Anda di halaman 1dari 2

Judul Buku : Ana Dina Ana Upa (Pranata mangsa) Penyusun : Hermanu Asli/terj : Asli Bahasa : Indonesia dan

Jawa Penerbit : Bentara Budaya Tahun Terbit : 2008 Katergori : Bunga rampai Kutipan berkesan: Siapa memeluk spiritualitas bumi, dia akan memiliki spiritualitas yang otentik dan kuat. Sinopsis Buku Ana Dina Ana Upa adalah kumpulan tulisan yang berhubungan dengan pertanian dan Dewi Sri, dan foto serta gambar tentang masyarakat petani Nusantara. Sebagian besar tulisan diambil dan disunting dari literatur lama yang terbit antara 1913- 1970an. Sedangkan yang paling baru adalah dua esei dan satu puisi yang ditulis oleh Sindhunata. Selain pengantar, secara keseluruhan ada 14 tulisan dalam kumpulan esei, cerita, gambar, foto, dan puisi ini. Sebagian besar tulisan disampaikan dalam bahasa Indonesia, kecuali sebuah cerita rakyat Sri Saddana yang diambil dari Almanak Dewi Sri (tahun I, Redaksi Kamadjaja, penerbit UP Indonesia, Jakarta, 1970) dan puisi berjudul Sri, Isenana Ajangku (Sri, Isilah Piringku) yang memakai bahasa Jawa. Berikut adalah keseluruhan tulisan dan gambar yang dihimpun dalam buku tersebut: a. Pranata mangsa: Sebuah Budaya yang terancam punah (ditulis oleh Sindhunata), b. Ketika Dewi Sri Sudah Pergi (ditulis oleh Sindhunata), c. puisi berjudul Sri Isenana Ajangku (ditulis oleh Sindhunata), d. Pranata mangsa, e. Sri Saddana, f. Asal Mula Padi (Cerita rakyat dari Banyumas), g. Asal Mula Tanaman Padi (Cerita rakyat dari Madura) h. Asal Mula Padi (Cerita rakyat dari Bali) i. Mulanya Bersawah, Berladang, dan Berkampung di Minangkabau j. Cerita tentang Padi (cerita rakyat dari Kei) k. Jenis-jenis padi pada tahun 1913 l. Hama Padi m. Si Pencuri Tertangkap n. Foto dan Gambar tentang Pertanian Ulasan Cerita tradisi, apalagi yang berhubungan dengan pertanian, tidak lagi mengantar tidur anak-anak kecil. Bahkan kitapun mungkin kesulitan mengingat pernah atau tidak didongengi orang tua kita sebelum tidur. Sepertinya, nenek moyang kita telah lupa

berbagi cerita pada anak cucu cicitnya tentang asal muasal alam sekitar, tentang binatangbinatang, tentang tumbuhan, tentang kebaikan dan keburukan, dan tentang kebiasaan masa lampau yang bermakna. Ini adalah zaman modern, atau yang juga sering diucapkan orang dengan nada kurang begitu paham tapi mantap, ini adalah zaman kontemporer! Buku Ana Dina Ana Upa (Pranata mangsa) yang merupakan lingkasan atas pameran di Bentara Budaya (15-25 Agustus 2008) adalah sebuah upaya mendekatkan tradisi pemahaman musim tradisional dan cerita-cerita klasik sastra lisan kekayaan nusantara yang disampaikan dalam media tulis. Selain ditujukan untuk memperluas konsep tradisional pemahaman musim pada masyarakat luas, buku ini juga merupakan harapan agar pranata mangsa digabungkan dengan ilmu pertanian modern yang dasarnya ilmiah. Hal ini sudah juga dilakukan dalam buku itu sendiri dengan menampilkan kondisi metereologis pada setiap mangsa/musim. Sindhunata menuliskan dua esei menarik yang isinya merupakan peringatan keras pada masyarakat modern Indonesia yang sering melupakan tradisi pertanian di negara agraris ini. Pun, dia tidak lupa untuk bersikap realistis bahwa pranata mangsa terancam punah dengan adanya pemanasan global hasil modernisasi dan efek jangka-panjang kapitalisme negara-negara maju. Selain itu, dengan mendasarkan eseinya pada tulisan Drs. N. Daldjoeni, Sindhunata membahas hubungan yang erat antara pranata mangsa sebagai hasil sebuah kebudayaan agraris dengan watak dan spiritualitas masyarakatnya. Sindhunata menjelaskan bahwa watak masyarakat petani, khususnya Jawa, adalah masyarakat dengan, memakai istilah dalam khazanah ekologi, spiritualitas bumi (the spirituality of the earth). Dalam pranata mangsa, Bumi tidak diperlakukan sebagai objek, tetapi subjek. Pranata mangsa, lanjutnya, juga menunjukkan radikalitas dari spiritualitas bumi itu, yaitu bahwa jika manusia tak mempunyai spiritualitas bumi, maka ia tak mempunyai spiritualitas seluruhnya. Spiritualitas inilah yang membuat para petani Jawa begitu kuat mempertahankan hidupnya kendati penderitaan terus mendera. Ana Dina Ana Upa bukanlah buku yang mengajak pembaca untuk masuk dalam romantisme bertani dengan upaya naluriahnya memahami musim dan gerak alam. Sebaliknya, buku ini justru sangat realistis: isinya mendekatkan kita pada kenyataan bahwa Negara Indonesia adalah negrara agraris yang (masyarakatnya) kehilangan falsafah pertanian. Juga, buku ini tidak mengajak pembaca menolak modernitas. Keseluruhan cerita dan gambar yang ditampilkan adalah kenyataan sejarah kebudayaan yang mesti diketahui sebagai pesangon dasar konsep-konsep baru yang masuk ke masyarakat. Cerita-cerita tersebut hadir bukan sebagai mitos yang tak lagi punya arti, tetapi merupakan simbol-simbol kebudayaan untuk diinterpretasi ulang dan terus menerus agar tidak kehilangan jejak tradisi. Pranata mangsa, selain sebagai ilmu alam, adalah juga ilmu budaya, yaitu mengajarkan bahwa kondisi-kondisi kejiwaan manusia bertalian dengan sangat erat dengan unsur-unsur iklim di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai