Anda di halaman 1dari 36

UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis

LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

ARGUMENTASI
PROTEKSI
Ahmad Yousuf Kurniawan

1
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

• Tarif Optimal • Alasan Non Ekonomis


• Produksi karena alasan politis dan Militer
• Perang Tarif
• Mengurangi kecemburuan sosial
• Teori Distorsi Domestik • Mencapai kemandirian bangsa
• Infant-Industry • Menjaga karakter bangsa
• Alasan Ekonomis
• Tarif sebagai penerimaan negara
• Tenaga Kerja Asing yang Murah
• Menjaga Ketenagakerjaan
• Kebijakan Industri

2
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Pendahuluan
Tahun/Era
Era Columbus mendarat di Amerika, Spanyol menjarah Amerika Selatan, inggris-Belanda
merkantilisme menjajah Indonesia dan Asia, melakukan perdagangan monopoli bahan mentah untuk
mengumpulkan kekayaan/emas.
1700an Revolusi Industri di Inggris menjadikan Inggris kekuatan ekonomi dunia mengalahkan pesaing
eropa lainnya yang masih berdagang gaya lama. Muncul gerakan “proteksi” untuk membatasi
impor dari Inggris untuk melindungi industry mereka yang baru tumbuh.
Proteksi di antara negara Eropa dan Jepang turut memicu Perang Dunia I.
1920-1930 Krisis keuangan internasional
1942 Perang Dunia II, salah satunya akibat pemberlakuan proteksi terhadap Jerman dan Jepang.
1950an Setelah PD II, USA menjadi kekuatan ekonomi dunia, tapi Jerman dan Jepang mulai bangkit
lagi dan mengancam ekonomi USA.

3
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Tahun/Era
1947 Pembentukan GATT, melandasi aturan perdagangan multilateral dan forum negoisasi
1950an Vested interest tetap berkecamuk
1960an Putaran-putaran GATT untuk mengurangi proteksi, bea masuk & kuota kecuali sektor
pertanian dan tekstil
1970an Muncul pressure group dan tekanan structural terhadap negara berkembang sehingga mucul
proteksi gaya baru
1980an Ada pengalihan dari subsidi ke Tindakan perdagangan unfair
1990an Diskriminasi dan pengaburan proteksi

4
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Aspek dan Tujuan Proteksi

Ada beberapa tujuan penting dari proteksi:


a) Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran.
b) Mendorong perkembangan industri baru (infant industry)
c) Mendiversifikasikan perekonomian
d) Menghindari kemerosotan industri-industri tertentu
e) Memperbaiki neraca pembayaran
f) Menghindari dumping
g) Menambah pendapatan pemerintah
5
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

• Argumen Melawan Pembatasan Perdagangan Internasional:


1. Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi: Salah satu argumen utama yang diajukan oleh
pendukung perdagangan bebas adalah bahwa pembatasan perdagangan dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi. Dengan memungkinkan negara-negara untuk melakukan
perdagangan tanpa hambatan, mereka dapat memanfaatkan keunggulan komparatif dan
menghasilkan barang dan layanan dengan biaya yang lebih rendah, yang pada gilirannya
meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
2. Peningkatan Akses: Perdagangan internasional membuka pintu bagi akses yang lebih besar
terhadap berbagai produk dan layanan dari berbagai negara. Ini memungkinkan konsumen
untuk memiliki lebih banyak pilihan dan akses terhadap barang berkualitas tinggi dengan
harga yang lebih rendah.
3. Stimulasi Inovasi: Persaingan global mendorong inovasi. Ketika perusahaan bersaing dengan
produsen dari seluruh dunia, mereka harus terus meningkatkan kualitas dan efisiensi produk
mereka. Ini mendorong inovasi dan perkembangan teknologi.
4. Peningkatan Kerja Sama Internasional: Perdagangan internasional dapat membantu
menciptakan hubungan yang lebih baik antara negara-negara. Dalam banyak kasus,
perdagangan adalah faktor yang mempromosikan perdamaian dan stabilitas politik melalui
ketergantungan ekonomi. 6
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

• Argumen Mendukung Pembatasan Perdagangan Internasional:


