Anda di halaman 1dari 2

Nadia Diva Aulia

11220184000073

REVIEW BOOK

Judul : Suara-suara yang Dicampakkan

Penulis : I Ngurah Suryawan

Penerbit : BASABASI

Tahun Terbit : 2017

Tebal Buku : 248 hlmn, 14 x 20 cm

ISBN : 978-602-6651-28-0

Buku Suryawan ini mengkritisi dunia Pendidikan di bumi Papua yang masih
penuh dengan intrik-intrik hegemoni, agar berubah dan menciptakan kesadaran
pembebasan rakyat Papua. Terkenang Arnold Ap, antropolog Uncen, yang seharusnya
memegang kapur tulis atau tuts komputer justru mengutik sinar gitar bersama nada-nada
sendu, agar Papua kembali menemukan rohnya.

Dalam satu syair ia mengiringi lagu: Mu Man Minggil, Jalan ke Tanah Leluhur',
sebuah syair yang diciptakan dan dinyanyikan Willem Giryar (kawan group Mambesak)
menggambarkan gejolak politik tahun 1980-an, di mana rakyat Kerom mati dibunuh
dalam berbagai operasi militer Indonesia. Kiranya tulisan-tulisan kawan Suryawan, yang
memenuhi berbagai koran, juga melalui buku ini, menjadi Mu Man Minggil, 'Jalan
Menuju Tanah Leluhur' bangsa Papua.

Suryawan mengemukakan juga bahwa buku ini mencoba untuk mengambil peran
mengajak seluruh generasi di Papua untuk menolak bungkam terhadap sejarah kekerasan
dan kejahatan masa lalu dan hingga kini yang masih terjadi tanpa henti.

Esai-esai yang ada dalam buku ini menulusuri jejak-jejak kekerasan dan siasat
pembungkaman yang dilakukan oleh kekuasaan di republik ini baik dengan teror
kekerasan bersenjata maupun kekuasaan yang beroperasi halus melalui migrasi yang tak
terkendali yang menyingkirkan orang Papua, ataupun investasi untuk alasan menerabas
keterisoliran yang menerabas hutan sagu dan fondasi kehidupan orang-orang Papua.

Sesuatu yang menjadi catatan penting adalah bahwa gerakan ini sangat urgen
karena dokumen sejarah itu adalah rakyat Papua yang berada di tanah Papua. Kesaksian
mereka sangatlah penting artinya. Hal lainnya adalah bahwa pengalaman kekerasan dan
penderitaan adalah satu poin yang tidak akan bisa dilepaskan dari gerakan penulisan
sejarah baru rakyat Papua. Kemungkinan salah satu identitas dari penulisan sejarah baru
rakyat Papua adalah pengalaman penderitaan akibat ulah negara. Dan oleh sebab itulah
salah satu representasi ke-Papua-an adalah perlawanan terhadap ke-Indonesia-an.

Anda mungkin juga menyukai