Anda di halaman 1dari 12

4.

KISAH NABI HUD

Nabi Hud as diutus untuk


kaum Ad (sekarang berada
diantara wilayah Yaman dan
Oman). Kaum Ad terkenal
karena membangkang
perintah Allah, lantas Allah
menghukum mereka dengan
bencana kekeringan dan di
akhiri oleh dengan azab awan
hitam berupa petir dan angin
topan.
Daerah Yaman
A. KEHIDUPAN KAUM AD

Kaum ‘Ad hidup dalam kemakmuran .


Mereka tinggal di daerah yang subur.
Sumber-sumber air mengalir di
banyak tempat. Keadaan ini sangat
memudahkan mereka untuk bercocok
tanam. Bidang pertanian mereka pun
berkembang pesat.

Perkampungan kaum ‘Ad sangat


indah. Kebun-kebun terhampar luas.
Taman-taman menghijau indah. Tak
ada kekurangan sandang, pangan,
dan papan. Tidak mengherankan
pertumbuhan penduduk kaum ‘Ad
sangat pesat. Mereka menjadi suku
terbesar. Jumlah mereka jauh
melampaui suku-suku yang ada di
sekitarnya.
Kehidupan kaum ‘Ad sangat
makmur dan sejahtera.
Perekonomian berkembang pesat.
Gedung-gedung berdiri megah.
Sayangnya, mereka hidup
bermewah-mewah. Tiada hari
tanpa berfoya foya. Kekayaan
menjadi ke.sombongan. Harta
menjadi tujuan. Uang menjadi
kebanggaan. Apapun dilakukan
demi uang.
Kekayaan membuat mereka lupa
daratan. Mereka lupa akan Sang
Pencipta. Padahal, Dialah yang
telah mem¬beri mereka
kesejahteraan. Mereka abaikan
tugas utama di dunia, yaitu
beribadah kepada-Nya.
Ada sebagian kaum ‘Ad yang sadar akan semua itu.
Namun, mereka salah menempuh jalan. Mereka tidak
beribadah kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka malah
membuat patung-patung.
Kaum ‘Ad adalah kaum yang pertama menyembah
berhala setelah badai meluluhlantakkan kaum Nuh.
Patung-patung itu diberi nama. Ada nama Shada,
Shamup, Al-Haba, dan sebaganya.

Singkatnya, kaum ‘Ad telah menjadi budak. Keadaan ini


membuat mereka tak bisa tenang. Kehidupan mereka
semakin kacau. Akhlak sama sekali dikesampingkan.
Kesewenang-wenangan di masyarakat kian merajalela.
Kesombongan, kedengkian, kebencian, dendam kesumat
semakin subur. Tidak Ada lagi kasih sayang, kejujuran,
amanat, dan kerendahhatian.
• Berdakwah Tanpa Meminta Upah
Bisa saja Allah menghancurkan kaum ‘Ad seketika. Mereka .sudah
jauh menyimpang. Namun, Allah Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kasih sayang-Nya jauh melampaui murka-Nya .

Kemudian, Allah mengutus .seorang nabi. Tugas utama sang nabi


tak jauh berbeda.
1. Menyampaikan ajaran tauhid,
2. Mencontohkan ibadah yang benar, dan
3. Meluruskan akhlak kaum Ad.

Sang nabi berasal dari kaum ‘Ad sendiri. dialah Hud. Nasabnya
bersambung ke Sam, putra Nuh.
Sejak kecil, Hud .sudah dikenal berakhlak baik. la memiliki perilaku
yang santun dan akhlak yang luhur. Orang- orang senang bergaul
dengannya. Wajar, kalau teman- temannya banyak.
Nabi Hud memperkenalkan diri bahwa ia adalah
rasul Allah. la mengemban tugas untuk
membimbing kaum ‘Ad ke jalan yang lurus Kaum
‘Ad semestinya beriman kepada Allah Allah. yang
menghidupkan dan mematikan mereka Allah yang
memberi mereka kemakmuran

Ditegaskan bahwa ia tidak mengharapkan upah.


Dakwah dilakukan semata-mata karena Allah. ia
hanya menjalankan perintah-Nya
Tugasnya ialah memberi peringatan dan kabar
gembira, jangan sampai kaum ‘Ad mendapat
azab Allah, baik di dunia maupun di akhirat
Dan Jangan sampai kaum ‘Ad ditimpa azab
Kebinasaan.Kaum Nuh seharusnya dijadikan
pelajaran. Allah menenggelamkan kaum Nuh
dengan air bah Pasalnya, kaum Nuh durhaka
kepada Allah mereka menolak seruan Nabi
Nuh mereka bersikukuh dalam kesesatan
• Berbuah Penolakan
Seruan Hud tak dihiraukan Kaum , Ad
menganggapnya seperti angin lalu saja Dakwah
Hud terasa asing di telinga mereka Belum
pernah mereka mendengar seruan semacam ini
Yang mereka tahu, hidup itu untuk bersenang-
senang. Kesenangan yang mereka inginkan,
bukan kesusahan.
Kebanyakan kaum ‘Ad menolak mereka tidak
mau mengubah kebiasaan mereka mereka
enggan meninggalkan tradisi yang sudah turun-
temurun dari leluhur mereka oleh karena itu,
penyembahan berhala pun jalan terus.
• Awan Hitam Awal Kebinasaan
Kaum ‘Ad tetap membangkang bahkan, mereka lantang
menentang Tak pelak lagi, azab pasti datang Pertama-
tama, negeri kaum ‘Ad dilanda kemarau Tiga tahun
hujan tidak turun. Hari demi hari, pekan demi pekan,
bulan demi bulan, kekeringan semakin parah. Sungai
tidak lagi mengalir. Tanah mulai retak-retak. Ladang-
ladang mengalami kekeringan. Kebun-kebun
menguning.
Tak ada yang pergi ke ladang. Kalau pun ada, mereka
hanya duduk berpangku tangan. memikirkan nasib
mereka ke depan. Kaum ‘Ad mulai tidak tenang. Gagal
panen sudah bisa dipastikan. Pasti akan sulit mendapat
makanan. mereka dilanda kecemasan akan masa
depan.
Dalam keadaan demikian, dakwah Hud tetap berjalan. Ia
berusaha terus meyakinkan. Bahwa kekeringan ini
hanya permulaan. Akhirnya, azab yang jauh lebih besar
akan menerjang. Hanya saja Allah masih memberi
kesempatan. Jangan sampai disia-siakan. Segeralah
beriman.

Dalam satu kesempatan, Hud berjanji, hujan akan turun


kembali. Syaratnya, berhala-berhala itu harus diganti
Hanya kepada Allah semua berbakti. Bukan kepada
patung-patung yang tak berarti Kaum ‘Ad tetap saja
durhaka. Ancaman Hud hanya dipandang sebelah mata.
Alih-alih beriman, mereka malah pergi ke tempat
pemujaan. Penyembahan berhala mereka lakukan.
Tujuannya hujan segera diturunkan. Agar bencana
kekeringan dijauhkan. Agar kemakmuran kembali
mereka rasakan.
• Akhirnya, ancaman Hud menjadi kenyataan. Kedurhakaan pasti berbuah
siksaan. Awan hitam mulai berdatangan. Semakin lama, semakin tebal
bergumpalan. Allah menciptakan tiga awan. Ada awan putih, awan merah,
dan awan hitam. Tiba-tiba, terdengar ada yang berseru dari langit, “Silakan
pilih satu dari ketiga awan itu!”
Seorang wakil kaum ‘Ad maju. Namanya Gil bin Atar. la akan memilih salah
satu dari ketiga awan itu.

“Aku memilih awan hitam. Sebab, awan hitam banyak mengandung hujan”
teriaknya.
Allah menggiring awan hitam itu. Semakin lama, semakin menggumpal.
Orang-orang ber.sorak kegirangan. mereka pikir akan segera turun hujan.
Padahal, sesungguhnya awan hitam itu membawa azab.

Angin topan berembus kencang. Bangunan-bangunan roboh berantakan.


Rumah-rumah hancur berserakan. Barang-barang beterbangan. Ternak-
ternak mati bergelimpangan.
Kaum ‘Ad menjadi panik. mereka berlarian. Ke sana kemari mencari
perlindungan. menyelamatkan diri. ltulah yang mereka pikirkan. Suami tidak
peduli lagi akan istrinya. lstri pun tak hirau lagi akan suaminya. Tangis anak-
anak menyayat hati. Namun, tak seorang pun peduli. masing-masing sibuk
dengan urusan Sendiri.
• Yang Beriman yang Diselamatkan
Kemegahan negeri kaum ‘ Ad lenyap sudah.
Tak ada yang berbekas. Tinggal puing-
puing berserakan. Gumpalan awan hitam
benar-benar telah meluluh lantakkan negeri.
Tak tanggung-tanggung, selama tujuh hari
tujuh malam.
Hanya orang-orang beriman yang selamat.
mereka tak terkena azab. Tentunya berkat
perlindungan Allah. Hud dan para
pengikutnya mengucap syukur.
Azab telah berlalu. Cuaca kembali tenang.
Keadaan sudah mereda. Namun, Negeri Al-
Ahqaf menjadi sunyi. Hud dan para
pengikutnya meninggalkan negeri tersebut
mereka Pindah ke Hadramaut. Hud
menghabiskan sisa hidupnya di Hadramaut
dan dimakamkan di sana.

Anda mungkin juga menyukai