1.Perlindungan Industri Domestik: Negara sering mengenakan pembatasan perdagangan
untuk melindungi industri dalam negeri mereka dari persaingan asing yang tidak adil. Ini
dapat melibatkan tarif, kuota, atau hambatan perdagangan lainnya untuk melindungi
lapangan kerja dan industri lokal.
2.Keamanan Ekonomi: Dalam situasi darurat atau konflik internasional, memiliki
kemandirian dalam pasokan barang vital seperti makanan dan obat-obatan dapat
menjadi prioritas. Pembatasan perdagangan dapat digunakan sebagai alat untuk
menjaga keamanan ekonomi dan ketahanan nasional.
3.Perlindungan Hak Karyawan: Beberapa orang berpendapat bahwa perdagangan bebas
dapat menyebabkan pengiriman pekerjaan ke negara-negara dengan biaya tenaga kerja
yang lebih rendah, yang dapat merugikan pekerja domestik. Pembatasan perdagangan
dapat digunakan untuk memastikan perlindungan hak pekerja dalam negeri.
4.Perlindungan Lingkungan: Pembatasan perdagangan juga dapat digunakan untuk
memastikan bahwa produk-produk yang diperdagangkan mematuhi standar lingkungan
yang ketat. Ini dapat membantu mengurangi dampak negatif perdagangan terhadap
lingkungan global.
7
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

• Perdebatan tentang pembatasan perdagangan internasional sangat


kompleks dan tergantung pada konteks dan tujuan masing-masing
negara. Banyak negara mengambil pendekatan yang seimbang,
mencari keseimbangan antara manfaat perdagangan bebas dan
perlindungan kepentingan domestik.

8
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Tarif Optimal
Kekuatan Monopoli-Monopsoni pada Perdagangan Internasional

• Negara kecil adalah price taker di pasar dunia karena kurangnya


kemampuan mempengaruhi harga. Kontribusi komoditas yang
diperdagangkan kecil. Jadi, free trade untuk negara kecil adalah
Pareto Optimal.
• Negara besar memiliki kekuatan monopoli-monopsoni. Negara ini
mengontrol sebagian besar bagian (share) dari komoditas yang
diperdagangkan.
• Negara besar dapat meningkatkan term of trade (TOT) dengan
membatasi volume perdagangan dengan kebijakan perdagangannya.
9
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Marginal vs Average Term of Trade


• Average term of trade H
berhubungan dengan net-barter 202
G
E
TOT. Menunjukkan angka unit 200 D
impor, secara rata-rata, suatu

UK’s cloth
UK’s offer
negara dari per unit ekspor. curve
• Marginal TOT menunjukkan angka
A
tambahan unit dari impor dari
setiap penambahan 1 unit barang 0 50 51 US’s steel
ekspor
• US export 50 steel, maka UK ekspor 200 cloth. TOT US = A.
• Jika US nambah ekspor 1, UK harus menambah ekpor 2, TOT
berubah dari OD ke OG.
• Marginal TOT US positif sampai OH, kemudian nol di titik H dan
negative (E)
10
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Volume Pedagangan Optimal


• The law of comparative advantage: one gains a comparative advantage
over another when one can manufacture a product at a lower
opportunity cost than someone else producing that exact product
• Saat marginal TOT melebihi domestic opportunity cost, maka ini
kesempatan negara besar untuk meningkatkan perdagangan.
• Saat marginal TOT sama dengan domestic opportunity cost dari barang
ekspor,maka volume perdagangan sudah optimal (dari sisi negara besar).
• Ini sejalan dengan keuntungan max tercapai saat MR = MC

11
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Perlunya Tarif Optimal


• Free trade menyebabkan rasio harga domestic (dan domestic
opportunity cost barang expor) menjadi sama dengan average TOT.
• Di sisi lain kemakmuran maksimum tercapai saat rasio harga domestic
sama dengan marginal TOT.
• Pada negara kecil, Marginal TOT = Average TOT, sehingga free trade
memaksimumkan kemakmuran negara.
• Pada negara besar, Marginal TOT < Average TOT, sehingga negara
besar mendorong perdagangan melebihi titik optimal.
• Tarif optimal diperlukan untuk membatasi volume perdagangan di titik
optimalnya dan memaksimumkan kemakmuran negara besar

12
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Pembalasan (retaliation) terhadap Tarif


• Tarif optimal sepertinya tidak relevan untuk negara-negara industri
karena ketakutan akan retaliation.
• Teori tarif optimal bersandarkan asumsi bahwa negara asing secara
pasif mempertahankan kebijakan free-trade. Tetapi kenyataanya kedua
negara “dapat bermain” melanggar prinsip free-trade.
• Saat suatu negara mengeluarkan kebijakan demi memaksimumkan
kemakmurannya, akan ada “retaliation” dari negara partner dagangnya
jika kebijakan itu mengurangi kemakmuran negara partner.
• Dapat terjadi “perang tarif”. Ada dua kemungkinan, apakah satu negara
untung dan lainnya dirugikan, atau kedua-duanya dirugikan.

