Anda di halaman 1dari 1

Lampiran: Nomor : 003/JKN-RSE/MDN/VI/2019

Beberapa catatan penting yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Ketentuan pemberian darah:
a. PRC/WB : bila Hb ≤ 8 g/dl, pengecualian untuk pasien persiapan operasi, kemoterapi
indikasi transfusi bila Hb ≤ 10 g/dl
b. Trombosit : bila Platelet(PLT) ≤ 100.000/mm3
c. Plasma berkoordinasi dengan DPJP mengenai urgensi nya
d. Bila ada permintaan darah di luar ketentuan diatas karena suatu kasus atau kondisi dapat
berkoordinasi dengan manager kasus
2. Pemberian obat-obatan khusus:
a. Leucogen : bila Leukosit ≤ 3.000/mm3 dengan melampirkan hasil pemeriksaan leukosit
pre dan post pemberian Leukogen. Harus diresepkan oleh tim kemoterapi
b. Albumin : bila albumin ≤ 2 dapat diberikan sesuai perhitungan farmasi. Pengecualian
untuk pasien persiapan operasi dan luka bakar, albumin dapat diberikan bila hasil
albumin ≤ 2,5 g/dl. Bila albumin turun kembali setelah pasien post operasi ≤ 2,5 g/dl
tetapi ≥ 2 g/dl dapat diberikan Vip albumin sachet sampai albumin mencapai nilai 2,5
g/dl. Untuk pemberian albumin wajib melampirkan hasil albumin pre dan post pemberian
albumin
c. Streptokinase: dapat diberikan pada pasien Acute Myocardial Infark baik serangan terjadi
di IGD maupun di ruangan rawat inap dengan melampirkan hasil pemeriksaan Troponin-
T. Barcode Streptokinase ditempelkan pada resume medis kolom tindakan
3. Pelaksanaan pemeriksaan penunjang harus mengacu dari diagnosa awal yang menghantarkan
pasien mendapatkan perawatan. Diusahakan selektif dalam meentukan pemeriksaan
penunjang harus selaras dengan diferensial diagnosa yang disangkakan oleh dokter yang
meminta pemeriksaan.
Misalnya:
a. Ca Paru dibutuhkan pemeriksaan CT Scan Thorax dengan contras dan pemeriksaan
lanjutan dengan bronchoscopy.
b. SOL dibutuhkan pemerikasaan MRI dengan kontras
c. Stroke : CT Scan Head
d. LBP: MRI
e. Sangkaan saraf terjepit di thorakal dan lumbal: MRI whole body
f. DVT: CT Angio atau USG Doppler pembuluh darah
g. Dll
4. Pasien yang sudah dipersiapkan operasi dari masing-masing poli tidak perlu lagi konfirmasi
untuk tindakan operasi
5. Pasien cito operasi maupun elektif karena kasus kecelakaan lalu lintas wajib melampirkan
kronologis kejadian yang diatnda tangani di atas materai 6000 dan harus melampirkan laporan
polisi. Bila dalam 3x24 jam tidak bisa menyerahkan laporan polisi menjadi jaminan umum.
6. Pasien korban kecelakaan kerja wajib melapor kepada HRD masing-masing dalam 1x24 jam
untuk selanjutnya dilaporkan kepada BPJS Ketenagakerjaan/TASPEN/ASABRI dalam 2x24
jam. Bila kecelakaan kerja terjadi dijalan raya wajib melampirkan laporan polisi 3x24 jam
7. Pasien trauma kepala, fraktur non kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja wajib membuat
kronologis kejadian diatas materai 6000 dalam 1x24 jam. Misalnya: jatuh di kamar mandi,
jatuh dari pohon, patah saat di dorong teman di sekolah, dll.
8. Pemberian alat bantu kesehatan harus melampirkan hasil pemeriksaan penunjang berupa hasil
CT-Scan atau MRI
9. Ketentuan lainnya dapat dibaca di panduan manual koding dalam folder PMKP
10. Pasien pulang rawat inap dan masuk kembali ≤ 24 jam terhitung 1 episode rawat inap dengan
perawatan sebelumnya sehingga bila pulang dari RSE rekening dibuka kembali dan
dilanjutkan perawatannya. Bila pasien pulang ≤ 24 jam dari rumah sakit lain maka pasien
dikembalikan ke rumah sakit sebelumnya bila pasien tersebut PBJ. Bila pasien PAPS bisa
diterima kalau murni mengancam nyawa artinya bila pasien membutuhkan alat ventilator.
Berkoordinasi dengan Friska Tamba.

Anda mungkin juga menyukai