DISUSUN OLEH :
i
TAHUN 2023/2024
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun Makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak
yakni Ibu Seni Asria, ST.,M.Kom selaku dosen mata kuliah Enterprice Resource Planning dan
teman -teman Jurusan Sistem Informasi Angkatan 2020 yang telah banyak membantu. Oleh
karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah
diberikan. Dalam penyusunan Makalah ini, kami menyadari bahwa hasil makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga Makalah ini dapat
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................1
B. Batasan Masalah..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
A. Strategi Implementasi ERP dengan Big Bang atau Bertahap......................................................2
B. Peran UAT (User Acceptance Testing) dalam Menentukan Tingkat Kesuksesan Impelemntasi6
C. Arsitektur dari inrastruktur ERP................................................................................................19
BAB III STUDI KASUS.......................................................................................................................21
A. Strategi Implementasi ERP........................................................................................................21
B. Tingkat Kesuksesan Implementasi............................................................................................26
C. Arsitektur dari infrastruktur ERP...............................................................................................27
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................................................30
A. Kesimpulan................................................................................................................................30
B. Saran..........................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
membutuhkan strategi yang matang agar dapat berjalan dengan sukses. Strategi ini
adalah strategi dengan menerapkan seluruh modul dari ERP di semua project
perusahaan secara bersamaan. Seluruh sistem lama pada perusahaan akan diganti dan
pengguna di perusahaan Anda harus siap ketika pemakaian sistem baru sudah dimulai.
Dalam metode ini, rentang waktu pengujian sistem sampai siap dipakai hanya
dalam hitungan hari sehingga proses pengujian harus dilakukan dengan intensif
sampai mencapai proses cut off. Strategi ini cocok untuk skala perusahaan kecil
B. Batasan Masalah
Dari judul makalah ini memungkinkan adanya pembahasan masalah yang panjang
lebar. Oleh karene itu perlu adanya pembatasan masalah dimana penulis membatasi
Impelemntasi
Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Furnitur Pucang Magelang
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi Implementasi ERP dengan Big Bang atau Bertahap
implementasi proyek ERP sangat bertolak belakang. Kedua pendekatan ini menjadi
pilihan yang harus ditetapkan di awal setiap proyek ERP. Pendekatan secara big bang
dari implementasi ERP dilakukan dengan menerapkan semua modal dari erp dan di
semua lokasi dari produk dalam perusahaan disaat yang bersamaan. Semua sistem
lama dihentikan pada saat sistem ERP baru dimulai dimana kesiapan para pemakai
dan jaringan harus tersedia pada saat sistem dimulai. Pendekatan secara sistem lama
beroperasi. Perbedaan kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan kelemahan yang
lama ini dilakukan bersamaan, maka tidak dibutuhkan interface yang bersifat
sementara.
2. Limited Need to Maintain and Revise Legacy Software, karena pendekatan ini
secara langsung mengganti sistem lama, maka hanya sedikit waktu yang
Keuntungan lain yang diperoleh adalah sumber daya yang ada difokuskan untuk
3. Lower Risks, pendekatan implementasi ini lebih melibatkan semua tim proyek
2
kehilangan tenaga terlatih sebelum penyelesaian proyek ERP dilakukan lebih
rendah dengan pendekatan big bang ini. Partisipasi dari semua anggota tim harus
4. Functionality Linkage, fungsi yang ada di dalam ERP dan yang dibutuhkan untuk
sistem ERP membutuhkan waktu yang lebih sedikit di dalam memahami dan
ERP yang baru, walaupun kondisi dari hasil implementasi tidak memuaskan para
pemakai. Hal ini juga memberikan suatu dukungan dan komitmen untuk
6. Shorter Implementation Time, salah satu alasan utama dari kegagalan proyek
ERP adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek terlalu lama.
c. Proyek-proyek baru yang ada akan terhambat oleh proyek lama yang belum
selesai.
waktu yang dibutuhkan dari awal sampai selesai menjadi lebih singkat. Jika proyek
berjalan dengan baik dan tidak ada perubahan secara tiba-tiba, maka pendekatan ini
3
Selain dari sisi keuntungan dari pendekatan big bang, terdapat pula sisi
6. Tim Teknis dari TI memiliki kesempatan yang lebih sedikit didalam mendapatkan
7. Pimpinan Proyek tidak dapat menunjukkan hasil kinerja dari sistem ERP sampai
Berikut ini adalah keuntungan dari pendekatan per fase (Phased) dari
1. Peak Resource Requirements Are less Than Whit Big Bang, pendekatan ini
membutuhkan sumber daya yang berfokus pada modul tertentu secara intensif.
Hal ini memberikan keuntungan pada organisasi yang mempunyai sumber daya
yang terbatas.
intensif dan terfokus di setiap tahapan implementasi, yang dimulai dari tahap
3. Lower Risks, pendekatan ini memiliki tingkat resiko yang lebih rendah, hal ini
dikarenakan proses kesalahan ataupun kegagalan dari modul dalam sistem ERP
lama, apabila saat instalasi sistem ERP baru terjadi kegagalan. Pendekatan per
4
fase ini lebih bersifat konservatif dan memberikan alternatif, sedangkan
memungkinkan alih teknologi dari para konsultan ERP ke tim internal lebih
modul per modul di dalam sistem ERP ke pihak manajemen. Hal ini memberikan
yang dibutuhkan dan risiko dari kegagalan proyek implementasi per modul dari
Selain sisi kelebihan dari pendekatan implementasi per fase, juga terdapat
fase yaitu:
3. Tingkat resiko yang tinggi dari anggota tim yang tidak terlibat dan tidak
terkoordinasi.
4. Tingkat resiko yang tinggi dari anggota tim yang keluar atau berganti.
6. Waktu yang lebih lama dibutuhkan untuk menjalankan semua modul di dalam
sistem ERP.
5
7. Total biaya keseluruhan dari implementasi lebih tinggi.
perusahaan, tim internal dan konsultan ERP secara bersama-sama. Analisis biaya dan
manfaat biasanya sebagai acuan utama dan pendorong dari pemilihan pendekatan
tersebut. Beberapa faktor yang dapat menjadi alasan dan acuan di dalam memilih
Impelemntasi
dilalui, hal terpenting dan seringkali terlewati dan bahkan menjadi penyebab
kegagalan berrantai adalah UAT (User Acceptance Testing). UAT memegang peranan
penting di dalma mengukur sampai sejauh mana tingkat ketepatan dari pemetaan
proses dan aplikasi ERP. Pengujian setiap modul dengan bagian atau departemen
terkait yang dapat melihat lebih jauh dari sisi kasus atau transaksi yang ada di
perusahaan. Bila berbicara masalah proyek ERP dan bagaimana tingkat kesuksesan
yang dicapai setelah melakukan investasi sedemikian besar maka ini menjadi
pertanyaan kunci utama bagi para CIO untuk bisa menemukan solusi terbaik melalui
proses UAT di dalam tahapan implementasi ERP. Banyak kendala yang dihadapi
dalam setiap implementasi ERP terutama Safety Player. Apa maksudnya? Perilaku
6
yang muncul dari individu yang mementingkan kepentingannya sendiri dan mencari
jalur yang aman untuk cenderung menghindar dari dampak perubahan yang muncul
karena pengaruh dari implementasi teknologi informasi. Hal ini yang sering terjadi di
Disini peranan CIO menjadi batu ujian untuk bagaimana melakukan dan
merealisaikan langkah-langkah strategi yang jitu dan tepat sasaran agar kesuksesan
implementasi sistem ERP dapat terealisasi. Dampak dari faktor perubahan yang
disebabkan oleh implementasi sistem ERP sangat memberikan akibat yang luas.
Tanpa adanya kebutuhan (Necessity) akan TI bagi suatu organisasi maka cenderung
Penolakan ini bisa berbentu demo, mogok kerja, sabotase ataupun bentuk-bentuk
anarki lainnya. Bahkan sebaliknya bila kepentingan dari implementasi ini akan
memberikan manfaat bagi para pemakai Ti, maka kesar penerimaan dapat terjadi.
Untuk meminimalisasi penolakan ini maka seorang CIO harus mampu bersama
timnya untuk melakukan sosialisasi atau kampanye ataupun memberikan reward atas
implementasi sistem ERP. Hal ini sebagai suatu strategi politik untuk tujuan
Selain kepentingan, suatu organisasi perlu memiliki visi yang jelas mengenai
alasan suatu implementasi sistem ERP dilakukan, tanpa Visi (Vision) yang jelas maka
Kebingungan ini yang menyebabkan orang tidak mau mendukung perubahan yang
akan dijalankan dalam implementasi sistem ERP. Untuk mengatasi kebingungan ini,
para senior manajemen dan CIO harus bisa memberikan suatu presentasi atau
penjelasan mengenai arah dan tujuan dari implementasi sistem ERP di perusahaan.
Hal ini juga akan memberikan motivasi atau dukungan kepada para pemakai atau
7
senior manajemen lainnya. Setelah memiliki Visi yang jelas maka suatu proyek T'I
harus dengan jelas memiliki suatu perencanaan (Plan) yang terukur dan jelas serta
didokumentasikan dengan baik. CIO harus menyusun secara terinci suatu perencanaan
yang terukur dengan jelas ke tim yang terkait serta para calon pemakai dari sistem
informasi tersebut. Tanpa perencanaan yang jelas maka akan berakibat kekacauan dari
implementasi (Chaos). Dengan perencanaan tersebut juga akan membantu para senior
yang dimulai dari sumber daya manusia baik konsultan maupun internal tim dan juga
calon para pemakai, software, data master dan transaksi serta infrastruktur hardware
dan komunikasi dengan pihak ketiga. Terutama sumber daya manusia di dalam
perusahaan, bila sumber daya manusia yang ada memiliki latar belakang pendidikan
dan kemampuan yang lemah (Competence). Ini akan berakibat mereka akan menjadi
takut dengan adanya implementasi sistem ERP karena mereka akan menganggap
implementasi ini merupakan ancaman yang akan membuat mereka akan tersingkir.
Akibat awal yang akan mereka alami adalah ketakutan (Fear) yang berbuntut pada
kecenderungan yang dimiliki oleh para pemakai atau karyawan di dalam perusahaan
saat akan melakukan implementasi sistem ERP. Diagram dibawah ini mengenai
dampak dari faktor perubahan yang muncul dari suatu konsekuensi yang wajar serta
pekerjaan yang mereka miliki tidak terganggu dengan adanya dampak penerapan
implementasi sistem ERP tidak tercapai secara optimal dari sisi penerapan di
lapangan, hal ini dikarenakan unsur politis dan Job Security menjadi penghambat
apabila proses yang diterapkan tidak transparan dan jelas dari sisi pemetaan
pekerjaan. Kesuksesan implementasi sistem ERP akan dapat teruji apabila dapat
menjadi
prioritas pertama karena para pemakai ini nantinya sebagai penggerak untuk
data melalui screen sistem. Dari masukan mereka pula data mentah tersebut sangat
dari masalah yang terjadi dari imlementasi sistem ERP. Untuk menjaga komitmen
dari para pemakai di tingkat bawah sampai menegah maka CIO perlu memiliki
support). Tampa dukungan sepenuhnya dari senior menajemen maka akan sulit
dengar mereka dalam bentuk komitmen waktu bila harus menentukan suatu kebijakan
yang berbenturan antara bagian daan tidak dapat diselesaikan segera. Pertemuan dan
9
komitmen akan konsistensi dari suatu kebijakan yang berdampak pada aplikasi dan
skala prioritas dari setiap faktor penentu seperti pada tabel dibawah ini.
dari manajemen puncak. Setelah kedua hal diatas dapat terpenuhi dengan baik, hal
berikutnya yang harus menjadi syarat mutlak agar implementasi sistem ERP dapat
adalah kejelasan dari setiap prasyarat dan kebutuhkan yang diinginkan. Uantuk
mendukung dan agar kebutuhan akan sistem informasi serta pernyataan yang
dibutuhkan dalam sistem terlaksana sesuai dengan target awal, dibuktuhkan suatu
perencanaan yang memadai atau proper planning. Yang dimaksud dengan perncanan
akan aktivitas dan langkah yang jelas untuk mencapai terget yang telah ditetapkan
sebelumnya. Perencanaan yang layak inipun harus selalu dilakukan pengawasan yang
10
memadai dari project manajer yang ditunjuk oleh CIO. Dengan adanya perencanaan
yang layak maka harapan yang akan dihasilkan dari perubahan ini akan lebih bersifat
realitis atau realistic expectations. Harapan yang ditetapkan tentunya telah dipersipkan
disaat persiapan proyek dimulai yang mana menjadi target utama dari proyek tersebut
dijalankan dan disetujui oleh manajemen puncak. Tampa batas kewajaran yang jelas
maka sulit akan di capai suatu target realitis. Tentunya tingkat keberhasilan sangat
ditentukan oleh ruang lingkup atau skala dari proyek. Mengapa hal ini perlu
dilakulkan? Adapun alasannya adalah karena dangan implementasi pilot proyek ini
akan menjadi acuan untuk menjadi model bagi pengembangan dan implementasi
selanjudnya.
daya manusia yang yang kompoten atau competen staff, yang dimaksud disini adalah
staf yang memiliki kualitas dan kemampuan yang layak serta sesuai dengan
softskill dan hardskill menjadi faktor penentu di dalam mempersiapkan staf yang
ada dibutuhkan suatu suatu ownership, atau rasa memiliki dari setiap anggota tim
secara jelas dan nyata. Tampa ada rasa memiliki yang kuat maka akan sulit
tercapainya suatu targer dari implementasi yang berhasil. Setiap proses yang ada di
dalam organisasi dan perbaikan yang akan dijalankan harus didukung oleh tingkat
kepedulian dan ras memiliki dari setiap anggota atau karyawan dari departemmen
terkait.
tersebut dan alasan kenapa dijalankan menjadi faktor pendukung utama. Keberhasilan
yang dicapai sangat bergantung dari clear visions and objectives atau visi dan
11
obyektifitas yang jelas dari manajemen mengenai sasaran dari imlementasi tersebut.
Untuk mencapai target dan obyektifitas tersebut maka seorang CIO harus memiliki
kemampuan untuk evaluasi kriteria dari kebutuhan software yang jelas, yang dalam
setiap proyek TI maka dibuhtuhkan suatu strategi dan pemetaan yang jelas terukur
serta bersifat transparan sehingga langka-langka yang akan terukur dari sisi usaha
terjadi?
Variabel yang berpengaruh antara lain Reward, situasi politik, situasi operasional,
2. Apa yang menjadi faktor penyebab resistensi yang mungkin terjadi di dalam
organisani tersebut?
Faktor utama yang sering menjadi pemicu adalah Kepentingan atau manfaat yang
akan dicapai dari suatu perubahan yang akan dilakukan. Pada umumnya pemakai
selalu melihat dari sisi keuntungan dari perubahan yang terjadi, mereka cenderung
akan berubah bila melihat adanya keuntungan dari perubahan tersebut terhadap
diri mereka Jika tidak ada manfaat maka tingkat resistensi akan semakin tinggi.
12
Resistensi yang terjadi dapat dibagi inenjadi 3 bagian bila ditinjau dari sisi
a. People
2. Para pemakai atau manajemen puncak malas dan ingin melanjutkan apa
rancangan yang kurang bagus dan kurang tepat sehingga menjadi alasan
b. System
1. Sistem yang terlalu sulit untuk dipelajari dengan sejumlah alasan tertentu
c. Interactions
13
2. Sistem menjadi penyebab terjadi perubahan distribusi politik atau
Dari variabel variabel tersebut dapat dibahas lebih dalam mengenai Strategi
dalam Change Management. Bila pemetaan tersebut lebih diperjelas maka faktor-
faktor diatas dapat dicari pemecahan yang lebih konkrit dan realistis.
yang dilakukan dengan suatu strategi dan implementasi yang konkrit, berikut ini
urutan proses dari perencanaan perubahan manajemen yang harus dilalui dengan
tingkat kesiapan, kemauan dari setiap individu dan kemampuan untuk berubah
seperti apa yang telah direncanakan dari tim perubah. Hal tersebut sangat penting
bagi agen perubah untuk mampu mendiagnosa secara jelas secara psikologis, dan
juga menjadi landasan serta dasar untuk menyusun strategi yang tepat. Ini dapat
Kesempatan dan Ancaman yang mungkin terjadi apabila suatu strategi perubahan
14
akan dihadapi pun akan lebih terukur secara kuantitatif dan dampak yang ada dan
sulit. Lalu bagaimana? Perlu suatu pengalaman dan pendekatan psikologis yang
jitu dalam memilih strategi yang tepat. Peranan dari agen perubah memegang
kendali dan kunci di dalam penerapan yang optimal dari implementasi strategi
perubahan yang akan dilakukan di dalam suatu organisasi. Terutama apabila suatu
organisasi yang sudah sedemikian solid dengan budaya lama, tentunya cukup sulit
untuk melakukan suatu perubahan dengan adanya dampak dan rencana perubahan
15
dilakukan bukan hanya di awal tetapi harus dilalui dengan suatu perencanaan dan
pengawasan terhadap setiap langkah dan tahapan yang jelas. Hal ini akan menjadi
dasar untuk memonitor secara rutin dan terperinci dari setiap langkah yang
diambil.
masalah di masa mendatang. Hal ini sering dilakukan dan bahkan dapat juga
penting sebagai pendorong dan faktor untuk mencapai kesuksesan tersebut. Berikut
ini dibahas mengenai peranan agen perubahan didalam suatu organisasi atau
TI secara menyeluruh.
16
Gambar 6.3 Strategi Korporat
Strategi korporat yang harus dipersiapkan oleh seorang CIO adalah bagaimana
membangun visi dan misi TI yang relevan dengan kebutuhan bisnis dan dievaluasi
sisi biaya, kecepatan dan kualitas dari hasil kontribusi TI, maka organisasi TI dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik untuk menghadapi perubahan dan tuntutan
17
Gambar 6.4 Strategi Yang Sukses
Selain itu strategi yang disusun oleh CIO harus dapat selaras dengan kondisi
persaingan serta dapat menjawab tantangan persaingan bisnis. Sisi realistis dan
mengukur kemampuan internal dengan pengawasan penuh merupakan hal yang harus
kebutuhan bisnis dan TI. Ini harus dimulai dari dimana keadaan sekarang berada dan
bukan apa yang menjadi disukai TI ataupun internal TI. Tantangan terbesar dari
terjadi dari perubahan bisnis yang disebabkan hal-hal yang tidak direncanakan semula
untuk dipersiapkan. CIO harus mampu dan cerdik untuk mencermati setiap
18
perubahan-perubahan yang cepat dari sisi bisnis. Strategi yang disusun oleh CIO
unit bisnis serta bergerak dan sejalan dengan kebutuhan strategi fungsional dan sub
fungsional. Apabila proses transformasi dan sosialisasi ini dilakukan dengan baik
maka Sistem dan prosedur kerja yang dibuat akan menjadi sejalan dengan kebutuhan
dari implementasi Strategi korporat. Pengalaman dan kepiawaian para CIO untuk
menterjemahkan hal-hal tersebut dengan benar merupakan titik kunci dari setiap
keberhasilan dari implementasi strategi dengan benar. Sejalan dengan kebutuhan akan
eksekusi dari CIO. Pemilihan ERP yang tepat dan memenuhi kriteria untuk
Berikut ini dibahas mengenai beberapa kriteria yang perlu diperhatikan di dalam
19
ERP merupakan aplikasi terintegrasi yang membutuhkan suatu arsitektur
infrastruktur tersendiri. Bila dibandingkan dengan aplikasi per modular maka ERP
membutuhkan investasi atas infrastruktur server dan jaringan komunikasi yang cukup
mahal. Secara umum komponen dari infrastruktur server untuk aplikasi ERP meliputi
(Database Server) yang berfungsi untuk mengelola database tunggal dan melayani
disebut juga aplikasi pemakai atau ini yang dilakukan oleh aplikasi ERP untuk
menghasilkan informasi yang akurat, tepat dan sumber input pertama dari para
pemakai dan juga bisa output yang dibutuhkan oleh pemakai baik dari tingkat
dimana kebutuhan investasi server dan juga tenaga TI terkait menjadi andalan utama.
Selain itu untuk skalabilitas yang lebih besar maka arsitektur yang sering diterapkan
sistem menjadi tinggi. Penggunaan teknologi clustering ini dapat diterapkan pada
server, hardisk dan juga jaringan. Sebagai konsekuensi bahwa investasi yang
dilakukan oleh perusahaan menjadi tinggi dan mahal, tetapi tingkat umpan balik yang
20
diberikan juga besar dimana tingkat pelayanan dan dukungan terhadap pemakai
21
BAB III
STUDI KASUS
Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP) Pada Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Furnitur Pucang Magelang
A. Strategi Implementasi ERP
1. Latar belakang
Magelang adalah usaha kreatif yang berfokus pada produk kerajinan kayu, tanduk
dan cangkang. Produk UMKM Furnitur Desa Pucang telah terjual baik dalam
negeri maupun luar negeri. Untuk pasar luar negeri menjangkau di Negara
Magelang yaitu Arif Horn Collection, Lancar Jaya Handycraft, Subur, Sabila
penurunan penjualan, hal ini dikarenakan kelima UMKM Furnitur Desa Pucang
proses bisnisnya masih manual sehingga ketika terjadi pembatasan social maka
mengadakan program digitalsasi UMKM agar UMKM tetap tumbuh dan bertahan
di era pandemic Covid-19. Digitalisasi UMKM ini dimulai dari proses pencaratan
22
2. Tujuan Implementasi
furnitr Desa Pucang dalam menginput data pendapatan dan penjualan lebih
cepat, lalu stok inventory juga dapat diatur pada sistem aplikasi ini.
d. Perancangan ERP ini menggunakan Microsoft Excel dan VBA hal ini
23
3. Perencanaan Persiapan
a. Tim Implementasi : Tim PKM yang terdiri dari Fitri Indah Puspitaningsih,
fungsional.
1. Proses Bisnis Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) Furnitur Pucang
Magelang.
kitchen set, dan souvenir. Bahan baku yang digunakan adalah kayu mahoni
untuk pembuatan furnitur yang akan dipesan. Ketika bahan baku telah
selama 30 hari.
24
2. Kebutuhan Fungsional
25
3. Kebutuhan Non fungsional
Desa Pucang. Setelah itu melakukan wawncara dengan pemilik UMKM furnitur.
Data yang diperoleh dari wawancara tersebut berupa proses bisnis UMKM
Selanjutnya data akan diolah dengan sistem VBA dan Microsoft Excel untuk
Desa Pucang selama satu minggu. Setelah ERP digunakan di UMKM, tahap
26
selesai maka dilakukan penginstalan software ERP di UMKM furnitur Desa
sistem ERPnya.
Testing dan Evaluasi ERP dilakukan untuk mengetahui dimana letak kelamahan
a. Testing
Proses Pengujian Pada bagian pengujian ini akan menggunakan black box
terhadap fitur yang tersedia dalam ERP. Untuk pengujiannya hanya satu
bagian yaitu laporan grafik, hal ini dikarenakan jika bagian ini dapat berfungsi
dengan baik maka integrasi data dari ERP sudah berjalan dengan baik. Pada
pengujian laporan dan grafik terdapat fitur total dari grafik penjualan,
didapatkan ERP sudah berfungsi dan berintgrasi dengan baik untuk data-data
b. Evaluasi
27
Untuk sistem ERP yang sudah dirancang akan dilakukan evaluasi dengan
tujuan mengetahui apakah ERP yang dibuat telah memenuhi kebutuhan dari
user atau tidak. Pada evaluasi ini dideskripsikan mengenai kelebihan dari
dalam evaluasi ERP ada 5 UKM furnitur dengan skala penilaian 1- 10. Berikut
2. Hasil
mengelola data pendapatan sesuai transaksi invoice, grafik laporan akan secara
penjualan. Hal ini juga didukung dengan adanya user interface yang bersifat user
friendly karena mudah digunakan dan dipahami oleh pengguna. Dengan kelebihan
merupakan alternatif solusi yang lebih baik dari pada sistem yang masih manual
1. Databese
Data dapat disimpan langsung di lembar Excel atau dalam file terpisah, dan VBA
28
2. Antar Muka Pengguna
Desain antarmuka aplikasi ERP dimulai dari worksheet design (antarmuka) setiap
halaman, mengatur halaman yang akan dibuat seperti awal aplikasi, halaman
income and expenses, halaman invoicing and sales, halaman inventory and
mempunyai icon dan gambar yang berbeda, dan membuat beberapa fill box.
yang gunanya untuk menampilkan setiap halaman yang nantinya akan di klik.
Setelah itu membuat tombol simpan, baru, load, send, attachment pada perintah
modul VBA. Desain antarmuka terdiri dari tampilan aplikasi yang sudah
penggunanya
29
c. Tampilan Halaman Invoicing and Sales
Halaman report and graph merupakan halaman untuk melihat laporan dan
grafik dari sebuah penjualan, stok laporan inventory, dan pendapatan dan
pengeluaran.
30
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan:
1. Dengan adanya ERP, mempermudah UMKM furnitur Desa Pucang dalam mengelola
2. Dengan adanya sistem aplikasi ERP ini, memudahkan UMKM furnitur furnitr Desa
Pucang dalam menginput data pendapatan dan penjualan lebih cepat, lalu stok
3. Perancangan ERP ini menggunakan Microsoft Excel dan VBA hal ini membuat user
interfacenya lebih friendly dan simple dalam menggunakannya. Hal ini sangat cocok
dengan kondisi bisnis UMKM furnitur yang masih akan berlaih ke database digital.
B. Saran
dikembangkan kearah ERP yang dapat diakses melalui smartphone dan dapat
31
DAFTAR PUSTAKA
Indah Puspitaningsih, Fitri et al. 2023. “ALAMTANA Jurnal Pengabdian Masyarakat UNW
Mataram Implementasi Enterprise Resource Plainning (ERP) Pada Usaha Mikro Kecil
32