Modul
Manajemen
Pendidikan
2018
KEGIATAN
BELAJAR
4
BAB
IV
MANAJEMEN
PESERTA
DIDIK
Meilina
Bustari,
M.Pd
&
Tina
Rahmawati,
M.Pd.
A.
PENDAHULUAN
Manajemen
peserta
didik
keberadaanya
sangat
dibutuhkan
di
lembaga
pendidikan
karena
siswa
merupakan
subjek
sekaligus
objek
dalam
proses
transformasi
ilmu
dan
ketrampilan.
Keberhasilan
dalam
penyelenggaraan
pendidikan
akan
sangat
bergantung
dengan
perkembangan
potensi
fisik,
kecerdasan
intelektual,
sosial,
emosional
dan
kejiwaan
peserta
didik.
Manajemen
peserta
didik
merupakan
penataan
dan
pengaturan
terhadap
kegiatan
yang
berkaitan
dengan
peserta
didik,
mulai
dari
siswa
itu
masuk
sampai
dengan
keluar
dari
suatu
sekolah.
Manajemen
peserta
didik
tidak
semata-‐mata
pencatatan
data
peserta
didik
akan
tetapi
meliputi
aspek
yang
lebih
luas
yaitu
dapat
membantu
upaya
pertumbuhan
anak
melalui
proses
pendidikan
di
sekolah.
Menurut
Suharsimi
Arikunto
(1986:12)
bahwa
peserta
didik
adalah
siapa
saja
yang
terdaftar
sebagai
objek
didik
di
suatu
lembaga
pendidikan.
Menurut
UU
Sisdiknas
bahwa
peserta
didik
adalah
anggota
masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan
potensi
dirinya
melalui
proses
pembelajaran
yang
tersedia
pada
jalur,
jenjang
dan
jenis
pendidikan
tertentu.
Jadi
bisa
diartikan
bahwa
peserta
didik
adalah
seseorang
yang
terdaftar
dalam
suatu
jalur,
jenjang,
dan
jenis
lembaga
pendidikan
tertentu,
yang
selalu
ingin
mengembangkan
potensi
dirinya
baik
pada
aspek
akademik
maupun
non
akademik
melalui
proses
pembelajaran
yang
diselenggarakan.
Manajemen
peserta
didik
bertujuan
mengatur
berbagai
kegiatan
dalam
bidang
kesiswaan
agar
kegiatan
pembelajaran
di
sekolah
lancar,
tertib
dan
teratur.
Beberapa
ahli
berpendapat
bahwa
tujuan
manajemen
peserta
didik
adalah
untuk
menciptakan
kondisi
lingkungan
sekolah
yang
baik
serta
agar
siswa
dapat
belajar
dengan
tertib
sehingga
tercapai
tujuan
pengajaran
yang
efektif
dan
efisien.
Ada
tiga
tugas
utama
dalam
bidang
manajemen
peserta
didik
untuk
mencapai
tujuan
tersebut
yaitu
Manajemen
peserta
didik
keberadaanya
sangat
dibutuhkan
di
lembaga
pendidikan
karena
siswa
merupakan
subjek
sekaligus
objek
dalam
proses
transformasi
ilmu
dan
ketrampilan.
Keberhasilan
dalam
penyelenggaraan
pendidikan
akan
sangat
bergantung
dengan
perkembangan
potensi
fisik,
kecerdasan
intelektual,
sosial,
emosional
dan
kejiwaan
peserta
didik.
Manajemen
peserta
didik
merupakan
penataan
dan
pengaturan
terhadap
kegiatan
yang
berkaitan
dengan
peserta
didik,
mulai
dari
siswa
itu
masuk
sampai
dengan
keluar
dari
suatu
sekolah.
Menurut
Badrudin,
perencanaan
peserta
didik
berhubungan
dengan
kegiatan
penerimaan
dan
proses
pencatatan
atau
dokumentasi
data
pribadi
peserta
didik
yang
tidak
dapat
lepas
kaitannya
dengan
pencatatan
hasil
belajar
dan
aspek-‐aspek
dalam
kegiatan
kurikuler
dan
ko-‐kurikuler.
Sementara
itu,
Ali
Imron
mengemukakan
bahwa
perencanaan
peserta
didik
adalah
suatu
aktivitas
memikirkan
di
muka
tentang
hal-‐hal
yang
harus
dilakukan
berkenaan
dengan
penerimaan
peserta
didik
sampai
dengan
kelulusan
peserta
didik.
Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
perencanaan
peserta
didik
merupakan
suatu
perencanaan
yang
dirancang
bagi
peserta
didik
sejak
awal
masuk
sampai
lulus
dari
lembaga
pendidikan.
Di
dalam
perencanaan
peserta
didik
mencakup
kegiatan
analisis
kebutuhan
peserta
didik.
Analisis
kebutuhan
peserta
didik
merupakan
kegiatan
untuk
menentukan
berapa
jumlah
siswa
yang
dibutuhkan
oleh
sekolah.
Kegiatan
yang
dilakukan
dalam
langkah
ini
antara
lain:
merencanakan
berapa
jumlah
siswa
yang
akan
diterima
serta
menyusun
program
kegiatan
kesiswaan.
B.
Capaian
Pembelajaran
Setelah
mempelajari
Bab
IV
ini
Saudara
diharapkan:
1. Memahami
pengetahuan
tentang
penerimaan
peserta
didik
serta
perencanaanya
2. Memahami
pentingnya
orientasi
bagi
peserta
didik
baru
c. Bagi
para
peserta
didik
senior,
dengan
adanya
orientasi
ini,
akan
mengetahui
lebih
dalam
mengenai
peserta
didik
penerusnya
di
sekolah
tersebut.
Hal
ini
sangat
penting
terutama
berkaitan
dengan
kepemimpinan
estafet
organisasi
peserta
didik
di
sekolah
tersebut.
Pengenalan
sekolah
dinamakan
Masa
Orientasi
Siswa
(MOS).
Namun,
sejak
2016,
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
mengganti
istilah
MOS
dengan
Masa
Pengenalan
Lingkungan
Sekolah
(MPLS).
Tentunya
banyak
perbedaan
pelaksanaan
kedua
kegiatan
tersebut.
Masa
pengenalan
sekolah
kerap
tidak
lepas
dari
perploncoan
yang
dilakukan
oleh
kakak
kelas
kepada
adik
kelas
yang
baru
masuk.
Terkadang,
kekerasan
dari
senior
ke
junior
sering
terjadi
saat
pelaksanaannya.
Maka
dari
itu,
untuk
menghindari
kekerasan
tersebut
pemerintah
membuat
sistem
masa
orientasi
yang
baru
yakni
MPLS.
Sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Nomor
18
Tahun
2016
tentang
Pengenalan
Lingkungan
Sekolah
bagi
Siswa
Baru,
pelaksanaan
MPLS
tidak
lagi
dilaksanakan
oleh
siswa
atau
kakak
kelas,
melainkan
dilakukan
oleh
para
guru.
Selain
itu,
Kepala
Sekolah
akan
bertanggung
jawab
selama
pelaksanaan
MPLS
tersebut.
Sebelum
pelaksanaan
MPLS,
para
guru
juga
memberikan
informasi
terkait
rangkaian
MPLS
kepada
orang
tua.
Dengan
begitu,
orang
tua
akan
mengetahui
kegiatan
apa
saja
yang
dilakukan
saat
masa
MPLS.
Meskipun
begitu,
pada
jenjang
Sekolah
Menengah
Pertama
(SMP),
Sekolah
Menengah
Atas
(SMA),
dan
Sekolah
Menengah
Kejuruan
(SMK),
pelaksanaan
MPLS
dapat
dibantu
oleh
siswa
yang
merupakan
pengurus
OSIS
dan
paling
banyak
hanya
2
siswa
per
kelas.
Kegiatan
pengenalan
sekolah
lebih
bersifat
edukatif.
