Anda di halaman 1dari 14

9

BAB II permukaan patellaris. Lekuk interkondiler memberikan ikatan kepada

ligamen knee joint. Di sebelah depan kondilus di pisahkan oleh


TINJAUAN PUSTAKA
permukaan patellaris yang terbentang anterior antara kedua kondilus
A. Landasan Teori
itu dan di atas permukaan ini terletak patella. Femur mengadakan
1. Anatomi Knee Joint
persendian dengan tiga tulang, tulang koxa, tulang tibia dan patella,
Knee joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi kompleks dalam
tetapi tidak bersendi dengan fibula.
tubuh manusia. Knee joint terdiri dari femur, tibia, fibula, dan patella
b. Patella
disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligamen (Ballinger,
Patella atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang
2012).
sesamoid yang berkembang di dalam tendon otot kwadrisep extensor.
Knee joint adalah sendi engsel dengan perubahan dan yang dibentuk
Apex patella meruncing ke bawah. Permukaan dari tulang ialah kasar.
kedua kondilus femur yang bersendi dengan permukaan superior kondilus
Permukaan posteriornya halus dan bersendi dengan permukaan pateler
tibia. Patella terletak di atas permukaan pateler yang halus pada femur dan
dari ujung bawah femur. Letaknya di depan lutut, tetapi tidak ikut
di atas itu patella meluncur sewaktu sendi bergerak. Patella berada di
serta di dalamnya.
depan bagian-bagian persendian yang utama, tetapi tidak masuk ke dalam
c. Cruris
formasi sendi lutut (Pearce, 2018).
Pada bagian proximal tibia terdapat kondilus medial dan kondilus
Pada knee joint terdapat beberapa tulang-tulang yang menyusun sendi
lateral, bagian ini merupakan bagian paling atas dan paling tepi pada
lutut tersebut, diantaranya adalah (Pearce, 2018) :
tibia. Permukaan superiornya memperlihatkan dua dataran permukaan
a. Femur
persendian untuk femur dalam formasi knee joint. Permukaan tersebut
Femur adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang ini bersendi
halus dan di atas permukaannya yang datar terdapat tulang rawan
dengan acetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini ia
semilunar yang membuat permukaan persendian lebih dalam untuk
menjulur ke bawah membuat sendi dengan tibia dan membentuk
penerimaan kondil femur. Tuberkel dari tibia ada di sebelah depan
formasi knee joint. Bentuknya berupa tulang pipa dan mempunyai dua
tepat di bawah kondil-kondil. Bagian depan memberi kaitan kepada
ujung. Pada bagian distal femur terdapat dua buah kondilus dan
tendon patella, yaitu tendon dari inversi otot extensor kwadrisep.
sebuah interkondiler sebuah permukaan politeum dan sebuah

8
10 11

Bagian bawah dari tuberkel itu adalah sub klutaneus dan sewaktu

berlutut menyangga berat badan.

Fibula adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Tulang itu

adalah tulang pipa dengan sebuat batang dan dua ujung, ujung atas

berbentuk kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar dari tibia.

Meskipun permukaan persendiannya tidak begitu sesuai dengan Gambar 2.1 Anatomi knee joint padangan
anterior
yang lainnya, sendi lutut dikelilingi ligamen yang kuat dan dilindungi oleh (Netter, 2014)

otot yang kuat pula. Ligamen dan otot inilah yang membuat sendi lutut Keterangan Gambar :

menjadi sendi yang terkuat dan paling stabil dalam tubuh dan jarang 1. Ligamen Krusiatum Anterior 9. Gerdys Tubercle
2. Condilus Lateralis Femur 10. Ligamen Krusiatum
terkena dislokasi traumatik. Ligamen dan otot yang mengelilingi sendi 3. Epicondilus Lateralis Femur Posterior
4. Otot Popliteus 11. Epicondilus Medialis Femur
lutut berfungsi dalam gerakan sendi. Otot kuadrisep dan ligamen 5. Fibular Collateral Ligamen 12. Condilus Medialis Femur
6. Meniscus Lateral 13. Meniscus Medial
krusiatum berfungsi dalam gerakan ekstensi. Untuk gerakan fleksi yang 7. Ligamen Traverse 14. Tibia Collateral Ligamen
8. Caput Fibula 15. Condilus Medialis Tibia
paling berperan adalah otot pada gastrocnemius, sedangkan untuk rotasi 16. Tuberositas Tibia

medial digunakan otot popliteus yaitu otot yang terletak di dalam dari
Keterangan Gambar :
belakang tibia (Pearce, 2018).
1. Membran Synovium
2. Articular Kartilago
3. Tibia
4. Superpatellar Fat Body
5. Superpatellar Bursa
6. Patella
7. Subcutaneus Patellar Bursa
8. Articular Cavity
9. Membran Synovium
10. Pattelar Ligamen
11. Interpatellar Fat Pad
Gambar 2.2 Anatomi knee joint 12. Subcutaneus Infrapatellar
pandangan lateral Bursa
(Netter, 2014) 13. Deep Infrapatellar Bursa
14. Meniscus Lateralis
15. Tibial Tuberosity
12 13

2. Fisiologi Knee Joint a. Gerakan Ekstensi

Knee joint dapat melakukan fleksi, ekstensi dan rotasi. Pada saat Hanya ligamenta collateralia yang tegang saat posisi ekstensi.

sendi lutut dalam keadaan ekstensi maksimal, rotasi medial femur Ligamenta cruciata atau paling tidak sebagian dari ligamen ini tegang

mengakibatkan pemutaran dan peregangan semua ligamentum utama dan dalam setiap posisi sendi. Pada saat terjadi ekstensi yang berlebih

lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kokoh, cartilago (hiperekstensi), maka condylus femoralis akan berputar sehingga

menisci ditekan seperti bantal karet diantara condylus femoralis dan ligamenta collateralia tibia tidak terdapat lipatan sama sekali.

tibiae. b. Gerakan Fleksi

Sebelum dapat dilakukan fleksi sendi, ligamentum-ligamentum utama Saat fleksi knee joint, maka ligamenta collateralia fibula dan

harus mengurai kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinya ligamenta collateralia tibia longgar sempurna sedangkan ligamenta

gerakan-gerakan diantara permukaan sendi. Proses mengurai dan cruciata anterior dan posterior teregang.

mengendur ini terjadi oleh musculus popliteus yang memutar femur ke c. Gerakan rotasi

lateral terhadap tibia. Sekali lagi menisci harus menyesuaikan bentuknya Pada saat terjadi gerakan rotasi medial, maka Ligamenta cruciata

terhadap perubahan bentuk condylus femoris. Perlekatan musculus akan terpilin satu dengan yang lainnya. Kemudian, serabut-serabut

popliteus pada meniscus lateralis mengakibatkan struktur ini tertarik juga ligamenta collateralia tibia dorsalis mengalami peregangan.

ke belakang. Sedangkan pada saat rotasi lateral, maka ligamenta cruciata akan

Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi sembilan puluh derajat, dapat sedikit longgar.

dilakukan rotasi dalam derajat tertentu. Pada posisi fleksi, tibia secara

pasif dapat juga digerakkan ke depan dan belakang terhadap femur. Hal

ini dimungkinkan karena ligamentum-ligamentum utama, terutama

ligamentum cruciatum pada posisi ini terdapat dalam keadaan lemas

(Snell, 2012).

Sendi lutut memiliki sumbu gerak dan gerakan-gerakan sebagai

berikut (Schunke, 2015) :


14 15

3. Patologi Osteoarthritis

Pemeriksaan radiografi knee joint dilakukan karena adanya

beberapa kelainan atau gangguan antara lain :

a. Pengertian

Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang paling sering

dijumpai dan biasa menyerang sendi pinggul, sendi lutut, tangan

Gambar 2.3 Sumbu gerak knee joint (A) Posisi ekstensi , (B) Posisi dan kaki. Jenis OA terbanyak di dunia adalah osteoartritis lutut
fleksi, (C) Posisi Fleksi dan rotasi internal (Schunke, 2015)
dengan persentase sebanyak 83 % (Kohn MD, et.al., 2016;
Keterangan gambar :
Rezende, et.al., 2013). Penyakit ini menyebabkan gangguan yang
1. Meniskus
2. Ligamen krusiatum anterior bersifat progresif pada jaringan sendi seperti kartilago, sinovium,
3. Ligamen krusiatum posterior
4. Ligamen kollateral tibia dan tulang subkondral. Pada akhirnya, kartilago sendi mengalami
5. Ligamen kollateral fibula
degenerasi sehingga permukaan sendi mengalami fisura, ulserasi,

dan menjadi tipis (Rezende, et.al., 2013; Al-Johani AH, et.al,

2014).

1) Patologi

Gangguan cairan sinovial, tulang dan kartilago

merupakan pencetus OA. Seperti halnya pada kasus OA lain,

kerusakan paling parah pada kasus OA lutut terjadi pada

kartilago. Kerusakan ini terjadi akibat adanya proses biologis


Gambar 2.4 Pergerakan yang dapat dilakukan knee joint (A) Fleksi
lutut, (B) Ekstensi lutut, (C) Rotasi Internal lutut, (D) Rotasi Eksternal yang teraktivasi karena proses inflamasi (Rezende, Campos,
lutut (Cael, 2018)
& Pailo, 2013).

Sinovial juga mengalami gangguan sama halnya

kartilago, ditandai dengan penebalan dan efusi pada sinovium


16 17

pada fase awal OA lutut. Pada atroskopi ditemukan kelainan

sinovial lebih dari 50 %, sebagian tidak disertai manifestasi

klinis sinovitis. Peradangan sinovial biasanya ditemukan di

sekitar kerusakan tulang dan kartilago (Rezende, et.al., 2013).

Pada sebagian besar kasus, osteoarthritis timbul secara Gambar 2.5 Perubahan Sendi saat Osteoartritis
(Musumeci, et. al, 2015)
perlahan tanpa kausa pemicu yang jelas sebagai suatu
Keterangan Gambar :
fenomena penuaan (osteoarthritis idiopatik atau primer).
1. Otot
Pada kasus-kasus ini, penyakit biasanya melibatkan beberapa 2. Rongga sinovial
3. Bursa
sendi (oligoartikular) meskipun dapat juga generalisata. Pada 4. Kapsul artikular
5. Tendon
sekitar 5% kasus, osteoarthritis timbul pada usia lebih muda 6. Tulang
7. Kartilago artikular
yang mempunyai faktor-faktor predisposisi, misalnya riwayat 8. Cairan sinovial berkurang
dan kartilago artikular
cedera sendi makrotraumatik atau mikrotraumatik berulang menghubungkan ujung
tulang
cacat perkembangan kongenital satu (atau lebih) sendi, atau 9. Kartilago artikular hancur
total
penyakit sistemik tertentu, seperti diabetes, okronosis,
2) Faktor resiko
hemokromatosis, atau obesitas berlebihan. Pada keadaan-
Faktor resiko penyebab osteoarthritis yaitu individu itu
keadaan ini, penyakit disebut osteoarthritis sekunder dan
sendiri, antara lain :
sering melibatkan satu atau beberapa sendi presdiposisi,
a) Umur dan gender
misalnya gangguan sendi bahu atau siku pada pemain
Umur merupakan faktor resiko paling kuat.
baseball, dan sendi lutut pada pemain basket (Kumar, 2010).
Mekanismenya masih belum jelas, namun sangat

berkaitan dengan proses biologis pada sendi, proses

penuaan akan menurunkan jumlah kondrosit di kartilago

sendi dan akan berkorelasi langsung dengan derajat

kerusakan kartilago.
18 19

Prevalensi pada wanita lebih besar daripada pria, visfatin. Adipokin ini dapat mengalami disregulasi yang

tingkat keparahan OA juga lebih besar pada wanita. dapat mensekresikan faktor-faktor proinflamasi

Penelitian menunjukkan bahwa hormon berperan dalam (Musumeci, et. al., 2015).

mekanisme terjadinya OA (Musumeci, et. al., 2015). c) Genetik

b) Obesitas Faktor genetik sangat mempengaruhi terjadinya OA

Seseorang dengan obesitas berisiko 2,96 kali lebih pada lutut (Musumeci, et. al., 2015).

tinggi terkena OA daripada orang dengan indeks masa Faktor resiko penyebab dari osteoarthritis juga bisa

tubuh normal, sedangkan overweight memiliki resiko 2 disebabkan karena sendi itu sendiri, antara lain :

kali lebih tinggi terkena OA (Neogi & Zang, 2013). a) Aktivitas fisik

Obesitas meningkatkan resiko OA dengan beberapa Gerakan sendi berulang dapat menjadi predisposisi

mekanisme, diantaranya meningkatkan beban sendi, OA, namun gerakan sendi lutut dan otot disekitar lutut

perubahan komposisi tubuh yang menyebabkan terjadinya yang tepat dapat memperkuat dan menstabilkan sendi,

inflamasi, mengubah faktor perilaku seperti menurunkan sehingga mengurangi resiko OA. OA lutut juga bisa

aktivitas fisik yang akhirnya menghilangkan kemampuan berkaitan dengan riwayat cedera. Cedera yang

dan kekuatan protektif otot sekitar sendi. Pada OA lutut, meningkatkan resiko OA lutut adalah robeknya meniskus

obesitas menyebabkan kelemahan otot-otot disekitar atau cedera ligament cruciate anterior (Musumeci, et. al.,

sendi lutut dan meningkatkan kasus atroplasti (Lespasio, 2015).

et.al., 2017). b) Kekuatan otot

Pada pasien obesitas, jaringan lemak dapat juga Kelemahan dan atrofi otot dapat disebabkan karena

ditemukan dibelakang patella di area sendi lutut, biasa berkurangnya aktivitas sendi akibat rasa nyeri OA. Pada

disebut infrapatellar fat pad, jaringan lemak ini dapat beberapa studi yang mempelajari tentang hubungan

menghasilkan adipokin, yaitu sitokin yang menghasilkan kekuatan otot dan sendi lutut (Al-Johani, et. al., 2014,

sel lemak, seperti leptin, adiponektin, resistin, dan Alnahdi, et,al., 2012), kelemahan otot quadriceps
20 21

meningkatkan resiko terjadinya OA lutut (Alnahdi, et,al., ditemukan kelainan sinovia pada lebih dari 50 % penderita

2012). Quadriceps merupakan kelompok otot terbesar OA lutut, sebagian besar tidak disertai manifestasi klinis

yang melewati sendi lutut dan berpotensi besar menyerap sinovitis. Peradangan sinovial biasanya ditemukan di

energi dan tekanan pada sendi lutut. Otot ini berperan sekitar kerusakan tulang dan kartilago (Rezende, Campo

penting dalam proses berjalan, berdiri dan menaiki tangga. & Pailo, 2013).

Penderita OA lutut akan mengurangi gerakan pada lutut 3) Klasifikasi Osteoarthritis

untuk mengurangi rasa nyeri, menyebabkan otot-otot Penyakit osteoarthritis (OA) dapat diklasifikasikan antara

quadriceps mengalami kelemahan dan atrofi (Al-Johani, lain (Sjamsuhidajat, et.al., 2017) :

et. al., 2014). a) OA primer

c) Keselarasan lutut OA primer atau disebut juga idiopatik tidak diketahui

Lutut yang tidak selaras akan menyebabkan kelainan penyebabnya dan dapat mengenai satu atau beberapa

gait dan beresiko OA lutut di masa mendatang. Bentuk sendi. Kelainan ini terutama dijumpai pada wanita kulit

varus pada lutut dapat menyebabkan kerusakan kartilago putih usia pertengahan dan umumnya menyerang banyak

sendi dan berujung pada penyempitan celah sendi jika sendi (poliartikuler) dengan nyeri akut disertai rasa panas

tidak ditangani dengan tepat (Musumeci, et,al., 2015). distal interphalangeal.

Gangguan cairan sinovial, tulang kartilago merupakan b) OA Sekunder

pencetus OA. Seperti halnya pada kasus OA lain, OA sekunder disebabkan oleh penyakit yang

kerusakan paling parah pada kasus OA lutut terjadi pada menimbulkan kerusakan pada sinovia.

kartilago. Kerusakan ini terjadi akibat adanya proses 4) Diagnosis

biologis yang teraktivasi karena proses inflamasi. Diagnosis OA lutut dapat ditegakkan dengan temuan

Sinovial juga mengalami gangguan seperti halnya klinis saja atau dengan kombinasi temuan klinis dan

kartilago, ditandai dengan penebalan dan efusi pada radiologi.

sinovium pada fase awal OA lutut. Pada atroskopi


22 23

Kriteria diagnosis yang dikembangkan oleh American berarti bahwa ini sebagai penyebab satu-satunya keluhan

College of Rheumatology antara lain (Lespasio, et. al, 2017) : penderita. Kriteria radiologis osteoarthritis sebagai berikut

a) Klinis (Misnadiarly, 2010) :

Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulan sebelumnya, a) Osteofit pada tepi sendi atau tempat melekatnya ligamen

ditambah krepitasi pada gerakan sendi aktif, kaku di pagi b) Adanya periartikuler ossicle terutama pada DIP dan PIP

hari dengan durasi kurang dari 30 menit, usia > 50 tahun, c) Penyempitan celah sendi disertai sklerosis jaringan tulang

pembesaran tulang lutut saat pemeriksaan, nyeri tekan subkondrial

pada lutut saat pemeriksaan dan tidak teraba hangat. d) Adanya kista dengan dinding yang sklerotik pada daerah

b) Klinis ditambah radiografi subkondrial

Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulan sebelumnya, e) Perubahan bentuk tulang, misal pada caput femur

ditambah bukti radiografi adanya osteofit pada tepi sendi 4. Teknik Pemeriksaan Radiografi Knee Joint

ditambah gejala krepitasi pada gerakan aktif, kaku di pagi a. Definisi Pemeriksaan Knee Joint

hari dengan durasi kurang dari 30 menit dan usia > 50 Teknik pemeriksaan radiografi knee joint adalah teknik

tahun. penggambaran sendi lutut dengan menggunakan sinar-X untuk

c) Klinis ditambah laboratorium memperoleh radiograf guna membantu menegakkan diagnosa (Long,

Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulan sebelumnya, 2016). Secara historis, radiografi konvensional berperan integral

ditambah krepitasi pada gerakan aktif, kaku dipagi hari dalam diagnosis dan penentuan penyakit sendi, foto polos paling

dengan durasi kurang dari 30 menit, usia > 50 tahun, sesuai dilakukan bila terdapat riwayat trauma, kecurigaan infeksi,

nyeri tekan tulang saat pemeriksaan, pembesaran tulang, kronik disabilitas progresif, atau kelainan monoaartikuler bila

tidak teraba hangat, LED < 40 mm/jam, rheumatid factor dipertimbangkan terapi alternatif atau bila bermanfaat sebagai

< 1,40 dan cairan sinovial sesuai tanda OA penilaian dasar proses yang diduga kronik (Isselbacher, 2015).

Pemeriksaan radiologis membantu diagnosis Menurut Braun dan Garry (2011) proyeksi yang dapat digunakan

osteoarthritis, tetapi adanya kelainan radiologis tidak terlalu dalam menegakkan klinis osteoarthritis pada knee joint adalah
24 25

proyeksi AP bilateral weight bearing. Menurut Hiroyuki, et.al (2017) untuk melihat adanya kista subkondral dan sklerosis subkondral

proyeksi yang dapat digunakan dalam menegakkan klinis (Melnic et.al., 2014).

osteoarthritis pada knee joint adalah Fixed Flexion View (FFW) atau Radiograf diambil pada sisi kanan dan sisi kiri knee joint.

proyeksi AP bilateral weight bearing dan Standing Extended View Pasien berdiri sejajar dengan bucky, knee joint yang diperiksa maju

