II/378


Program Gerakan Literasi SDN PUTAT JAYA II/378 dilaksanakan secara bertahap
dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas
sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga
sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan
kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Untuk memastikan
keberlangsungannya dalam jangka panjang, GLS SD dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu
tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
Adapun tahapan pelaksanaan GLS dapat dilihat pada bagan berikut.

8
1. Tahap ke-1: Pembiasaan
Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah Pembiasaan
ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan
membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal
fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi peserta didik.
2. Tahap ke-2: Pengembangan

9
Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi Kegiatan literasi
pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan
mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan
komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan.
3. Tahap ke-3: Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran
bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan
pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara
kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran.
Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).

E. Monitoring dan Evaluasi Literasi


Monitoring dan Evaluasi bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kualitas program
Gerakan Literasi Sekolah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan, tujuan
monitoring dan evaluasi gerakan literasi adalah sebagai berikut.
1. Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung keterlaksanaan program
gerakan literasi di sekolah.
2. Memperoleh gambaran mutu gerakan literasi di sekolah secara umum.
3. Melihat kendala-kendala yang terjadi.
4. Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk menyusun
rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program gerakan literasi sekolah ke depan.
5. Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program gerakan literasi di sekolah.

F. Tindak Lanjut
Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program gerakan literasi sekolah
digunakan sebagai acuan untuk menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan
rancangan, mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan
manajemen sekolah yang terkait dengan implementasi program.

10
BAB III
RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN LITERASI DI SDN JEMUR WONOSARI I

A. Tahap Pembiasaan

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN SKENARIO KEGIATAN PELAKSANA


A. PEMBIASAAN
1. Membaca dalam Membangun kebiasaan Kelas I s/d • Peserta didik membaca diam dengan memilih buku sesuai minat dan
hati membaca, misalnya Kelas VI keinginannya.
berkonsentrasi, • Guru memberikan contoh dengan bersama-sama membaca dalam hati
meningkatkan pada saat yang sama.
kemampuan serta • Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu
kelancaran membaca yang ditetapkan (15-30 menit). Guru Kelas
melalui kegiatan • Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya
membaca untuk kegiatan membaca.
kesenangan. • Tidak ada tugas atau catatan akademik yang perlu dilaporkan/diserahkan.
• Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
2. Membaca nyaring Membangkitkan minat Kelas IV • Materi bacaan yang dipilih sesuai dengan atau sedikit di atas tingkat
baca peserta didik; s/d Kelas VI membaca mandiri.
meningkatkan • Guru membaca materi bacaan dulu.
pengetahuan pada anak- • Mengidentifikasi proses dan strategi yang akan digunakan
anak; memperkenalkan • Guru perlu mengantisipasi di bagian mana dalam bacaan “pengetahuan
banyak kosakata baru dasar” perlu dibangun.
kepada anak-anak; • Pada tahap sebelum membaca, guru memilih buku/cerita yang bermanfaat Guru Kelas
mendorong anak-anak dan menarik untuk dibacakan karena kandungan nilai moral, sastra,
untuk berpartisipasi keindahan, relevansi dengan kondisi anak, dll.
aktif dalam proses • Pada tahap membaca, guru sebaiknya tidak membaca terlau cepat.
pembelajaran; kapasitas Apabila memungkinkan gunakan suara yang berbeda untuk pelaku yang
memori atau daya ingat berbeda. Jeda diperlukan untuk membuat peserta didik yang sedang
anak dapat ditingkatkan

11
dengan cara meminta menyimak lebih terlibat.
anak untuk mengingat • Untuk kegiatan pembiasaan budaya membaca, peserta didik dapat
cerita yang telah diarahkan untuk membaca cerita menarik lain di hadapan teman sekelas
dibacakan atau sampai ataupun diadakan kompetisi/lomba membaca cerita bagi peserta didik.
sejauh mana cerita telah
disampaikan.

