Anda di halaman 1dari 10

1.

SOFA awal dapat digunakan untuk mengkuantifikasi derajat kerusakan atau kegagalan jaringan yang
timbul pada awal rawat inap, mendemonstrasikan derajat disfungsi atau kegagalan yang mungkin terjadi
pada saat perawatan dan juga skor SOFA total maksimum dapat mewakili disfungsi organ kumulatif yang
dialami pasien. Skoring SOFA harus digunakan untuk menggambarkan respons pasien terhadap terapi
strategi dan memungkinkan klinis untuk memantau kemajuan harian dan memberikan evaluasi obyektif
mengenai respons pengobatan.
Selain dengan menggunakan skor SOFA, pasien dengan curiga adanya infeksi yang diprediksi menjalani
perawatan di ICU dalam jangka waktu lama 12 atau diprediksi meninggal di rumah sakit dapat secara
cepat diidentifikasi dengan quick SOFA (qSOFA), yang terdiri dari :3  Terganggunya status kesadaran 
Tekanan darah sistolik 22 x/menit Syok sepsis didefinisikan sebagai kondisi lanjut dari sepsis dimana
abnormalitas metabolisme seluler dan sirkulatorik yang menyertai pasien cukup berat sehingga dapat
meningkatkan mortalitas. Pasien dengan syok sepsis dapat diidentifikasi berdasarkan adanya sepsis yang
disertai hipotensi persisten yang membutuhkan vasopresor untuk menjaga agar MAP >65 mmHg dan
kadar laktat serum >2 mmol/L (18 mg/dL) walaupun telah diberi resusitasi yang adekuat. Dengan kriteria
ini, angka kematian di rumah sakit dapat melebihi 40%.3 Alur identifikasi pasien sepsis dan syok sepsis
dapat dilihat pada bagan berikut :
2. a) Lesi hiperdens susp. ICH pada lobus occipital kiri

b) Gejala awal pada perdarahan intra serebral,menurut Harsono (1996), yaitu:

- Naiknya tekanan darah, sefalgia, sinkop sampai hilangnya daya ingat.

- nyeri kepala dan muntah.

- lemah ½ badan kanan

-  Pada perdarahan lobar dibagi empat, yaitu: Perdarahan oksipital : defisit medan penglihatan.

- Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.

- Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.

- Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.

- Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motoric dapat timbul
segera atau secara lambat.

- Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan intra cranium.

C) Penatalaksanaan

- Head elevation 30 derajat

- Hiperventilasi

- Infus Mannitol 20 % 1g/kgBB habis dalam 5 menit (untuk menurunkan tekanan intracranial).
Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

- Inj Diazepam IV 10 mg bila pasien mengalami kejang

- Monitoring tanda-tanda vital untuk evaluasi peningkatan TIK tiap 15 menit.

- Konsul TS Neurosurgery dan Anastesi segera untuk dilakukan trepanasi dll.

d) GCS = E1 V2 M4
e) Komplikasi: herniasi, neurological deficid atau kematian, posttraumatic seizure
3. Pre dispatch: persiapan ambulans (bahan bakar, alat-alat medis, tenaga medis), menghubungi saksi
atau pelapor pada TKP, mencatat jumlah korban apa yang terjadi

Dispatch: komunikasi medik dalam merespon panggilan

Travel to scene: menentukan arah yang paling aman dan cepat menuju TKP

At scene: scene size up  primary survey (stabilisasi ABC), tanda-tanda Load n Go ( ada AMS, respirasi
abnormal, sirkulasi abnormal, trauma thorax, abdominal tenderness, fraktur femur bilateral),
dokumentasi tindakan yang sudah dilakukan

En Route: secondary survey,AMPLE, reassess vital sign dengan interval 5-10 menit hingga sampai ke
rumah sakit

Hospital: serah terima pasien dengan dokter di rumah sakit, menyerahkan dokumentasi penanganan,
memberitahukan kejadian
4. a) SOB dt. acute decompensated heart failure

b) Manajemen

A: jaga patensi jalan nafas

B: high flow oxygen via NRBM 10-15 lpm

C: IV plug, siapkan cairan kristalloid 20cc/kgbb/jam (jangan berikan berlebihan, awasi tanda overload
cairan) pasang kateter

c) hipoperfusion : cold sweated extrimitas, oliguri, mental confusion, dizziness, narrow pulse pressure

d) congestuion : pulmonary congestion, PND, Peripheral edema (bilateral), JVP dilatation, Congested
hepatomegaly, Gut congestion ascites

e) karena ada tanda-tanda overload cairan (ronkhi pada basal paru dan pretibial edema) beri furosemide
bolus 1mg/kgBB (loading dose) maintanace dose 20 mg/40 mg per hari max dose 80 mg/ hari

5. Seorang laki-laki 25 tahun mengalami KLL dengan mekanisme cedera pengendara sepeda motor tanpa
helm menabrak trotoar. Saat tiba di IGD pasien nampak somnolen, napas 20x/m reguler, simetris,
retraksi -, kedalaman normal, nadi 70x/m, akral hangat, tensi 170/110. Kesadaran respon dengan nyeri
(decelebrate).

Pemeriksaan didapatkan luka babras di frontal (dahi). Leher : trakea di tengah. Thorax : dbn. Abdomen :
dbn. Ekstremitas, tampak luka babras pada sebelah tungkai bawah kiri.

a. Bagaimana manajemen pasien ini?

b. Apakah yang terjadi pada pasien ini?

c. Pemeriksaan penunjang apa yang Anda usulkan?

JAWABAN:

a. Manajemen Pasien
A : periksa patensi airway. Pasang cervical collar. melakukan jawtrust manuver untuk membuka jalan
nafas

B : RR : 20x/m. Reguler, simetris, retraksi -, kedalaman normal.  Memasang 02 100% via NRBM 10 lpm.

C : TD : 170/110, N : 70x/m, akral hangat  pasang IV line, NaCl 0,9% lifeline. Pasang folley kateter.

D : AVPU : Pain

E: membuka semua pakaian pasien untuk mengetahui jika masih ada jejas yang belum terlihat.

Menempatkan pasien di P1

b. Apa yang terjadi pada pasien ini?

Pasien ini mengalami penurunan kesadaran setelah menabrak trotoar. Kemungkinan pasien ini
mengalami lucid interval  Dx : Susp. EDH

c. Pemeriksaan Penunjang yang diusulkan :

- GDA (untuk menyingkirkan penyebab kemungkinan penurunan kesadaran karena


hipoglikemi/hiperglikemi)

- EKG (untuk menyingkirkan penyebab kemungkinan penurunan kesadaran karena kelainan jantung)

- Head CT Scan (untuk mencari adanya kelainan struktural akibat trauma : fraktur, pendarahan, dsb)

- BGA, DL, SE, FH, Golongan Darah (untuk persiapan seandainya pada pasien ini akan dilakukan operasi
segera)

Anda mungkin juga menyukai