Anda di halaman 1dari 80

PT HEXSA

INDOTECH
CONSULTANTS

LAPORAN PROFIL PERUMAHAN


DI INDONESIA 2020

TIM HREIS
Daftar Isi

BAB ! PENDAHULUAN ............................................................................................................ 3


BAB II PROFIL STATUS HUNIAN DAN KEPEMILIKAN RUMAH ................................................. 5
2.1 Profil Status Tempat Tinggal/Hunian Rumah .............................................................. 5
2.2 Profil Status Kepemilikan Rumah .............................................................................. 13
BAB III PROFIL DEMAND RUMAH TANGGA BACKLOG .......................................................... 29

3.1 Potensi Demand ........................................................................................................ 30

3.2 Demand Effektif dan Real Demand ............................................................................. 40

BAB IV PROFIL RUMAH LAYAK HUNI ……………………………………………………………………………..50

4.1 Rumah Tidak Layak Huni…………………………………………………………50

4.2 Sebaran RLH ………………………………………………………………………54

BAB V PROFIL HARGA RUMAH, KETERJANGKAUAN & PEMBIAYAAN………...58

5.1 Profil Harga Rumah Tapak………………………………………………………..59

5.2 Indeks Harga Rumah dan Keterjangkauan Harga Rumah……………………62

5.3 Pembiayaan Perumahan …………………………………………………………71

5.4 Sasaran Pembiayaan MBR …………………………………………….. ……...74

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pembangunan Infrastruktur Layanan Dasar yang Berkelanjutan untuk Mendukung


Pembangunan SDM Berkualitas

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi untuk dapat hidup secara layak. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN) 2020-2024 untuk perumahan dan permukiman menyatakan
bahwa perumahan dan permukiman layak, aman, dan terjangkau, air tanah dan air
baku aman berkelanjutan, air minum serta sanitasi sanitasi layak dan aman harus
dapat diakses oleh masyarakat.
Perumahan dan kawasan permukiman mempunyai peran penting dalam
pembangunan manusia Indonesia. Setiap orang berhak untuk meningkatkan mutu
kehidupan dan penghidupannya di dalam rumah. Hal ini merupakan amanat Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1), UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia pasal 40 bahwa setiap orang berhak untuk bertempat tinggal dan
berkehidupan yang layak, serta amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pasal 129 yang menyatakan bahwa
setiap orang berhak menempati, menikmati, dan/atau memiliki/memperoleh rumah
yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

Strategi pembangunan infrastruktur dalam Rencana Pembangunan Jangka


Menengah (RPJMN) 2020-2024 mencakup infrastruktur pelayanan dasar diantaranya
akses perumahan dan permukiman layak, aman, dan terjangkau, akses air tanah dan
air baku aman berkelanjutan, akses air minum, serta akses sanitasi layak dan aman.
RPJMN 2020- 2024 menargetkan pada tahun 2024 70 persen rumah tangga
menempati hunian layak dengan seluruh hunian memiliki akses air minum layak dan
90 persen hunian memiliki akses sanitasi layak. Sasaran pembangunan perumahan
dalam RPJMN 2020-2024 juga mencakup pengelolaan limbah dan sampah rumah
tangga untuk mewujudkan permukiman yang sehat.
Rencana pembangunan infrastruktur perumahan dan permukiman dalam RPJMN
2020-2024 sejalan dengan semangat global dalam Sustainable Development Goals
(SDGs). Aspek perumahan dalam SDGs terutama dibahas dalam Tujuan ke 11 yaitu
Menjadikan Kota dan Permukiman Inklusif, Aman, Tangguh dan Berkelanjutan. Lebih
spesifik lagi, target SDGs 11.1 adalah pada tahun 2030 menjamin akses bagi semua
terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau, dan pelayanan dasar, serta
menata kawasan kumuh. Sementara target 11.6 disebutkan bahwa pada tahun 2030,
mengurangi dampak lingkungan perkotaan per kapita yang merugikan, termasuk
dengan memberi perhatian khusus pada kualitas udara, termasuk penanganan
sampah kota. Aspek perumahan dalam SDGs juga terdapat dalam tujuan-tujuan
lainnya, diantaranya pada tujuan ke 1 mengenai pemenuhan kebutuhan dasar bagi

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 3


masyarakat miskin serta tujuan ke 6 mengenai air dan sanitasi. Hal ini menunjukkan
bahwa aspek perumahan berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan termasuk
kesehatan dan kesejahteraan.

1.2 Satu Data Perumahan untuk Mendukung Pembangunan Perumahan dan


Permukiman

Upaya memenuhi target nasional maupun global sesuai amanat RPJMN dan SDGs
memerlukan dukungan data-data yang berkualitas agar dapat dihasilkan kebijakan
yang berbasis bukti. Data Profil perumahan ini mengulas beberapa data yang bersifat
makro dari beberapa sumber data. Sumber data pokok yang banyak digunakan dalam
perencanaan dan evaluasi pembangunan bidang perumahan adalah hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data-data pokok di bidang perumahan
dikumpulkan melalui instrument Susenas Kor yang dilakukan secara rutin setiap bulan
Maret. Untuk data-data perumahan yang lebih spesifik, Badan Pusat Statistik (BPS)
melaksanakan Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP), yang dilaksanakan
setiap 3 tahun pada bulan September.
Sumber data lainnya dalam profil perumahan disini adalah data yang bersumber dari
Bank Indonesia, Mappi, PPDPP, PUPR.
Data dari Bank Indonesia antara lain yang berasal dari survey harga properti
residensial, berupa Indeks harga property, sedangkan data Mappi adalah data harga
penawaran rumah tapak dan apartemen. Data dari PPDPP/FLPP berupa data harga
transaksi rumah. Keseluruhan data tersebut terhimpun dalam data base HREIS.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 4


BAB II
PROFIL STATUS HUNIAN DAN KEPEMILIKAN RUMAH

2.1 Profil Status Tempat Tinggal/Hunian Rumah.

Status tempat tinggal/hunian ini mengacu pada data Susenas Kor, yang menanyakan
status tempat tinggal pada saat pencacahan apakah dirumah milik sendiri, rumah
sewa, rumah Dinas atau rumah bebas sewa. Disini yang tinggal dirumah milik sendiri
tidak dipisahkan antara yang memiliki rumah maupun tidak memiliki rumah. Profil
rumah tangga pada tabel diatas untuk memotret daerah-daerah yang menjadi pusat
perkembangan ekonomi, seperti Jakarta, Bodetabek, Bandung dan sekitarnya,
Semarang, Yogyakarta serta Surabaya dan sekitarnya dan di wilayah lain seperti di
Sumatera. Potret daerah pusat aglomerasi ini dapat dilihat pada status rumah tangga
yang tinggal di rumah sewa/kontrak.

a. Status Tempat Tinggal

Gambaran rumah tangga menurut status tempat tinggal pada saat pencacahan dapat
dilihat pada tabel 2.1. Pada Tahun 2020 perkiraan jumlah rumah tangga adalah
sebesar 72.792.284, yang bertempat tinggal dirumah milik sendiri adalah sebesar
58.303.283 rumah tangga, sedangkan yang bertempat tinggal dirumah bukan milik
sendiri adalah sebesar 14.489.001 rumah tangga.

Jumlah rumah tangga yang bertempat tinggal dirumah bukan milik sendiri terdiri dari
yang tinggal di rumah dinas sebesar 743.592 rumah tangga, tinggal dirumah kontrak/
sewa sebesar 6.744.853 rumah tangga, kemudian yang tinggal di rumah bebas sewa
sebesar 7.000.556 rumah tangga.

Tercatat ada 5 Provinsi dengan jumlah status tempat tinggal di rumah bukan milik
sendiri yaitu Provinsi Sumatera Utara sebesar 1.118.506 rumah tangga, Provinsi DKI
Jakarta sebesar 1.686.988 rumah tangga, Provinsi Jawa Barat sebesar 3.133.461
rumah tangga, Provinsi Jawa tengah sebesar 1.044.668 rumah tangga dan Provinsi
Jawa timur sebesar 1.463.812. Untuk provinsi-provinsi lainnya dapat dilihat pada tabel
2.1 dibawah ini.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 5


Tabel 2.1 Jumlah Rumah Tangga Menurut Status Tempat Tinggal /Hunian 2020

Rumah bukan milik sendiri


PROVINSI Milik Sendiri Sewa Total rumah
Dinas Jumlah
Kontrak Bebas Sewa tangga
11-ACEH 1.078.178 92.916 15.328 145.320 253.564 1.331.742
12-SUMATERA UTARA 2.508.760 454.780 116.666 547.060 1.118.506 3.627.266
13-SUMATERA BARAT 961.927 154.449 19.047 214.764 388.260 1.350.187
14-RIAU 1.256.608 245.033 134.977 164.121 544.131 1.800.739
15-JAMBI 817.370 56.493 9.987 85.539 152.019 969.389
16-SUMATERA SELATAN 1.780.455 111.611 27.193 258.413 397.217 2.177.672
17-BENGKULU 459.104 41.130 7.541 41.644 90.315 549.419
18-LAMPUNG 2.007.803 94.467 8.309 160.911 263.687 2.271.490
19-KEP BANGKA BELITUNG 352.228 23.762 4.866 31.926 60.554 412.782
21-KEPULAUAN RIAU 416.449 164.971 9.702 36.338 211.011 627.460
31-DKI JAKARTA 1.382.505 1.157.442 35.866 493.680 1.686.988 3.069.493
32-JAWA BARAT 10.853.804 1.493.749 51.618 1.588.094 3.133.461 13.987.265
33-JAWA TENGAH 8.627.167 247.899 13.558 783.211 1.044.668 9.671.835
34-DI. YOGYAKARTA 888.956 178.985 5.079 119.481 303.545 1.192.501
35-JAWA TIMUR 9.899.799 641.948 36.978 784.886 1.463.812 11.363.611
36-BANTEN 2.717.367 383.756 3.492 198.684 585.932 3.303.299
51-BALI 839.871 259.919 1.063 79.209 340.191 1.180.062
52-NUSA TENGGARA BARAT 1.299.900 50.278 4.376 132.212 186.866 1.486.766
53-NUSA TENGGARA TIMUR 1.081.545 73.381 12.879 69.792 156.052 1.237.597
61-KALIMANTAN BARAT 1.131.410 36.464 17.070 88.679 142.213 1.273.623
62-KALIMANTAN TENGAH 588.939 56.878 41.159 64.671 162.708 751.647
63-KALIMANTAN SELATAN 931.033 118.964 21.788 128.272 269.024 1.200.057
64-KALIMANTAN TIMUR 694.057 175.841 33.903 104.567 314.311 1.008.368
65-KALIMANTAN UTARA 135.649 25.902 5.199 17.141 48.242 183.891
71-SULAWESI UTARA 530.497 38.006 9.383 96.436 143.825 674.322
72-SULAWESI TENGAH 657.265 43.714 8.074 70.450 122.238 779.503
73-SULAWESI SELATAN 1.803.423 114.924 18.289 225.717 358.930 2.162.353
74-SULAWESI TENGGARA 564.765 34.737 6.122 49.979 90.838 655.603
75-GORONTALO 248.895 7.649 2.312 51.552 61.513 310.408
76-SULAWESI BARAT 294.844 7.233 12.193 22.446 41.872 336.716
81-MALUKU 314.455 29.025 9.536 45.006 83.567 398.022
82-MALUKU UTARA 241.648 19.162 3.791 24.292 47.245 288.893
91-PAPUA 166.906 30.913 9.534 24.163 64.610 231.516
94-PAPUA BARAT 769.686 78.456 26.696 51.883 157.035 926.721
INDONESIA 58.303.283 6.744.853 743.592 7.000.556 14.489.001 72.792.286
Sumber: Susenas KOR (diolah)

b. Status Tinggal di Rumah Sewa/Kontrak

Berdasarkan tabel 2.1 diatas jumlah rumah tangga yang tinggal dirumah bukan milik
yang terbesar adalah tinggal dirumah bebas sewa dan di rumah dengan status
kontrak/sewa dan sebagian lagi tinggal di rumah dinas.
Jumlah rumah tangga yang tinggal di rumah sewa/kontrak sebesar 6.744.853 dn yang
tinggal dirumah bebas sewa sebesar 7.000.556, dan yang tinggal di rumah dinas
sebesar 743.592 rumah tangga.
Bila di provinsi lainnya jumlah rumah tangga yang tinggal di rumah sewa/kontrak
seimbang besarnya dengan yang tinggal di rumah bebas sewa , akan tetapi di DKI

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 6


Jakarta jumlah rumah tangga yang tinggal di rumah sewa kontrak jauh lebih besar dari
pada yang tinggal di rumah bebas sewa. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.2 Persentase Rumah Tangga yang tinggal dirumah sewa/kontrak
Dan Rumah Milik Sendiri 2019-2020

2019 2020
Provinsi Milik Milik
Kontrak/Sewa Kontrak/Sewa
Sendiri Sendiri
11-ACEH 6,66 80,33 6,98 80,96
12-SUMATERA UTARA 14,02 68,35 12,54 69,16
13-SUMATERA BARAT 11,93 70,75 11,44 71,24
14-RIAU 15,4 70,55 13,61 69,78
15-JAMBI 6,53 82,26 5,83 84,32
16-SUMATERA SELATAN 6,09 81,52 5,13 81,76
17-BENGKULU 7,74 82,72 7,49 83,56
18-LAMPUNG 4,2 88,6 4,16 88,39
19-KEP BANGKA BELITUNG 5,92 85,51 5,76 85,33
21-KEPULAUAN RIAU 24,03 66,62 26,29 66,37
31-DKI JAKARTA 36,36 47,12 37,71 45,04
32-JAWA BARAT 11,11 77,89 10,68 77,6
33-JAWA TENGAH 2,91 89,04 2,56 89,2
34-DI. YOGYAKARTA 17,53 73,29 15,01 74,55
35-JAWA TIMUR 6,02 87,58 5,65 87,12
36-BANTEN 12,35 80,36 11,62 82,26
51-BALI 21,03 72,88 22,03 71,17
52-NUSA TENGGARA BARAT 3,1 87,16 3,38 87,43
53-NUSA TENGGARA TIMUR 6 86,88 5,93 87,39
61-KALIMANTAN BARAT 3,19 88,52 2,86 88,83
62-KALIMANTAN TENGAH 8,47 75,58 7,57 78,35
63-KALIMANTAN SELATAN 10,98 76,33 9,91 77,58
64-KALIMANTAN TIMUR 16,97 69,13 17,44 68,83
65-KALIMANTAN UTARA 15,94 72,06 14,09 73,77
71-SULAWESI UTARA 6,43 77,27 5,64 78,67
72-SULAWESI TENGAH 6,25 84,31 5,61 84,32
73-SULAWESI SELATAN 5,2 83,69 5,31 83,4
74-SULAWESI TENGGARA 5,94 85,28 5,3 86,14
75-GORONTALO 4,65 80,64 2,46 80,18
76-SULAWESI BARAT 2,16 86,8 2,15 87,56
81-MALUKU 6,5 79,48 7,29 79
82-MALUKU UTARA 7,36 82,73 6,63 83,65
91-PAPUA 14,5 71,27 13,35 72,09
94-PAPUA BARAT 8,85 82,12 8,47 83,05
INDONESIA 9,64 80,07 9,27 80,1
Sumber: Susenas KOR (diolah)
Tabel 2.2 memperlihatkan perbandingan persentase rumah tangga yang tinggal di
rumah sewa kontrak dengan yang tinggal di rumah milik sendiri, gambaran persentase
rumah tangga yang tinggal di rumah sewa kontrak ini menarik untuk analisa ekonomi
rumah tangga dari bisnis sewa dan kontrak rumah. Rumah tangga yang sewa kontrak
ini tidak berarti rumah tangga tersebut tidak memiliki rumah, namun mereka sewa dan
kontrak rumah mungkin untuk mendekatkan pada pekerjaan mereka dikota lainnya

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 7


dan untuk mendekatkan mereka pada lokasi pendidikan, termasuk juga untuk
berniaga, karena di daerah rumah mereka sendiri sulit untuk berniaga, sehingga
mereka akan mendekati ke wilayah dengan perekonomian yang lebih berkembang.
Provinsi DKI Jakarta tercatat persentase sewa Kontrak yang paling besar yaitu
sebesar 36,36% pada tahun 2019 dan naik menjadi sebesar 37, 71% pada tahun
2020, kemudian diikuti oleh Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 24,03% pada
tahun 2019 dan meningkat menjadi 26,29% pada tahun 2020. Pada urutan berikutnya
persentase jumlah sewa kontrak terbesar adalah provinsi Bali sebesar 21,03% pada
tahun 2019 dan 22,03% pada tahun 2020, kemudian Provinsi DI Yogyakarta sebesar
17,53% pada tahun 2019 dan sebesar 15,01% pada tahun 2020. Selanjutnya provinsi
yang persentase sewa kontraknya besar adalah Provinsi Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara dan Papua.
Untuk gambaran sewa Kontrak terkait dengan perkembangan ekonomi wilayah dapat
dilihat pada Provinsi DKI, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan
Papua, sedangkan Prov. Yogyakarta dapat dikaitkan dengan pendidikan, dan Provinsi
Bali bias dikaitkan dengan perkembangan wisata dan pendidikan.

Gambar 2.1 Perbandingan RT tinggal di Rumah


sewa/kontrak dan Milik sendiri beberapa Kota tahun 2020
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
MEDAN

JAKARTA SELATAN

KOTA BANDUNG
BUKITTINGGI

KOTA BEKASI

KAB SLEMAN

KOTA TANGERANG

JAYAPURA
SURABAYA

BALIKPAPAN
BANDA ACEH

PADANG

JAKARTA PUSAT

TANGERANG SELATAN

PONTIANAK
SIBOLGA

PADANG PANJANG

PEKANBARU
BATAM

JAKARTA TIMUR

JAKARTA BARAT
JAKARTA UTARA

DEPOK

YOGYAKARTA

DENPASAR
MATARAM

BANJARMASIN

Kontrak/Sewa Milik Sendiri

Sumber: Susenas KOR, diolah

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 8


Tabel 2.3 Jumlah Rumah Tangga yang Sewa/Kontrak menurut
Kepemilikan Rumah Tahun 2020

Belum Jumlah Persentase


Memiliki
PROVINSI Memiliki Sewa Memiliki
Rumah
Rumah Kontrak rumah

11-ACEH 83.255 9.661 92.916 10,40


12-SUMATERA UTARA 418.384 36.395 454.779 8,00
13-SUMATERA BARAT 139.230 15.219 154.449 9,85
14-RIAU 225.509 19.524 245.033 7,97
15-JAMBI 47.841 8.651 56.492 15,31
16-SUMATERA SELATAN 99.670 11.941 111.611 10,70
17-BENGKULU 38.702 2.427 41.129 5,90
18-LAMPUNG 86.180 8.286 94.466 8,77
19-KEP BANGKA BELITUNG 19.255 4.506 23.761 18,96
21-KEPULAUAN RIAU 150.860 14.110 164.970 8,55
31-DKI JAKARTA 1.013.948 143.494 1.157.442 12,40
32-JAWA BARAT 1.317.720 176.029 1.493.749 11,78
33-JAWA TENGAH 207.776 40.122 247.898 16,18
34-DI. YOGYAKARTA 162.104 16.881 178.985 9,43
35-JAWA TIMUR 542.596 99.352 641.948 15,48
36-BANTEN 332.457 51.298 383.755 13,37
51-BALI 200.022 59.896 259.918 23,04
52-NUSA TENGGARA BARAT 41.977 8.301 50.278 16,51
53-NUSA TENGGARA TIMUR 66.745 6.635 73.380 9,04
61-KALIMANTAN BARAT 32.629 3.835 36.464 10,52
62-KALIMANTAN TENGAH 44.840 12.037 56.877 21,16
63-KALIMANTAN SELATAN 102.312 16.651 118.963 14,00
64-KALIMANTAN TIMUR 146.477 29.363 175.840 16,70
65-KALIMANTAN UTARA 20.458 5.444 25.902 21,02
71-SULAWESI UTARA 28.502 9.504 38.006 25,01
72-SULAWESI TENGAH 34.875 8.838 43.713 20,22
73-SULAWESI SELATAN 95.363 19.561 114.924 17,02
74-SULAWESI TENGGARA 30.068 4.668 34.736 13,44
75-GORONTALO 5.383 2.265 7.648 29,62
76-SULAWESI BARAT 5.964 1.268 7.232 17,53
81-MALUKU 23.577 5.448 29.025 18,77
82-MALUKU UTARA 15.488 3.674 19.162 19,17
91-PAPUA 25.521 5.392 30.913 17,44
94-PAPUA BARAT 63.776 14.679 78.455 18,71
INDONESIA 5.869.482 875.370 6.744.852 12,98
Sumber: Susenas KOR (diolah)
Bila diamati lebih lanjut perbandingan sewa kontrak di beberapa kota maka agak
berbeda dengan gambaran provinsi. Kota Bukit Tinggi, Jakarta Selatan dan Denpasar
tercatat persentase rumah tangga yang tinggal di rumah sewa kontrak lebih besar dari
persentase yang tinggal di rumah milik sendiri (lihat Gambar 2.1 ). Sedangkan kota-
kota lainnya yang persentase rumah tangga sewa kontraknya cukup besar dan sedikit
berimbang dengan persentase yang menempati rumah milik sendiri adalah Kota

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 9


banda aceh, Sibolga, Padang Panjang, Pekan Baru, Batam, Jakarta Pusat, Jakarta
Timur, Jakarta barat, Jakarta Utara, Yogyakarta dan Kota Jayapura.
Pada tabel 2.3 diatas menggambarkan jumlah rumah tangga sewa kontrak yang
memiliki rumah dan yang belum memiliki rumah. Persentase jumlah Rumah tangga
sewa kontrak yang memiliki rumah ditempat lain sebesar 12,98 persen.
Provinsi dengan jumlah persentase terbesar untuk yang sewa kontrak tapi memiliki
rumah tercatat di Provinsi Gorontalo sebesar 29,62%, kemudian Provinsi Sulawesi
Utara sebesar 25,01%, Provinsi Bali sebesar 23,04%, selanjutnya Provinsi Kalimantan
Tengah sebesar 21,16% dan Provinsi Kalimantan Utara dengan persentase sebesar
21,02%.
Pada urutan berikutnya Provinsi dengan persentase diatas rata nasional adalah
antara lain Provinsi Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua, Papua Barat
serta Provinsi Kep Bangka Belitung. Untuk Provinsi lainnya dapat dilihat pada Tabel
2.3 diatas.
Rumah tangga yang bertempat tinggal di rumah bukan miliki sendiri, terdiri dari rumah
tangga yang belum memiliki rumah dan rumah tangga yang sudah memiliki rumah
ditempat lain, mereka tinggal di rumah kontrak/sewa, bebas sewa atau lainnya karena
sesuatu hal seperti masalah pekerjaan atau masalah ekonomi ataupun pendidikan.
Gambaran rumah tangga yang tinggal dirumah bukan milik sendiri di beberapa kota
menurut status kepemilikan rumah disajikan pada Tabel 2.4.
Pada Tabel 2.4 dibawah tercatat di beberapa Kota/Kabupaten yang berkembang maju
baik dari sisi perekonomian maupun pendidikan mempunyai jumlah rumah tangga
yang tinggal dirumah bukan milik sendiri cukup besar walaupun mempunyai rumah di
tempat asal mereka. Kota dan Kabupaten tersebut antara lain adalah Medan,
pekanbaru, Batam, Kota Administratif di DKI Jakarta, Kab Bogor, Kab bandung, Kab
Bekasi, Kab Krawang, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, kemudian Kota
Semarang, Kab Sleman, Kab Sidoarjo, Kota Surabaya, Kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan, Kota Denpasar, Kota Balikpapan dan Kota Samarinda.
Dari sisi perkembangan wilayah daerah tersebut diatas kedatangan mereka itu secara
otomatis akan bertumpuk di suatu wilayah aglomerasi seperti aglomerasi Medan dan
sekitarnya, Jabodetabek, Bandung dan sekitarnya, Semarang dan sekitarnya,
Surabaya dan sekitarnya. Kota-kota lain yang mempunyai daya Tarik secara ekonomi,
pendidikan dan wisata adalah kota/kabupaten Pekanbaru, Batam, Sleman, Denpasar,
Balikpapan dan Samarinda.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 10


Tabel 2.4: Ruta yang tinggal dirumah bukan milik (Sewa/Kotrak dan Bebas sewa)
menurut Kepemilikan Rumah tahun 2020

Belum Memiliki Rumah Memiliki Rumah

KOTA/KAB Kontrak Bebas Kontrak


Bebas Sewa Jumlah
Sewa Sewa Sewa

BANDA ACEH 9.395 27.782 1.850 2.789 4.639


MEDAN 94.554 109.261 8.090 14.288 22.378
PADANG 43.049 46.659 2.797 4.692 7.489
PEKANBARU 31.671 102.392 4.750 6.411 11.161
JAMBI 18.340 20.963 3.310 4.687 7.997
PALEMBANG 67.897 46.104 3.955 4.343 8.298
BENGKULU 11.161 23.357 840 539 1.379
BANDAR LAMPUNG 22.863 48.179 2.373 4.901 7.274
PANGKAL PINANG 7.260 5.346 846 1.019 1.865
BATAM 16.033 128.534 1.686 11.140 12.826
TANJUNG PINANG 6.359 9.443 1.323 1.277 2.600
JAKARTA SELATAN 88.435 241.784 10.041 43.349 53.390
JAKARTA TIMUR 103.134 250.160 8.771 38.126 46.897
JAKARTA PUSAT 71.906 83.537 6.136 6.772 12.908
JAKARTA BARAT 106.438 267.226 6.835 24.500 31.335
JAKARTA UTARA 86.049 170.711 5.703 30.641 36.344
KABUPATEN BOGOR 164.195 113.882 7.663 11.785 19.448
KABUPATEN BANDUNG 136.043 89.388 5.404 10.216 15.620
KABUPATEN KARAWANG 50.648 41.542 5.637 11.108 16.745
KABUPATEN BEKASI 60.739 200.376 3.737 19.035 22.772
BOGOR 49.367 44.123 3.754 5.553 9.307
BANDUNG 123.342 190.025 13.859 22.441 36.300
BEKASI 42.411 206.818 7.930 29.627 37.557
DEPOK 38.972 162.275 13.179 32.669 45.848
SEMARANG 73.401 38.555 8.841 9.256 18.097
KABUPATEN SLEMAN 24.147 88.325 7.151 6.114 13.265
YOGYAKARTA 29.705 47.600 4.509 2.603 7.112
KABUPATEN SIDOARJO 36.151 59.909 7.080 10.337 17.417
MALANG 26.999 65.886 3.043 5.673 8.716
MADIUN 9.126 5.589 1.071 2.457 3.528
SURABAYA 85.681 223.939 20.929 34.958 55.887
TANGERANG 42.064 152.480 961 30.344 31.305
SERANG 10.550 7.703 1.071 1.366 2.437
TANGERANG SELATAN 30.441 65.003 3.745 12.298 16.043
DENPASAR 18.280 139.382 1.945 20.245 22.190
MATARAM 21.479 24.874 3.595 3.430 7.025
KUPANG 14.397 36.577 1.390 1.596 2.986
PONTIANAK 22.829 17.290 5.328 1.178 6.506
PALANGKARAYA 8.173 17.671 971 4.011 4.982
BANJARMASIN 30.349 45.081 5.054 3.751 8.805
BANJARBARU 5.522 10.850 930 1.759 2.689
BALIKPAPAN 24.218 31.543 3.679 8.782 12.461
SAMARINDA 22.878 56.553 3.594 7.155 10.749
TARAKAN 7.048 12.228 373 3.083 3.456
MANADO 21.117 14.292 4.218 5.415 9.633
PALU 15.311 19.606 2.914 2.048 4.962
MAKASSAR 68.933 58.082 10.738 8.559 19.297
KENDARI 11.548 20.259 1.543 2.776 4.319
GORONTALO 15.625 4.434 3.082 1.239 4.321
AMBON 17.729 17.777 3.007 2.700 5.707
TERNATE 7.331 12.416 517 1.469 1.986
SORONG 7.988 11.378 1.541 1.986 3.527
JAYAPURA 8.761 21.300 850 3.671 4.521
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 11


Pada tabel 2.5 dibawah ini menggambarkan jumlah rumah tangga yang tinggal dirumah
sewa/kontrak menurut kelompok Pengeluaran konsumsi/penghasilan rumah tangga per
provinsi. Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat merupakan daerah Full Faktor bagi para
migran hal ini diperlihatkan oleh jumlah rumah tangga sewa/kontrak di DKI Jakarta
sebesar 1.157.439 rumah tangga dan di Jawa Barat sebesar 1.493.747 rumah tangga.

Tabel 2.5 Jumlah Ruta yang Sewa/Kontrak menurut Kelompok Pengeluaran


Konsumsi Tahun 2020
Kelompok Pengeluaran Konsumsi Ruta

Jumlah
Provinsi 6-8
a < 2 Juta 2 - 4 Juta 4 - 6 Juta > 8 Juta SewaKontrak
Juta

11-ACEH 5.742 41.860 25.514 9.412 10.385 92.913


12-SUMATERA UTARA 37.021 218.165 128.992 41.968 28.632 454.778
13-SUMATERA BARAT 11.205 61.528 47.005 18.282 16.428 154.448
14-RIAU 11.489 104.636 80.682 25.066 23.159 245.032
15-JAMBI 5.919 28.555 13.694 4.984 3.339 56.491
16-SUMATERA SELATAN 20.189 54.822 23.001 7.061 6.536 111.609
17-BENGKULU 8.745 21.331 7.182 1.513 2.356 41.127
18-LAMPUNG 10.635 52.239 21.254 7.053 3.282 94.463
19-KEP BANGKA BELITUNG 397 10.071 8.439 1.707 3.146 23.760
21-KEPULAUAN RIAU 4.225 65.785 49.457 23.800 21.702 164.969
31-DKI JAKARTA 43.650 398.428 375.026 184.871 155.464 1.157.439
32-JAWA BARAT 165.351 655.526 382.465 161.334 129.071 1.493.747
33-JAWA TENGAH 47.687 114.858 51.525 17.908 15.918 247.896
34-DI. YOGYAKARTA 18.883 85.692 49.735 11.876 12.797 178.983
35-JAWA TIMUR 92.668 317.329 138.167 55.652 38.130 641.946
36-BANTEN 12.407 150.916 124.912 54.346 41.173 383.754
51-BALI 22.948 116.100 63.096 26.943 30.830 259.917
52-NUSA TENGGARA BARAT 8.533 24.014 9.242 5.801 2.686 50.276
53-NUSA TENGGARA TIMUR 15.254 37.589 11.633 5.161 3.741 73.378
61-KALIMANTAN BARAT 2.506 16.512 10.281 4.304 2.859 36.462
62-KALIMANTAN TENGAH 4.951 26.969 13.626 5.410 5.921 56.877
63-KALIMANTAN SELATAN 11.653 50.970 33.438 13.078 9.823 118.962
64-KALIMANTAN TIMUR 2.873 45.892 60.528 35.716 30.830 175.839
65-KALIMANTAN UTARA 655 5.629 11.922 4.352 3.343 25.901
71-SULAWESI UTARA 5.313 19.392 7.229 3.280 2.790 38.004
72-SULAWESI TENGAH 5.423 18.492 12.503 4.124 3.171 43.713
73-SULAWESI SELATAN 16.682 54.948 22.896 8.601 11.795 114.922
74-SULAWESI TENGGARA 6.376 17.556 6.394 2.879 1.530 34.735
75-GORONTALO 1.239 4.105 1.396 251 656 7.647
76-SULAWESI BARAT 1.411 3.440 1.325 492 564 7.232
81-MALUKU 2.981 13.494 8.389 2.129 2.029 29.022
82-MALUKU UTARA 2.225 10.245 3.646 2.126 918 19.160
91-PAPUA 232 9.634 10.565 4.609 5.871 30.911
94-PAPUA BARAT 638 16.773 28.255 13.389 19.398 78.453
INDONESIA 608.122 2.873.514 1.843.432 769.492 650.290 6.744.850
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 12


Persentase jumlah rumah tangga sewa dan kontrak di Jakarta dan Jawa barat
dibandingkan dengan total rumah tangga sewa kontrak di Indonesia telah mencapai
39,31% hal ini membuktikan bahwa kedua provinsi tersebut mempunyai daya tarik besar
bagi pendatang.

2.2 Profil Status Kepemilikan Rumah

Menurut Dirjen Anggaran Kementrian Keuangan dalam Kajian PERANAN APBN


DALAM MENGATASI BACKLOG PERUMAHAN Bagi MBR pada tahun 2015, Backlog
perumahan merupakan kondisi kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan
jumlah rumah yang dibutuhkan masyarakat (kuantitas rumah yang belum/ tidak
tertangani)

Menurut perspektifnya backlog kepemilikan. Adalah backlog yang dihitung


berdasarkan kepemilikan atas suatu rumah persatu rumah tangga atau kepala
keluarga. Perspektif “Memiliki” penentuan berdasarkan atas rumah milik yaitu orang
(rumah tangga) yang memiliki rumah tapi tinggal di rumah sewa, kontrak maupun
rumah dinas tidak dianggap backlog perumahan sehingga fokus intervensi
pemerintah adalah meningkatkan penduduk agar punya rumah sendiri (kepemilikan
rumah) atau mengurangi penduduk yang tinggal di rumah sewa.

Gambar 2.2 Skema Backlog Kepemilikan

Jumlah Backlog dalam perspektif memiliki selama periode 2018 sd 2020, tercatat
sebesar 12.170.031 pada tahun 2018, kemudian menurun sedikit menjadi 12.148.099
dan pada tahun 2020 naik menjadi 12.750.172.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 13


a. Profil Sebaran Backlog Menurut Provinsi

Gambaran sebaran rumah tangga menurut status kepemilikan dapat dilihat pada tabel
2.6 dibawah ini.
Tabel 2.6 Jumlah Rumah Tangga menurut Status Kepemilikan Rumah 2018-2020
2018 2019 2020
Belum Belum Belum
Provinsi
Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki
Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah
11-ACEH 210.572 1.056.075 228.647 1.068.656 228.836 1.102.908
12-SUMATERA UTARA 1.034.428 2.444.902 1.047.184 2.512.588 1.025.084 2.602.183
13-SUMATERA BARAT 338.440 964.805 338.451 993.272 349.765 1.000.423
14-RIAU 453.120 1.232.838 452.009 1.275.519 482.838 1.317.903
15-JAMBI 132.346 799.928 149.207 810.456 129.240 840.150
16-SUMATERA SELATAN 373.530 1.738.037 355.022 1.786.805 358.264 1.819.409
17-BENGKULU 77.190 445.254 80.117 449.728 81.273 468.147
18-LAMPUNG 237.620 1.982.237 233.013 2.017.156 240.419 2.031.071
19-KEP BANGKA BELITUNG 47.120 340.248 47.829 356.794 50.877 361.906
21-KEPULAUAN RIAU 157.232 425.337 174.125 425.852 188.485 438.976
31-DKI JAKARTA 1.270.456 1.605.513 1.327.574 1.669.231 1.498.954 1.570.540
32-JAWA BARAT 2.674.921 10.780.908 2.648.019 11.130.248 2.816.412 11.170.854
33-JAWA TENGAH 997.166 8.458.175 913.676 8.631.399 937.892 8.733.944
34-DI. YOGYAKARTA 221.618 923.549 250.575 928.687 265.482 927.021
35-JAWA TIMUR 1.189.322 9.964.612 1.155.172 10.069.750 1.267.187 10.096.425
36-BANTEN 523.181 2.624.369 533.602 2.711.433 524.557 2.778.743
51-BALI 227.650 927.736 224.297 940.096 267.532 912.531
52-NTB 182.180 1.240.137 151.758 1.283.886 161.100 1.325.667
53-NTT 140.941 1.033.854 131.729 1.070.018 135.221 1.102.377
61-KALIMANTAN BARAT 111.394 1.095.140 116.332 1.114.075 118.752 1.154.872
62-KALIMANTAN TENGAH 138.685 569.651 134.973 586.783 125.898 625.751
63-KALIMANTAN SELATAN 223.830 938.974 235.071 955.985 227.418 972.641
64-KALIMANTAN TIMUR 221.218 706.020 237.348 725.168 265.905 742.464
65-KALIMANTAN UTARA 43.605 126.858 39.077 138.831 38.235 145.658
71-SULAWESI UTARA 115.862 532.576 123.710 532.104 115.875 558.448
72-SULAWESI TENGAH 99.880 660.908 86.495 669.642 100.637 678.867
73-SULAWESI SELATAN 282.304 1.810.415 288.420 1.832.806 304.268 1.858.085
74-SULAWESI TENGGARA 85.963 537.998 78.877 556.601 74.621 580.983
75-GORONTALO 53.361 240.069 51.968 251.517 52.019 258.390
76-SULAWESI BARAT 34.450 285.672 34.817 298.054 34.196 302.521
81-MALUKU 59.363 314.345 59.835 324.621 68.103 329.920
82-MALUKU UTARA 32.337 233.639 37.826 237.597 39.425 249.469
91-PAPUA 50.716 167.684 47.487 175.123 50.313 181.203
94-PAPUA BARAT 128.012 723.681 133.841 759.689 125.073 801.649
INDONESIA 12.170.031 57.932.163 12.148.099 59.290.189 12.750.172 60.042.113
Sumber: Susenas KOR diolah

Berdasarkan tabel 2.6 di Provinsi Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur,
Jawa tengah, Banten tercatat jumlah Backlog yang terbesar, sedangkan provinsi pada
level berikutnya adalah Provinsi Sumatera selatan, Lampung, Yogyakarta, Sulawesi
Selatan dan Kalimantan Timur.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 14


Tabel 2.7 Jumlah Ruta belum memiliki Rumah (Backlog) menurut
Status Tempat Tinggal, Tahun 2020

Bebas Jumlah
PROVINSI Dinas Kontrak/Sewa
Sewa Ruta

11-ACEH 11.592 83.255 133.988 228.835


12-SUMATERA UTARA 93.171 418.384 513.527 1.025.082
13-SUMATERA BARAT 13.081 139.230 197.453 349.764
14-RIAU 112.806 225.509 144.521 482.836
15-JAMBI 5.912 47.841 75.485 129.238
16-SUMATERA SELATAN 13.957 99.670 244.636 358.263
17-BENGKULU 5.643 38.702 36.926 81.271
18-LAMPUNG 4.073 86.180 150.165 240.418
19-KEP BANGKA BELITUNG 3.856 19.255 27.764 50.875
21-KEPULAUAN RIAU 5.511 150.860 32.113 188.484
31-DKI JAKARTA 28.836 1.013.948 456.169 1.498.953
32-JAWA BARAT 30.288 1.317.720 1.468.403 2.816.411
33-JAWA TENGAH 7.931 207.776 722.184 937.891
34-DI. YOGYAKARTA 3.422 162.104 99.955 265.481
35-JAWA TIMUR 23.575 542.596 701.015 1.267.186
36-BANTEN 3.492 332.457 188.606 524.555
51-BALI 130 200.022 67.379 267.531
52-NUSA TENGGARA BARAT 1.755 41.977 117.367 161.099
53-NUSA TENGGARA TIMUR 7.041 66.745 61.434 135.220
61-KALIMANTAN BARAT 9.345 32.629 76.777 118.751
62-KALIMANTAN TENGAH 23.189 44.840 57.867 125.896
63-KALIMANTAN SELATAN 10.790 102.312 114.314 227.416
64-KALIMANTAN TIMUR 25.434 146.477 93.993 265.904
65-KALIMANTAN UTARA 2.812 20.458 14.965 38.235
71-SULAWESI UTARA 3.972 28.502 83.399 115.873
72-SULAWESI TENGAH 5.213 34.875 60.549 100.637
73-SULAWESI SELATAN 8.685 95.363 200.219 304.267
74-SULAWESI TENGGARA 2.114 30.068 42.437 74.619
75-GORONTALO 1.343 5.383 45.291 52.017
76-SULAWESI BARAT 8.079 5.964 20.152 34.195
81-MALUKU 6.378 23.577 38.147 68.102
82-MALUKU UTARA 2.411 15.488 21.525 39.424
91-PAPUA 5.897 25.521 18.895 50.313
94-PAPUA BARAT 16.189 63.776 45.107 125.072
INDONESIA 507.945 5.869.482 6.372.744 12.750.171
Sumber: Susenas KOR, diolah

Berdasarkan tabel 2.7 Jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah dan berstatus
tempat tinggal yang terbesar adalah di Jawa Barat sebesar 1.317.720, kemudian Provinsi
DKI Jakarta sebesar 1.013.720 dan selanjutnya Jawa Timur, Sumatera Utara, Banten, Riau,
Jawa tengah dan Denpasar.
Hal yang menarik ternyata di Provinsi Riau status penghunian di rumah dinas adalah yang
terbesar yaitu sebesar 112.806 rumah tanggga dan provinsi yang terbesar menempati
rumah dinas berikutnya adalah Provinsi Sumatera Utara sebesar 93.171 rumah tangga

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 15


b. Sebaran Backlog per Kawasan di Jawa dan Sumatera Utara
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk pembahasan backlog per kawasan ini
juga menggunakan konsep backlog kepemilikan yaitu jumlah rumah tangga yang tinggal
dirumah bukan milik yaitu yang tinggal di rumah sewa/kontrak, rumah dinas dan rumah
keluarga, dan rumah tangga yang tinggal di rumah bukan milik tapi punya rumah di
tempat lain tidak dianggap Backlog.

Tabel 2.8 Sebaran Backlog Kepemilikan di Jabodetabek

Backlog
Kabupaten/Kota
2018 2019 2019
. JAKARTA SELATAN 273.263 280.223 333.145
JAKARTA TIMUR 322.782 363.962 367.544
JAKARTA PUSAT 128.502 139.508 161.801
JAKARTA BARAT 326.304 311.983 374.970
JAKARTA UTARA 218.774 231.242 260.745
Total 1.269.625 1.326.918 1.498.205
KAB BOGOR 291.483 252.795 278.077
KAB BEKASI 205.088 184.514 261.126
KOTA BOGOR 73.319 89.357 93.885
KOTA BEKASI 216.873 259.125 252.336
KOTA DEPOK 166.614 204.962 204.709
Total 953.377 990.753 1.090.133
% Backlog terhadap Provinsi 35,64 37,41 38,71
KAB TANGERANG 151.453 124.571 130.331
KOTA TANGERANG 201.342 211.620 195.994
KOTA TANGERANG SELATAN 78.949 85.521 96.394
Total 431.744 421.712 422.719
% Backlog terhadap Provinsi 82,52 79,03 80,59
Sumber: Susenas (diolah)
Apabila diperhatikan pada Tabel 2.8 untuk kawasan Bodetabek, Persentase Backlog di
Kawasan Kab Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangsel mencapai 80an persen
terhadap backlog provinsi Banten. Sedangkan kawasan Bodebek persentase terhadap
total backlog Provinsi jawa Barat sebesar 35,64% pada tahun 2018 dan di Tahun 2020
sebesar 38,71%. Angka Backlog absolut untuk kawasan Bodebek mencapai 1.090.133
pada tahun 2020 ini dan kawasan Tangerang dan sekitarnya sebesar 422.719 pada tahun
2020.

Backlog di Provinsi DKI, hampir secara merata tersebar di Seluruh Kotamadya di Jakarta
kecuali Kabupaten P. Seribu, dan Backlog total di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2020

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 16


ini mencapai 1.498.205. Secara Absolut backlog di DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat
masuk zona merah sedangkan backlog Provinsi Banten masuk zona kuning, yang perlu
perhatian juga terutama untuk kawasan Kab Tangerang, Kota Tangerang dan Kota
Tangsel. Dimaksud dengan Zona Merah adalah bila Backlog disatu Provinsi/Kab/Kota >
rata+ 1 std deviasi. Sedangkan Zona kuning bila backlognya antara rata-rata sd rata-rata
+ 1 std deviasi.

Secara keseluruhan seluruh Kabupaten/Kota di Jabodetabek masuk pada zona merah


terkecuali Kabupaten P. Seribu.

Tabel 2.9 Sebaran Backlog Kepemilikan di Bandung dan sekitarnya

Backlog
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020
3204-KABUPATEN BANDUNG 236.630 199.527 230.079
3217-KABUPATEN BANDUNG BARAT 64.901 70.723 65.614
3273-KOTA BANDUNG 258.661 291.077 320.785
3277-KOTA CIMAHI 69.563 62.906 76.033
Total 631.773 626.252 694.531
% Backlog terhadap Provinsi 23,62 23,65 24,66
Sumber: Susenas diolah
Backlog untuk kawasan Bandung dan sekitarnya disajikan pada tabel 2.9, backlog
terbesar tercatat di Kota Bandung dan diikuti dengan Kab.Bandung keduanya masuk zona
merah. Sedangkan untuk Kabupaten Bandung Barat tahun 2018 dan 2020 ada di zona
kuning, hal sebaliknya untuk Kota Cimahi pada 2 tahun 2018 dan 2020 masuk zona
merah. Persentase total terhadap backlog Provinsi Jawa Barat mencapai 23,62 % tahun
2018, 23,65 % tahun 2019 dan 24,66 % tahun 2020. Dengan demikian total backlog
kawasan Bodebek dan kawasan Bandung Raya mencapai 63,73 % terhadap backlog
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020.

Gambaran sebaran backlog untuk kawasan Semarang dan sekitarnya disajikan pada
tabel 2.10 dibawah ini.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 17


Tabel 2.10 Sebaran Backlog Kepemilikan di Semarang dan sekitarnya

Backlog
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020
3321-KABUPATEN DEMAK 12.992 15.572 14.112
3322-KABUPATEN SEMARANG 19.250 21.236 25.097
3324-KABUPATEN KENDAL 23.604 18.914 26.471
3373-KOTA SALATIGA 17.001 14.792 15.314
3374-KOTA SEMARANG 145.815 137.879 112.191
Total 218.662 208.393 193.185

% Backlog terhadap Provinsi 21,93 22,81 20,60


Sumber: Susenas (diolah)

Kawasan Semarang dan sekitarnya ini mencakup Kab Demak, Kab Semarang, Kab
Kendal, Kota Salatiga dan Kota Semarang. Backlog terbesar di kawasan Semarang Raya
ini ada di Kota Semarang. Total persentase backlog kawasan Semarang dan sekitarnya
terhadap Backlog Provinsi Jateng adalah sebesar 21,93% tahun 2018, 22,81% tahun
2019 dan 20,60 % di tahun 2020.

Tabel 2.11 Sebaran Backlog Kepemilikan di Surabaya dan Sekitarnya

Baclog
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020
KAB SIDOARJO 84.908 86.691 97.971
KAB MOJOKERTO 13.163 22.644 23.036
KAB GRESIK 48.870 32.951 42.048
KAB LAMONGAN 19.140 14.782 17.044
KAB BANGKALAN 6.900 4.206 11.386
KOTA SURABAYA 266.826 304.544 312.444
Total 439.807 465.818 503.929
% Backlog terhadap Provinsi 36,98 40,32 39,77
Sumber: Susenas diolah

Untuk Kawasan Surabaya dan sekitarnya yang meliputi Kab Sidoarjo, Kab Mojokerto, Kab
Gresik, Kab bangkalan, Kota Mojokerto dan Kota Surabaya (Tabel 2.11) tercatat backlog
terbesar ada di Kota Surabaya pada tahun 2020 mencapai 312.444 dan pada posisi
berikutnya ada di Kab Sidoarjo dengan backlog sebesar 97.971. Secara total persentase
backlog di kawasan Surabaya dan sekitarnya terhadap backlog Provinsi Jawa Timur
adalah sebesar 36,98 % tahun 2018, kemudian 40,32 % di tahun 2019 dan sebesar 39,77
% tahun 2020.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 18


Tabel 2.12 Sebaran Backlog Kepemilikan di Yogya dan Sekitarnya

Backlog
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020
KABUPATEN SLEMAN 76.737 115.562 114.708
KOTA YOGYAKARTA 75.680 79.177 77.306
Total 152.417 194.739 192.014
% Backlog terhadap Provinsi 68,77 77,72 72,33
Sumber: Susenas Diolah

Backlog untuk D.I. Yogyakarta (lihat Tabel 2.12) menarik dibahas disini dikarenakan
berdasarkan zona wilayah backlog Provinsi Yogyakarta masih zona putih yang berarti
jumlah backlognya masih dibawah rata-rata Provinsi, Total backlog Provinsi D.I
Yogyakarta pada tahun 2020 sebesar 265.482, sebelumnya tahun 2019 sebesar 250.575.
Di Prov D.I Yogyakarta, backlog tertinggi pada tahun 2020 tercatat di Kab Sleman sebesar
114.708 dan berikutnya tercatat di Kota Yogyakarta sebesar 77.306.Bila dibandingkan
dengan rata-rata Kabupaten/Kota Backlog Kabupaten Sleman dan Kota Yogya masuk
pada zona merah.

Persentase Backlog Kota Yogya dan Kabupaten Sleman terhadap Backlog Provinsi DI
Yogyakarta mencapai 68,77 % pada tahun 2018, 77,72% tahun 2019 dan pada tahun
2020 persentasenya mencapai 72,33 %.

Tabel 2.13 Sebaran Backlog Kepemilikan di Sumatera Utara, dan Sekitarnya

Backlog
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020
1. KABUPATEN DELI SERDANG 155.195 143.984 153.486
2-KABUPATEN LANGKAT 62.005 63.425 49.478
3-KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 39.955 36.206 33.947
4-KOTA MEDAN 227.761 262.307 206.171
5-KOTA BINJAI 18.049 18.651 20.488
Total 502.965 524.573 463.570
% Backlog terhadap Provinsi 48,62 50,09 45,22
Sumber: Susenas (diolah)

Untuk kawasan Medan dan sekitarnya, tercatat Kabupaten Deli serdang dan Kota Medan
yang Backlognya masuk kategori ews, sedangkan Kabupaten Langkat dan Kabupaten
Serdang Bedagai masuk zona Kuning dan Kota Binjai masuk zona putih. Adapun
persentase backlog kawasan Medan dan sekitarnya terhadap Backlog Provinsi Sumatera
Utara tahun 2018 sebesar 48,62 %, Tahun 2019 sebesar 50,09 % dan tahun 2020 sebesar

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 19


45,22 %. Untuk jelasnya sebaran backlog di Sumatera Utara dan sekitarnya dapat dilihat
pada Tabel 2.13

c. Profil Backlog Menurut Kelompok Umur dan Gender KRT


Profil backlog menurut kelompok umur kepala rumah tangganya disajikan pada tabel 2.14
berikut ini.
Tabel 2.14 Jumlah Backlog Menurut Kelompok Umur KRT tahun 2020

Usia <= Jumlah


PROVINSI Usia > 65
25 25 < Usia 40 < Usia 55 < Usia Ruta
<= 40 <= 55 <= 65
11-ACEH 17.056 107.586 80.969 15.955 7.268 228.834
12-SUMATERA UTARA 24.333 418.012 408.341 119.067 55.328 1.025.081
13-SUMATERA BARAT 28.866 136.601 124.937 42.016 17.343 349.763
14-RIAU 29.096 247.044 168.268 27.359 11.069 482.836
15-JAMBI 6.993 58.365 46.563 10.802 6.515 129.238
16-SUMATERA SELATAN 16.381 151.400 135.689 36.917 17.876 358.263
17-BENGKULU 13.422 39.022 21.359 4.681 2.787 81.271
18-LAMPUNG 21.082 112.095 73.346 20.743 13.150 240.416
19-KEP BANGKA BELITUNG 1.973 24.137 17.624 4.786 2.355 50.875
21-KEPULAUAN RIAU 9.382 111.947 54.364 9.339 3.451 188.483
31-DKI JAKARTA 43.368 635.552 607.089 160.453 52.490 1.498.952
32-JAWA BARAT 199.663 1.317.330 909.367 242.400 147.649 2.816.409
33-JAWA TENGAH 56.987 328.242 320.072 111.543 121.045 937.889
34-DI. YOGYAKARTA 88.020 95.279 55.222 13.537 13.422 265.480
35-JAWA TIMUR 116.762 463.572 403.637 145.784 137.429 1.267.184
36-BANTEN 16.594 241.670 214.129 33.203 18.960 524.556
51-BALI 31.989 132.253 77.128 17.844 8.316 267.530
52-NUSA TENGGARA BARAT 28.208 75.515 37.425 7.257 12.692 161.097
53-NUSA TENGGARA TIMUR 22.452 72.227 27.458 7.368 5.714 135.219
61-KALIMANTAN BARAT 11.056 52.500 40.564 7.866 6.763 118.749
62-KALIMANTAN TENGAH 13.096 65.070 37.235 7.037 3.458 125.896
63-KALIMANTAN SELATAN 26.311 99.577 72.175 20.597 8.756 227.416
64-KALIMANTAN TIMUR 15.311 136.889 86.959 18.191 8.554 265.904
65-KALIMANTAN UTARA 1.721 18.042 14.552 2.629 1.289 38.233
71-SULAWESI UTARA 9.234 44.433 40.661 13.963 7.582 115.873
72-SULAWESI TENGAH 9.196 49.058 31.229 7.702 3.452 100.637
73-SULAWESI SELATAN 21.106 119.709 102.428 35.317 25.707 304.267
74-SULAWESI TENGGARA 13.503 34.159 21.065 3.109 2.782 74.618
75-GORONTALO 5.694 25.680 14.803 4.500 1.340 52.017
76-SULAWESI BARAT 3.214 18.582 9.117 1.564 1.717 34.194
81-MALUKU 7.061 26.690 22.904 7.071 4.376 68.102
82-MALUKU UTARA 8.082 19.981 9.165 1.406 789 39.423
91-PAPUA 1.785 24.498 19.210 3.330 1.487 50.310
94-PAPUA BARAT 5.535 59.979 39.739 12.148 7.670 125.071
INDONESIA 924.550 5.562.711 4.344.810 1.177.502 740.597 12.750.173
Sumber: Susenas KOR diolah

Rumah tangga yang belum memiliki rumah dengan kepala rumah tangga generasi
Milenial atau gen Y dan rumahtangga dengan KRT gen x merupakan kelompok rumah

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 20


tangga yang paling besar dan dominan. Kelompok rumah tangga Gen y sebesar
5.562.711 dan kelompok rumah tangga gen x sebesar 4.344.810. Selanjutnya pada
urutan berikutnya adalah kelompok rumah tangga dengan umur KRT 55 – 65 tahun
sebesar 1.177.502 rumah tangga. Sebaran backlog menurut kelompok dapat dilihat pada
Tabel 2.14.
Tabel 2.15 Jumlah Backlog menurut Jenis Kelamin KRT Tahun 2020

PROVINSI Laki-Laki Perempuan Jumlah Ruta

11-ACEH 195.218 33.617 228.835


12-SUMATERA UTARA 889.166 135.917 1.025.083
13-SUMATERA BARAT 303.468 46.297 349.765
14-RIAU 440.661 42.176 482.837
15-JAMBI 117.368 11.871 129.239
16-SUMATERA SELATAN 313.909 44.355 358.264
17-BENGKULU 68.225 13.047 81.272
18-LAMPUNG 204.652 35.766 240.418
19-KEP BANGKA BELITUNG 45.646 5.230 50.876
21-KEPULAUAN RIAU 168.014 20.471 188.485
31-DKI JAKARTA 1.294.508 204.445 1.498.953
32-JAWA BARAT 2.488.242 328.169 2.816.411
33-JAWA TENGAH 742.039 195.853 937.892
34-DI. YOGYAKARTA 186.153 79.329 265.482
35-JAWA TIMUR 1.018.475 248.712 1.267.187
36-BANTEN 482.596 41.961 524.557
51-BALI 225.685 41.846 267.531
52-NUSA TENGGARA BARAT 113.489 47.610 161.099
53-NUSA TENGGARA TIMUR 103.403 31.818 135.221
61-KALIMANTAN BARAT 100.682 18.069 118.751
62-KALIMANTAN TENGAH 115.548 10.349 125.897
63-KALIMANTAN SELATAN 194.333 33.084 227.417
64-KALIMANTAN TIMUR 243.071 22.834 265.905
65-KALIMANTAN UTARA 34.184 4.051 38.235
71-SULAWESI UTARA 100.971 14.903 115.874
72-SULAWESI TENGAH 86.655 13.982 100.637
73-SULAWESI SELATAN 237.124 67.144 304.268
74-SULAWESI TENGGARA 59.881 14.740 74.621
75-GORONTALO 42.789 9.229 52.018
76-SULAWESI BARAT 30.419 3.777 34.196
81-MALUKU 52.953 15.149 68.102
82-MALUKU UTARA 32.520 6.904 39.424
91-PAPUA 45.659 4.653 50.312
94-PAPUA BARAT 113.613 11.459 125.072
INDONESIA 10.891.337 1.858.835 12.750.173
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Tabel 2.15 memperlihatkan sebaran backlog menurut jenis kelamin KRT, dimana KRT
laki-laki lebih dominan sebesar 10.891.337 rumah tangga dan KRT perempuan berjumlah
1.858.835 rumah tangga.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 21


d. Profil Backlog Menurut Status dan Lapangan Pekerjaan KRT
Profil backlog menurut status dan lapangan pekerjaan kepela rumah tangga merupakan
suatu indicator yang penting dalam program pembiayaan perumahan. Selama ini program
pembiayaan perumahan lebih focus pada kepala rumah tangga yang status nya bekerja
di sector formal dan lapangan pekerjaan di sektor industri, perdagangan dan jasa.

Tabel 2.16 Jumlah Backlog Menurut Status Pekerjaan Tahun 2020

Non-
PROVINSI Formal Jumlah Ruta
Formal

11-ACEH 98.884 129.951 228.835


12-SUMATERA UTARA 523.767 501.316 1.025.083
13-SUMATERA BARAT 135.339 214.425 349.764
14-RIAU 313.394 169.442 482.836
15-JAMBI 60.722 68.516 129.238
16-SUMATERA SELATAN 164.769 193.494 358.263
17-BENGKULU 31.816 49.455 81.271
18-LAMPUNG 92.969 147.448 240.417
19-KEP BANGKA BELITUNG 30.284 20.591 50.875
21-KEPULAUAN RIAU 137.099 51.385 188.484
31-DKI JAKARTA 932.803 566.150 1.498.953
32-JAWA BARAT 1.523.264 1.293.147 2.816.411
33-JAWA TENGAH 428.352 509.539 937.891
34-DI. YOGYAKARTA 93.052 172.428 265.480
35-JAWA TIMUR 593.386 673.800 1.267.186
36-BANTEN 325.019 199.536 524.555
51-BALI 177.136 90.394 267.530
52-NUSA TENGGARA BARAT 59.690 101.409 161.099
53-NUSA TENGGARA TIMUR 53.070 82.150 135.220
61-KALIMANTAN BARAT 64.522 54.229 118.751
62-KALIMANTAN TENGAH 77.060 48.837 125.897
63-KALIMANTAN SELATAN 114.826 112.591 227.417
64-KALIMANTAN TIMUR 168.158 97.746 265.904
65-KALIMANTAN UTARA 20.748 17.486 38.234
71-SULAWESI UTARA 50.878 64.995 115.873
72-SULAWESI TENGAH 48.371 52.265 100.636
73-SULAWESI SELATAN 135.304 168.963 304.267
74-SULAWESI TENGGARA 29.639 44.980 74.619
75-GORONTALO 21.195 30.822 52.017
76-SULAWESI BARAT 18.212 15.983 34.195
81-MALUKU 29.991 38.110 68.101
82-MALUKU UTARA 15.150 24.273 39.423
91-PAPUA 26.719 23.592 50.311
94-PAPUA BARAT 66.147 58.923 125.070
INDONESIA 6.661.749 6.088.421 12.750.173
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Namun demikian saat ini juga telah diinisiasi agar program pembiayaan perumhan juga
menjangkau rumah tangga yang bekerja di sector non formal.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 22


Jumlah rumah tangga backlog yang bekerja di sector formal dan non formal dapat dilihat
pada tabel 2.16. Sedangkan Rumah tangga backlog menurut lapangan pekerjaannya
dapat dilihat pada tabel 2.17.

Gambar 2.3 Persentase Rumah Tangga yang belum memiliki


Rumah menurut Status Pekerjaan tahun 2020
80
70
60
50
40
30
20
10
0

36-BANTEN
16-SUMATERA SELATAN
17-BENGKULU

53-NUSA TENGGARA TIMUR

75-GORONTALO
18-LAMPUNG

21-KEPULAUAN RIAU

52-NUSA TENGGARA BARAT

64-KALIMANTAN TIMUR
11-ACEH

61-KALIMANTAN BARAT
62-KALIMANTAN TENGAH

65-KALIMANTAN UTARA
14-RIAU

19-KEP BANGKA BELITUNG

31-DKI JAKARTA

71-SULAWESI UTARA

74-SULAWESI TENGGARA

76-SULAWESI BARAT
12-SUMATERA UTARA

34-DI. YOGYAKARTA

81-MALUKU
82-MALUKU UTARA
91-PAPUA

INDONESIA
13-SUMATERA BARAT

35-JAWA TIMUR

63-KALIMANTAN SELATAN

72-SULAWESI TENGAH
15-JAMBI

32-JAWA BARAT
33-JAWA TENGAH

51-BALI

73-SULAWESI SELATAN

94-PAPUA BARAT
Formal Non Formal

Sumber: Susenas KOR (diolah)

Perbandingan persentase rumah tangga backlog menurut status pekerjaan KRT secara
lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.3 diatas. Provinsi-provinsi dengan persentase
rumah tangga backlog yang bekerja di sektor formal jauh lebih besar persentasenya
adalah Povinsi Riau, Kep Bangka Belitung, Kep Riau, DKI Jakarta, Banten, baliKalteng
dan Kaltim. Sedangkan provinsi dengan persentase KRT yang bekerja di sector non
formal jauh lebih besar adalah Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, LampungD.I
Yogyakarta, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Maluku Utara. Sedangkan
provinsi lainnya berimbang antara yang bekerja di sector formal dan non formal.

Untuk KRT yang bekerja di lapangan usaha Industri dan Pertambangan serta
Perdagangan& jasa merupakan Lapangan pekerjaan yang dominan (Tabel 2.17).

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 23


Tabel 2.17 Jumlah Backlog Menurut Lapangan Pekerjaan KRT tahun 2020

Perdagangan Industri dan Jumlah


PROVINSI Pertanian Lainnya
dan Jasa Pertambangan Ruta

11-ACEH 63.541 108.883 33.171 23.239 228.834


12-SUMATERA UTARA 298.572 469.941 180.323 76.246 1.025.082
13-SUMATERA BARAT 81.339 157.982 66.409 44.033 349.763
14-RIAU 159.181 191.817 102.870 28.967 482.835
15-JAMBI 33.111 60.316 26.395 9.415 129.237
16-SUMATERA SELATAN 103.599 157.661 69.858 27.143 358.261
17-BENGKULU 19.533 39.370 10.893 11.473 81.269
18-LAMPUNG 66.704 108.731 39.021 25.961 240.417
19-KEP BANGKA BELITUNG 9.221 24.487 13.789 3.378 50.875
21-KEPULAUAN RIAU 7.618 93.528 76.050 11.286 188.482
31-DKI JAKARTA 16.314 1.130.937 255.444 96.257 1.498.952
32-JAWA BARAT 173.318 1.507.784 868.560 266.748 2.816.410
33-JAWA TENGAH 112.610 414.302 271.693 139.285 937.890
34-DI. YOGYAKARTA 8.037 127.353 35.152 94.937 265.479
35-JAWA TIMUR 161.234 602.291 323.573 180.087 1.267.185
36-BANTEN 22.556 288.802 189.183 24.014 524.555
51-BALI 14.360 193.535 42.945 16.688 267.528
52-NUSA TENGGARA BARAT 25.036 73.598 29.247 33.217 161.098
53-NUSA TENGGARA TIMUR 22.793 68.316 13.815 30.296 135.220
61-KALIMANTAN BARAT 27.649 53.101 21.468 16.531 118.749
62-KALIMANTAN TENGAH 38.561 54.078 22.774 10.483 125.896
63-KALIMANTAN SELATAN 37.759 112.991 49.288 27.377 227.415
64-KALIMANTAN TIMUR 35.159 130.342 80.619 19.782 265.902
65-KALIMANTAN UTARA 7.734 19.575 7.440 3.483 38.232
71-SULAWESI UTARA 18.334 57.231 24.031 16.275 115.871
72-SULAWESI TENGAH 23.313 50.674 19.348 7.301 100.636
73-SULAWESI SELATAN 47.013 146.896 63.641 46.716 304.266
74-SULAWESI TENGGARA 8.708 35.827 16.216 13.868 74.619
75-GORONTALO 9.011 27.007 10.354 5.644 52.016
76-SULAWESI BARAT 14.006 12.567 5.714 1.907 34.194
81-MALUKU 9.650 36.473 8.976 13.002 68.101
82-MALUKU UTARA 7.377 19.205 5.031 7.809 39.422
91-PAPUA 5.107 35.693 6.881 2.629 50.310
94-PAPUA BARAT 22.038 79.759 16.565 6.708 125.070
INDONESIA 1.710.112 6.691.087 3.006.771 1.342.199 12.750.173
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Jumlah rumah tangga backlog yang bekerja dilapangan usaha perdagangan & jasa
sebesar 6.691.087 rumah tangga, sedangkan jumlh rumah tangga backlog yang bekerja
di lapangan usaha industry & pertambangan berjumlh 3.006.771 rumah tangga.

Profil pekerjaan rumah tangga backlog ini yang sebagian terbesar bekerja di lapangan
usaha bukan di sector pertanian ini menunjukkan bahwasanya rumah tangga backlog ini
sebagian besar ada di daerah perkotaan atau wilayah aglomerasi kota. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.17 diatas.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 24


Tabel 2.18 Jumlah Backlog Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin KRT Tahun 2020
Formal Non Formal Formal + Non Formal
PROVINSI
Laki-Laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Jumlah
11-ACEH 89.785 9.100 105.434 24.518 195.219 33.618 228.837
12-SUMATERA UTARA 478.319 45.449 410.848 90.469 889.167 135.918 1.025.084
13-SUMATERA BARAT 124.711 10.628 178.757 35.670 303.468 46.297 349.765
14-RIAU 298.039 15.355 142.623 26.821 440.662 42.177 482.838
15-JAMBI 56.870 3.852 60.498 8.019 117.369 11.871 129.240
16-SUMATERA SELATAN 150.509 14.261 163.400 30.095 313.909 44.356 358.265
17-BENGKULU 28.070 3.746 40.155 9.302 68.226 13.048 81.273
18-LAMPUNG 84.096 8.874 120.556 26.893 204.652 35.767 240.419
19-KEP BANGKA BELITUNG 27.764 2.520 17.882 2.711 45.646 5.231 50.877
21-KEPULAUAN RIAU 124.417 12.682 43.597 7.790 168.014 20.472 188.486
31-DKI JAKARTA 817.033 115.770 477.475 88.675 1.294.509 204.446 1.498.954
32-JAWA BARAT 1.392.300 130.964 1.095.942 197.206 2.488.242 328.170 2.816.412
33-JAWA TENGAH 372.910 55.443 369.130 140.410 742.040 195.853 937.893
34-DI. YOGYAKARTA 68.707 24.345 117.447 54.984 186.153 79.329 265.483
35-JAWA TIMUR 524.406 68.981 494.070 179.731 1.018.476 248.712 1.267.188
36-BANTEN 303.186 21.833 179.411 20.128 482.597 41.961 524.558
51-BALI 151.744 25.393 73.942 16.454 225.686 41.847 267.532
52-NUSA TENGGARA BARAT 51.480 8.211 62.010 39.400 113.490 47.611 161.100
53-NUSA TENGGARA TIMUR 47.523 5.547 55.880 26.271 103.403 31.818 135.221
61-KALIMANTAN BARAT 60.287 4.235 40.396 13.835 100.683 18.070 118.752
62-KALIMANTAN TENGAH 72.904 4.156 42.644 6.194 115.549 10.349 125.898
63-KALIMANTAN SELATAN 103.985 10.841 90.349 22.243 194.333 33.085 227.418
64-KALIMANTAN TIMUR 159.769 8.389 83.302 14.446 243.071 22.835 265.906
65-KALIMANTAN UTARA 19.371 1.378 14.814 2.673 34.184 4.051 38.236
71-SULAWESI UTARA 48.079 2.799 52.893 12.105 100.972 14.903 115.875
72-SULAWESI TENGAH 42.115 6.256 44.540 7.726 86.656 13.982 100.638
73-SULAWESI SELATAN 119.353 15.951 117.771 51.194 237.124 67.145 304.269
74-SULAWESI TENGGARA 26.370 3.270 33.511 11.470 59.881 14.740 74.621
75-GORONTALO 19.000 2.195 23.790 7.034 42.790 9.230 52.020
76-SULAWESI BARAT 17.207 1.006 13.213 2.772 30.420 3.777 34.197
81-MALUKU 25.898 4.093 27.055 11.057 52.954 15.150 68.104
82-MALUKU UTARA 13.790 1.361 18.730 5.544 32.520 6.905 39.425
91-PAPUA 24.703 2.017 20.957 2.637 45.660 4.654 50.314
94-PAPUA BARAT 61.793 4.355 51.820 7.105 113.613 11.460 125.073
INDONESIA 6.006.496 655.254 4.884.842 1.203.581 10.891.337 1.858.835 12.750.173
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Jumlah rumah tangga backlog dengan KRT laki-laki yang bekerja di sector formal sebesar
6.006.496 rumah tangga dan yang bekerja di sector non formal sebesar 4.884.842 rumah
tangga. Hal sebaliknya untuk KRT perempuan yang terbanyak bekerja di sector non
formal yaitu sebesar 1.203.581 rumah tangga dan yang bekerja di sector formal hanya
separuhnya yaitu sebesar 655.254 rumh tangga. Untuk lebi jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.18 diatas.

Tabel 2.19 dan Tabel 2.20 menggambarkan jumlah rumah tangga backlog yang bekerja
di sector Formal dan non formal menurut kelompok umur. Profil rumah tangga menurut
kelompok umur ini dan status pekerjaan ini dapat menggambarkan status pekerjaan bagi
usia produktif dan non produktif ini umumnya bekerja.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 25


Tabel 2.19 Jumlah Rumah Tangga Backlog Bekerja di Sektor Formal menurut Kelompok
Umur Tahun 2020.

PROVINSI Usia <= 25 Usia > 65 Jumlah


25 < Usia 40 < Usia 55 < Usia
<= 40 <= 55 <= 65
11-ACEH 5.126 56.571 32.347 4.044 795 98.883
12-SUMATERA UTARA 10.231 254.065 210.443 40.376 8.649 523.764
13-SUMATERA BARAT 3.767 67.453 52.821 10.552 744 135.337
14-RIAU 12.133 179.602 110.762 9.279 1.616 313.392
15-JAMBI 1.991 29.267 24.565 3.929 967 60.719
16-SUMATERA SELATAN 3.931 79.210 67.324 11.572 2.729 164.766
17-BENGKULU 3.055 19.716 6.998 1.620 425 31.814
18-LAMPUNG 4.384 52.016 29.825 5.486 1.256 92.967
19-KEP BANGKA BELITUNG 1.462 15.676 10.325 2.290 529 30.282
21-KEPULAUAN RIAU 6.607 88.702 36.781 3.753 1.253 137.096
31-DKI JAKARTA 32.081 460.344 379.425 52.253 8.699 932.802
32-JAWA BARAT 113.560 846.648 462.865 82.353 17.836 1.523.262
33-JAWA TENGAH 17.989 208.363 153.961 37.887 10.151 428.351
34-DI. YOGYAKARTA 15.481 47.277 22.757 5.671 1.864 93.050
35-JAWA TIMUR 44.887 290.910 182.083 51.948 23.556 593.384
36-BANTEN 14.679 174.704 122.291 10.723 2.619 325.016
51-BALI 22.961 98.181 45.796 8.183 2.014 177.135
52-NUSA TENGGARA BARAT 4.576 39.944 12.522 1.725 921 59.688
53-NUSA TENGGARA TIMUR 3.250 38.001 9.791 1.113 914 53.069
61-KALIMANTAN BARAT 5.178 34.514 22.425 2.229 174 64.520
62-KALIMANTAN TENGAH 6.801 46.593 20.329 2.922 412 77.057
63-KALIMANTAN SELATAN 8.771 58.211 38.664 8.503 674 114.823
64-KALIMANTAN TIMUR 7.018 100.156 52.366 6.136 2.480 168.156
65-KALIMANTAN UTARA 821 11.703 7.467 712 42 20.745
71-SULAWESI UTARA 3.117 23.782 18.551 4.307 1.119 50.876
72-SULAWESI TENGAH 4.333 27.021 14.292 2.198 525 48.369
73-SULAWESI SELATAN 3.991 68.975 50.127 8.625 3.584 135.302
74-SULAWESI TENGGARA 3.203 17.663 8.088 647 37 29.638
75-GORONTALO 1.397 12.844 5.374 1.516 62 21.193
76-SULAWESI BARAT 809 11.234 5.954 214 18.211
81-MALUKU 694 13.836 12.371 2.689 399 29.989
82-MALUKU UTARA 1.282 9.955 3.570 173 169 15.149
91-PAPUA 931 13.999 9.947 1.355 486 26.718
94-PAPUA BARAT 2.748 34.411 22.569 5.238 1.179 66.145
INDONESIA 373.258 3.531.566 2.265.790 392.238 98.895 6.661.747
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Pada status pekerjaan rumah tangga backlog ini, KRT pada kelompok umur produktif yaitu
kelompok Gen milenial dan Gen X, jumlah yang bekerja di sector formal lebih banyak dari
pada yang bekerja di sector non formal. Pada Tabel 2.19 kelompok usia milenial yang
bekerja di sector formal adalah sebesar 3.531.566 rumah tangga dan pada gen X yang
bekerja di sector formal adalah sebesar 2.265.790. Sedangkan yang bekerja di sector non
formal (tabel 2.20) untuk kelompok umur gen milenial adalah sebesar 2.031.144 rumah
tangga dan pada kelompok umur gen X yang bekerja di sector non formal adalah sebesar
2.079.019 rumah tangga.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 26


Tabel 2.20 Jumlah Rumah Tangga Backlog Bekerja di Sektor Non-Formal menurut
Kelompok Umur Tahun 2020.

PROVINSI Usia <= 25 Usia > 65 Jumlah


25 < Usia <= 40 < Usia 55 < Usia
40 <= 55 <= 65
11-ACEH 11.929 51.014 48.621 11.908 6.473 129.945
12-SUMATERA UTARA 14.101 163.946 197.897 78.690 46.679 501.313
13-SUMATERA BARAT 25.097 69.145 72.115 31.463 16.598 214.418
14-RIAU 16.962 67.440 57.504 18.079 9.451 169.436
15-JAMBI 4.999 29.096 21.996 6.871 5.546 68.508
16-SUMATERA SELATAN 12.448 72.187 68.363 25.343 15.146 193.487
17-BENGKULU 10.365 19.305 14.359 3.059 2.361 49.449
18-LAMPUNG 16.695 60.077 43.520 15.256 11.893 147.441
19-KEP BANGKA BELITUNG 510 8.459 7.297 2.495 1.824 20.585
21-KEPULAUAN RIAU 2.773 23.243 17.581 5.583 2.197 51.377
31-DKI JAKARTA 11.286 175.207 227.662 108.199 43.789 566.143
32-JAWA BARAT 86.101 470.680 446.500 160.047 129.811 1.293.139
33-JAWA TENGAH 38.997 119.878 166.110 73.655 110.893 509.533
34-DI. YOGYAKARTA 72.539 48.000 32.464 7.865 11.557 172.425
35-JAWA TIMUR 71.873 172.660 221.552 93.834 113.872 673.791
36-BANTEN 1.914 66.964 91.836 22.479 16.339 199.532
51-BALI 9.027 34.070 31.331 9.660 6.301 90.389
52-NUSA TENGGARA BARAT 23.631 35.569 24.902 5.531 11.770 101.403
53-NUSA TENGGARA TIMUR 19.202 34.225 17.666 6.254 4.799 82.146
61-KALIMANTAN BARAT 5.877 17.985 18.138 5.636 6.588 54.224
62-KALIMANTAN TENGAH 6.293 18.475 16.905 4.115 3.044 48.832
63-KALIMANTAN SELATAN 17.539 41.365 33.509 12.093 8.080 112.586
64-KALIMANTAN TIMUR 8.291 36.732 34.592 12.053 6.071 97.739
65-KALIMANTAN UTARA 898 6.336 7.083 1.916 1.246 17.479
71-SULAWESI UTARA 6.116 20.650 22.108 9.654 6.461 64.989
72-SULAWESI TENGAH 4.862 22.035 16.935 5.503 2.925 52.260
73-SULAWESI SELATAN 17.114 50.732 52.301 26.690 22.122 168.959
74-SULAWESI TENGGARA 10.300 16.494 12.975 2.461 2.744 44.974
75-GORONTALO 4.296 12.835 9.428 2.982 1.277 30.818
76-SULAWESI BARAT 2.404 7.347 3.162 1.349 1.716 15.978
81-MALUKU 6.365 12.852 10.531 4.382 3.975 38.105
82-MALUKU UTARA 6.798 10.024 5.594 1.232 618 24.266
91-PAPUA 853 10.497 9.263 1.974 1.000 23.587
94-PAPUA BARAT 2.785 25.566 17.169 6.909 6.489 58.918
INDONESIA 551.291 2.031.144 2.079.019 785.262 641.701 6.088.417
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Hal sebaliknya diperlihatkan pada usia non produktip yaitu kelompok usia KRT <= 25
7ahun, 55< usia<= 65 tahun dan kelompok umur > 65 tahun, mereka lebih banyak yang
bekerja di sector non-Formal dari pada yang bekerja di sector Formal.

Jumlah rumah tangga backlog yang bekerja di sector formal pada kelompok umur <= 25
tahun sebesar 373.258, pada kelompok umur 55 sd 65 tahun sebesar 392.238 dan pada
kelompok umur > 65 tahun sebesar 98.895 rumah tangga (tabel 2.19).

Jumlah rumah tangga backlog yang bekerja di sector Non formal adalah pada kelompok
umur <=25 tahun sebesar 551.291, lalu pada kelompok umur 55 sd 65 tahun sebesar
785.262 dan pada kelompok umur > 65 tahun adalah sebesar 641.701 (lihat tabel 2.20 ).

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 27


BAB III
PROFIL DEMAND RUMAH TANGGA BACKLOG
Housing demand adalah rumah tangga yang belum memiliki rumah milik sendiri (sewa,
kontrak, rumah famili) tapi rumah tangga tersebut berkemampuan untuk memiliki rumah
baik dengan tunai atau mencicil. Dengan kata lain, merupakan katagori penyewa/renter
yang berkemampuan membeli rumah.

Dalam sudut pandang pengembang, kategori ini merupakan pangsa pasar yang harus
ditangkap dan diatur kebijakannya oleh pemerintah dalam bentuk pengadaan perumahan
(housing supply). Secara skematis, hubungan housing demand dan housing supply
digambarkan oleh Tranghanda (2015) pada Gambar 3.1. dibawah ini.

Gambar 3.1 Skema Hubungan antara Demand dan Supply

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 28


3.1 Potensi Demand

Secara rinci dapat dijelaskan bahwa populasi (rumah tangga) seringkali diwakili dengan
kepala keluarga dalam kaitannya dengan statusnya menempati perumahan dikategorikan
menjadi dua kelompok besar, yaitu owner (pemilik) dan renter (penyewa). Owner (pemilik)
adalah bagian dari populasi (rumah tangga) atau kepala keluarga yang sudah memiliki
hunia/tempat tinggal. Renter (penyewa) adalah bagian dari populasi (rumah tangga) atau
kepala keluarga yang belum mempunyai hunian/ tempat tinggal, dalam menghuni
perumahan tersebut dapat bersifat menyewa/mengontrak, tinggal di rumah dinas,
menumpang, atau overcrowded.
Renter (penyewa) yang berkemampuan atau memiliki daya beli, daya cicil, atau tingkat
pengeluaran merupakan rumah tangga yang dapat dikatagorikan sebagai housing
demand.Oleh sebab itu, jika rumah tangga berkemampuan secara swadaya, bersama
pemerintah, atau swasta mampu memperoleh perumahan yang ditawarkan (housing
supply) maka dikategorikan sebagai rumah tangga dengan target perolehan perumahan
non public housing (rumah tangga dengan tingkat kemampuan/daya beli sesuai dengan
harga rumah yang ditawarkan). Di sisi lain, renter yang tidak berkemampuan (tidak
berdaya beli), maka perolehan perumahannya dimungkinkan menggunakan skema
public housing yaitu perumahan yang diadakan oleh pemerintah (wujud dari subsidi
kesejahteraan).
Gambar 3.2 Bagan Housing Need menurut Kelompok Pendapatan

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 29


Berdasarkan gambar 3.2 diatas maka rumah tangga yang belum memilik rumah dan
berdaya beli masuk kelompok Pra MBR (GK - < 4 juta), MBR (4 – 8 juta) dan kelompok >
MBR (> 8 juta). Adapun untuk kelompok pendapatan <= garis miskin masuk dalam
kategori tidak berdaya beli, dan termasuk kelompok public housing.
Rumah tangga yang belum memiliki rumah (Ruta Backlok) dan berdaya beli inilah yang
selanjutnya disebut Potensi Demand. Sedangkan rumah tangga yang belum memiliki
rumah dan tidak berdaya beli (diperkirakan mempunyai penghasilan/ pengeluaran rumah
tangga perbulan < 2 juta rupiah) atau dibawah garis miskin, disebut social housing,
mendapat akses bantuan perumahan berupa rusunawa murah.

a. Potensi Demand Menurut Sex dan Umur KRT.

Gambaran rumah tangga yang belum memiliki rumah tahun 2020, yang dirinci menurut
provinsi dan kelompok pengeluaran ruta/penghasilan ruta dapat dlihat pada tabel 3.1
dibawah ini. Kelompok rumah tangga dengan pengeluaran ruta > 2 juta rupiah masuk
pada rumah tangga yang ber daya beli. Jumlah rumah tangga backlog yang tidak berdaya
beli adalah sebesar 1.973.311 rumah tangga, sedangkan yang berdaya beli terbagi atas
3 kelompok yaitu kelompok pra MBR dengan pengeluaran rumah tangga > 2 juta sd <= 4
juta, kelompok MBR dengan pengeluaran rumah tangga > 4 juta sd <= 8 juta dan
kelompok diatas MBR (menengah dan atas) dengan pengeluaran rumah tangga > 8 juta.

Jumlah rumah tangga tidak memiliki rumah dan berdaya beli adalah sebesar 10.776.862
rumah tangga, yang meliputi kelompok pra MBR sebesar 5.596.351 rumah tangga,
kelompok MBR sebesar 4.210.068 rumah tangga dan kelompok > MBR berjumlah
970.440 rumah tangga.

Pada kelompok pengeluaran rumah tangga <=2 juta, 2 sd 4 juta dan 4 sd 6 juta rupiah
jumlah rumah tangga backlog terbanyak adalah di Provinsi Jawa Barat, sedangkan pada
kelompok pengeluaran rumah tangga >= 6 juta rupiah jumlah terbesar ada di Provinsi DKI
Jakarta.

Untuk jelasnya gambaran rumah tangga backlog menurut kelompok pengeluaran rumah
tangga dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 30


Tabel 3.1 Jumlah Ruta yang Belum Memiliki Rumah (Backlog) Menurut Kelompok
Pendapatan/Pengeluaran RT, Tahun 2020
Berdaya Beli
Exp <= 2 2 Juta < 4 Juta < Jumlah
PROVINSI
Juta Exp <= 4 Exp <= 6 6 Juta < Exp Exp > 8 Ruta
Juta Juta <= 8 Juta Juta
11-ACEH 27.795 113.424 56.742 16.529 14.344 228.834
12-SUMATERA UTARA 102.149 518.709 268.002 82.109 54.113 1.025.082
13-SUMATERA BARAT 31.088 146.248 111.735 37.469 23.222 349.762
14-RIAU 26.069 209.696 160.749 50.900 35.422 482.836
15-JAMBI 20.129 68.470 26.386 8.746 5.506 129.237
16-SUMATERA SELATAN 85.565 181.538 54.472 21.132 15.556 358.263
17-BENGKULU 16.290 43.665 14.954 2.505 3.857 81.271
18-LAMPUNG 60.388 124.114 39.893 11.264 4.759 240.418
19-KEP BANGKA BELITUNG 2.747 22.793 14.183 5.632 5.520 50.875
21-KEPULAUAN RIAU 7.771 75.506 55.411 28.649 21.146 188.483
31-DKI JAKARTA 52.804 493.891 480.738 230.989 240.530 1.498.952
32-JAWA BARAT 505.852 1.281.399 608.094 225.813 195.253 2.816.411
33-JAWA TENGAH 282.885 419.038 150.810 49.617 35.540 937.890
34-DI. YOGYAKARTA 49.518 119.518 60.762 20.213 15.468 265.479
35-JAWA TIMUR 335.167 582.093 210.187 83.171 56.568 1.267.186
36-BANTEN 24.790 212.351 170.821 65.373 51.220 524.555
51-BALI 32.211 121.265 60.859 22.163 31.032 267.530
52-NUSA TENGGARA BARAT 51.929 66.894 25.029 11.467 5.778 161.097
53-NUSA TENGGARA TIMUR 32.217 65.487 22.515 8.254 6.746 135.219
61-KALIMANTAN BARAT 12.260 53.814 30.929 13.086 8.660 118.749
62-KALIMANTAN TENGAH 11.508 58.948 37.000 12.520 5.920 125.896
63-KALIMANTAN SELATAN 27.653 109.304 57.610 22.378 10.470 227.415
64-KALIMANTAN TIMUR 7.371 78.895 89.907 49.186 40.545 265.904
65-KALIMANTAN UTARA 1.060 10.204 15.522 6.491 4.957 38.234
71-SULAWESI UTARA 20.464 58.929 20.932 8.528 7.020 115.873
72-SULAWESI TENGAH 15.045 48.116 23.084 8.181 6.209 100.635
73-SULAWESI SELATAN 70.516 141.916 54.555 20.634 16.645 304.266
74-SULAWESI TENGGARA 17.234 34.541 14.277 4.725 3.840 74.617
75-GORONTALO 11.330 25.187 9.237 3.824 2.439 52.017
76-SULAWESI BARAT 9.488 15.752 6.226 1.342 1.387 34.195
81-MALUKU 5.815 29.169 17.680 8.203 7.233 68.100
82-MALUKU UTARA 4.476 18.882 9.228 3.881 2.956 39.423
91-PAPUA 1.492 15.804 16.072 8.216 8.728 50.312
94-PAPUA BARAT 10.216 30.774 41.652 20.592 21.836 125.070
INDONESIA 1.973.311 5.596.351 3.036.269 1.173.799 970.440 12.750.173
Sumber; Susenas KOR (diolah)

Gambaran potensi demand menurut provinsi dan kelompok umur kepala rumh tangganya
disajikan pada tabel 3.2 berikut ini.

Sebagian besar jumlah potensi demand tercatat pada kelompok umur milenial dan
kelompok umur gen X. Jumlah rumah tangga kelompok umur milenial sebesar 4.866.236
rumah tangga dan pada kelompok umur gen X sebesar 3.838.891.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 31


Tabel 3.2 Rumah Tangga Belum memiliki Rumah Berdaya Beli (Potensi Demand)

Menurut Provinsi dan Kelompok Umur KRT, Tahun 2020

Kelompok Umur KRT Jumlah


PROVINSI 25 < Usia 40 < Usia 55 < Usia Ruta
Usia <= 25 <= 40 <= 55 <= 65 Usia > 65 backlog
11-ACEH 15.353 95.740 72.812 13.231 3.893 228.822
12-SUMATERA UTARA 20.190 385.211 377.465 101.360 38.696 1.025.068
13-SUMATERA BARAT 24.049 125.919 118.555 37.506 12.639 349.755
14-RIAU 24.813 235.752 163.687 25.028 7.478 482.825
15-JAMBI 5.283 48.335 41.965 9.525 3.992 129.228
16-SUMATERA SELATAN 12.247 110.355 110.524 29.735 9.827 358.249
17-BENGKULU 8.433 32.970 18.774 3.700 1.096 81.262
18-LAMPUNG 16.501 83.199 60.603 15.258 4.463 240.409
19-KEP BANGKA BELITUNG 1.842 23.448 16.687 4.332 1.813 50.867
21-KEPULAUAN RIAU 8.290 109.710 51.703 8.856 2.144 188.473
31-DKI JAKARTA 40.135 619.984 593.978 145.105 46.938 1.498.942
32-JAWA BARAT 178.124 1.112.537 762.558 183.680 73.651 2.816.399
33-JAWA TENGAH 47.194 245.454 253.133 70.556 38.658 937.878
34-DI. YOGYAKARTA 79.330 79.042 44.309 8.242 5.031 265.470
35-JAWA TIMUR 87.974 374.675 321.170 96.821 51.369 1.267.174
36-BANTEN 16.509 236.910 203.002 29.255 14.081 524.545
51-BALI 25.438 119.697 71.250 14.384 4.542 267.521
52-NUSA TENGGARA BARAT 19.652 53.853 28.470 2.784 4.403 161.089
53-NUSA TENGGARA TIMUR 12.286 60.329 22.469 4.859 3.051 135.210
61-KALIMANTAN BARAT 9.224 47.651 37.845 6.495 5.267 118.741
62-KALIMANTAN TENGAH 11.654 60.472 34.310 6.133 1.810 125.886
63-KALIMANTAN SELATAN 23.145 90.465 65.246 16.443 4.455 227.405
64-KALIMANTAN TIMUR 14.457 134.623 85.447 16.365 7.633 265.894
65-KALIMANTAN UTARA 1.719 17.432 14.533 2.513 970 38.226
71-SULAWESI UTARA 6.318 38.931 35.544 10.045 4.562 115.863
72-SULAWESI TENGAH 7.221 42.840 27.695 6.367 1.462 100.628
73-SULAWESI SELATAN 16.507 96.114 82.590 25.967 12.565 304.258
74-SULAWESI TENGGARA 10.470 27.619 16.357 1.700 1.228 74.606
75-GORONTALO 4.532 19.845 12.475 3.139 687 52.006
76-SULAWESI BARAT 1.651 14.931 6.792 954 375 34.190
81-MALUKU 5.174 25.259 21.910 6.619 3.316 68.091
82-MALUKU UTARA 6.840 18.178 8.378 1.112 433 39.415
91-PAPUA 1.747 24.081 18.616 3.127 1.242 50.303
94-PAPUA BARAT 4.601 54.609 37.972 10.982 6.683 125.061
INDONESIA 768.966 4.866.236 3.838.891 922.246 380.513 12.750.173
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Jumlah rumah tangga potensi demand pada kelompok umur < 25 tahun sebesar 768.966
rumah tangga, kemudian kelompok usia 56 sd 65 tahun sebesar 922.246 rumah tangga
dan kelompok usia > 65 tahun ebesar 380.513 rumah tangga.

Rincian rumah tangga potensi demand menurut provinsi dan kelompok pengeluaran
rumah tangga dapat dilihat pada tabel 3.2 diatas.

Pada tabel 3.3 rumah tangga yang belum memiliki rumah dikelompokkan pada dua
kelompok pengeluaran rumah tangga yaitu kelompok tidak berdaya beli dan kelompok
yang berdaya beli masing-masing dirinci menurut KRT laki-laki dan KRT provinsi.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 32


Tabel 3.3 Rumah Tangga Belum Memiliki Rumah Menurut Provinsi dan Sex KRT, 2020
Social Housing ( Exp <= 2 Juta) Potensi Demand (Exp > 2 juta) Jumlah Ruta
PROVINSI
Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-Laki Perempuan Jumlah Backlog
11-ACEH 15.769 12.025 27.794 179.447 21.589 201.036 228.830
12-SUMATERA UTARA 65.492 36.656 102.148 823.672 99.259 922.931 1.025.079
13-SUMATERA BARAT 19.284 11.804 31.088 284.182 34.491 318.673 349.761
14-RIAU 18.048 8.020 26.068 422.611 34.154 456.765 482.833
15-JAMBI 15.581 4.548 20.129 101.786 7.321 109.107 129.236
16-SUMATERA SELATAN 71.691 13.873 85.564 242.216 30.480 272.696 358.260
17-BENGKULU 10.692 5.598 16.290 57.531 7.447 64.978 81.268
18-LAMPUNG 50.764 9.623 60.387 153.886 26.142 180.028 240.415
19-KEP BANGKA BELITUNG 1.920 826 2.746 43.724 4.402 48.126 50.872
21-KEPULAUAN RIAU 5.227 2.544 7.771 162.784 17.925 180.709 188.480
31-DKI JAKARTA 32.898 19.906 52.804 1.261.609 184.538 1.446.147 1.498.951
32-JAWA BARAT 399.295 106.557 505.852 2.088.946 221.610 2.310.556 2.816.408
33-JAWA TENGAH 189.804 93.081 282.885 552.234 102.769 655.003 937.888
34-DI. YOGYAKARTA 32.892 16.626 49.518 153.258 62.701 215.959 265.477
35-JAWA TIMUR 223.185 111.981 335.166 795.288 136.729 932.017 1.267.183
36-BANTEN 19.116 5.674 24.790 463.478 36.285 499.763 524.553
51-BALI 19.826 12.385 32.211 205.857 29.460 235.317 267.528
52-NUSA TENGGARA BARAT 30.560 21.368 51.928 82.927 26.240 109.167 161.095
53-NUSA TENGGARA TIMUR 18.376 13.840 32.216 85.023 17.976 102.999 135.215
61-KALIMANTAN BARAT 8.240 4.019 12.259 92.439 14.048 106.487 118.746
62-KALIMANTAN TENGAH 9.357 2.151 11.508 106.190 8.196 114.386 125.894
63-KALIMANTAN SELATAN 20.023 7.629 27.652 174.307 25.453 199.760 227.412
64-KALIMANTAN TIMUR 4.994 2.377 7.371 238.076 20.455 258.531 265.902
65-KALIMANTAN UTARA 748 312 1.060 33.433 3.737 37.170 38.230
71-SULAWESI UTARA 16.199 4.265 20.464 84.771 10.636 95.407 115.871
72-SULAWESI TENGAH 11.144 3.901 15.045 75.509 10.080 85.589 100.634
73-SULAWESI SELATAN 41.883 28.632 70.515 195.238 38.509 233.747 304.262
74-SULAWESI TENGGARA 12.284 4.950 17.234 47.594 9.788 57.382 74.616
75-GORONTALO 8.917 2.413 11.330 33.871 6.814 40.685 52.015
76-SULAWESI BARAT 7.085 2.403 9.488 23.333 1.373 24.706 34.194
81-MALUKU 2.952 2.862 5.814 49.998 12.284 62.282 68.096
82-MALUKU UTARA 2.805 1.670 4.475 29.712 5.233 34.945 39.420
91-PAPUA 1.277 215 1.492 44.381 4.437 48.818 50.310
94-PAPUA BARAT 8.464 1.751 10.215 105.146 9.707 114.853 125.068
INDONESIA 1.396.808 576.502 1.973.310 9.494.526 1.282.331 10.776.857 12.750.173
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Kelompok rumah tangga backlog yang tidak berdaya beli (Social Housing) terdiri dari
rumah tangga dengan KRT laki-laki sebesar 1.396.808 rumahtangga dan KRT perempuan
sebesar 576.502 rumah tangga. Sedangkan pada rumah tangga backlog yang berdaya
beli terdiri dari rumah tangga dengan KRT laki-laki sebesar 9.494.526 rumah tangga dan
untuk rumah tangga dengan KRT perempuan sebanyak 1.282.331 rumah tangga.

Untuk sebaran per provinsi lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.3 diatas.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 33


b. Potensi Demand, Status dan Sektor Pekerjaan KRT.
Pada bagian ini mengulas rumah tangga backlog yang berdaya beli menurut status
pekerjaan dan lapangan pekerjaan. Tabel 3.4 dibawah ini menyajikan Potensi demand
menurut Umur, Sex KRT, kelompok pengeluaran rumah tangga dan status pekerjaan.
Rumah tangga kelompok pra MBR dengan KRT bekerja di sector formal sebesar
2.913.013 rumah tangga yang terdiri dari KRT laki-laki sebesar 2.611.348 dan KRT
perempuan sebesar 301.665. Selanjutnya yang bekerja disektor non formal sebesar
2.683.320 rumah tangga yang terdiri KRT laki-laki sebesar 2,200.778 dan KRT
perempuan berjumlah 482.543 rumah tangga.

Tabel 3.4 Rumah Tangga Menurut Umur dan Status Pekerjaan KRT, Tahun 2020

2 Juta < Exp <= 4 Juta Jumlah


4 juta<Exp<=8juta (MBR) Exp > 8 Juta (> MBR) Potensi Demand
Kelompok Usia/Sex (pra MBR) Ruta
backlog
Formal Non-Formal Formal Non-Formal Formal Non-Formal Formal Non-Formal
Laki-Laki
a. Usia <= 25 140.174 140.593 70.351 80.418 12.428 9.682 222.953 230.693 538.072
b. 25 < Usia <= 40 1.489.901 907.334 1.185.063 553.796 298.314 113.433 2.973.278 1.574.563 5.154.366
c. 40 < Usia <= 55 831.576 806.218 860.279 632.634 217.789 117.868 1.909.644 1.556.720 3.851.019
d. 55 < Usia <= 65 122.274 218.704 139.796 183.018 34.055 59.047 296.125 460.769 904.643
e. Usia > 65 27.423 127.929 20.125 67.897 3.960 22.412 51.508 218.238 443.188
Total 2.611.348 2.200.778 2.275.614 1.517.763 566.546 322.442 5.453.508 4.040.983 10.891.288
Perempuan
a. Usia <= 25 69.682 149.843 24.449 63.252 2.297 5.784 96.428 218.879 385.011
b. 25 < Usia <= 40 111.483 61.946 83.060 35.736 18.765 7.392 213.308 105.074 408.455
c. 40 < Usia <= 55 93.143 120.819 54.354 78.245 10.491 15.461 157.988 214.525 494.986
d. 55 < Usia <= 65 21.179 77.807 11.983 40.846 2.390 11.133 35.552 129.786 272.552
e. Usia > 65 6.178 72.127 2.144 22.584 692 7.026 9.014 101.737 297.780
Total 301.665 482.542 175.990 240.663 34.635 46.796 512.290 770.001 1.858.784

Jumlah Ruta Backlog 2.913.013 2.683.320 2.451.604 1.758.426 601.181 369.238 5.965.798 4.810.984 12.750.072
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Untuk kelompok pengeluaran kategori MBR yang bekerja di sector formal sebanyak
2.451.604 rumah tangga yang terdiri dari rumah tangga dengan KRT laki-laki sebanyak
2.275.614 rumah tangga, dan rumah tangga dengan KRT perempuan sebanyak 175.990
rumah tangga. Sedangkan pada rumah tangga yang bekerja dengan status non formal
jumlahnya 1.758.426 rumah tangga, yang terdiri dari KRT laki-laki sebesar 1.517.763
rumah tangga dan KRT perempuan sebesar 240.663 rumah tangga.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 34


Untuk kelompok pengeluaran kategori > MBR yang bekerja di sector formal sebanyak
601.181 rumah tangga yang terdiri dari rumah tangga dengan KRT laki-laki sebanyak
566.546 rumah tangga, dan rumah tangga dengan KRT perempuan sebanyak 34.635
rumah tangga. Sedangkan pada rumah tangga yang bekerja dengan status non formal
jumlahnya 369.238 rumah tangga, yang terdiri dari KRT laki-laki sebesar 322.442 rumah
tangga dan KRT perempuan sebesar 46.796 rumah tangga.

Jumlah rumah tangga menurut kelompok umur baik KRT laki-laki maupun perempuan
yang terbanyak pada kelompok umur produktif yaitu kelompok umur milenial dan gen X.
Untuk melihat secara rinci rumah tangga menurut status pekerjaan, kelompok umur, KRT
laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel 3.4

Tabel 3.5 Rumah Tangga Belum Memiliki Rumah Menurut Kelompok Pengeluaran,
Status, dan Sex KRT, 2020

Formal Non Formal


Kelompok Jumlah Ruta
Pendapatan/Pengeluaran Laki-Laki Perempuan Laki-laki Perempuan
a. Exp <= 2 Juta 552.977 142.954 843.829 433.547 1.973.307
b. 2 Juta < Exp <= 4 Juta 2.611.350 301.667 2.200.782 482.549 5.596.348
c. 4 Juta < Exp <= 6 Juta 1.629.911 121.216 1.112.565 172.574 3.036.266
d. 6 Juta < Exp <= 8 Juta 645.707 54.778 405.209 68.103 1.173.797
e. Exp > 8 Juta 566.549 34.636 322.450 46.802 970.437
Jumlah Ruta 6.006.495 655.254 4.884.839 1.203.579 12.750.173
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Rincian rumah tangga backlog menurut kelompok pengeluaran rumah tangga, status
pekerjaan dan Sex KRT selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3.5 diatas.

Pada tabel 3.6 disajikan data rumah tangga backlog menurut kelompok pengekuaran
rumah tangga dan lapangan pekerjaan KRT. Jumlah rumah tangga backlog yang bekerja
di sector Perdagangan dan Jasa sebesar 6.691.086, kemudian yang bekerja di sector
Pertambangan dan industry sebesar 3.006.771, di sector Pertanian sebesar 1.710.111
dan lainnya sebesar 1.342.198 rumah tangga.

Jumlah rumah tangga backlog yang bekerja di sector Pertanian yang terbanyak jumlahnya
adalah yang masuk kelompok pengeluaran rt > 2 juta sd 4 juta yaitu sebesar 851.466
rumah tangga dan yang paling sedikit jumlahnya yang pengeluaran rumahtangganya > 8
juta yaitu sebesar 33.376 rumahtangga.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 35


Tabel 3.6 Rumah Tangga Belum Memiliki Rumah Menurut Kelompok Pengeluaran
dan Sektor Pekerjaan KRT, Tahun 2020

Pertanian Lainnya Jumlah Ruta


Kelompok Pertambangan & Perdagangan
Pendapatan/Pengeluaran Industri dan Jasa
a. Exp <= 2 Juta 445.404 410.562 733.342 383.998 1.973.306
b. 2 Juta < Exp <= 4 Juta 851.466 1.450.820 2.744.013 550.048 5.596.347
c. 4 Juta < Exp <= 6 Juta 301.442 704.272 1.775.612 254.939 3.036.265
d. 6 Juta < Exp <= 8 Juta 78.421 239.210 773.657 82.507 1.173.795
e. Exp > 8 Juta 33.376 201.901 664.455 70.704 970.436
Jumlah Ruta 1.710.111 3.006.771 6.691.086 1.342.198 12.750.173
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Jumlah rumah tangga dengan pengeluaran rumah tangga > 2 juta sd <= 4 juta merupakan
jumlah yang terbesar baik di sector Pertambangan & industry, sector perdagangan & jasa
dan sector lainnya. Untuk rincian kelompok pengeluaran rumah tangga lainnya dapat
dilihat pada tabel 3.6 diatas.

Tabel 3.7 menyajikan data sebaran per provinsi rumah tangga potensi demand dan social
housing yang bekerja di sector formal dan informal. Pada kelompok rumah tangga social
housing terbanyak bekerja di sector non formal, sedangkan untuk yang berdaya beli atau
potensi demand terbanyak bekerja di sector formal.

Rumah tangga potensi demand terbesar ada di Provinsi Jawa Barat sebesar 1.320.060
rumah tangga yang bekerja di sector formal dan sebesar 990.494 rumah tangga.
Selanjutnya pada urutan kedua terbesar ada di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar
908.547 rumah tangga yang bekerja di sector formal dan sebesar 537.593 rumah tangga
yang bekerja di sector non formal. Di urutan ke tiga jumlah potensi demand terbesar
adalah Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 489.041 bekerja di sektor formal dan sebesar
442.973 bekerja di sektor non formal.

Provinsi Sumatera Utara ternyata melebihi Jawa Tengah dalam jumlah backlog, sehingga
jumlah potensi demand pun lebih besar Provinsi Sumatera Utara dari pada Provinsi Jawa
Tengah. Jumlah potensi demand di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 486.027
bekerja di sector formal dan sebesar 436.898 bekerja di sektor non formal.

Beberapa prrovinsi tercatat dengan jumlah potensi demand yang bekerja di sektor non
formal melebihi yang bekerja di sektor formal yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Jambi,

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 36


Tabel 3.7 Rumah Tangga Belum Memiliki Rumah Menurut Provinsi, Daya beli
Dan Status Pekerjaan KRT, Tahun 2020
Tidak berdaya beli (Exp Berdaya Beli ( Exp > 2
Jumlah
<= 2 Juta) juta )
PROVINSI Ruta
Non
backlog
Formal Non Formal Formal Formal
11-ACEH 9.088 18.706 89.794 111.241 228.829
12-SUMATERA UTARA 37.738 64.410 486.027 436.898 1.025.073
13-SUMATERA BARAT 6.503 24.583 128.834 189.834 349.754
14-RIAU 9.738 16.329 303.655 153.106 482.828
15-JAMBI 9.032 11.097 51.688 57.413 129.230
16-SUMATERA SELATAN 29.377 56.186 135.390 137.303 358.256
17-BENGKULU 4.863 11.426 26.952 38.026 81.267
18-LAMPUNG 14.610 45.776 78.357 101.667 240.410
19-KEP BANGKA BELITUNG 923 1.821 29.359 18.765 50.868
21-KEPULAUAN RIAU 4.403 3.367 132.694 48.011 188.475
31-DKI JAKARTA 24.253 28.549 908.547 537.593 1.498.942
32-JAWA BARAT 203.203 302.648 1.320.060 990.494 2.816.405
33-JAWA TENGAH 99.951 182.933 328.399 326.599 937.882
34-DI. YOGYAKARTA 21.119 28.398 71.931 144.026 265.474
35-JAWA TIMUR 104.343 230.822 489.041 442.973 1.267.179
36-BANTEN 7.410 17.378 317.607 182.152 524.547
51-BALI 21.149 11.061 155.986 79.328 267.524
52-NUSA TENGGARA BARAT 12.017 39.910 47.671 61.493 161.091
53-NUSA TENGGARA TIMUR 4.933 27.283 48.135 54.861 135.212
61-KALIMANTAN BARAT 4.133 8.126 60.387 46.098 118.744
62-KALIMANTAN TENGAH 4.492 7.014 72.566 41.816 125.888
63-KALIMANTAN SELATAN 8.316 19.336 106.508 93.249 227.409
64-KALIMANTAN TIMUR 2.296 5.074 165.860 92.667 265.897
65-KALIMANTAN UTARA 270 789 20.476 16.691 38.226
71-SULAWESI UTARA 8.443 12.019 42.433 52.970 115.865
72-SULAWESI TENGAH 5.788 9.255 42.580 43.004 100.627
73-SULAWESI SELATAN 22.701 47.814 112.601 121.143 304.259
74-SULAWESI TENGGARA 4.909 12.324 24.728 32.650 74.611
75-GORONTALO 2.819 8.510 18.374 22.308 52.011
76-SULAWESI BARAT 2.383 7.103 15.826 8.875 34.187
81-MALUKU 1.623 4.191 28.366 33.915 68.095
82-MALUKU UTARA 1.222 3.252 13.927 21.015 39.416
91-PAPUA 482 1.008 26.235 22.579 50.304
94-PAPUA BARAT 1.385 8.829 64.760 50.091 125.065
INDONESIA 695.931 1.277.378 5.965.815 4.811.036 12.750.173
Sumber: Susenas KOR, diolah

Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, D.I Yogyakarta, Nusa Tenggara barat, Nusa
tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara
dan Gorontalo, serta propinsi-provinsi di Maluku dan Papua.

Untuk selanjutnya rincian yang lebih detil dapat dilihat pada Tabel 3.7 diatas.

Rumah tangga potensi demand menurut kelompok strata potensi demand yaitu pra MBR,
MBR dan > MBR dan status pekerjaan KRT per provinsi disajikan pada tabel 3.8 berikut
ini. Secara umum di setiap strata pengeluaran rumah tangga, KRT yang bekerja di sector
formal lebih besar dari pada KRT yang bekerja di sektor non formal.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 37


Tabel 3.8 Rumah Tangga Belum Memiliki Rumah Menurut Provinsi, Kelompok
Potensi Demand, Status Pekerjaan KRT, Tahun 2020
2 Juta < Exp <= 4 Juta 4 juta < Exp <= 8 juta
Jumlah
(pra MBR) (MBR) Exp > 8 Juta (> MBR)
PROVINSI Ruta
Non- Non- Non-
backlog
Formal Formal Formal Formal Formal Formal
11-ACEH 47.323 66.100 35.387 37.882 7.084 7.259 228.829
12-SUMATERA UTARA 255.892 262.815 197.668 152.439 32.467 21.644 1.025.073
13-SUMATERA BARAT 54.638 91.608 64.838 84.363 9.358 13.863 349.754
14-RIAU 143.184 66.511 138.752 72.893 21.719 13.702 482.828
15-JAMBI 32.869 35.600 16.265 18.863 2.554 2.950 129.230
16-SUMATERA SELATAN 86.956 94.581 38.193 37.408 10.241 5.314 358.256
17-BENGKULU 16.230 27.434 8.309 9.148 2.413 1.444 81.267
18-LAMPUNG 49.665 74.447 25.643 25.511 3.049 1.709 240.410
19-KEP BANGKA BELITUNG 13.148 9.645 13.102 6.710 3.109 2.410 50.868
21-KEPULAUAN RIAU 55.078 20.426 62.517 21.539 15.099 6.046 188.475
31-DKI JAKARTA 297.223 196.666 455.253 256.470 156.071 84.457 1.498.942
32-JAWA BARAT 707.526 573.872 486.202 347.702 126.332 68.920 2.816.405
33-JAWA TENGAH 201.023 218.013 105.984 94.439 21.392 14.147 937.882
34-DI. YOGYAKARTA 43.847 75.670 21.579 59.394 6.505 8.962 265.474
35-JAWA TIMUR 296.604 285.488 161.499 131.857 30.938 25.628 1.267.179
36-BANTEN 131.085 81.264 156.009 80.182 30.513 20.706 524.547
51-BALI 80.731 40.533 54.369 28.651 20.886 10.144 267.524
52-NUSA TENGGARA BARAT 25.878 41.014 18.824 17.671 2.969 2.808 161.091
53-NUSA TENGGARA TIMUR 24.619 40.865 18.681 12.086 4.835 1.910 135.212
61-KALIMANTAN BARAT 29.544 24.268 25.979 18.035 4.864 3.795 118.744
62-KALIMANTAN TENGAH 35.566 23.380 33.457 16.060 3.543 2.376 125.888
63-KALIMANTAN SELATAN 51.529 57.775 47.983 32.002 6.996 3.472 227.409
64-KALIMANTAN TIMUR 45.277 33.616 91.208 47.882 29.375 11.169 265.897
65-KALIMANTAN UTARA 5.491 4.712 11.483 10.526 3.502 1.453 38.226
71-SULAWESI UTARA 24.471 34.456 14.364 15.093 3.598 3.421 115.865
72-SULAWESI TENGAH 22.852 25.262 17.037 14.225 2.691 3.517 100.627
73-SULAWESI SELATAN 63.667 78.248 38.604 36.581 10.330 6.314 304.259
74-SULAWESI TENGGARA 13.834 20.705 7.971 11.029 2.923 916 74.611
75-GORONTALO 9.186 16.000 7.921 5.137 1.267 1.171 52.011
76-SULAWESI BARAT 9.955 5.796 4.856 2.709 1.015 370 34.187
81-MALUKU 9.293 19.875 14.197 11.684 4.876 2.356 68.095
82-MALUKU UTARA 5.827 13.054 6.523 6.583 1.577 1.378 39.416
91-PAPUA 7.933 7.870 14.089 10.196 4.213 4.513 50.304
94-PAPUA BARAT 15.060 15.714 36.836 25.406 12.864 8.971 125.065
INDONESIA 2.913.017 2.683.332 2.451.613 1.758.451 601.185 369.253 12.750.173
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Jumlah rumah tangga potensi demand menurut lapangan pekerjaan per provinsi disajikan
pada tabel 3.9 dibawah ini.

Provinsi-provinsi dengan jumlah potensi demand yang besar seperti Provinsi Sumatera
Utara, DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa tengah, Banten dan Riau lapangan pekerjaan
terbesar adalah pada sector perdagangan & Jasa, kemudian pada sector Industri &
pertambangan, kecuali di Provinsi Sumatera Utara dan Riau lapangan pekerjaan
berikutnya setelah sector perdagangan & jasa, adalah pada sector pertanian.

Secara lebih jelas untuk provinsi-provinsi lainnya dapat dilihat pada tabel 3.9 dibawah ini.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 38


Tabel 3.9 Jumlah Rumah Tangga Belum memiliki Rumah berdaya Beli (Potensi Demand)
Menurut Provinsi dan Sektor Pekerjaan, tahun 2020

PROVINSI Pertanian Lainnya


Pertambangan, Perdagangan, Potensi Jumlah Ruta
Industri Jasa Demand Backlog
11-ACEH 52.870 29.387 100.131 18.642 201.030 228.822
12-SUMATERA UTARA 262.088 162.380 441.319 57.135 922.922 1.025.068
13-SUMATERA BARAT 71.355 62.802 150.717 33.788 318.662 349.748
14-RIAU 150.972 99.858 183.648 22.279 456.757 482.823
15-JAMBI 25.446 21.395 55.237 7.020 109.098 129.226
16-SUMATERA SELATAN 65.539 55.947 132.273 18.930 272.689 358.251
17-BENGKULU 15.239 9.268 33.252 7.214 64.973 81.261
18-LAMPUNG 38.099 30.519 94.244 17.160 180.022 240.408
19-KEP BANGKA BELITUNG 8.221 13.268 23.743 2.885 48.117 50.861
21-KEPULAUAN RIAU 6.825 72.832 91.561 9.482 180.700 188.470
31-DKI JAKARTA 13.460 246.965 1.097.191 88.522 1.446.138 1.498.940
32-JAWA BARAT 112.551 736.599 1.274.284 187.115 2.310.549 2.816.398
33-JAWA TENGAH 60.208 202.414 317.864 74.511 654.997 937.879
34-DI. YOGYAKARTA 4.090 25.317 101.288 85.259 215.954 265.469
35-JAWA TIMUR 80.016 258.943 488.649 104.398 932.006 1.267.171
36-BANTEN 18.769 183.299 277.296 20.393 499.757 524.545
51-BALI 10.745 35.790 175.279 13.495 235.309 267.518
52-NUSA TENGGARA BARAT 9.707 20.152 58.040 21.260 109.159 161.085
53-NUSA TENGGARA TIMUR 13.089 10.169 62.050 17.684 102.992 135.207
61-KALIMANTAN BARAT 23.614 18.921 51.093 12.850 106.478 118.736
62-KALIMANTAN TENGAH 34.221 20.926 50.272 8.958 114.377 125.882
63-KALIMANTAN SELATAN 32.004 45.291 101.219 21.237 199.751 227.403
64-KALIMANTAN TIMUR 33.262 79.799 127.084 18.377 258.522 265.891
65-KALIMANTAN UTARA 7.288 7.439 19.187 3.250 37.164 38.222
71-SULAWESI UTARA 14.036 19.794 49.284 12.284 95.398 115.860
72-SULAWESI TENGAH 18.046 15.927 45.928 5.678 85.579 100.621
73-SULAWESI SELATAN 28.983 49.183 126.409 29.165 233.740 304.254
74-SULAWESI TENGGARA 5.733 13.514 28.860 9.266 57.373 74.604
75-GORONTALO 5.537 7.458 23.279 4.403 40.677 52.004
76-SULAWESI BARAT 8.907 4.811 10.265 715 24.698 34.185
81-MALUKU 8.294 8.630 35.128 10.227 62.279 68.093
82-MALUKU UTARA 6.430 4.289 18.193 6.023 34.935 39.408
91-PAPUA 4.387 6.771 35.185 2.464 48.807 50.296
94-PAPUA BARAT 14.609 16.021 78.154 6.062 114.846 125.059
INDONESIA 1.264.706 2.596.205 5.957.738 958.198 10.776.847 12.750.173

3.2 Demand Efektif dan Real Demand

Sebagaimana penjelasan pada bagian sebelumnya, maka potensi demand adalah


dapatlah disebut sebagai rumah tangga yang belum menempati rumah milik sendiri (sewa,
kontrak, rumah famili) tapi rumah tangga tersebut berkemampuan untuk memiliki rumah
baik dengan tunai atau mencicil. Dengan kata lain, merupakan katagori penyewa/renter
yang berkemampuan membeli rumah.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 39


Gambar 3.3. Bagan Alur Potensi Demand, Demand effektif dan Real Demand

Gambar 3.3 diatas merupakan bagan alur dari mulai rumah tangga yang berkebutuhan
rumah (Need), yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang berdaya beli dan yang
tidak berdaya beli. Yang selanjutnya rumah tangga yang belum memiliki rumah namun
berdaya beli (pendapatannya > Garis miskin ) kemudian disebut sebagai Demand
Potensi. Kelompok Demand potensi inipun dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu yang
berniat membeli rumah dalam waktu dekat dan kelompok yang belum berniat untuk
membeli rumah. Kelompok yang berniat akan membeli rumah/memiliki rumah dalam
waktu dekat disebut sebagai kelompok Demand efektif.

a. Demand Effektif
Penelusuran sampai dengan konsep demand efektif ini, kebutuhan datanya diperoleh dari
Susenas KOR, Susenas KP yang setiap tahun dilakukan survey oleh BPS pada setiap
bulan Maret, khususnya data untuk melihat Potensi Demand. Kemudian dari survey
Susenas MKP, yang dilakukan pencacahannya pada bulan September setiap tiga tahun

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 40


sekali. Data yang berasal dari Susenas MKP inilah bisa diperoleh data Effektif Demand.
Kalau dilihat alur dari gambar 3.3 diatas maka rumah tangga pada kelompok Demand
effektif selanjutnya akan merealisasikan permintaan akan rumah dengan berbagai cara,
bisa membeli dengan cara mencicil baik rumah subsidi maupun rumah komersil sesuai
dengan kemampuan keuangannya, dapat juga membeli secara tunai. Informasi rumah
tangga yang berniat membeli rumah dalam waktu dekat ini tercatat pada susenas MKP
yang periode pencatatannya adalah 3 (tiga) tahun sekali di bulan September.
Tabel 3.10 Jumlah RT yang tidak memiliki rumah dan Rencana Membeli Rumah
Tahun 2019
KRT berencana untuk membeli / membangun rumah sendiri
Rumah
membangun
PROVINSI membeli angsuran Demand Tidak ada tangga
angsuran rumah
tunai non KPR effectif rencana Baclog
KPR sendiri
Aceh 11.147 5.820 1.808 18.775 123.731 95.498 238.004
Sumatera Utara 113.185 29.530 9.595 152.310 398.606 486.913 1.037.829
Sumatera Barat 21.474 25.854 1.444 48.772 146.772 211.734 407.278
Riau 28.522 27.115 3.083 58.720 198.944 219.686 477.350
Jambi 1.384 7.613 0 8.997 77.343 63.326 149.666
Sumatera Selatan 27.476 45.331 0 72.807 138.217 186.173 397.197
Bengkulu 2.630 8.284 0 10.914 33.348 30.326 74.588
Lampung 5.257 5.334 0 10.591 94.963 90.168 195.722
Kep Bangka Belitung 893 613 272 1.778 23.987 16.110 41.875
Kepulauan Riau 5.524 33.111 5.519 44.154 62.422 93.754 200.330
DKI Jakarta 254.912 234.779 26.218 515.909 219.006 694.513 1.429.428
Jawa Barat 230.039 235.493 26.164 491.696 669.314 1.592.880 2.753.890
Jawa Tengah 53.671 47.065 11.159 111.895 251.587 511.224 874.706
DI Yogyakarta 24.127 10.870 2.785 37.782 112.694 104.721 255.197
Jawa Timur 92.366 51.391 4.106 147.863 270.865 756.412 1.175.140
Banten 66.666 60.891 0 127.557 122.577 216.426 466.560
Bali 1.134 21.259 0 22.393 31.144 176.872 230.409
Nusa Tenggara Barat 6.653 3.012 0 9.665 69.346 77.721 156.732
Nusa Tenggara Timur 697 1.766 0 2.463 43.575 98.959 144.997
Kalimantan Barat 5.705 6.974 0 12.679 58.326 82.695 153.700
Kalimantan Tengah 3.359 9.172 2.423 14.954 54.970 77.096 147.020
Kalimantan Selatan 11.477 16.180 0 27.657 75.167 131.837 234.661
Kalimantan Timur 11.943 9.016 0 20.959 113.611 92.287 226.857
Kalimantan Utara 364 2.055 0 2.419 25.935 16.043 44.397
Sulawesi Utara 4.306 13.510 1.189 19.005 40.270 76.615 135.890
Sulawesi Tengah 4.361 7.797 0 12.158 53.894 28.659 94.711
Sulawesi Selatan 31.277 26.774 182 58.233 84.565 138.719 281.517
Sulawesi Tenggara 841 3.746 2.441 7.028 38.616 30.955 76.599
Gorontalo 0 543 0 543 23.629 33.433 57.605
Sulawesi Barat 364 639 526 1.529 22.064 8.142 31.735
Maluku 0 1.111 0 1.111 32.128 31.384 64.623
Maluku Utara 954 1.980 0 2.934 21.315 18.873 43.122
Papua Barat 204 1.318 1.053 2.575 27.558 29.273 59.406
Papua 3.916 3.039 923 7.878 45.233 97.168 150.279
Indonesia 1.026.828 958.985 100.890 2.086.703 3.805.722 6.616.595 12.509.020
Sumber: Susenas MKP (Sep 2019, diolah)
Berdasarkan hasil susenas MKP 2019, diperoleh Informasi jumlah rumah tangga yang
berniat membeli rumah (efektif demand) sebanyak 2.086.703,kemudian berniat
membangun sendiri 3.805.722 sedangkan yang tidak berniat membeli/membangun rumah

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 41


adalah sebanyak 6.616.595. Informasi yang terkait tentang demand efektif ini disajikan
pada Tabel 3.10.

