Anda di halaman 1dari 3

MULAI DARI DIRI

TEKNOLOGI BARU
DALAM PEMBELAJARAN

NURUL SYAFIRAH
239014485015
Multimedia Pembelajaran
Richard E. Mayer mendefinisikan “multimedia” sebagai “presentasi materi dengan
menggunakan kata-kata sekaligus gambar-gambar.” Yang dimaksud dengan
„kata‟ di sini adalah materinya disajikan dalam verbal form atau bentuk verbal, misalnya
menggunakan teks kata-kata yang tercetak atau terucapkan. Sedangkan yang dia maksud
dengan „gambar‟ adalah
materinya disajikan dalam pictorial form atau bentuk gambar. Hal ini bisa dalam bentuk
menggunakan grafik statistik (termasuk: ilustrasi, grafik, foto, dan peta) atau menggunakan
grafik dinamis (termasuk: animasi dan video). Dalam buku teks, kata- kata bisa disajikan
sebagai teks cetak dan gambar-gambar bisa disajikan sebagai ilustrasi atau bentuk-bentuk
grafik lainnya.
Multimedia sebagai penggunaan kata-kata sekaligus gambar dalam pembelajaran sesuai
dengan pernyataan Richard E. Mayer tersebut, juga dapat diartikan sebagai lebih dari satu
media. Lebih dari satu media bisa berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan
video. Terkait dengan hubungan antara multimedia dan pembelajaran, maka dapat diartikan
sebagai pembelajaran yang didesain dengan menggunakan berbagai media secara
bersamaan seperti teks, gambar (foto), film (video) dan lain sebagainya yang kesemuanya
saling bersinergi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan sebelumnya.
Kemudian, ketika multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat
dan baik, maka akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan peserta didik
CONTOH MULTIMEDIA
Literasi Multimedia
Teori lama tentang multimedia pembelajaran menjelaskan bahwa proses belajar bersumber dari pendengaran dan
visual akan menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih dalam (Mayer,2012). Namun, desain dan penggunaan multimedia
yang efektif guru harus memahami kelebihan, keterbatasan, dan strategi yang diperlukan untuk mengintegrasikan
multimedia (audio, video, teks, dan visual) ke dalam pengajaran. Bapak ibu guru perlu memahami variabel-variabel yang
mempengaruhi bagaimana peserta didik menafsirkan sumber belajar multimedia,
bagaimana multimedia meningkatkan pembelajaran, dan strategi utama bagi guru dan peserta didik untuk membuat audio,
video, teks, dan visual yang bermakna. Dengan kata lain, manfaat nyata bagi pembelajaran bergantung pada kemampuan
guru untuk merancang pelajaran multimedia yang membangun pengetahuan dan keterampilan literasi audio, video, teks,
dan visual peserta didik.
Literasi audio dan video adalah faktor kunci yang dibutuhkan peserta didik saat ini untuk menafsirkan dan
memproduksi multimedia. Literasi audio membutuhkan pendengaran dengan perhatian penuh dan menguraikan
komponen pesan penting untuk terhubung dengan pengetahuan sebelumnya, serta untuk menghasilkan komunikasi audio
yang bermakna. Literasi video meliputi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk “mengkonsumsi” atau melihat
video secara bermakna, serta memproduksi video untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan.
Rowe (2012) menganjurkan bahwa peserta didik saat ini harus dapat menemukan, memahami, dan menggunakan teks
informasi untuk berpartisipasi penuh dalam pembelajaran. Keterampilan ini merupakan komponen dasar literasi teks. Ada
dua aspek agar peserta didik menjadi melek dalam penggunaan teks sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pertama,
pemahaman teks, atau kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi pesan. Kedua, memproduksi teks, yaitu
kemampuan untuk mensintesis dan menulis tentang apa yang mereka baca atau alami. Dalam kedua kasus tersebut,
teknologi dan media yang digunakan oleh guru dapat membantu memfasilitasi pengembangan keterampilan literasi teks
pada peserta didik (Handsfield, Dean, & Cielocha, 2009).
Literasi visual mengacu pada kemampuan belajar untuk menafsirkan pesan visual secara tepat. Literasi visual dapat
dikembangkan melalui dua pendekatan utama yaitu 1) membantu peserta didik menafsirkan atau memecahkan kode visual
secara mahir dengan berlatih keterampilan analisis visual, dan 2) membantu peserta didik untuk membuat atau encode,
visual untuk mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan orang lain. Melihat visual tidak secara otomatis memastikan
bahwa seseorang akan belajar. Banyak variabel mempengaruhi bagaimana seorang peserta didik memecahkan kode visual;
misalnya, anak kecil cenderung menafsirkan gambar secara lebih harfiah daripada anak yang lebih besar. Selain itu,
menafsirkan visual dapat dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan pengalaman peserta didik. Aspek lain dari literasi
visual adalah kreasi visual peserta didik. Sama seperti menulis dapat memacu membaca, menghasilkan visual dapat
menjadi cara yang sangat efektif untuk mempromosikan pemahaman visual. Guru harus mendorong peserta didik untuk
menyertakan gambar yang dipilih atau dibuat dalam tugas mereka untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai