Anda di halaman 1dari 3

Multimedia Pembelajaran

Richard E. Mayer mendefinisikan


“multimedia” sebagai “presentasi materi
dengan menggunakan kata-kata sekaligus
gambar-gambar.” Yang dimaksud dengan
„kata‟ di sini adalah materinya disajikan
dalam verbal form atau bentuk verbal,
misalnya menggunakan teks kata-kata yang
tercetak atau terucapkan. Sedangkan yang
dia maksud dengan „gambar‟ adalah
materinya disajikan dalam pictorial form atau bentuk gambar. Hal ini bisa dalam bentuk
menggunakan grafik statistik (termasuk: ilustrasi, grafik, foto, dan peta) atau
menggunakan grafik dinamis (termasuk: animasi dan video). Dalam buku teks, kata-
kata bisa disajikan sebagai teks cetak dan gambar-gambar bisa disajikan sebagai
ilustrasi atau bentuk-bentuk grafik lainnya.
Multimedia sebagai penggunaan kata-kata sekaligus gambar dalam
pembelajaran sesuai dengan pernyataan Richard E. Mayer tersebut, juga dapat
diartikan sebagai lebih dari satu media. Lebih dari satu media bisa berupa kombinasi
antara teks, grafik, animasi, suara dan video. Terkait dengan hubungan antara
multimedia dan pembelajaran, maka dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
didesain dengan menggunakan berbagai media secara bersamaan seperti teks,
gambar (foto), film (video) dan lain sebagainya yang kesemuanya saling bersinergi
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan sebelumnya. Kemudian, ketika
multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik,
maka akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan peserta didik

Literasi Multimedia
Teori lama tentang multimedia pembelajaran menjelaskan bahwa proses belajar
bersumber dari pendengaran dan visual akan menghasilkan tingkat pemahaman yang
lebih dalam (Mayer, 2012). Namun, desain dan penggunaan multimedia yang efektif
guru harus memahami kelebihan, keterbatasan,
dan strategi yang diperlukan untuk
mengintegrasikan multimedia (audio, video, teks,
dan visual) ke dalam pengajaran. Bapak ibu guru
perlu memahami variabel-variabel yang
mempengaruhi bagaimana peserta didik
menafsirkan sumber belajar multimedia,
bagaimana multimedia meningkatkan pembelajaran, dan strategi utama bagi guru dan
peserta didik untuk membuat audio, video, teks, dan visual yang bermakna. Dengan
kata lain, manfaat nyata bagi pembelajaran bergantung pada kemampuan guru untuk
merancang pelajaran multimedia yang membangun pengetahuan dan keterampilan
literasi audio, video, teks, dan visual peserta didik.
Literasi audio dan video adalah faktor kunci yang dibutuhkan peserta didik saat
ini untuk menafsirkan dan memproduksi multimedia. Literasi audio membutuhkan
pendengaran dengan perhatian penuh dan menguraikan komponen pesan penting
untuk terhubung dengan pengetahuan sebelumnya, serta untuk menghasilkan
komunikasi audio yang bermakna. Literasi video meliputi pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk “mengkonsumsi” atau melihat video secara
bermakna, serta memproduksi video untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan.
Rowe (2012) menganjurkan bahwa peserta didik saat ini harus dapat
menemukan, memahami, dan menggunakan teks informasi untuk berpartisipasi penuh
dalam pembelajaran. Keterampilan ini merupakan komponen dasar literasi teks. Ada
dua aspek agar peserta didik menjadi melek dalam penggunaan teks sebagai bagian
dari proses pembelajaran. Pertama, pemahaman teks, atau kemampuan untuk
memahami dan mengevaluasi pesan. Kedua, memproduksi teks, yaitu kemampuan
untuk mensintesis dan menulis tentang apa yang mereka baca atau alami. Dalam
kedua kasus tersebut, teknologi dan media yang digunakan oleh guru dapat membantu
memfasilitasi pengembangan keterampilan literasi teks pada peserta didik (Handsfield,
Dean, & Cielocha, 2009).
Literasi visual mengacu pada kemampuan belajar untuk menafsirkan pesan
visual secara tepat. Literasi visual dapat dikembangkan melalui dua pendekatan utama
yaitu 1) membantu peserta didik menafsirkan atau memecahkan kode visual secara
mahir dengan berlatih keterampilan analisis visual, dan 2) membantu peserta didik
untuk membuat atau encode, visual untuk mengekspresikan diri dan berkomunikasi
dengan orang lain. Melihat visual tidak secara otomatis memastikan bahwa seseorang
akan belajar. Banyak variabel mempengaruhi bagaimana seorang peserta didik
memecahkan kode visual; misalnya, anak kecil cenderung menafsirkan gambar secara
lebih harfiah daripada anak yang lebih besar. Selain itu, menafsirkan visual dapat
dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan pengalaman peserta didik. Aspek lain dari
literasi visual adalah kreasi visual peserta didik. Sama seperti menulis dapat memacu
membaca, menghasilkan visual dapat menjadi cara yang sangat efektif untuk
mempromosikan pemahaman visual. Guru harus mendorong peserta didik untuk
menyertakan gambar yang dipilih atau dibuat dalam tugas mereka untuk meningkatkan
pemahaman pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai