TEORI DASAR
mineral penghasil tembaga dan molybdenum dengan mineral ikutan utama seperti
emas, perak, dan tin, selain itu juga terdapat mineral sampingan berupa platinum,
paladium, dan tungsten. Endapan tersebut berasal dari aktivitas tektonik konvergen
antara lempeng samudra dan lempeng benua dimana lempeng samudra yang masa
jenisnya lebih rendah akan turun dan masuk ke bawah permukaan bumi. Endapan
berupa jalinan rekahan – rekahan yang sangat halus (stockwork) dengan penyebaran
proses alterasi dan mineralisasi pasca terjadinya intrusi porfiri. Sistem endapan
yaitu struktur busur normal atau busur paralel. Pendinginan intrusi yang berada
pada kerak bagian atas merupakan hasil dari proses konduktif yang kehilangan
aktivitas tersebut diikuti oleh proses naiknya sisa larutan magma dan pembentukan
pengendapan logam kondisinya yang terbentuk sebagai hasil dari pendinginan dan
31
32
pencampuran dengan air meteorik, logam tersebut berasal dari larutan magma yang
lebih besar dan dalam. Pusat mineralisasi tembaga porfiri terjadi pada zona
paleopermeabilitas yang terbesar, yaitu sepanjang daerah yang dikontrol oleh sesar
dari intrusi batuan induk dan sebelum terbentuknya rekahan stockwork veining.
Nama porfiri digunakan untuk menjelaskan intrusi batuan beku yang terjadi secara
intensif dan bukan selalu untuk tekstur porfiritik. Endapan tembaga porfiri
merupakan endapan tembaga yang berukuran sangat besar tetapi kadar tembaganya
agak rendah. Mineral bijih tersebar secara merata pada batuan dan berbentuk
merupakan bentuk dalam skala besar yang berupa percabangan yang tidak
beraturan dari rekahan yang kemudian diisi oleh material mineral. Menurut Corbett
b. Rekahan yang tidak teratur terbentuk oleh kekuatan tensional atau torsional
variasi dari tipe mineralisasi, termasuk urat, set urat, stockwork, rekahan, crackled
zones, dan pipa breksi. Pada endapan porfiri yang besar dan ekonomis, urat yang
terkena tekanan lokal disekitar bagian atas dari pluton. Pada endapan porfiri Cu-
Au, mineralisasi akan terakomodasi bersama stockwork urat kuarsa, akibat kondisi
bawah permukaan dengan kondisi temperatur dan tekanan tinggi yang hanya
larutan hidrotermal untuk melalui rekahan dalam batuan akan rendah. Akibat hal
ini, kelimpahan mineralisasi akan lebih banyak terdapat dalam urat-urat halus
dijabarkan oleh Lowell dan Guilbert (1970), Gustafsont dan Hunt (1975), Sillitoe
dan Gappe (1984) serta Corbett dan Leach (2002) sebagai berikut:
porfiri dimulai saat magma yang terbentuk menjadi sangat jenuh oleh sulfur
tersebut harus menangkap ion – ion bermuatan positif yang biasanya berasal
sulfida tembaga.
Reaksi kimia yang terjadi antara larutan hidrotermal dengan batuan samping
terbentuk pada suatu tubuh intrusi yang berdiameter lebih kecil dari 2 km,
ruang yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan dimensi dari batolit di
perubahan pada kedalaman yang relatif dangkal (1-4 km), sehingga terjadi
perbedaan tekanan udara yang kontras antara material volatil dalam intrusi
antara intrusi dengan batuan samping yang lebih dingin dan adanya
pengaruh dari air meteorik menyebabkan bagian luar dari intrusi mengalami
meningkatkan tekanan uap dari larutan sisa magma. Sehingga suatu saat
tekanan uap larutan sisa magma akan melampaui kekuatan dari batuan
bagian luar yang telah membeku terlebih dahulu, sehingga terjadilah proses
Batuan yang terbentuk pada proses intrusi di atas berupa batuan yang
bertekstur porfiritik dengan fenokris terdiri dari feldspar, kuarsa dan mineral
logam dan membentuk zona alterasi mulai dari potasik, filik, argilik, hingga
dan mineralisasi dalam konsep model evolusi sistem porfiri tembaga dan emas.
Tahap ini ditandai dengan tahap transfer panas dari gas-gas volatil sisa
temperatur yang dikenal dengan proses progradasi. Pada Tahap ini, zona
propilitik lebih dikontrol oleh perbedaan suhu antara tubuh intrusi dan pada
batuan samping. Hal ini ditunjukan pula oleh kumpulan mineral - mineral
yang terbentuk pada suhu tinggi seperti biotit, magnetit, feldspar sekunder
dan aktinolit.
Tahap ini merupakan suatu proses pendinginan dari sistem atau disebut
intrusi. Pada tahap ini, yaitu pada saat sistem mendingin dan magma telah
didominasi oleh kuarsa dan kekar berlembar, terutama pada batas terluar
Tahap ini merupakan tahap akhir dari evolusi pembentukan endapan porfiri
Cu-Au. Tahap ini ditandai dengan semakin baiknya infiltrasi air meteorik
dan terbentuknya zona alterasi filik dan argilik. Mineralisasi terjadi dari
hasil perubahan secara cepat dari lingkungan yang didominasi oleh cairan
menandai larutan hidrotermal yang kaya akan air meteorik. Tahap ini pula
Zona alterasi yang terjadi terdiri dari zona potassium silikat (potassium feldspar
atau alterasi biotit) di dalam intrusi yang dikelilingi oleh zona alterasi phyllic.
Kemudian zona tersebut dikelilingi juga oleh zona alterasi propylitic yang terdiri
dari chlorite-epidote-calcite dan zona alterasi argillic yang kaya akan batuan
Endapan tersebut dapat dijumpai mulai dari tepi samudra pasifik dan juga dari timur
klasifikasi standar yang mencakup detail-detail dari tiap klasifikasi yang ada. Salah
satu standar yang digunakan di Indonesia adalah SNI 4726:2011 tentang Pedoman
Pelaporan, Sumberdaya, dan cadangan mineral dengan dasar klasifikasi dari tingkat
3.2.1. Endapan
Endapan merupakan seluruh bahan galian yang ada di permukaan baik yang
memiliki keyakinan geologi tinggi dan kelayakan tambang maupun yang belum.
40
3.2.2. Sumberdaya
Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterdapatan dari material padat
memiliki nilai ekonomi yang berada di atas maupun yang berada di bawah
permukaan bumi dimana bentuk, kadar, dan kuantitasnya memiliki prospek secara
atau di intepretasi dari keyakinan dan pengetahuan geologi yang spesifik, termasuk
sampling.
perusahaan maupun negara. Namun saat ini telah ada usaha-usaha penyeragaman
yang telah menjadi acuan perkembangan ilmu geologi dan pertambangan. Menurut
pedoman klasifikasi sumberdaya bijih yang dituangkan pada SNI 4726 tahun 2011
dikorelasikan pada badan bijih dimana metode ini diteliti oleh ahli yang
41
sebagai berikut:
pada badan bijih yang sulit dilakukan interpretasi antar section. sumberdaya
mineral yang dimana tonase, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi
dengan tingkat keyakinan rendah. Pada tahapan ini dilakukan asumsi dari
fakta-fakta geologi yang ada, dan tidak ada verifikasi dari informasi geologi
outcrop, paritan, test-pit, lubang bor dimana informasi yang didapat tebatas
(test pit) atau lubang bor. Lokasi yang diteliti terlalu luas dibandingan
informasi detail yang didapat dari kegiatan eksplorasi, sampling, dan data-
uji (test pit), lubang bukaan dan lubang bor dan telah teruji dengan
Gambar 3.3 Hubungan umum antara hasil eksplorasi, sumberdaya, dan cadangan
3.2.3. Cadangan
merupakan bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/atau tertunjuk yang dapat
yang hilang, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut ditambang. Pada
klasifikasi ini, pengkajian dan studi yang tepat sudah dilakukan, dan termasuk
dilusi dan material yang hilang yang kemungkinan terjadi pada saat material
cebakan.
44
yang ekonomis untuk ditambang. Ini termasuk material dilusi dan material
3.3. Geostatistika
dasar terlebih dahulu dimana Statistik adalah suatu metode ilmiah dalam
berguna sehingga dapat menjadi dasar pengambilan kesimpulan yang masuk akal.
1. Rata-rata (Average), merupakan nilai yang mewakili sifat tengah dari suatu
Keterangan:
2. Median, merupakan nilai tengah dari data-data yang telah disusun dari nilai
Keterangan:
n = banyaknya data
frekuensinya terbesar
suatu populasi.
46
∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
𝜎𝑥 = √ ……………….………… (3.3)
𝑛−1
Keterangan:
Keterangan:
𝜎𝑥 = simpangan baku
Menurut Koch dan Link (1971), bila nilai Coefficient of Variation (CV)
kurang dari 0,5 maka data dianggap berdistribusi normal. Namun tidak
distribusi dimana bila kurva memiliki ekor yang lebih panjang disebalah kiri
3.3.2. Variogram
data pada jarak tertentu. Dalam membuat variogram diperlukan arah pencarian
pasangan data (directional atau omni directional), toleransi jarak, toleransi sudut,
dan bandwith. Dalam menentukan arah pencarian data directional atau omni
sama ke segala arah) atau anisotropi (variasi spasial berbeda di setiap arah).
Gambar 3.4 Variasi spasial yang (a) isotropi dan (b) anisotropi
1. Anisotropi geometric, dimana pada satu populasi yang sama dan nilai sill
2. Anisotropi zonal, dimana pada satu populasi yang sama terdapat perbedaan
Sedangkan untuk area pencarian data dalam dua dimensi terlihat pada gambar di
bawah.
48
Sedangkan dalam bentuk tiga dimensi (3D), dimana umumnya digunakan pada
Setelah mendapatkan pasangan-pasangan data, nilai variasi antar data pada jarak h
∑𝑁
𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋(𝑖+ℎ) )
2
𝛾(ℎ) = ……..….………………. (3.6)
2𝑁
49
Keterangan:
𝑋(𝑖+ℎ) = nilai suatu titik sejauh h dari titik I 𝑁 = jumlah pasangan data
dilakukan dengan membuat garis linear dari suatu persamaan. Dalam memodelkan
1. Spherical, dimana bila jarak h (lag) lebih kecil dari jarak range (a) maka,
3ℎ ℎ3
𝜎02 (2𝑎 − 2𝑎3 ) , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ℎ ≤ 𝑎
𝛾ℎ = { ……………… (3.7)
𝜎02 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ℎ > 𝑎
50
2. Exponential,
Keterangan:
Dari hasil permodelan tersebut, dapat diketahui tiga parameter utama yakni
sill (C), range (a), dan nugget effect (C0). Nugget effect adalah variasi yang terjadi
pada data di titik yang sama atau pada jarak nol, sill merupakan variasi maksimum
dari data dalam satu populasi, dan range merupakan jarak dimana data telah
mencapai variasi maksimum sehingga lebih dari jarak tersebut data-data menjadi
51
tidak saling berhubungan lagi. Selain itu, range juga menjadi batas searhing area
maka perlu dilakukan validasi agar variogram eskperimental yang dibuat dapat
Hasil dari nilai estimasi dan nilai sebenarnya pada titik tersebut di plot pada grafik
𝑥 = 𝑦 …………………………………... (3.9)
Dalam estimasi kriging, dikenal dengan akronim BLUE (best linear unbiased
estimator) dimana dikatakan best bila titik-titik plot pada grafik tersebut mendekati
garis linear dan dikatakan unbiased bila titik-titik plot tersebut relative seimbang
metode, diantara metode tersebut ada yang menggunakan bobot sebagai pengontrol
dari titik-titik data disekitar titik yang akan diestimasi. dimana penjumlahan bobot
1. Inverse distance squared (IDS) dimana bobotnya berasal dari jarak antar
titik data dengan titik estimasi. Bila semakin dekat jaraknya maka bobot titik
1
𝑑2
𝜆𝑖 = 𝑖
1 …………………………….. (3.12)
∑𝑛
𝑖=1𝑑2
𝑖
2. Kriging adalah salah satu dari estimator yang digunakan pada estimasi-
estimasi mineral pada umumnya. Bobot pada estimasi tersebut berasal dari
jarak dan variasi spasial antar data maupun antar data itu sendiri yang
valid.
Gambar 3.12 Area pencarian data kriging omni directional (a) 2D dan (b) 3D
𝑊×𝐴=𝐵
𝐴 = 𝑊 −1 𝐵 …….……………………… (3.18)
persamaan 3.10 dapat dihitung nilai pada titik estimasi (x0). Selain itu dihitung juga
Dalam estimasi bahan galian, digunakan dua perangkat lunak yang berfungsi
SGeMS.
56
Dari hasil estimasi tersebut, tiap blok-blok dihitung tonnasenya dari tiap warna
(menandakan perbedaan nilai dari kadar yang dihitung) pada perangkat lunak
𝑇𝑜𝑛𝑛𝑎𝑠𝑒 𝐵𝑖𝑗𝑖ℎ = ∑ 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑙𝑜𝑘 × 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑏𝑙𝑜𝑘 × 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ × 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ .. (3.20)
endapan emas epitermal yang besar menurut Blackwell (1998), dapat digunakan
rumus relative kriging standard deviation (RKSD) dimana nilai mutlak 1,96 dikali
dengan pembagian nilai standard variasi hasil estimasi (𝜎𝑥0 ) dengan nilai
perhitungan RKSD
berikut:
𝜎𝑥
𝑅𝐾𝑆𝐷 = ±1,96 (𝑍 0 ) ……………………. (3.21)
𝑥0
58
1. Sumberdaya terukur (measured), bila nilai RKSD pada suatu blok kurang
2. Sumberdaya tertunjuk (indicated), bila nilai RKSD pada suatu blok lebih
3. Sumberdaya tereka (inferred), bila nilai RKSD pada suatu blok lebih dari
0.5