13
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Perang Tarif
• Tahun 1930, USA menaikkan tarif efektif sebesar 50% meski mendapat protes dari ahli
ekonomi.
• Akibatnya timbul retaliation (pembalasan) dari negara lain secara luas.
• Spanyol membalas dengan WAIS tariff, sehingga impor otomotif dari USA turun 94%
• Swiss memboikot barang impor dari USA.
• Italia memberlakukan tarif tinggi pada produk otomotif USA dan Perancis.
• Canada menaikkan tarif 3 kali lipat.
• Australia, Cuba Perancis, Mexico, dan New Zealand ikut menaikkan tarif.
• Volume perdagangan menurun drastis, pengangguran meningkat, dan harga barang terlalu
rendah di semua negara.
• Di USA, ekspor produk pertanian turun drastis, tidak sebanding dengan permintaan
domestic. Akibatnya petani mengalami gagal kredit dan bank kolaps.
• Terjadi krisis ekonomi dunia tahun 1930an yang berujung pada Perang Dunia II.
14
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Teori Distorsi Domestik


Argumentasi Infant Industry vs Distorsi Domestik
• Keinginan untuk mempercepat pembangunan di negara berkembang dan
meningkatkan standar hidup (melalui peningkatan modal, industrialisasi,
dan mendapatkan bagian yang lebih banyak dari perdagangan
internasional) meningkatkan kesadaran untuk mereview kembali
argumentasi proteksi. Argumentasi Infant-Industry menimbulkan distorsi
domestic.
• Teori Distorsi Domestik muncul untuk menjawab:
• Berbagai distorsi yang menghambat mekanisme pasar dalam mencapai Pareto
Optimal.
• Rekomendasi kebijakan untuk menetralkan distorsi dan memulihkan Pareto Optimal
15
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Distorsi Domestik
• Endogenous distortion adalah distorsi yang terjadi karena pasar yang tidak
sempurna, seperti ekonomi eksternal, struktur pasar monopoli atau monopsoni.
• Policy-induced distortion, adalah distoris yang terjadi karena kebijakan
ekonomi, seperti: tarif, subsidi produksi, dan pajak konsumsi.
• Distorsi domestic ini melanggar Pareto Optimal, dan tidak bisa disembuhkan
dengan intervensi perdagangan. Kebijakan optimal untuk menghilangkan
distorsi ini adalah menghilangkan kebijakan yang menyebabkan distorsi ini.
• Secara umum ada 4 intervensi melalui pajak dan subsidi
• Perdagangan internasional (melalui subsidi dan pajak ekspor dan impor)
• Produksi domestic (pajak dan subsidi produksi)
• Konsumsi domestic (pajak dan subsidi konsumsi)
• Faktor tenaga kerja (pajak dan subsidi penggunaan tenaga kerja)

16
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Rule for Optimal Intervention


• Intervensi kebijakan dapat memulihkan Pareto Optimal jika pada suatu titik/kondisi
dimana: (1) ketidaksempurnaan pasar terjadi dan (2) sebanding dengan tingkat distorsi
sehingga menghilangkan distorsi tersebut.
• Contoh:
• Perusahaan menghasilkan barang teknologi tinggi dengan menginvestasikan banyak sumberdaya
dan biaya tinggi, terutama untuk riset dan development. Harga barang ini jadi mahal.
• Pada kondisi free-trade, perusahaan mungkin tidak mampu lagi bersaing karena teknologi akan
bocor dan perusahaan/negara lain dapat memproduksi lebih murah.
• Kebijakan tarif dapat mendistorsi pasar domestic.
• Langkah yang tepat dengan kebijakan agar Perusahaan dapat memperoleh sumber daya lebih
murah dan mudah.
• Dalam prakteknya sulit dilakukan:
• Kesulitan dalam mengidentifikasi secara tepat apakah/mana perusahaan menciptakan teknologi
baru
• Kesulitan dalam menentukan tingkat subsidi.
• Ada benefit yang bocor, artinya negara asing juga dapat benefit dari kebijakan ini.
17
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Infant Industry Argument


Pedahuluan
• Argumen Infant-Industry adalah argument dimana infant industry
perlu diproteksi sementara untuk memperbaiki suatu distorsi.
Proteksi ini akan berlahan menghilang seiring waktu.
• Argumen ini menarik perhatian negara baru berdiri dan negara
berkembang.
• Argumen ini diformulasikan oleh Alexander Hamilton (1791),
dikembangkan oleh H. C. Carey; kemudian diterapkan oleh Friedlich
List di Jerman.
18
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Formulasi oleh John Stuart Mill


• John Stuart Mill (1904) mengusulkan experiment pada infant-industry
untuk melihat apakah industry ini mampu mengatasi hambatan sejarah
dan tumbuh untuk bersaing secara efektif dan tanpa proteksi melawan
perusahaan yang sudah lebih dulu berdiri.
• Ada superioritas perusahaan karena lebih dulu muncul. Superioritas ini
muncul karena mendapatkan skill dan pengalaman lebih lama. Infant
industri yang punya sedikit skill dan pengalaman harus beradaptasi. Ini
membuat industry baru sulit berdiri.
• Proteksi dengan durasi waktu tertentu perlu diberlakukan pada industri
baru. Tapi proteksi dapat dihilangkan jika pemerintah dapat menjamin
bahwa industri yang diproteksi ini dapat mandiri, dan kemudian
melalui sidang yang adil dinyatakan mereka mampu mencapai target.
19
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

• Bastable (1903). Argumen Mill memenuhi syarat “perlu” tapi belum memenuhi
syarat “cukup”. Infant industry harus mampu mengumpulkan tabungan yang
cukup untuk mengkompensasi kerugian ekonomi dimana ada industri lama yang
sebelumnya menderita selama “periode pembelajaran” (untuk memperoleh skill
dan pengalaman), sedangkan industri baru diproteksi. Bastable mengusulkan
biaya selama “pembelajaran” sebagai investasi untuk mendapatkan keuntungan
lebih tinggi.
• Johnson (1965). Infant industry argument mengurangi secara nyata bahwa
persaingan bebas menyebabkan alokasi inefisiensi social dari sumber investasi.
Karena domestic distortion, sektor swasta “dicegah” untuk menginvestasikan
dana yang cukup untuk industri baru (karena private rate return < social rate
return, sehingga investasi tidak menguntungkan bagi industri). Di sisi lain
investasi bagi industri baru terlalu tinggi karena pasar modal tidak sempurna.
• Kebijakan optimal mungkin bukanlah pemberlakuan tarif optimal, tetapi
semacam kebijakan subsidi. Hal ini karena adanya distorsi domestic.
20
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Ekonomi Proses Pembelajaran dan Kebijakan Optimal


• Inti dari argumentasi infant industry adalah practice make perfect.
• Di awal proses pendirian, Infant diasumsikan belajar dari pengalaman
sendiri dan saling belajar dengan industri lainnya.
• Proses belajar ini tidak dapat diubah, dan melibatkan ekonomi
eksternal. Jadi, infant melalui proses pembelajaran dinamis yang
mengalami ekonomi eksternal selama periode waktu tertentu.
• Saat ekonomi yang dihasilkan selama proses belajar bersifat internal
perusahaan (economic of scale), maka dapat dapat menghasilkan
alokasi sumber investasi sudah efisien, sehingga intervensi pemerintah
tidak diperlukan.

21
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

• Tapi investasi pada industry baru tinggi, karena:


• Pasar modal tidak sempurna. Jumlah pemodal tidak banyak.
• Pertimbangkan risiko tinggi, informasi yang masih sedikit, peramalan yang sulit
• Maka pengenaan tarif menjadi kebijakan second-best.
• Sementara kebijakan first-best mengikuti kaidah umum intervensi
optimal, pemerintah harus melakukan intervensi tepat di titik distorsi
terjadi. Misal, saat pasar modal tidak sempurna, perlu ada subsidi
modal untuk investasi.