Pada
saat
MPLS,
kegiatan
yang
dilakukan
harus
bersifat
edukatif.
Hal
ini
sangat
berbeda
dengan
sistem
MOS
yang
kerap
terdapat
kegiatan
yang
bersifat
kekerasan
atau
bahkan
bersifat
memalukan.
Dalam
peraturan
yang
ada,
kegiatan-‐
kegiatan
yang
wajib
dalam
pelaksanaan
MPLS
yakni
kegiatan
pengenalan
visi,
misi,
program
kegiatan,
tata
tertib
sekolah,
pengenalan
fasilitas
sekolah,
pengenalan
etika,
dan
lain
lain
yang
berkaitan
dengan
edukasi.
Adapun
kegiatan
yang
dilarang
antara
lain:
a. Memberikan
tugas
kepada
siswa
baru
yaitu
wajib
membawa
suatu
produk
dengan
merek
tertentu
b. Menghitung
sesuatu
yang
tidak
bermanfaat
(menghitung
nasi,
gula,
semut,
dsb)
c. Memakan
dan
meminum
makanan
dan
minuman
sisa
yang
bukan
milik
masing-‐masing
siswa
baru
d. Memberikan
hukuman
kepada
siswa
baru
yang
tidak
mendidik
seperti
menyiramkan
air
serta
hukuman
yang
bersifat
fisik
dan/atau
mengarah
pada
tindak
kekerasan
e. Memberikan
tugas
yang
tidak
masuk
akal
seperti
berbicara
dengan
hewan
atau
tumbuhan
serta
membawa
barang
yang
sudah
tidak
diproduksi
kembali
f. Aktivitas
lainnya
yang
tidak
relevan
dengan
aktivitas
pembelajaran.
3.
Penempatan
Peserta
Didik
Penempatan
peserta
didik
yaitu
kegiatan
pengelompokan
peserta
didik
yang
dilakukan
dengan
sistem
kelas,
pengelompokan
peserta
didik
bisa
dilakukan
berdasarkan
kesamaan
yang
ada
pada
peserta
didik
yaitu
jenis
kelamin
dan
umur.
Selain
itu
juga
pengelompokan
berdasar
perbedaan
yang
ada
pada
individu
peserta
didik
seperti
minat,
bakat
dan
kemampuan.
Dalam
suatu
proses
pendidikan
tentu
kita
akan
menjumpai
apa
yang
namanya
pengelompokan
peserta
didik.
Pengelompokan
atau
Ability
Grouping
adalah
merupakan
praktik
memasukkan
beberapa
siswa
dengan
kemampuan
yang
setara
ke
dalam
kelompok
yang
sama.
Fungsi
dari
pengelompokan
dalam
suatu
proses
pembelajaran
ada
beberapa
macam,
salah
satunya
adalah
motivasi.
Persepektif
motivasi
artinya
bahwa
penghargaan
yang
diberikan
kepada
kelompok
memungkinkan
setiap
anggota
kelompok
akan
saling
membantu.
Dengan
demikian,
keberhasilan
setiap
individu
pada
dasarnya
adalah
keberhasilan
kelompok.
Tidak
hanya
itu
ketika
dalam
suatu
kelompok
belajar
peserta
didik
mampu
memotivasi
setiap
anggotanya
individu
untuk
saling
berprestasi
dalam
hal
ini
pun
juga
berkaitan
dengan
peningkatan
kemampuan
sosial
peserta
didik
dalam
proses
pembelajaran
karena
peserta
didik
menginginkan
semua
anggota
kelompok
memperoleh
keberhasilan.
Menurut
William
A.
Jeager
sebagaimana
dikutip
oleh
Tim
Dosen
Administrasi
Pendidikan,
bahwa
pengelompokan
peserta
didik
dapat
didasarkan
kepada:
a. Fungsi
Integrasi,
yaitu
pengelompokan
yang
didasarkan
atas
kesamaan-‐
kesamaan
yang
ada
pada
peserta
didik.