B. Tahap Pengembangan

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN SKENARIO KEGIATAN PELAKSANA


B. PENGEMBANGAN
1. Berbincang/mengana Meningkatkan Kelas IV • Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama
lisis elemen-elemen kemampuan siswa s/d Kelas VI waktu yang ditetapkan (15-30 menit).
cerita untuk menganalisis • Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya
elemen cerita Guru Kelas IV,
kegiatan membaca.
V, VI
• Memberi tagihan analisis elemen cerita
• Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
2. Membuat jurnal Meningkatkan Kelas IV • Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama
tanggapan terhadap kemampuan siswa s/d Kelas VI waktu yang ditetapkan (15-30 menit).
cerita. untuk memahami isi • Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya
bacaan Guru Kelas IV,
kegiatan membaca.
V, VI
• Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan terhadap siswa
• Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
3. Kegiatan seni peran Meningkatkan Kelas IV • Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama
bebasis tanggapan kemampuan siswa s/d Kelas VI waktu yang ditetapkan (15-30 menit).
terhadap cerita untuk • Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya Guru Kelas IV,
mengkomunikasikan isi kegiatan membaca. V, VI
cerita/bacaan • Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan terhadap siswa
• Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga

12
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
C. Tahap Pembelajaran
C. PEMBELAJARAN
1 Pembelajaran Menumbuhkan Kelas IV • Guru mencari referensi pembelajaran yang relevan dan mengurangi
berbasis literasi semangat rasa ingin s/d Kelas VI ketergantungan kepada buku teks pelajaran dan Lembar Kerja Siswa
tahu dan cinta (LKS)
pengetahuan peserta • Siswa membaca teks yang telah disediakan guru. Guru Kelas
didik • Memberi tagihan sesuai dengan LK yang disiapkan guru
• Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya.
• Membuat simpulan dan pemajangan

13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program gerakan literasi sekolah merupakan pedoman bagi sekolah dalam upaya
menciptakan ekosistem sekolah yang literat. Ekosistem yang literat adalah lingkungan
sekolah yang:
1. menyenangkan dan ramah anak, sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam
belajar;
2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;
3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
4. memampukan warganya untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada
lingkungan sosialnya; dan
5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal sekolah.
Kemampuan literasi ditumbuhkan secara berkesinambungan pada setiap jenjang
pendidikan. Perkembangan teknologi dan media menuntut kemampuan literasi peserta
didik yang terintegrasi, dengan fokus kepada aspek krea¬tivitas, kemampuan komunikasi,
kemampuan berpikir kritis, dan satu hal yang penting adalah kemampuan untuk
menggunakan media secara aman (media safety).

B. Saran
Ke depan diharapkan sekolah mampu menyusun program GLS dengan pelaksanaan yang
lebih baik. Sehingga program yang telah disusun dapat berjalan dengan baik dan
meningkatkan kemampuan literasi siswa.

14
LAMPIRAN
INSTRUMEN PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SDN PUTAT JAYA II / 378 SURABAYA

TERLAKSANA KET
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN SKENARIO KEGIATAN PELAKSANA
A. PEMBIASAAN YA TIDAK
1. Membaca dalam membangun kebiasaan Kelas I s/d • Peserta didik membaca diam dengan memilih
hati membaca, misalnya Kelas VI buku sesuai minat dan keinginannya.
berkonsentrasi, • Guru memberikan contoh dengan bersama-sama
meningkatkan membaca dalam hati pada saat yang sama.
kemampuan serta • Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau
kelancaran membaca surat kabar selama waktu yang ditetapkan (15-30
melalui kegiatan menit).
Guru Kelas
membaca untuk • Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu
kesenangan. mulai dan berakhirnya kegiatan membaca.
• Tidak ada tugas atau catatan akademik yang
perlu dilaporkan/diserahkan.
• Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru,
kepala sekolah, tenaga kependidikan,
pustakawan) berpartisipasi.
2. Membaca Membangkitkan minat Kelas IV • Materi bacaan yang dipilih sesuai dengan atau
nyaring baca peserta didik; s/d Kelas VI sedikit di atas tingkat membaca mandiri.
meningkatkan • Guru membaca materi bacaan dulu.
pengetahuan pada anak- • Mengidentifikasi proses dan strategi yang akan
anak; memperkenalkan digunakan
banyak kosakata baru • Guru perlu mengantisipasi di bagian mana Guru Kelas
kepada anak-anak; dalam bacaan “pengetahuan dasar” perlu
mendorong anak-anak dibangun.
untuk berpartisipasi • Pada tahap sebelum membaca, guru memilih
aktif dalam proses buku/cerita yang bermanfaat dan menarik untuk
pembelajaran; kapasitas dibacakan karena kandungan nilai moral, sastra,
memori atau daya ingat

15
anak dapat ditingkatkan keindahan, relevansi dengan kondisi anak, dll.
dengan cara meminta • Pada tahap membaca, guru sebaiknya tidak
anak untuk mengingat membaca terlau cepat. Apabila memungkinkan
cerita yang telah gunakan suara yang berbeda untuk pelaku yang
dibacakan atau sampai berbeda. Jeda diperlukan untuk membuat
sejauh mana cerita telah peserta didik yang sedang menyimak lebih
disampaikan. terlibat.
• Untuk kegiatan pembiasaan budaya membaca,
peserta didik dapat diarahkan untuk membaca
cerita menarik lain di hadapan teman sekelas
ataupun diadakan kompetisi/lomba membaca
cerita bagi peserta didik.

TERLAKSANA KET
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN SKENARIO KEGIATAN PELAKSANA
B. PENGEMBANGAN YA TIDAK
1. Berbincang/mengana Meningkatkan Kelas IV s/d • Peserta didik memilih satu buku, majalah,
lisi elemen-elemen kemampuan siswa Kelas VI atau surat kabar selama waktu yang
cerita untuk menganalisis ditetapkan (15-30 menit).
elemen cerita • Jam beker dipasang sebagai pengingat
waktu mulai dan berakhirnya kegiatan Guru Kelas IV,
membaca. V, VI
• Memberi tagihan analisis elemen cerita
• Seluruh komponen sekolah (peserta didik,
guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
pustakawan) berpartisipasi.
2. Membuat jurnal Meningkatkan Kelas IV s/d • Peserta didik memilih satu buku, majalah,
tanggapan terhadap kemampuan siswa Kelas VI atau surat kabar selama waktu yang
cerita. untuk memahami isi ditetapkan (15-30 menit). Guru Kelas IV,
bacaan • Jam beker dipasang sebagai pengingat V, VI
waktu mulai dan berakhirnya kegiatan
membaca.

16
• Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan
terhadap siswa
• Seluruh komponen sekolah (peserta didik,
guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
pustakawan) berpartisipasi.
3. Kegiatan seni peran Meningkatkan Kelas IV s/d • Peserta didik memilih satu buku, majalah,
bebasis tanggapan kemampuan siswa Kelas VI atau surat kabar selama waktu yang
terhadap cerita untuk ditetapkan (15-30 menit).
mengkomunikasikan • Jam beker dipasang sebagai pengingat
isi cerita/bacaan waktu mulai dan berakhirnya kegiatan
Guru Kelas IV,
membaca.
V, VI
• Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan
terhadap siswa
• Seluruh komponen sekolah (peserta didik,
guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
pustakawan) berpartisipasi.
C. PEMBELAJARAN
1 Pembelajaran Menumbuhkan Kelas IV s/d • Guru mencari referensi pembelajaran yang
berbasis literasi semangat rasa ingin Kelas VI relevan dan mengurangi ketergantungan
tahu dan cinta kepada buku teks pelajaran dan Lembar
pengetahuan peserta Kerja Siswa (LKS)
didik • Siswa membaca teks yang telah disediakan
guru. Guru Kelas
• Memberi tagihan sesuai dengan LK yang
disiapkan guru
• Siswa mempresentasikan hasil
pekerjaannya.
• Membuat simpulan dan pemajangan

17

Anda mungkin juga menyukai