(SEV) atau PA bilateral weight bearing, sedangkan menurut LaValley kedepan dengan sisi lateral knee joint yang sakit menempel pada

(2005) osteoarthritis dapat dievaluasi dengan proyeksi lateral weight bucky dan knee joint tersebut sejajar dengan bucky. Knee joint yang

bearing yang berperan sebagai validitas dan reliabilitas untuk diperiksa difleksikan 300 dan menjadi tumpuan berat tubuh. Ujung

mengevaluasi tibiofemoral joint space. jari kaki dari knee joint yang tidak diperiksa menyentuh tumit dari

b. Persiapan Pasien dan Alat knee joint yang diperiksa kemudian ekstensi penuh untuk mengunci

Pemeriksaan knee joint tidak memerlukan persiapan pasien secara posisi (LaValley, 2005).

khusus, hanya saja pada pasien dianjurkan untuk melepas benda-


Keterangan Gambar
benda yang dapat menimbulkan bayangan radiopaque. Selain itu
1. Lateral joint space
sebelum pemeriksaan pasien diberi penjelasan mengenai prosedur 2. Medial joint space
pemeriksaan yang akan dilakukan. Persiapan Alat meliputi Pesawat

sinar-X, Kaset ukuran 18 x 24 cm2 atau 24 x 30 cm2, marker R atau


Gambar 2.6 Radiograf knee joint
L, identitas pasien dan pengolah film (Lampignano dan Leslie, 2018). proyeksi lateral weight bearing
(LaValley, 2005)
c. Proyeksi Pemeriksaan

Proyeksi pemeriksan radiografi knee joint untuk menampakkan Keterangan gambar

kelainan osteoarthritis knee joint meliputi : 1. Condylus femoralis


2. Patellofemoral joint
1) Proyeksi Lateral (Long, 2016) 3. Patella
4. Tibiofemoral joint
Proyeksi lateral dapat mengevaluasi aspek posterior knee joint, 5. Sulcus terminalis
6. Tibia
posisi patella, tibial plateu, adanya osteofit pada posterior sendi. 7. Fibula
Gambar 2.7 Radiograf knee
Tibiofemoral joint pada aspek medial dan lateral dapat dievaluasi joint proyeksi lateral weight
bearing (Melnic et.al., 2014)
26 27

2) Proyeksi Antero Posterior Weight Bearing (Long, 2016)

Proyeksi ini dapat menampakkan ruang sendi femorotibial

apabila ada kemungkinan degenarasi tulang rawan dan patologi

sendi lutut lainnya (Lampinano dan Leslie, 2018).

(a) Ukuran Kaset


Gambar 2.8 Posisi Pasien AP Weight Bearing (Long, 2016)
Ukuran kaset yang digunakan adalah 35 x 43 cm melintang
(g) Kriteria Radiograf
(b) Posisi Pasien
Tidak ada rotasi pada sendi lutut, Rongga sendi pada
Tempatkan pasian dalam posisi erect membelakangai kaset
pertengahan kaset.
dan bagian belakang sendi lutut menempel pada kaset.
Keterangan Gambar
(c) Posisi Objek
1. Femur
Atur posisi lutut pasien di pertengahan kaset. Letakkan jari- 2. Patella
3. Rongga Sendi
jari kaki lurus ke depan, dengan kedua kaki diberi jarak untuk 4. Tibia
5. Fibula
menjaga keseimbangan. Pasien diatur untuk berdiri dengan

sendi lutut full ekstensi.

(d) Titik Bidik


Gambar 2.9 Hasil Radiograf Proyeksi AP
Diarahkan ½ inchi (1,3 cm) di bawah permukaan patella Weight Bearing (Long, 2016)
pada pertengahan kaset.
3) Proyeksi Postero Anterior Weight Bearing (Long, 2016)
(e) Arah Sumbu Sinar
Proyeksi ini dapat menampakkan ruang sendi femorotibial
Arah sumbu sinar horizontal tegak lurus kaset.
apabila ada kemungkinan degenarasi tulang rawan, ruang sendi dan
(f) FFD (Focus Film Distance)
fossa interkondilar (Lampignano dan Leslie, 2018).
Focus Film Distance yang digunakan adalah 102 cm
(a) Ukuran Kaset

Ukuran kaset yang digunakan adalah 35 x 43 cm melintang


28 29

(b) Posisi Pasien Keterangan Gambar

Tempatkan pasian dalam posisi erect dengan aspek anterior 1. Femur


2. Rongga Sendi
sendi lutut berada pada pertengahan kaset. 3. Tibia
4. Fibula
(c) Posisi Obyek

Untuk proyeksi PA, pasien berdiri dengan kedua sendi lutut

menempel pada kaset. Pertengahan kaset berapada pada ½ inchi


Gambar 2.11 Hasil Radiograf Proyeksi
(1,3 cm) di bawah apex patella. Sendi lutut sedikit difleksikan. PA Weight Bearing (Long, 2016)

(d) Titik Bidik


5. Proyeksi dan Metode Grading Osteoarthritis
Diarahkan ½ inchi (1,3 cm) di bawah permukaan patella
a. Proyeksi Pemeriksaan Knee Joint dengan Klinis Osteoarthritis
pada pertengahan kaset.
Penggunaan proyeksi AP bilateral weight bearing technique sendi
(e) Arah Sumbu Sinar
lutut dilakukan untuk melihat femorotibial joint space yang
Arah sumbu sinar horizontal tegak lurus kaset.
dimungkinkan mengalami degeneratif kartilago atau patologi sendi
(f) FFD (Focus Film Distance)
lutut lainnya. Teknik radiografi ini dilakukan dengan menyertakan
Focus Film Distance yang digunakan adalah 102 cm
kedua sendi (Lampignano & Leslie, 2018).

Teknik radiografi merupakan modalitas yang mudah digunakan

untuk penegakkan diagnosa osteoarthritis. Sejak tahun 1970, standar

pembuatan radiograf untuk melihat tibiofemoral joint dengan klinis

OA yaitu dengan kedua kaki ekstensi penuh diposisikan AP weight-

bearing. Kebiasaan pembuatan radiograf dengan klinis OA ini adalah

Gambar 2.10 Posisi Pasien Proyeksi PA Weight Bearing (Long, untuk melihat JSW dan osteofit (Braun, 2011).
2016)
Kegunaan utama radiografi dalam diagnosis OA adalah untuk
Kriteria Radiograf : Kedua sendi lutut tidak mengalami rotasi
mengevaluasi JSW. JSW ini selanjutnya dapat digunakan untuk
Sendi lutut pada pertengahan kaset.
mengevaluasi JSN. Pendeteksian JSN merupakan penelitian terbaru
30 31

saat kini yaitu menggunakan skema penilaian KL. Teknik ini mengevaluasi tibiofemoral joint space pada aspek medial dan lateral

dilakukan dengan cara sendi lutut difleksikan menggunakan variasi (LaValley, 2005).

fleksi pada sendi tersebut untuk melihat pembentukan osteofit dan b. Metode-Metode Grading Osteoarthritis

JSN (Braun cit. Leach, et.al, 2011). Berdasarkan gambaran radiologi, OA lutut dapat

Proyeksi AP berdiri pada sendi lutut berguna untuk melihat diklasifikasikan dalam lima grade menurut Kellgren-Lawrence, yaitu

kelurusan femur dan tibia. Apapun kelainannya, dengan menggunakan (Vaishya, et. al, 2016) :

teknik weight bearing maka sendi akan semakin menekan dan melekat a) Grade 0 : tidak ditemukan penyempitan ruang sendi atau

seperti keadaan nyatanya. Teknik ini mungkin saja dilakukan pada perubahan reaktif

kedua sendi dimasukkan dalam area pemotretan sebagai perbandingan b) Grade 1 : penyempitan ruang sendi meragukan dengan

(Whitley, 2005). kemungkinan bentukan osteofit

Marsh, et.al (2013) dalam jurnalnya yang dikutip dari Wirth et.al c) Grade 2 : osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang sendi

dan Conaghan et.al juga menambahkan bahwa gold standard teknik d) Grade 3 : osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas, nampak

radiografi menggunakan sinar-X untuk melihat perkembangan OA ini sklerosis, kemungkinan deformitas pada ujung tulang

adalah untuk melihat pengukuran JSW dari radiografi tersebut yang e) Grade 4 : osteofit besar, penyempitan ruang sendi jelas, sklerosis

nantinya dapat digunakan untuk mengobservasi JSN. berat, nampak deformitas ujung tulang.