Pengelompokan
ini
didasarkan
kepada
jenis
kelamin,
umur
dan
sebainya.
Pengelompokan
berdasarkan
fungsi
ini
menghasilkan
pembelajaran
yang
bersifat
klasikal.
b. Fungsi
Perbedaan,
yaitu
pengelompokan
peserta
didik
yang
didasarkan
kepada
perbedaan-‐perberdaan
yang
ada
dalam
individu
peserta
didik,
seperti
minat,
bakat,
kemampuan
dan
lain
sebagainya.
Pengelompokan
berdasarkan
fungsi
ini
menghasilkan
pembelajaran
individual.
Sedangkan
menurut
Hendyat
Soetopo
sebagaimana
dikutip
oleh
Tim
Dosen
Administrasi
Pendidikan,
bahwa
dasar-‐dasar
pengelompokan
peserta
didik
ada
5,
yaitu
:
a. Friendship
Grouping
Pengelompokan
peserta
didik
didasarkan
pada
kesukaan
di
dalam
memilih
teman
antara
peserta
didik
itu
sendiri.
Jadi
dalam
hal
ini,
peserta
didik
mempunyai
kebebasan
di
dalam
memilih
teman
untuk
dijadikan
sebagai
anggota
kelompoknya.
b. Achievement
Grouping
Pengelompokan
peserta
didik
didasarkan
pada
prestasi
yang
dicapai
oleh
siswa.
Dalam
pengelompolan
ini
biasanya
diadakan
percampuran
antara
peserta
didik
yang
berprestasi
tinggi
dengan
peserta
didik
yang
berprestasi
rendah.
c.
Aptitude
Grouping
Pengelompokan
peserta
didik
didasarkan
atas
kemampuan
dan
bakat
sesuai
dengan
apa
yang
dimiliki
oleh
peserta
didik
itu
sendiri.
d.
Attention
or
Interest
Grouping
b) Ekonomi
c) Social
d) Agama
e) Kejiwaan
f) Sebab-‐sebab
lain
6)
Syarat-‐syarat
mutasi
ekstern,
antara
lain
:
a) Menyerahkan
raport
b) Menyerahkan
surat
keterangan
pindah
dari
sekolah
asal
c) Terdapat
formasi
(daya
tampungnya
masih
ada)
d) Bagi
sekolah
swasta
mungkin
peserta
didik
dikenakan
syarat
untuk
membayar
sejumlah
uang
7) Penomeran
di
buku
induk
Peserta
didik
yang
mutasi
akan
diberikan
nomor
induk
yang
baru
di
sekolah
tersebut
sehingga
nomor
induk
dari
sekolah
asal
tidak
dipakai
lagi.
Kemungkinan
yang
terjadi
dalam
pemebrian
nomor
induk
bagi
peserta
didik
yang
mutasi,
adalah
:
a) Diberi
nomor
induk
terakhir
dari
jumlah
peserta
didik
yang
ada
b) Menempati
nomor
induk
peserta
didik
lama
yang
pindah
atau
keluar
c) Dengan
cara
menempatkan
kembali
pada
nomor
induk
semula
8) Penempatan
peserta
didik
Peserta
didik
yang
mutasi
sebaiknya
ditempatkan
sesuai
dengan
jurusan
yang
pernah
diambilnya
di
sekolah
asal.
Peserta
didik
yang
mutasi
karena
tidak
naik
kelas,
hendaknya
juga
tetap
berada
pada
kelas
dimana
mereka
tidak
naik
kelas.
Hal
ini
dilakukan
untuk
selalu
menjaga
kualitas
pendidikan.
b. Mutasi
Intern
Mutasi
intern
adalah
perpindahan
peserta
didik
dalam
suatu
sekolah.
Dalam
hal
ini
akan
dibahas
khusus
mengenai
kenaikan
kelas.
Maksud
kenaikan
kelas
adalah
peserta
didik
yang
telah
dapat
menyelesaikan
program
pendidikan
selama
satu
tahun,
apabila
telah
memenuhi
persyaratan
untuk