22
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

• Ada dua argument eksternalitas tentang proses pembelajaran ini:


• Karena ketiadaan tenaga kerja ahli untuk infant industry, jadi infant harus
melatih tenaga kerja baru dengan biaya tidak sedikit. Setelah pelatihan, tenaga
kerja yang sudah terlatih ini bisa jadi dipancing untuk pindah ke industry lama
yang mampu memberikan gaji lebih tinggi. Kebijakan optimal untuk mengatasi
ini bukan dengan pengenaan tarif, tetapi memberikan subsidi pelatihan.
• Penguasaan pengetahuan tentang Teknik produksi. Penguasaan teknologi ini
perlu investasi (waktu dan biaya) tinggi dengan harapan memperoleh profit
besar ke depannya. Tapi setelah pengetahuan ini didapat, industry prionir sulit
untuk menjaganya agar tidak bocor. Cepat atau lambat, pengetahuan ini akan
didapat oleh pesaing yang baru masuk pasar, sehingga keuntungan besar yang
diharapkan tidak terjadi. Kebijakan second-best adalah pengenaan tarif tetapi
ini akan melukai ekonomi. Kebijakan optimal (first-best) adalah subsidi
langsung pada proses pembelajaran.

23
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Ilustrasi Grafis Argumentasi Infant Industry


Awalnya, kurva kemungkinan produksi adalah (ppf1).
Y Ekonomi berproduksi pada Q1 dan konsumsi pada C1.
Terlihat bawa produksi barang X lebih kecil dari
konsumsi sehingga perlu impor
pworld Adanya subsidi produksi pada infant
C3 industry menyebabkan kurva kemungkinan
produksi berubah (ppf2) hasil dari
U3 pengembangan skill dan teknik produksi.
Q1 Produksi pada Q3 dan konsumsi pada C3.
Q3 Pada posisi ini barang X yang semula impor
menjadi ekspor. Sementara barang Y hanya
turun sedikit

Q2 C1 Saat subsidi produksi


memberikan efek, konsumsi
U* bergeser ke C2.
C2 ppf2
ppf1
0 X
24
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Argumen Ekonomis Lainnya untuk Proteksi


Tarif sebagai Pendapatan Negara
• Tarif meningkatkan pendapatan negara. Awalnya, tarif lebih ditujukan
sebagai sumber pendapatan, daripada sebagai alat mengurangi impor.
• Negara berkembang lebih menggunaakan tarif sebagai sumber
pendapatan. Ini lebih mudah dan murah menaikkan tarif impor daripada
memperbaiki system perpajakan untuk meningkatkan pendapatan negara.
• Pada negara industry, tarif digunakan untuk melindungi industry domestic
dari persaingan asing.
• Pada negara industry, persentase tarif terhadap pendapatan negara
semakin kecil (< 10%)
25
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Tenaga Kerja Asing Murah


• Tarif diperlukan untuk melindungi tenaga kerja domestic dari tenaga
kerja asing yang lebih murah.
• Populer di USA. Jika negara asing mampu memproduksi barang lebih
murah karena tenaga kerja murah, maka standar hidup tenaga kerja
domestik akan terancam. Argumen ini bersumber dari teori
keunggulan komparatif.
• Barang impor akan menyebabkan sebagian tenaga kerja menderita
kerugian, tapi di sisi lain konsumen menikmati barang impor murah.
• Benefit dari free trade adalah makin meningkatnya teknologi produksi,
tenaga kerja dapat meningkatkan skill dan berpindah sektor untuk
mencapai taraf kehidupan yang lebih baik.
26
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Tarif untuk Menjaga Tenaga Kerja


• Tarif diperlukan untuk menjaga pekerja yang dirugikan oleh
meningkatnya impor.
• Kesalahan argument ini hanya focus pada industri yang terimbas dan
mengacuhkan biaya tinggi untuk menjaga pekerjaan tersebut.
• Misalnya barang yang diproteksi adalah bahan baku untuk industri lain.
Tarif menyebabkan harga bahan baku naik, sehingga biaya produksi
naik, dan kemudian industri pengguna bahan baku terpaksa
mengurangi tenaga kerja.
• Tarif akan meningkatkan exchange rate, mengurangi keuntungan dan
berimbas ada pengurangan tenaga kerja di sektor produksi barang
ekspor dan pengganti impor
27
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Kebijakan Industrial
• Karena persaingan meningkat, USA mencari negara yang menerapkan
“praktek perdagangan yang tidak adil”, mulai dari taktik promosi
ekspor dan pembatasan impor sampai ke kebijakan industrial dan
target industry tertentu. Tersangkanya Jepang, kemudian sekarang
China.
• Subsidi yang masif pada industri tertentu (baja, otomotif, tekstil,
elektronik, IT, nanotechnology, semikonduktor).
• Perlu kehati-hatian menjaga industry yang berkaitan teknologi tinggi,
rentan yang bocor dan menciptakan ekternalitas.

28
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Persaingan tidak Sempurna dan Kebijakan Perdagangan Strategis


• Kebijakan perdagangan dapat mengayun persaingan oligopolis menuju
perusahaan domestic dengan harapan menggeser keuntungan monopolis ke
pihak Perusahaan lokal.
• Misal, pembuatan pesawat yang dikuasai 1 negara asing. Pabrik ini akan
memperoleh keuntungan abnormal dari aktivitas monopoli.
• Keputusan untuk membangun industry pesawat lagi akan menggoyang
monopoli industry pesawat yang sudah ada. Biaya tentu sangat mahal dan perlu
bantuan proteksi dari pemerintah, tapi memberikan keuntungan yang
menjanjikan.
• Berapa banyak perusahaan yang bisa dibangun?
• Berapa besar pasarnya?
• Bagaimana mengatasi tekanan oligopolis?
• Biaya ini tentunya berasal dari pengalihan sektor lain. Sejauh mana keuntungan
yang didapat bisa menutupi kerugian sektor lain?
29
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Argumen non-Ekonomis untuk Proteksi


Tujuan Negara
• Dalam teori ekonomi, satu-satunya tujuan negara adalah
memaksimumkan kemakmuran ekonomi. Pada kenyataannya politis,
budaya, dan sosiologis juga jadi tujuan penting.
• Pencapaian tujuan non-ekonomis tersebut mungkin tidak efisien
secara ekonomis. Misal: pertahanan nasional lebih utama daripada
kemakmuran negara.

30
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Kebijakan Non Ekonomi


• Produksi pada tingkat tertentu. Biasa berkaitan dengan alasan politis
dan militer. Misalnya: jumlah produksi seragam militer.
• Konsumsi pada tingkat tertentu. Membatasi konsumsi pada produk
tertentu. Misalnya: konsumsi barang mewah berlebihan yang bisa
menyebabkan kecemburuan social.
• Kemandirian pada tingkat tertentu. Mengurangi ketergantungan pada
barang impor dengan alasan politis dan militer.
• Menjaga Sektor Tenaga Kerja. Kebijakan untuk menggunakan tenaga
kerja lokal untuk menjaga karakter bangsa dan cara hidup tradisional.

31
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Konsekuensi
• Muncul biaya ekonomi dalam bentuk kemakmuran yang hilang daerah
karena melanggar prinsip Pareto Optimal.
• Intervensi non-ekonomi oleh pemerintah menyebabkan hilangnya
kemakmuran.
• Kehilangan dapat diminimalisir jika pemerintah melakukan intervensi
tepat di titik dimana tujuan non-ekonomis berada.

32
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Kebijakan Optimal
Tujuan Kebijakan Optimal
Produksi komoditas tertentu harus ditingkatkan Subsidi Produksi
(alasan militer)
Konsumsi barang mewah harus dibatasi untuk Pajak konsumsi
mencegah kecemburuan sosial
Mengurangi volume impor untuk mencapai Tarif pada produk impor
kemandirian bangsa
Penggunaan faktor produksi (tenaga kerja) lokal Subsidi langsung pada penggunaan tenaga kerja
tersebut

Kebijakan dinilai optimal tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.


Contoh: Embargo terhadap TNI oleh USA (1995-2005). Untuk memenuhi kebutuhan senjata
sendiri perlu peningkatan produksi senjata dalam negeri, sehingga perlu kebijakan subsidi produksi
senjata. Tapi senjata dengan teknologi canggih tidak bisa diproduksi sendiri, maka Indonesia
membeli senjata dari berbagai sumber.
33
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

References
• Boediono. 1989. Ekonomi Internasional. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 3. BPFE,
Yogyakarta.
• Chacholiades, M. 1990. International Economics. McGraw-Hill.
• Halwani, H. 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Edisi ke-2. Ghalia Indonesia,
Bogor.
• Van Marrewick, C. 2006. International Economics: Theory, Application and Policy. Oxford
University Press.

34
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Appendix
Pareto optimality is the state
at which resources in a given
system are optimized in a way
that one dimension cannot
improve without a second
worsening.

35
UNIVERSITAS Fakultas Pertanian | Program Studi Agribisnis
LAMBUNG MANGKURAT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

In economics, an externality or external cost is an indirect cost or benefit


to an uninvolved third party that arises as an effect of another party's
activity. Externalities can be considered as unpriced goods involved in
either consumer or producer market transactions.

Positive Externality in Production Negative Externality in Consumption


36

Anda mungkin juga menyukai