Proyeksi AP bilaeral weight bearing ini direkomendasikan

supaya menjadi rutinitas pemeriksaan radiografi sendi lutut arthritis.

Hal ini karena para peneliti menemukan bahwa studi weight bearing

sering kali memperlihatkan penyempitan sendi yang terlihat normal

jika tidak menggunakan teknik weight bearing (Long cit. Leach et.al,

2016). Selain proyeksi AP, posisi lateral sendi dengan klinis

osteoarthritis juga digunakan sebagai validitas dan reliabilitas untuk


32 33

Sistem klasifikasi lain datang dari Schipof, et.al (2008) dalam

jurnalnya bahwa selain sistem KL juga terdapat sistem klasifikasi

Ahlback antara lain :

a) Grade 1 : JSN (joint space narowwing) (< 3 mm)

b) Grade 2 : joint space menghilang

c) Grade 3 : terjadi erosi tulang minimal (0-5 mm)

Gambar 2.12 (A) penyempitan ruang sendi meragukan dengan d) Grade 4 : terjadi erosi tulang moderat (5-10 mm)
kemungkinan bentukan osteofit (grade 1), (B) osteofit jelas,
kemungkinan penyempitan ruang sendi (grade 2), (C) Osteofit sedang, e) Grade 5 : terjadi erosi tulang (10 mm)
penyempitan ruang sendi jelas, nampak sklerosis, kemungkinan
deformitas pada ujung tulang (grade 3), (D) osteofit besar, B. Pertanyaan Penelitian
penyempitan ruang sendi jelas, sklerosis berat, nampak deformitas
ujung tulang (grade 4) (Kohn MD, Sassoon, Fernando, 2016) 1. Apa saja persiapan alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan

sendi lutut dengan klinis osteoarthritis?

2. Apa saja persiapan pasien pada pemeriksaan sendi lutut dengan klinis

osteoarthritis?

3. Apa saja proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan sendi lutut dengan

klinis osteoarthritis?

4. Bagaimana teknik pemeriksaan pada saat pemeriksaan sendi lutut dengan

klinis osteoarthritis?

5. Apa fungsi dan tujuan dilakukannya proyeksi AP weight bearing dengan

posisi pasien berdiri pada pemeriksaan sendi lutut dengan klinis


Gambar 2.13 (A) Radiograf proyeksi AP dan Lateral lutut
kanan menampakkan OA yang parah dan deformitas varus,
osteoarthritis?
(B) Radiograf proyeksi AP dan Lateral lutut kiri
menampakkan OA yang parah dan deformitas varus (Vaisya,
6. Apa fungsi dan tujuan dilakukannya proyeksi lateral perbandingan berdiri
et. al., 2018)
dengan posisi pasien berdiri pada pemeriksaan sendi lutut dengan klinis

osteoarthritis?
34

7. Mengapa kaki pasien yang diperiksa tidak menjadi tumpuan berat tubuh

pada proyeksi lateral berdiri knee joint dengan klinis?

8. Bagaimana trik melakukan pemeriksaan radiografi knee joint dengan

posisi berdiri?

9. Bagaimana cara menentukan grading osteoarthritis pada proyeksi

perbandingan AP dan lateral dengan posisi pasien berdiri?

10. Apa saja informasi diagnostik yang diperoleh dari proyeksi AP weight

bearing dengan posisi pasien berdiri pada pemeriksaan knee joint dengan

klinis osteoarthritis?

11. Apa saja informasi diagnostik yang diperoleh dari proyeksi lateral

perbandingan dengan posisi pasien berdiri pada pemeriksaan knee joint

dengan klinis osteoarthritis?

Anda mungkin juga menyukai