Informasi yang berniat membeli/membangun rumah dalam waktu dekat menurut


kelompok umur menarik untuk diperhatikan sebagaimana tersaji pada Tabel 3.11 dibawah
ini. Kelompok rumah tangga yang KRT Milenial yang mempunyai rencana membeli rumah
sebesar 18,81 %, merupakan persentase terbesar, pada posisi berikutnya adalah
kelompok KRT Generasi X ( usia 40 sd 55 tahun) sebesar 17,36 %, selanjutnya kelompok
KRT baby boomer sebesar 10,92%, sedangkan yang terendah persentasenya adalah
pada kelompok pre boomes sebesar 4,06%.
Persentase demand effektif terhadap terhadap total rumah tangga backlog adalah
sebesar 16,68 %., untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut ini.
Perlu dijelaskan pada pengelompokkan umur pada Susenas MKP, sedikit berbeda
dengan pada Susenas KOR yang ada pada web hreis. Susenas MKP masih diolah
tersendiri secara manual. Pengelompokkan umur pada Susenas MKP sebagai berikut:
 Kelompok <= 23 tahun, generation Z
 Kelompok 24 – 39 tahun, gen Milenial
 Kelompok 40 – 55 tahun, generation X
 Kelompok 56 – 74 tahun, Baby boomer dan
 Kelompok > 74 tahun, Pre boomer.
Tabel 3.11 Persentase Rumah Tangga (Demand Effektif) menurut Kelompok
Umur Tahun 2019
KRT atau pasangan berencana untuk membeli atau membangun rumah
sendiri Rumah
Kelompok Umur membang Tidak tangga
membeli angsuran Demand
angsuran un rumah ada Baclog
tunai KPR effektif
non KPR sendiri rencana
<=23 th/Generation Z 5,68 4,19 0,47 10,33 16,02 73,65 100
24 - 39 th/Milenial 8,35 9,63 0,83 18,81 36,27 44,92 100
40 - 55 th/Generation X 9,44 7,02 0,90 17,36 29,44 53,20 100
56 - 74 th/Babby Boomer 6,32 3,81 0,78 10,92 20,06 69,02 100
>74 th/Pre-Boomer 4,06 0,00 0,00 4,06 6,39 89,55 100
Jumlah Ruta Backlog 8,21 7,67 0,81 16,68 30,42 52,89 100
Sumber: Susenas MKP (Sept 2019, diolah)

Jumlah rumah tangga demand efektif, atau yang berniat membeli rumah menurut wilayah
dan kelompok umur KRT disajikan pada tabel 3.12 dibawah ini.

Dari total demand effektif sebesar 2.086.703 rumah tangga, yang tinggal di wilayah
perkotaan berjumlah 1.985.049 dan yang tinggal di wilayah perdesaan berjumlah 101.654.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 42


Apabila dibandingkan antara berniat membeli rumah dan rumah tangga yang berniat
membangun rumah sendiri di wilayah perdesaan ternyata perbedaannya cukup menyolok,
jumlah rumah tangga yang berniat membangun rumah sendiri sebesar 1.343.089 rumah
tangga, sedangkan yang berniat membeli rumah hanya 101.654 rumah tangga.

Tabel 3.12 Jumlah rumah Tangga Backlog yang berniat membeli rumah menurut
Wilayah dan Kelompok Umur Tahun 2019
KRT atau pasangan berencana untuk membeli atau membangun rumah sendiri
membangun Rumah
Daerah/Kelompok Umur
membeli angsuran angsuran Demand rumah Tidak ada tangga
tunai KPR non KPR effektif sendiri rencana Baclog
Perkotaan

Generation Z (<=23 th) 62.952 46.768 5.531 115.251 115.363 800.752 1.031.366

Milenial (24 - 39 th) 470.795 579.285 43.592 1.093.672 1.387.585 2.222.739 4.703.996

Generation X (40 - 55 th) 349.515 261.755 35.140 646.410 794.050 1.725.984 3.166.444

Babby Boomer (56 - 74 th) 71.892 43.457 9.008 124.357 158.683 610.230 893.270

Pre-Boomer (>74 th) 5.358 1 5.359 6.952 71.562 83.873

Total 960.512 931.265 93.272 1.985.049 2.462.633 5.431.267 9.878.949


Perdesaan

<=23 th (Generation Z) 3.855 2.515 6.370 73.183 66.115 145.668

24 - 39 th (Milenial) 42.684 12.554 7.618 62.856 841.624 538.429 1.442.909

40 - 55 th (Generation X) 18.887 12.271 31.158 354.598 350.089 735.845

56 - 74 th (Babby Boomer) 890 380 1.270 72.202 184.077 257.549

>74 th (Pre-Boomer) 1.482 46.618 48.100

Total 66.316 27.720 7.618 101.654 1.343.089 1.185.328 2.630.071


Kota dan Desa
<=23 th (Generation Z)
66.807 49.283 5.531 121.621 188.546 866.867 1.177.034
24 - 39 th (Milenial)
513.479 591.839 51.210 1.156.528 2.229.209 2.761.168 6.146.905
40 - 55 th (Generation X)
368.402 274.026 35.140 677.568 1.148.648 2.076.073 3.902.289
56 - 74 th (Babby Boomer)
72.782 43.837 9.008 125.627 230.885 794.307 1.150.819
>74 th (Pre-Boomer)
5.358 1 5.359 8.434 118.180 131.973
Jumlah Ruta Backlog
1.026.828 958.985 100.890 2.086.703 3.805.722 6.616.595 12.509.020
Sumber: Susenas MKP (Sept 2019, diolah)
Pada daerah kota perbandingan antara rumah tangga yang berniat membeli rumah dang
yang berniat membangun sendiri rumahnya tidak terlalu besar perbedaannya. Jumlah
rumah tangga di perkotaan yang berniat membangun sendiri rumah sebesar 2.462.633,

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 43


sedangkan yang berniat membeli rumah sebesar 1.985.049. Untuk lebih jelasnya uraian
rincian lainnya dapat dilihat pada tabel 3.12 diatas.

Pada Tabel 3.13 dibawah ini disajikan data rumah tangga demand efektif menurut Sex
dan kelompok umur kepala rumah tangga.

Tabel 3.13 Jumlah rumah Tangga Backlog yang berniat membeli rumah menurut
Sex dan Kelompok Umur Tahun 2019
KRT atau pasangan berencana untuk membeli atau membangun rumah
Rumah
Kelompok Umur /Jenis
membeli angsuran Demand membangun Tidak ada tangga
Kelamin KRT angsuran
tunai non KPR effective rumah rencana Baclog
KPR
Laki-laki

<=23 th/Generation Z 45.038 37.216 1.463 83.717 148.034 504.117 735.868

24 - 39 th/Milenial 487.745 549.086 50.549 1.087.380 2.146.961 2.524.588 5.758.929

40 - 55 th/Generation X 330.472 243.605 29.573 603.650 1.064.263 1.698.777 3.366.690

56 - 74 th/Babby Boomer 66.482 22.904 8.312 97.698 184.041 512.278 794.017

>74 th/Pre-Boomer 5.358 - 1 5.359 3.745 54.936 64.040

Total 935.095 852.811 89.898 1.877.804 3.547.044 5.294.696 10.719.544


Perempuan

<=23 th/Generation Z 21.769 12.067 4.068 37.904 40.512 362.750 441.166

24 - 39 th/Milenial 25.734 42.753 661 69.148 82.248 236.580 387.976

40 - 55 th/Generation X 37.930 30.421 5.567 73.918 84.385 377.296 535.599

56 - 74 th/Babby Boomer 6.300 20.933 696 27.929 46.844 282.029 356.802

>74 th/Pre-Boomer - - - - 4.689 63.244 67.933

Total 91.733 106.174 10.992 208.899 258.678 1.321.899 1.789.476


Laki-laki dan Perempuan

<=23 th/Generation Z 66.807 49.283 5.531 121.621 188.546 866.867 1.177.034

24 - 39 th/Milenial 513.479 591.839 51.210 1.156.528 2.229.209 2.761.168 6.146.905

40 - 55 th/Generation X 368.402 274.026 35.140 677.568 1.148.648 2.076.073 3.902.289

56 - 74 th/Babby Boomer 72.782 43.837 9.008 125.627 230.885 794.307 1.150.819

>74 th/Pre-Boomer 5.358 - 1 5.359 8.434 118.180 131.973

Total 1.026.828 958.985 100.890 2.086.703 3.805.722 6.616.595 12.509.020


Sumber: Susenas MKP (Sept 2019, diolah)
b. Real Demand dan Identifikasi Kebutuhan Data

Secara konsepsi sebagaimana yang digambarkan pada gambar 3.3, maka rumah tangga
yang masuk kategori antre rumah/housing queue adalah pada kelompok demand efektif,

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 44


namun demikian pada kelompok ini masih belum konkrit, karena konkritnya mereka yang
masuk pada kelompok demand efektif seharusnya juga diimbangi dengan realisasi
kelompok ini untuk serius niatannya mengambil rumah, seperti rumah subsidi, rumah
komersil, dengan cara melalui KPR ataupun non KPR.
Tabel 3.14 Realisasi Rumah Subsidi dan Komersil Program Sejuta Rumah
2018 2019
Provinsi NON NON
MBR MBR Total MBR MBR Total
Aceh 13,923 2,076 15,999 22,627 125 22,752
Sumatera Utara 18,716 49,26 67,976 75,616 1,148 76,764
Sumatera Barat 17,623 604 18,227 18,534 356 18,89
Riau 43,265 6,892 50,157 12,708 1,309 14,017
Jambi 12,297 2,003 14,3 9,551 76 9,627
Sumatera Selatan 43,298 4,218 47,516 60,836 6,866 67,702
Bengkulu 11,855 888 12,743 33,589 539 34,128
Lampung 30,246 7,971 38,217 24,1 7,348 31,448
Kepulauan Bangka Belitung 9,833 424 10,257 8,631 0 8,631
Kepulauan Riau 9,659 3,563 13,222 8,07 6,464 14,534
Banten 36,419 48,755 85,174 26,239 41,584 67,823
Dki Jakarta 9,533 27,746 37,279 6,813 128,782 135,595
Jawa Barat 142,035 128,202 270,237 117,601 73,285 190,886
Jawa Tengah 91,502 18,495 109,997 89,257 6,67 95,927
Jawa Timur 41,556 19,352 60,908 68,317 4,722 73,039
Di Yogyakarta 10,038 7,273 17,311 8,56 2,771 11,331
Bali 5,28 1,83 7,11 5,488 136 5,624
Nusa Tenggara Barat 20,065 294 20,359 71,378 1,434 72,812
Nusa Tenggara Timur 13,037 1,073 14,11 18,508 0 18,508
Kalimantan Barat 29,026 1,375 30,401 43,226 0 43,226
Kalimantan Tengah 5,615 - 5,615 11,025 51 11,076
Kalimantan Selatan 20,886 47 20,933 24,799 2,284 27,083
Kalimantan Timur 14,587 6,85 21,437 26,348 21,391 47,739
Kalimantan Utara 4,377 760 5,137 6,955 0 6,955
Sulawesi Utara 15,117 10 15,127 10,157 0 10,157
Sulawesi Tengah 7,369 20 7,389 16,053 0 16,053
Sulawesi Selatan 37,661 4,629 42,29 53,983 1,489 55,472
Sulawesi Tenggara 18,531 720 19,251 11,896 0 11,896
Sulawesi Barat 5,964 56 6,02 9,603 1,605 11,208
Gorontalo 8,321 790 9,111 7,407 1,034 8,441
Maluku 4,278 81 4,359 8,728 174 8,902
Maluku Utara 4,749 177 4,926 7,315 918 8,233
Papua 14,651 270 14,921 12,394 0 12,394
Papua Barat 14,329 276 14,605 8,849 130 8,979
Indonesia 785,641 346,98 1,132,621 945,161 312,691 1,257,852
Sumber: Dit RUK PUPR

Selain itu kelompok demand efektif ada juga berniat untuk membeli tunai, atau
membangun sendiri. Tentunya alasan utama bila belum merealisasikan membeli tunai
atau membangun sendiri, lebih banyak pada factor ekonomi, ataupun selera dalam

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 45


memilih lokasi rumah.

Selama ini data yang terkait dengan realisasi demand/ Housing Queue adalah data yang
ada pada aplikasi Sikasep, yaitu data yang mendaftar sebagai pemohon rumah subsidi,
dan pemohon perbaikan rumah dalam aplikasi eRTLH. Data lain untuk yang mendaftar
rumah komersil, maupun mendaftar pada developer belum tersedia datanya. Data
tentang realisasi program sejuta rumah tersaji pada Tabel 3.14 diatas

c. Program Sejuta Rumah


Saat ini Pemerintah mempunyai program Sejuta Rumah ( PSR). Program Sejuta Rumah
merupakan program strategis nasional pemerintah yangmenggerakkan para pemangku
kepentingan bidang perumahan, dalam rangka percepatanpenyediaan hunian layak bagi
masyarakat, yang bertujuan mengurangi backlog dan peningkatan kualitas rumah tidak
layak huni. Program Sejuta Rumah berjalan sejak dicanang kan pada tanggal 29 April
2015 oleh Bapak Presiden Joko Widodo. Program ini merupakan wujud keseriusan
pemerintah untuk menangani backlog perumahan baik kepemilikan maupun penghunian,
dan peningkatan kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Pemerintah melakukan pembangunan rumah dan juga mendorong percepatan
pembangunan oleh swasta dengan cara melakukan deregulasi perizinan yang dapat
meningkatkan pembangunan perumahan.
Dalam hal kebijakan pemerintah terkait perumahan ada 2 pokok kebijakan yaitu kebijakan
yang terkait dengan pembiayaan perumahan dan penyediaan perumahan.
Dari sisi kebijakan bantuan pembiayaan perumahan diperlukan suatu sistem informasi
untuk menjaring kelompok masyarakat dalam penentuan kebijakan pemberian bantuan
pembiayaan perumahan.
Realisasi program sejuta rumah, berupa jumlah unit rumah yang dibangun pada tahun
2018 adalah sebanyak 1.132.621 unit rumah dan pada tahun 2019 ada peningkatan
menjadi 1.257.852 unit rumah.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 46


Tabel 3.15 Realisasi Program Sejuta Rumah menurut MBR dan Non MBR

JUMLAH (UNIT) Persentase


PERUNTUKAN PELAKU PEMBANGUNAN
2018 2019 2018 2019
PUPR 217.064 346.188 19,16 27,52
PEMERINTAH PUSAT K/L
50.002
LAIN - 0,00 3,98
MBR PEMDA 111.821 26.936 9,87 2,14
PENGEMBANG 447.364 514.864 39,50 40,93
MASYARAKAT 8.934 6.582 0,79 0,52
CSR 458 589 0,04 0,05
JUMLAH MBR 785.641 945.161 69,36 75,14
PENGEMBANG 290.656 309.082 25,66 24,57
NON MBR
MASYARAKAT 56.324 3.609 4,97 0,29
JUMLAH NON MBR 346.980 312.691 30,64 24,86
TOTAL 1.132.621 1.257.852 100,00 100,00
Sumber: Dit RUK PUPR

Pelaku pembangunan perumahan ini meliputi Pemerintah Pusat yaitu PUPR dan
Kementrian lainnya, serta Pemda, Pengembang, masyarakat dan CSR. Adapun dari sisi
peruntukannya sebagian besar untuk MBR sebanyak 69,36% pada tahun 2018 dan pada
tahun 2019 sebanyak 75,14%.
Dari sisi pelaku pembangunan persentase terbesar dilaksanakan oleh pengembang yaitu
untuk MBR sebanyak 447.364 unit pada tahun 2018 dan 514.864 unit pada tahun 2019.
Untuk non MBR Pengembang membangun 290.656 unit pada tahun 2018 dan 309.082
unit pada tahun 2019. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.15. diatas.
Pada tabel 3.16 dibawah ini disajikan data – data potensi demand, demand efektif dan
real demand dari program sejuta rumah per provinsi. Dengan demikian terdapat benang
merah hubungan antara data hasil survey Susenas MKP 2019 dengan real demand
program sejuta rumah. Data Susenas MKP dapat dijadikan landasan makro untuk data
awal rancangan pembiayaan dari program sejuta rumah.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 47


Tabel 3.16 Perbandingan Potensi Demand, Demand Efektif dan Real Demand
tahun 2019
Potensi Demand Real Demand ( PSR )
Provinsi
Demand Efektif MBR Non MBR Total
Aceh 211.884 18.789 22.627 125 22.752
Sumatera Utara 966.257 152.375 75.616 1.148 76.764
Sumatera Barat 383.329 48.803 18.534 356 18.890
Riau 455.512 58.740 12.708 1.309 14.017
Jambi 138.353 9.003 9.551 76 9.627
Sumatera Selatan 347.195 72.827 60.836 6.866 67.702
Bengkulu 63.862 10.923 33.589 539 34.128
Lampung 174.007 10.596 24.100 7.348 31.448
Kepulauan Bangka Belitung 39.802 1.780 8.631 0 8.631
Kepulauan Riau 194.416 44.171 8.070 6.464 14.534
DKI Jakarta 1.386.505 510.326 26.239 41.584 67.823
Jawa Barat 2.635.529 486.505 6.813 128.782 135.595
Jawa Tengah 820.850 111.946 117.601 73.285 190.886
DI Yogyakarta 248.392 37.797 89.257 6.670 95.927
Jawa Timur 1.118.562 147.911 68.317 4.722 73.039
Banten 447.277 127.580 8.560 2.771 11.331
Bali 224.630 22.402 5.488 136 5.624
Nusa Tenggara Barat 136.051 9.671 71.378 1.434 72.812
Nusa Tenggara Timur 137.187 2.465 18.508 0 18.508
Kalimantan Barat 146.706 12.684 43.226 0 43.226
Kalimantan Tengah 143.845 14.968 11.025 51 11.076
Kalimantan Selatan 225.751 27.672 24.799 2.284 27.083
Kalimantan Timur 213.152 20.970 26.348 21.391 47.739
Kalimantan Utara 42.911 2.421 6.955 0 6.955
Sulawesi Utara 127.948 19.020 10.157 0 10.157
Sulawesi Tengah 91.145 12.166 16.053 0 16.053
Sulawesi Selatan 264.656 56.066 53.983 1.489 55.472
Sulawesi Tenggara 69.505 7.033 11.896 0 11.896
Gorontalo 53.552 543 9.603 1.605 11.208
Sulawesi Barat 30.800 1.530 7.407 1.034 8.441
Maluku 63.669 1.112 8.728 174 8.902
Maluku Utara 42.287 2.936 7.315 918 8.233
Papua Barat 57.420 2.580 12.394 0 12.394
Papua 141.882 7.884 8.849 130 8.979
INDONESIA 11.861.021 2.074.197 945.161 312.691 1.257.852
Sumber: Susenas MKP (Sept 2019) dan Dit RUK

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 48


BAB IV
PROFIL RUMAH LAYAK HUNI

Perumahan dan permukiman yang layak merupakan salah satu kebutuhan dasar seperti halnya
pendidikan dan kesehatan yang pemenuhannya dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal
28(h). Komitmen terhadap pemenuhan kebutuhan dasar tersebut juga sejalan dengan Agenda
Global Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 (Sustainable Development Goals) atau yang
dikenal dengan SDGs, terutama Goals 6.1.1 (akses air minum); Goals 6.2.1 (akses sanitasi); dan Goals
11.1.1 (akses rumah layak huni). Wujud komitmen Pemerintah Indonesia kemudian ditetapkan dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang mengamanatkan perlunya sinergi SDGs dengan rencana
pembangunan jangka menengah nasional dan daerah.Dengan mengacu pada SDGs diatas ,
maka perlu dilakukan pergeseran sasaran dan indicator pembangunan perumahan dan
pemukiman dari berbasis output seperti produksi rumah menjadi sasaran berbasis hasil
(outcome ), yaitu akses terhadap rumah layak, aman dan terjangkau. Pengertian ini kemudian
diterjemahkan ke dalam indicator utama dan indicator tambahan. Indikator utama adalah
persentase rumah tangga yang mampu mengakses dan tinggal di rumah layak, berdasarkan (1)
ketahanan konstruksi; (2) akses air minum; (3) akses sanitasi; dan (4) Kecukupan luas tempat tinggal.
Sedangkan indikator tambahan meliputi (1) permukiman kumuh; (2) angka kepemilikan rumah; (3)
keterjangkauan dan (4) keamanan bermukim.

4.1 Rumah Tidak Layak Huni

Salah satu indikator dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) ke-11 adalah
proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau.
Mengacu pada definisi nasional dan global, hunian layak memiliki 4 (empat) kriteria,

meliputi: kecukupan luas tempat tinggal (sufficient living space) minimal 7,2 m2 per kapita,
memiliki akses air minum (access to improved water), memiliki akses sanitasi layak
(access to adequate sanitation), dan memenuhi syarat ketahanan bangunan (durable
housing) yaitu bahan bangunan utama atap rumah terluas bukan jerami/ijuk/daun-
daunan/rumbia/lainnya, bahan bangunan utama lantai terluas bukan berupa tanah atau
lainnya, serta bahan bangunan utama dinding rumah terluas bukan berupa bambu atau
lainnya. Indikator ini dapat digunakan untuk memantau peningkatan rumah tangga yang
tinggal di hunian layak dan terjangkau, sebagai upaya pengurangan penduduk yang

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 49


tinggal di daerah kumuh, permukiman liar, atau rumah yang tidak layak (Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
2017).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik


Indonesia Nomor 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya,
pemerintah memberi bantuan berupa uang atau barang untuk membeli bahan bangunan
dalam rangka mewujudkan perumahan yang layak huni. Untuk melaksanakan program
tersebut, dibutuhkan informasi rumah tangga yang menempati rumah tidak layak huni
sebagai salah satu syarat penerima bantuan program tersebut. Rumah layak huni
merupakan indikator komposit dari beberapa indikator, yaitu air minum layak, sanitasi
layak, kecukupan luas lantai hunian, dan kualitas perumahan (jenis atap terluas, jenis
dinding terluas, jenis lantai terluas dan sumber penerangan). Dari ketujuh indikator
pembentuk rumah layak huni tersebut, rumah tangga dikategorikan menempati rumah
layak huni jika terdapat maksimum dua indikator pembentuk yang kurang baik.
Sementara itu jika terdapat tiga indikator pembentuk kurang baik maka dikategorikan
rumah rawan layak huni.

Indikator rumah layak huni dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
masyarakat. Semakin tinggi persentase rumah tangga yang tinggal di rumah layak huni
semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini mengindikasikan semakin
terpenuhi kebutuhan dasar perumahannya.

Sejak tahun 2019 konsep penetapan rumah tidak layak huni menggunakan kriteria 4
komponen penyusun status kelayak hunian rumah:
 Ketahanan Bangunan: dilihat berdasarkan jenis atap, dinding, lantai yang
digunakan.
 Akses air minum.
 Akses sanitasi.
 Luas lantai per kapita

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 50


Jika salah 1 dari 4 komponen diatas terdapat komponen yang tidak layak, maka
dikategorikan rumah tersebut menjadi rumah tidak layak huni.

Proses penghitungan Rumah layak huni mengacu pada kesepakatan konsep yang
tersebut dalam surat Bappenas No: 661/Dt 2.4/01/2019 mengenai Meta Data SDGs . Hasil
perhitungan dengan menggunakan kriteria yang baru maka persentase rumah tangga
yang mempunyai akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau, tercatat
sebagaimana gambar 4.1 dibawah ini

Gambar 4.1 Persentase Rumah Tangga Memiliki Akses terhadap


RLH dan Terjangkau
70
59.54
56.51
53.31 54.09
51.73
47.99
50

40

30

20

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Sumber : BPS dalam RPJMN 2019 – 2024

Berdasarkan RPJMN 2019 – 2024, target pencapaian persentase rumah tangga yang
mempunyai akses terhadap hunian layak dan terjangkau , pada tahun 2024 sebesar 70%.
Hasil perhitungan dengan menggunakan komponen baru pada tahun 2019 dan 2020,
persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap rumah hunian layak dan
terjangkau telah mencapai 56,51 % pada tahun 2019 dan 59,54 % pada tahun 2020.
Gambar 4.1 menggambarkan persentase rumah layak huni sejak tahun 2015, yang mana
angka 2015 sd 2018 dihitung mundur dengan menggunakan kriteria sebagaimana tercatat
dalam metadata SDGs.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 51


Gambar 4.2 Persentase Rumah Tangga memiliki
aksesterhadap 4 komponen Layak
100
90.32 91.04 91.91 91.45 91.62 92.
0 21
90 89 27
86.96
86.44 87.54 87.75 8
80 80.75 71
9.57
3
77.47 77.39
78.45 79.6 80.04
70
67 95
60

50

40

30

20

10

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Rumah Tangga menempati bangunan fisik layak

Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Layak1)


Persentase Rumah Tangga menurut Sanitasi Layak2)Persentase
Rumah Tangga menurut Luas Hunian per kapita < =7,2m2 3)

Sumber: BPS
Besaran nilai persentase rumah tangga yang memiliki akses layak berdasarkan 4 (empat )
komponen yang didasarkan pada kriteria dalam metadata SDGs, di visualisasikan pada
gambar 4.2 diatas.
Secara umum persentase rumah tangga yang tinggal di rumah layak huni dan terjangkau
di daerah perkotaan lebih tinggi persentasenya dari pada di perdesaan. Ditinjau dari sisi
kelompok umur maka kelompok umur gen X , gen baby boomer dan pre boomer lebih tinggi
persentase yang tinggal di rumah layak huni dibandingkan dengan gen Milenial dan gen Z.
Di daerah perkotaan , rumah tangga gen Z yang tinggal di rumah layak huni lebih tinggi
persentasenya dari pada gen Milenial. Namun sebaliknya untuk daerah pedesaan , rumah
tangga yang tinggal di rumah layak huni kelompok gen Z , lebih rendah persentasenya dari
pada kelompok gen Milenial.
Rincian detilnya dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 52


Gambar 4.3. Persentase Rumah Tangga Yang tinggal Di Rumah layak
Huni 2020
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Laki- Laki- Laki-
Kota
Pere laki + Pere laki + Pere laki +
Laki- Pedes Laki- + Laki-
Kota mpua Pere mppu Pere mpua Pere
laki aan laki Pedes laki
n mpua an mpua n mpua
aan
n n n
<=23 hn/Generation Z 61,54 71,68 65,57 40,71 52,26 42,15 54,76 69,84 59,73
24 - 39 th/Milenial 57,06 62,27 57,38 49,21 55,27 49,56 53,70 59,43 54,04
40 - 55 th/Generation X 63,51 64,65 63,64 56,67 56,09 56,59 60,53 60,57 60,54
56 - 74 th/Babby Boomer 68,39 66,10 67,82 58,70 55,19 57,78 63,99 60,93 63,21
>74 th/Pre Boomer 67,08 67,19 67,12 54,51 51,51 53,29 60,96 59,53 60,38

<=23 hn/Generation Z 24 - 39 th/Milenial 40 - 55 th/Generation X


56 - 74 th/Babby Boomer >74 th/Pre Boomer

4.2 Sebaran RLH

Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau
pada tahun 2019 sebesar 56,51 persen, dan sebaran untuk daerah perkotaan sebesar
61,09 persen, sedangkan daerah pedesaan sebesar 50,67 persen.

Grafik 4.4 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Hunian

yang Layak dan Terjangkau menurut Daerah, tahun 2019

Perdesaan

Perkotaan

Perkotaan+Perdesaan

Sumber: BPS

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 53


Berdasarkan pada Tabel 4.1 dibawah ini, tercatat besaran persentase rumah tangga yang
mengakses rymah layak huni dan terjangkau sebagaimana konsep yang ada pada
metadata SDGs , tahun 2019 sebesar 56,51 persen dan data terakhir tahun 2020 sebesar
59,54 persen.

Tabel 4.1 Persentase Rumah Tangga menempati Rumah


Layak Huni Tahun 2019-2020
PROVINSI 2019 2020
ACEH 57,41 63,21
SUMATERA UTARA 64,65 67,44
SUMATERA BARAT 51,42 56,87
RIAU 62,94 68,44
JAMBI 54,78 61,41
SUMATERA SELATAN 52,24 55,25
BENGKULU 41,73 47,94
LAMPUNG 52,00 53,22
KEP. BANGKA BELITUNG 26,16 30,64
KEP. RIAU 44,09 48,19
DKI JAKARTA 34,25 33,18
JAWA BARAT 49,29 52,28
JAWA TENGAH 64,69 67,93
DI YOGYAKARTA 81,61 86,19
JAWA TIMUR 65,61 68,08
BANTEN 56,92 56,21
BALI 77,24 77,05
NUSA TENGGARA BARAT 56,35 62,53
NUSA TENGGARA TIMUR 32,08 36,34
KALIMANTAN BARAT 53,52 58,81
KALIMANTAN TENGAH 47,90 51,97
KALIMANTAN SELATAN 46,73 52,99
KALIMANTAN TIMUR 65,55 70,80
KALIMANTAN UTARA 60,76 66,73
SULAWESI UTARA 64,61 69,48
SULAWESI TENGAH 56,65 58,85
SULAWESI SELATAN 60,93 64,24
SULAWESI TENGGARA 59,82 66,77
GORONTALO 62,26 65,42
SULAWESI BARAT 47,23 50,65
MALUKU 51,75 57,50
MALUKU UTARA 59,03 62,14
PAPUA BARAT 52,22 55,44
PAPUA 26,19 28,56
INDONESIA 56,51 59,54
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Tabel 4.1 memperlihatkan sebaran persentase rumah tangga yang dapat mengakses
rumah layak huni dan terjangkau sampai dengan level provinsi.. Pada wilayah Sumatera ,
provinsi-provinsi yang persentase rumah tangganya mengakses rumah layak huni dibawah
rata-rata nasional adalah provinsi Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Lampung, Kep Bangka Belitung dan Kep Riau.Tercatat yang terendah adalah Provinsi Kep.
Bangka Belitung baru mencapai 26,16 persen pada tahun 2019, kemudian pada tahun 2020
naik menjadi sebesar 30,64 persen.Selanjutnya Provinsi Bengkulu dan Kep.Riau pada
tahun 2020 baru mencapai 47,94 persen dan 48,19 persen.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 54


Persentase rumah tangga yang mengakses rumah layak huni di Pulau Jawa tercatat yang
tertinggi adalah Provinsi Yogyakarta sebesar 81,61 persen pada tahun 2019 dan 86,19
persen pada tahun 2020. Tercatat yang terendah persentasenya justru di DKI Jakarta ,
tercatat sebesar 34,25 persen tahun 2019, kemudian pada tahun 2020 sebesar 33,18
persen. Di DKI Jakarta terlihat banyak perkampungan yang padat sekali di sekeliling
gedung-gedung pencakar langit seperti apartemen maupun rumah-rumah cluster yang
mewah.

Provinsi Jawa Barat menempati urutan berikutnya yang persentasenya terendah yaitu
sebesar 49,29 persen pada tahun 2019 kemudian sedikit naik persentasenya menjadi 52,28
persen pada tahun 2020. Provinsi Jawa barat ini termasuk daerah tujuan para migran
karena alasan ekonomi, selain Jakarta. Mereka umumnya menjadikan padat wilayah-
wilayah Bodebek, bahkan migran tujuan Jakarta akhirnyapun pindah ke wilayah Bodebek
karena mahalnya akses rumah di Jakarta baik untuk sewa ataupun memiliki rumah sendiri.
Terkait dengan imbas kedatangan migran karena alasan ekonomi adalah Provinsi Banten
yaitu di wilayah Kab. Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, yang juga
menjadi limpahan penduduk asal Jakarta , yang mencari perumahan yang layak dan

terjangkau. Provinsi banten tercatat persentase rumah tangga yang mengakses rumah
layak huni dibawah rata-rata nasional. Wilayah Bali, Nusatenggara dan wilayah timur
lainnya yang tercatat persentase rumah layak huninya rendah adalah Provinsi NTT,
Maluku, Papua dan Papua Barat. Sedangkan di wilayah Kalimantan persentase terendah
di Provinsi Kalbar, Kalteng dan Kalimantan Selatan. Kemudian untuk wilayah Sulawesi,
Provinsi yang persentase rumah tangga mengakses rumah layak huni terendah adalah
Provinsi Sulawesi Barat. Untuk lebih jelasnya sebaran persentase rumah tangga
mengakses rumah layak huni per provinsi dapatdilihat pada Tabel 4.1 diatas.

Secara rata-rata pada tahun 2020, rumah tangga di Indonesia yang menempati rumah
layak huni (RLH) adalah sebesar 59,54 persen. Persentase terbesar rumah tangga yang
menempati RLH adalah di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 86,19 persen, kemudian di
Provinsi Bali sebesar 77,05 persen dan pada urutan ketiga adalah Provinsi Kalimantan
Timur sebesar 70,80 persen. Provinsi yang terendah adalah Provinsi Papua sebesar 28,56
persen, diatasnya sedikit adalah Provinsi Kep Bangka Belitung sebesar 30,64 persen dan
diatasnya lagi Provinsi DKI Jakarta sebesar 33,18 persen.

Tinjauan Rumah layak huni di Pulau sumatera menunjukkan bahwa yang terbesar akses
menempati RLH adalah di Provinsi Riau, kemudian diikuti Provinsi Sumatera Utara,
sedangkan yang terendah akses RLH di Sumatera setelah Bangka Belitung adalah Provinsi

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 55


Bengkulu. Akses terhadap RLH di Jawa, yang terbesar setelah Provinsi Yogyakarta adalah
Provinsi Jawa Timur, sedangkan persentase akses terhadap RLH yang terendah setelah
DKI adalah Provinsi Jawa Barat. Persentase rumah tangga yang mempunyai akses
terhadap RLH di Kalimantan dan Sulawesi yang tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Timur
dan Provinsi Sulawesi Utara. Sedangkan yang terendah di kedua Provinsi tersebut adalah
Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Sulawesi Tengah.

Tabel 4.2 menyajikan persentase rumah tangga yang memiliki akses menempati RLH dan
terjangkau per provinsi dan kelompok umur KRT disajikan pada Tabel 4.2 dibawah ini
Tabel 4.2 Rumah Tangga yang menempati Rumah Layak huni (RLH) menurut
kelompok umur KRT dan Provinsi tahun 2020

Kelompok Umur KRT


Jumlah
rumah
<=23 40 - 55 56 - 74 >74
tangga
hn/Genera 24 - 39 th/Generati th/Babby th/Pre- Rata-
tion Z th/Milenial on X Boomer Boomer rata
Aceh 69,64 59,20 62,93 67,37 63,18 63,21 1.331.745
Sumatera Utara 67,09 63,17 66,91 72,17 71,68 67,44 3.627.267
Sumatera Barat 66,20 53,91 55,41 60,55 56,22 56,87 1.350.189
Riau 71,22 65,37 68,83 72,51 67,83 68,44 1.800.741
Jambi 71,97 53,76 63,65 65,55 67,50 61,41 969.391
Sumatera Selatan 64,55 48,39 56,62 60,54 56,18 55,25 2.177.674
Bengkulu 66,88 43,49 49,48 49,73 38,84 47,94 549.421
Lampung 52,65 47,87 55,15 55,88 53,32 53,22 2.271.491
Kep Bangka Belitung 18,88 28,28 29,00 36,40 37,71 30,64 412.784
Kepulauan Riau 59,09 48,79 48,93 43,85 39,97 48,19 627.462
DKI Jakarta 37,59 26,58 30,94 42,54 59,07 33,18 3.069.495
Jawa Barat 48,28 48,79 53,79 53,97 52,64 52,28 13.987.267
Jawa Tengah 64,35 66,29 69,30 68,49 61,46 67,93 9.671.837
DI Yogyakarta 93,10 83,76 86,17 85,95 86,64 86,19 1.192.504
Jawa Timur 64,69 64,87 69,35 69,26 63,63 68,08 11.363.613
Banten 48,99 48,66 58,98 61,59 47,60 56,21 3.303.301
Bali 65,93 65,01 81,69 84,01 80,59 77,05 1.180.064
Nusa Tenggara Barat 60,14 58,43 65,68 64,06 60,14 62,53 1.486.768
Nusa Tenggara Timur 41,87 32,95 37,27 38,26 34,50 36,34 1.237.599
Kalimantan Barat 57,36 54,06 59,52 62,21 69,21 58,81 1.273.625
Kalimantan Tengah 64,95 47,84 54,08 52,71 49,75 51,97 751.649
Kalimantan Selatan 61,13 49,52 51,83 58,28 52,57 52,99 1.200.059
Kalimantan Timur 75,57 69,73 69,82 73,44 75,36 70,80 1.008.370
Kalimantan Utara 70,90 63,18 66,47 71,55 67,69 66,73 183.894
Sulawesi Utara 62,87 61,28 69,54 75,34 78,33 69,48 674.324
Sulawesi Tengah 60,91 51,95 60,06 63,72 67,90 58,85 779.505
Sulawesi Selatan 56,43 60,24 64,50 68,00 62,63 64,24 2.162.355
Sulawesi Tenggara 70,76 61,81 68,18 70,73 63,96 66,77 655.605
Gorontalo 55,65 57,85 66,41 73,78 77,71 65,42 310.410
Sulawesi Barat 38,02 45,40 53,67 55,06 43,11 50,65 336.718
Maluku 51,95 53,29 57,43 62,58 58,83 57,50 398.025
Maluku Utara 73,53 53,80 63,68 68,69 65,27 62,14 288.895
Papua Barat 49,33 52,15 55,89 60,07 65,64 55,44 231.517
Papua 15,48 23,75 28,94 40,75 50,65 28,56 926.723
Indonesia 59,73 54,04 60,54 63,21 60,38 59,54 72.792.286
Sumber: Susenas KOR (diolah)

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 Di Indonesia 2020 56


BAB V
PROFIL HARGA RUMAH, KETERJANGKAUAN Dan PEMBIAYAAN
Harga Rumah adalah nilai suatu barang berupa rumah yang diukur dengan jumlah uang.
Dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dan barang atau jasa
berikut pelayanannya. Buku Dasar-dasar Pemasaran (2002) karya Angipora P Marius,
menurut William J Stanton, harga merupakan jumlah uang yang dibutuhkan untuk
memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya.
Sedangkan Philip Kotler berpendapat harga sebagai sejumlah nilai atau uang yang
dibebankan atas suatu produk atau jasa untuk jumlah dari nilai yang ditukar konsumen.
Tinjauan Harga Rumah, didasarkan pada beberapa hal seperti,

 Harga penawaran adalah harga rumah yang ditawarkan oleh penjual individual
maupun perusahaan property dan disajikan di iklan baik melalui situs iklan seperti
rumah123 dan harga penawaran dan penilaian yang berasal dari Mappi..
 Harga penilaian adalah harga rumah hasil penilaian oleh lembaga yang kompeten
seperti MAPPI. atas pesanan lembaga tertentu sepert bank atau perusahaan
property.
 Harga transaksi adalah harga yang terjadi hasil transaksi antara penjual dan
pembeli baik untuk pembelian tunai maupun pembelian melalui kredit bank.
 Posisi Harga penawaran akan sama atau lebih besar dari harga penilaian.
Sedangkan posisi harga transaksi biasanya akan sama atau lebih rendah dari
harga penilaian. sama dengan harga penilaian bila pembelian melalui kredit bank,
sedikit lebih rendah dari harga penilaian bila pembelian secara tunai.

Arah kebijakan pembiayaan perumahan dapat ditinjau dari arah kebijakan pembangunan
perumahan nasional berdasarkan RPJMN 2020-2024. Kebijakan ini diarahkan untuk
meningkatkan akses masyarakat secara bertahap terhadap perumahan dan permukiman
layak, aman, dan terjangkau untuk mewujudkan kota yang inklusif dan layak huni. Strategi
dilakukan melalui tiga pendekatan utama, yakni pendekatan dari sisi permintaan (demand
side), dari sisi pasokan (supply side), dan lingkungan yang mendukung (enabling
environment). Strategi yang terkait dengan pembiayaan perumahan dilakukan melalui:

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 57


 Pemantapan sistem pembiayaan primer dan sekunder perumahan, termasuk
optimalisasi pemanfaatan sumber pembiayaan jangka panjang seperti Tabungan
dan Asuransi Pensiun (TASPEN) dan BPJS Ketenagakerjaan;
 Reformasi subsidi perumahan yang lebih efisien dan tepat sasaran;
 Perluasan fasilitas pembiayaan perumahan terutama bagi masyarakat
berpenghasilan tidak tetap dan membangun rumahnya secara swadaya.
 Pengembangan layanan Badan Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) untuk
memperluas akses pembiayaan perumahan.
 Pemanfaatan tanah milik negara/BUMN untuk mendukung penyediaan
perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

5.1 Profil Harga Rumah Tapak

Tinjauan harga rumah tapak meliputi 2 macam tipe harga yaitu harga rumah subsidi
(harga ketetapan pemerintah) dan harga rumah komersil (harga rumah berdasarkan
harga pasar bebas)

a. Harga Rumah Subsidi

Rumah bersubsidi mengikuti harga patokan dari pemerintah untuk kalangan masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR). Mereka bisa membeli menggunakan KPR bersubsidi
fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Rumah bersubsidi untuk kalangan
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Mereka bisa membeli menggunakan KPR
bersubsidi fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Menurut Dirjen Pembiayaan
Infrastruktur Kementerian PUPR Eko Djoeli Heripoerwanto, patokan harga baru untuk
rumah bersubsidi ini telah ditetapkan sejak tahun lalu melalui Keputusan Menteri PUPR
No. 535/KPTS/M/2019 yang mengatur patokan harga di lima wilayah. Adapun batasan
wilayah Jawa,( kecuali Jabodetek ), Sumatera ,(kecuali Kepulauan Riau, Bangka Belitung,
dan Kepulauan Mentawai). Wilayah Kalimantan, (kecuali Kabupaten Murung Raya dan
Kabupaten Mahakam Ulu) . Wilayah Sulawesi, Bangka Belitung, Kepulauan Mentawai,
dan Kepulauan Riau (kecuali Kepualaun Anambas). Wilayah Maluku, Maluku Utara, Bali,
dan Nusa Tenggara, Jabodetabek, Kepulauan Anambas, Kabupaten Murung Raya, dan
Mahakam Ulu serta Papua dan Papua Barat.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 58


Tabel 5.1 Harga Rumah Subsidi Ketetapan Pemerintah Tahun 2019 - 2020

Harga rumah subsidi (Rp)


Provinsi
2019 2020
11 ACEH 140.000.000 150.500.000
12 SUMATERA UTARA 140.000.000 150.500.000
13 SUMATERA BARAT 140.000.000 150.500.000
14 RIAU 140.000.000 150.500.000
15 JAMBI 140.000.000 150.500.000
16 SUMATERA SELATAN 140.000.000 150.500.000
17 BENGKULU 140.000.000 150.500.000
18 LAMPUNG 140.000.000 150.500.000
19 KEP BANGKA BELITUNG 146.000.000 156.500.000
21 KEPULAUAN RIAU 146.000.000 156.500.000
31 DKI JAKARTA 158.000.000 168.000.000
32 JAWA BARAT 140.000.000 150.500.000
33 JAWA TENGAH 140.000.000 150.500.000
34 DI YOGYAKARTA 140.000.000 150.500.000
35 JAWA TIMUR 140.000.000 150.500.000
36 BANTEN 140.000.000 150.500.000
51 BALI 158.000.000 168.000.000
52 NUSA TENGGARA BARAT 158.000.000 168.000.000
53 NUSA TENGGARA TIMUR 158.000.000 168.000.000
61 KALIMANTAN BARAT 153.000.000 164.500.000
62 KALIMANTAN TENGAH 153.000.000 164.500.000
63 KALIMANTAN SELATAN 153.000.000 164.500.000
64 KALIMANTAN TIMUR 153.000.000 164.500.000
65 KALIMANTAN UTARA 153.000.000 164.500.000
71 SULAWESI UTARA 146.000.000 156.500.000
72 SULAWESI TENGAH 146.000.000 156.500.000
73 SULAWESI SELATAN 146.000.000 156.500.000
74 SULAWESI TENGGARA 146.000.000 156.500.000
75 GORONTALO 146.000.000 156.500.000
76 SULAWESI BARAT 146.000.000 156.500.000
81 MALUKU 158.000.000 168.000.000
82 MALUKU UTARA 158.000.000 168.000.000
91 PAPUA BARAT 212.000.000 219.000.000
94 PAPUA 212.000.000 219.000.000
Sumber: PUPR

Perbandingan harga rumah subsidi tahun 2019 dan 2020 dapat dilihat pada tabel 5.1
diatas. Data harga rumah subsidi tersebut diatas menggambarkan harga per provinsi
dengan pengecualian Wilayah Jabodetabek, Kepulauan Anambas, Kabupaten Murung
Raya, dan Mahakam Ulu harganya sama dengan provinsi DKI Jakarta, Provinsi di nusa
Tenggara dan Provinsi di Maluku.

b. Harga Rumah Komersil

Harga rumah komersil, data tahun 2020 diperoleh dari hasil crawling dan harga rumah
mappi. Harga rumah hasil crawling dibedakan menurut tipe bangunannya yaitu tipe <= 36
M2 disebut tipe kecil, tipe rumah > 36 M2 sd 70 M2 disebut tipe sedang dan tipe > 70 M2
disebut Tipe Besar. Pada harga Mappi tipe besar dipecah 2 kelompok yaitu kelompok tipe
LB >70 M2 sd 200 M2 disebut tipe besar dan LB > 200 M2 disebut tipe sangat besar.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 59


Tabel 5.2 Harga Rumah Komersil Hasil Crawling menurut Tipe Tahun 2020

Estimasi harga median (ikk)


Provinsi
Kecil Sedang Besar
11 ACEH 237.895.984 456.119.342 1.031.226.337
12 SUMATERA UTARA 246.436.346 472.493.827 1.068.246.914
13 SUMATERA BARAT 229.454.354 439.934.156 994.633.745
14 RIAU 236.266.897 452.995.885 1.024.164.609
15 JAMBI 223.012.058 427.582.305 966.707.819
16 SUMATERA SELATAN 228.787.909 438.656.379 991.744.856
17 BENGKULU 226.541.745 434.349.794 982.008.230
18 LAMPUNG 218.865.292 419.631.687 948.732.510
19 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 251.521.070 482.242.798 1.090.288.066
21 KEPULAUAN RIAU 299.900.000 575.000.000 1.300.000.000
31 DKI JAKARTA 485.000.000 1.050.000.000 4.000.000.000
32 JAWA BARAT 327.600.000 596.000.000 1.550.000.000
33 JAWA TENGAH 250.000.000 435.000.000 1.400.000.000
34 DI YOGYAKARTA 301.000.000 525.000.000 1.600.000.000
35 JAWA TIMUR 330.375.000 595.000.000 1.500.000.000
36 BANTEN 305.913.403 556.545.752 1.447.392.476
51 BALI 380.000.000 650.000.000 1.950.000.000
52 NUSA TENGGARA BARAT 212.500.000 465.269.000 925.000.000
53 NUSA TENGGARA TIMUR 209.970.493 459.730.642 913.989.206
61 KALIMANTAN BARAT 197.186.617 839.307.138 1.708.950.679
62 KALIMANTAN TENGAH 176.973.744 753.272.860 1.533.772.450
63 KALIMANTAN SELATAN 178.342.602 759.099.280 1.545.635.883
64 KALIMANTAN TIMUR 195.000.000 830.000.000 1.690.000.000
65 KALIMANTAN UTARA 195.373.325 831.589.024 1.693.235.482
71 SULAWESI UTARA 250.000.000 637.499.500 1.550.000.000
72 SULAWESI TENGAH 217.894.535 555.630.628 1.350.946.115
73 SULAWESI SELATAN 364.198.250 559.000.000 1.900.000.000
74 SULAWESI TENGGARA 242.748.055 619.007.055 1.505.037.941
75 GORONTALO 226.010.950 576.327.470 1.401.267.890
76 SULAWESI BARAT 214.868.889 547.915.236 1.332.187.110
81 MALUKU 266.627.156 583.780.472 1.160.612.327
82 MALUKU UTARA 258.352.668 565.663.471 1.124.593.968
91 PAPUA BARAT 277.945.627 793.950.487 1.209.880.964
94 PAPUA 447.808.433 980.477.092 1.949.283.769
Sumber: Data hasil Crawling

Gambaran data harga rumah menurut tipe berdasarkan hasil crawling disajikan pada tabel
5.2 diatas. Harga tertinggi rumah komersil baik tipe kecil, sedang maupun besar tercatat
di Provinsi DKI Jakarta dan Papua.

Gambaran harga rumah komersil menurut tipenya dari harga Mappi disajikan pada tabel
5.3 dibawah ini. Harga rumah komersil berbagai tipe dari Mappi yang tertinggi tercatat di
DKI Jakarta. Untuk harga tipe kecil, Harga mappi umumnya lebih rendah dari harga tipe
kecil. Harga mappi umumnya lebih rendah dari harga tipe kecil hasil crawling, kecuali
harga di Provinsi DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa Timur, Banten, Bali, dan Kalimantan
Utara.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 60


Tabel 5.3 Harga Rumah Komersil (Mappi) Menurut Tipe, Tahun 2020

Estimasi harga median (ikk)


Provinsi
Kecil Sedang Besar Sangat besar
11 ACEH 113.800 380.000 600.000 1.200.000
12 SUMATERA UTARA 140.000 300.000 750.000 2.790.000
13 SUMATERA BARAT 150.500 322.500 600.000 1.550.000
14 RIAU 140.000 300.000 600.000 1.700.000
15 JAMBI 148.000 315.000 522.500 1.470.000
16 SUMATERA SELATAN 140.000 448.125 900.000 2.600.000
17 BENGKULU 130.000 200.000 462.500 1.100.000
18 LAMPUNG 140.000 350.000 650.000 1.812.000
19 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 120.000 350.000 550.000 1.921.250
21 KEPULAUAN RIAU 180.000 295.000 900.000 2.430.000
31 DKI JAKARTA 690.000 1.050.000 2.600.000 7.500.000
32 JAWA BARAT 330.000 510.000 1.100.000 3.400.000
33 JAWA TENGAH 215.000 375.000 850.000 3.000.000
34 DI YOGYAKARTA 250.000 520.000 1.293.500 3.625.000
35 JAWA TIMUR 300.000 550.000 1.300.000 4.500.000
36 BANTEN 341.000 650.000 1.500.000 4.300.000
51 BALI 222.500 600.000 1.475.000 4.250.000
52 NUSA TENGGARA BARAT 280.000 482.500 800.000 2.868.250
53 NUSA TENGGARA TIMUR 94.500 350.000 675.000 2.250.000
61 KALIMANTAN BARAT 153.000 335.000 700.000 2.450.000
62 KALIMANTAN TENGAH 153.000 272.500 550.000 1.500.000
63 KALIMANTAN SELATAN 162.000 300.000 650.000 1.825.000
64 KALIMANTAN TIMUR 280.000 480.000 900.000 2.500.000
65 KALIMANTAN UTARA 460.000 442.000 750.000 4.350.000
71 SULAWESI UTARA 156.250 360.000 750.000 2.100.000
72 SULAWESI TENGAH 146.000 250.000 500.000 2.000.000
73 SULAWESI SELATAN 250.000 500.000 991.950 3.500.000
74 SULAWESI TENGGARA 156.500 260.000 700.000 1.350.000
75 GORONTALO 90.000 245.000 600.000 2.000.000
76 SULAWESI BARAT 102.000 155.000 525.000 1.300.000
81 MALUKU 148.500 575.000 700.000 1.800.000
82 MALUKU UTARA 145.000 300.000 701.955 2.050.000
91 PAPUA BARAT 155.997 322.751 800.000 4.750.000
94 PAPUA 219.000 450.000 800.000 2.500.000

Sumber: Mappi (diolah)

5.2 Indeks Harga Rumah dan Keterjangkauan Harga Rumah

Tinjauan indeks harga rumah meliputi Indeks harga property dari Bank Indonesia dan
Indeks keterjangkauan harga rumah yang dihitung oleh Hreis.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 61


a. Indeks Harga Rumah/Properti
Melalui survey harga properti, yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia di 18 Kota setiap
triwulanan, diperoleh gambaran harga properti dalam bentuk indeks harga properti
residensial triwulanan yang menggambarkan perkembangan harga properti di 18 kota
besar di Indonesia. Gambaran perkembangan harga properti triwulan II tahun 2016 – 2021
disajikan pada grafik gambar 5.1 dibawah ini

GAMBAR 5.1 INDEKS HARGA PROPERTI


RESIDENTIAL 2016 - 2021 ( TR 2 )

KECIL MENENGAH BESAR

300,00

250,00 246,98 252,80 256,30


240,63
229,69
217,18 208,59 211,28
200,00 196,22 202,90 205,67
191,45
169,22 171,45 174,28 176,23 177,97 179,10
150,00

100,00

50,00

0,00
2016 2017 2018 2019 2020 2021

Sumber: Bank Indonesia


Perkembangan harga properti residensial tipe kecil menunjukkan perkembangan yang
lebih cepat dibandingkan tipe menengah/sedang dan tipe besar. Indeks harga properti
tipe kecil triwulan II tahun 2016 sebesar 217,18 dan pada triwulan II tahun 2021 menjadi
sebesar 256,30. Kemudian Indeks harga properti tipe menengah/sedang pada triwulan II
tahun 2016 sebesar 191,45 dan pada tahun 2021 menjadi 211.28, dan pada harga
properti tipe besar pada triwulan II tahun 2016 sebesar 169,22 , naik sedikit pada triwulan
II tahun 2021 menjadi sebesar 179,10.
Perkembangan harga properti tipe kecil triwulan II tahun 2016 sampai triwulan II
tahun2021 sebesar 39,12 poin jauh lebih tinggi kenaikannya dibandingkan harga properti
tipe menengah/sedang yang tercatat sebesar 19,83 poin dan lebih tinggi lagi dari inedeks
harga properti tipe besar yang meningkat dari triwulan II tahun 2016 ke triwulan II tahun
2021 sebesar 9,88 poin.
Gambaran pertumbuhan indeks harga properti YoY triwulan II 2016 sampai dengan
triwulan II tahun 2021 dapat dilihat pada grafik gambar 5.2 dibawah ini.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 62


3,00 GAMBAR 5.2 PERTUMBUHAN HARGA PROPERTI
RESIDENSIAL 2016 -2021 TRW 2
2,61
2,50 KECIL MENENGAH BESAR

2,00

1,50
1,35

1,00 0,97
0,79
0,77
0,68
0,50 0,55 0,50
0,37 0,38
0,27 0,23
0,22
0,16
0,10 0,12
0,00 0,06
0,04
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sumber: Bank Indonesia
Bila diperhatikan grafik 5.2 diatas maka terlihat bahwa dari ketiga tipe properti tersebut
pertumbuhan Indeks harga properti tidak menunjukkan gerakan yang selaras terutama
pada pertumbuhan dari tahun 2016 ke 2017.
Periumbuhan indeks harga properti trw II 2016 ke trw II 2017 untuk rumah tipe kecil
tumbuh sebesar 2,61, pada tipe menengah malahan tumbuh melambat menjadi 0,55 dan
pada tipe besar semula pada tahun 2016 tumbuh sebesar 0,37 kemudian pada tahun
2017 naik sedikit menjadi 0,38
Pada rumah tipe kecil setelah tumbuh meningkat pada tahun 2017, kemudian
pertumbuhannya setiap tahunnya melambat yaitu pada tahun 2018 menjadi 1,35
kemudian pada tahun 2019 menjadi 0,97; tahun 2020 menjadi 0,50 dan tahun 2021
menjadi 0,12 .
Sebaliknya untuk rumah tipe menengah pada tahun 2018 pertumbuhannya meningkat
menjadi 0,68 kemudian tumbuh melambat pada tahun 2019 menjadi 0,16. Pada tahun
2020 pertumbuhannya meningkat tapi kemudian melambat lagi menjadi 0,06 pada tahun
2021.
Pada rumah tipe besar pertumbuhannya tahun 2018 sedikit melambat menjadi sebesar
0,27, menurun lagi pertumbuhannya pada tahun 2019 menjadi 0,10 kemudian sedikit
meningkat pertumbuhannya pada tahun 2020 menjadi 0,23 tapi kemudian melambat lagi
pertumbuhannya pada tahun 2021 menjadi 0,04.
Gambaran indeks harga properti tahun 2020 – 2021 menurut tipe dan 18 kota disajikan
pada tabel 5.4; tabel 5.5 ; tabel 5.6 dan tabel 5.7 dibawah ini

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 63


Tabel 5.4. Indeks Harga Properti Residensial (Tahun 2002=100), Tahun 2020-2021

2020 2021
KOTA
QI QII QIII QIV QI QII*

BANDUNG 278,65 280,16 281,06 281,56 283,22 283,22

BANDAR LAMPUNG 207,76 209,96 209,96 203,10 205,19 205,21

BANJARMASIN 227,40 227,74 228,47 228,81 229,45 230,62

DENPASAR 186,27 186,44 187,43 187,69 187,73 188,35

PALEMBANG 258,80 259,42 260,18 259,76 260,95 260,95

SEMARANG 204,79 205,10 205,39 205,63 206,44 206,54

YOGYAKARTA 207,27 208,12 209,68 211,57 212,67 214,87

PADANG 193,05 195,33 195,99 195,99 196,72 196,80

MEDAN 264,80 265,09 269,97 272,18 272,75 272,73

MAKASSAR 336,76 339,28 340,44 341,05 341,90 342,00

MANADO 321,64 327,11 326,69 328,52 336,53 337,85

SURABAYA 351,01 351,19 353,08 354,99 355,84 356,55

PONTIANAK 173,81 173,43 173,36 173,81 175,91 176,47

BATAM 137,62 137,22 137,69 138,04 137,87 137,89

BALIKPAPAN 118,56 118,64 118,20 118,32 118,21 118,43

JABODEBEK-BANTEN 226,49 227,17 227,42 228,24 229,09 229,04

PEKANBARU 106,13 106,46 108,95 109,23 109,09 109,19

SAMARINDA 104,02 104,38 105,50 105,50 105,50 105,26


GABUNGAN 18 KOTA 211,93 212,61 213,50 213,98 214,80 214,95
Sumber: Bank Indonesia

Tabel 5.4 diatas menyajikan indeks harga properti rata-rata semua tipe tahun 2020 – 2021
dengan tahun dasar tahun 2002=100, makin tinggi angka indeks menunjukkan bahwa di
kota tersebut perkembangan harganya lebih cepat bila dibandingkan harga pada tahun
dasar.

Sampai dengan triwulan II tahun 2021, angka indeks tertinggi tercatat di Kota Surabaya
yaitu sebesar 356,55, kemudian kota Makasar sebesar 342,00, selanjutnya kota Manado
di urutan berikutnya yaitu sebesar 337,85 dan urutan ke empat adalah kota Bandung
sebesar 283,22.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 64


Tabel 5.5. Indeks Harga Properti Residensial tipe kecil (Tahun 2002=100),
Tahun 2020-2021
2020 2021
KOTA
QI QII QIII QIV QI QII*

BANDUNG 266,21 267,68 268,48 270,01 270,93 270,93

BANDAR LAMPUNG 224,00 227,18 227,18 212,30 216,23 216,23

BANJARMASIN 310,49 311,82 314,29 316,61 318,57 320,09

DENPASAR 193,29 193,85 193,48 193,64 193,77 194,39

PALEMBANG 295,00 296,24 296,24 296,24 299,76 299,76

SEMARANG 260,04 260,38 261,16 261,48 263,28 263,65

YOGYAKARTA 246,14 246,34 245,92 247,62 249,57 255,12

PADANG 250,76 258,66 260,03 259,82 260,99 261,04

MEDAN 351,16 351,16 361,73 361,73 362,45 362,45

MAKASSAR 475,08 478,31 479,74 480,99 481,57 481,71

MANADO 319,56 331,42 331,42 331,62 338,55 342,53

SURABAYA 383,19 383,62 386,38 391,01 391,33 391,72

PONTIANAK 161,77 160,61 160,43 161,55 162,72 164,25

BATAM 137,89 138,47 139,26 140,28 140,73 140,73

BALIKPAPAN 120,44 120,62 120,74 121,04 121,27 121,55

JABODEBEK-BANTEN 297,53 298,69 299,35 300,27 302,11 302,11

PEKANBARU 115,31 116,86 119,49 120,41 120,41 120,41

SAMARINDA 104,69 105,78 106,26 106,26 106,26 106,54


GABUNGAN 18 KOTA 251,53 252,80 254,16 254,68 256,00 256,30
Sumber: Bank Indonesia

Perkembangan indeks harga property residensial untuk tipe kecil disajikan pada tabel 5.5
, perkembangan indeks harga property tipe kecil lebih cepat dibandingkan dengan tipe
lainnya. Perkembangan tertinggi tercatat di kota Makasar dengan indeks pada triwulan II
tahun 2021 sebesar 481,71 kemudian diikuti urutan berikutnya di kota Surabaya dengan
indeks sebesar 391,72 , selanjutnya di kota Medan sebesar 362,45 dan pada urutan
keempat tercatat di kota Manado dengan indeks sebesar 342,53.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 65


Tabel 5.6. Indeks Harga Properti Residensial tipe Sedang (Tahun 2002=100),
Tahun 2020-2021
2020 2021
KOTA
QI QII QIII QIV QI QII*

BANDUNG 322,17 324,75 326,60 326,34 328,13 328,13

BANDAR LAMPUNG 200,00 203,72 203,72 198,46 200,31 200,37

BANJARMASIN 223,46 224,04 224,73 225,59 226,11 226,11

DENPASAR 205,60 205,65 207,21 207,52 207,48 208,08

PALEMBANG 260,38 261,22 261,89 261,63 261,89 261,89

SEMARANG 198,52 198,70 198,78 199,00 199,65 199,65

YOGYAKARTA 185,10 186,56 188,72 190,27 191,58 192,61

PADANG 179,88 180,57 181,42 182,61 182,96 183,14

MEDAN 254,23 254,97 260,35 262,32 262,98 262,98

MAKASSAR 351,58 353,59 354,97 355,57 357,03 357,24

MANADO 405,03 400,66 400,94 403,35 411,05 410,73

SURABAYA 355,20 354,56 356,12 357,54 358,76 359,44

PONTIANAK 229,35 229,35 229,35 229,35 234,76 234,76

BATAM 141,53 140,71 142,49 142,49 141,54 141,63

BALIKPAPAN 119,85 119,66 119,66 119,59 119,25 119,54

JABODEBEK-BANTEN 220,70 221,09 221,76 223,04 224,18 224,18

PEKANBARU 99,94 99,83 101,49 101,49 101,46 101,49

SAMARINDA 100,87 100,87 101,28 101,28 101,28 101,73


GABUNGAN 18 KOTA 208,13 208,59 209,69 210,28 211,16 211,28
Sumber: Bank Indonesia

Untuk gambaran indeks harga property tipe menengah/sedang disajikan pada tabel 5.6
diatas. Perkembangan indeks tercepat pada rumah tipe menengah masih dibawah rumah
tipe kecil. Hal ini ditunjukkan oleh indeks harga properti tipe menengah triwulan II tertinggi
sebesar 410,73 yang tercatat di kota Manado. Selanjutnya diurutan berikutnya indeks
harga rumah tipe menengah tertinggi ada di kota Surabaya dengan indeks sebesar 359,44
kemudian di kota Makasar dengan indeks sebesar 357,24 dan di kota Bandung sebesar
328,13.

Perkembangan Indeks Harga property residensial tipe besar tahun 2020 – 2021 dapat
dilihat pada tabel 5.7 berikut ini.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 66


Tabel 5.7. Indeks Harga Properti Residensial tipe Besar (Tahun 2002=100),
Tahun 2020-2021
2020 2021
KOTA
QI QII QIII QIV QI QII*

BANDUNG 248,96 249,68 249,91 250,03 252,18 252,18

BANDAR LAMPUNG 196,96 196,78 196,78 195,46 196,11 196,11

BANJARMASIN 167,32 166,94 166,72 165,62 165,62 167,34

DENPASAR 159,49 159,42 161,07 161,39 161,39 162,03

PALEMBANG 222,60 222,60 224,00 223,15 223,32 223,32

SEMARANG 164,99 165,37 165,49 165,72 165,99 165,99

YOGYAKARTA 194,31 195,01 197,45 199,78 199,94 200,58

PADANG 155,93 155,93 155,93 155,03 155,77 155,77

MEDAN 203,25 203,33 204,19 207,66 208,05 208,01

MAKASSAR 225,04 227,27 228,05 228,32 228,84 228,84

MANADO 243,70 249,74 248,58 251,14 259,45 259,63

SURABAYA 313,34 314,06 315,54 315,63 316,58 317,56

PONTIANAK 139,24 139,31 139,31 139,42 140,20 140,20

BATAM 132,82 131,86 130,78 130,85 130,81 130,81

BALIKPAPAN 115,23 115,47 114,09 114,21 114,00 114,09

JABODEBEK-BANTEN 176,00 176,56 176,25 176,56 176,53 176,46

PEKANBARU 103,38 103,07 106,28 106,28 105,91 106,15

SAMARINDA 106,50 106,50 109,00 109,00 109,00 107,49


GABUNGAN 18 KOTA 177,56 177,97 178,32 178,65 179,03 179,10
Sumber: Bank Indonesia

Perkembangan indeks harga properti tipe besar ini bila dibandingkan dengan indeks harga
rumah tipe kecil dan tipe menengah lebih landai, hali ini disebabkan karena pasar rumah
tipe kecil dan menengah lebih ramai dari pada pasar rumah tipe besar. Artinya lebih
banyak transaksi rumah pada tipe yang lebih kecil.

Perkembangan indeks harga properti tipe besar pada triwulan II tahun 2021 yang tertinggi
tercatat di kota Surabaya dengan indeks sebesar 317,56, kemudian diurutan berikutnya
tercatat di kota Manado dengan indeks sebesar 259,63. Pada urutan ke tiga indeks harga
property teringgi sebesar 252, 18, sedangkan pada urutan ke empat kota dengan indeks
harga property tipe besar tertinggi tercatat di kota Makasar dengan indeks sebesar 228,84

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 67


b. Indeks Keterjangkauan

Indeks keterjangkauan adalah suatu indikator dari keterjangkauan penghasilan


masyarakat terhadap harga rumah tertentu. Dengan asumsi bahwa masyarakat akan
mampu menjangkau harga rumah tertentu dengan standar= penghasilanper bulan
x12x3 . formula ini dibuat dengan asumsi bilamana seseorang dengan penghasilannya
mampu menyisihkan penghasilannya dalam tempo 3 tahun akan mampu membeli
rumah dengan harga tertentu. Sedangkan Indeks keterjangkauannya dihitung dari
median harga rumah/median penghasilan setahun .Bila Indeks keterjangkauan <= 3
berarti harga rumah terjangkau dan bila Indeksnya > 3 maka dikatakan harga rumah
tidak terjangkau.

Gambar 5. 3 Indeks keterjangkauan rumah subsidi tahun per


provinsi 2019-2020
4,00
3,50
Indeks Keterjangkauan

3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
BENGKULU

BANTEN
JAMBI

LAMPUNG

BALI
SUM UTARA

KEP BABEL
KEP RIAU
DKI JAKARTA

NTB

KAL SELATAN
NTT

SUL UTARA
SUL TENGAH

SUL TENGGARA
GORONTALO
KAL TIMUR

SUL SELATAN

SUL BARAT
ACEH

SUM BARAT
RIAU

SUM SELATAN

JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR

KAL UTARA
JAWA BARAT

KAL BARAT
KAL TENGAH

MALUKU
MALUKU UTARA

PAPUA
PAPUA BARAT
Provinsi

2019 2020

Sumber: Hasil Olahan Hreis

Indeks keterjangkauan untuk rumah subsidi disajikan pada gambar 5.3 diatas . Untuk
harga rumah subsidi diperbandingkan pada harga tahun 2019 dan tahun 2020.

Terkait dengan hasil penghitungan indeks keterjangkauan harga rumah subsidi


sebagaimana disajikan pada Tabel diatas ada beberapa hal yang menarik disini dimana
indeks tahun 2020 umumnya lebih tinggi dari indeks tahun 2019 hal ini terjadi karena
harga rumah subsidi tahun 2020 yang ditetapkan pemerintah mengalami kenaikan harga
yang lebih tinggi dari kenaikan penghasilan , padahal kondisi ekonomi masyarakat pada

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 68


tahun 2020 mengalami kemunduran karena pandemic covid 19. Berdasarkan hal tersebut
maka ada2 hal yang perlu diperhatikan yaitu,

a. Perbandingan Indeks keterjangkauan antara tahun 2019 dan 2020. memperlihatkan


adanya penurunan keterjangkauan penghasilan masyarakat pada tahun 2020, karena
b. Besaran angka indeks tahun 2020 secara umum lebih tinggi dari besaran angka indeks
tahun 2019.
c. Berdasarkan angka indeks keterjangkauan rumah subsidi tahun 2019 dan 2020 secara
rata-rata masih bisa terjangkau oleh masyarakat karena angka indeks tertinggi hanya
sekitar 3,5 saja.

Gambar 5. 4 Indeks Keterjangkauan Harga Rumah Komersil


Hasil crawling menurut provinsi tahun 2020
40,00
35,00
Indeks Keterjangkauan

30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
BENGKULU

BANTEN
JAMBI

LAMPUNG

BALI
SUM UTARA

KEP BABEL
KEP RIAU
DKI JAKARTA

NTB

KAL SELATAN

SUL TENGGARA
GORONTALO
NTT

SUL UTARA
SUL TENGAH
KAL TIMUR

SUL SELATAN

SUL BARAT
ACEH

SUM BARAT
RIAU

SUM SELATAN

JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR

KAL UTARA
JAWA BARAT

KAL BARAT
KAL TENGAH

MALUKU
MALUKU UTARA

PAPUA
PAPUA BARAT
Provinsi

Kecil Sedang Besar

Sumber: Hasil olahan Hreis

Indeks keterjangkauan harga rumah komersil disajikan menurut harga rumah hasil
crawling dan harga rumah Mappi sebagaimana disajikan pada grafik gambar 5.4 dan
gambar 5.5.

Gambaran indeks harga rumah komersil hasil crawling secara umum khususnya tipe kecil
lebih tinggi dari indeks keterjangkauan harga rumah subsidi, dengan kisaran indeks
tertinggi sekitar angka 5 dan 6.

Provinsi dengan indeks keterjangkauan harga rumah tipe kecil diatas 4 tercatat di Provinsi
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogya, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan
Papua.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 69


Gambar 5.5 Indeks Keterjangkauan Rumah Komersil menurut
(data mappi) Tahun 2020
100,00
90,00
Indeks Keterjangkauan
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00

BENGKULU

BANTEN
JAMBI

LAMPUNG

BALI

SUL TENGGARA
GORONTALO
SUM UTARA

KEP BABEL
KEP RIAU
DKI JAKARTA

NTB

KAL SELATAN
NTT

SUL UTARA
SUL TENGAH
KAL TIMUR

SUL SELATAN

SUL BARAT
ACEH

SUM BARAT
RIAU

SUM SELATAN

JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR

KAL UTARA

MALUKU
MALUKU UTARA

PAPUA
JAWA BARAT

KAL BARAT
KAL TENGAH

PAPUA BARAT
Provinsi

Kecil Sedang Besar Sangat Besar

Sumber: Hasil olahan HREIS

Indeks keterjangkauan harga rumah komersil (Mappi) yang dikelompokan dalam 4 tipe
rumah disajikan pada grafik gambar 5.5 diatas.

Untuk perbandingan dengan indeks keterjangkauan harga rumah subsidi dan indeks
harga rumah hasil crawling, maka perlu diperhatikan besaran indeks keterjangkauan
harga Mappi yang tipe kecil.

Secara umum di sebagian besar provinsi besaran indeks keterjangkauan harga rumah
mappi tipe kecil ini, lebih rendah dari indeks keterjangkauan harga rumah hasil crawling
dan harga rumah subsidi.

Namun untuk beberapa provinsi indeks keterjangkauan harga rumah Mappi tipe kecil lebih
tinggi dari indeks keterjangkauan harga rumah hasil crawling dan rumah subsidi. Indeks
keterjangkauan harga rumah tipe kecil Mappi beberapa provinsi yang tertinggi tercatat di
Provinsi DKI Jakarta sebesar 6,28 , kemudian Jawa Timur sebesar 5,77 dan Kalimantan
Utara sebesar 5,06.

5.3 Pembiayaan Perumahan

Saat ini Pemerintah mempunyai program Sejuta Rumah ( PSR). Program Sejuta Rumah
merupakan program strategis nasional pemerintah yangmenggerakkan para pemangku
kepentingan bidang perumahan, dalam rangka percepatanpenyediaan hunian layak bagi

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 70


masyarakat, yang bertujuan mengurangi backlog dan peningkatan kualitas rumah tidak
layak huni. Program Sejuta Rumah berjalan sejak dicanang kan pada tanggal 29 April
2015 oleh Bapak Presiden Joko Widodo. Program ini merupakan wujud keseriusan
pemerintah untuk menangani backlog perumahan baik kepemilikan maupun penghunian,
dan peningkatan kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Pemerintah melakukan pembangunan rumah dan juga mendorong percepatan
pembangunan oleh swasta dengan cara melakukan deregulasi perizinan yang dapat
meningkatkan pembangunan perumahan.
Dalam hal kebijakan pemerintah terkait perumahan ada 2 pokok kebijakan yaitu kebijakan
yang terkait dengan pembiayaan perumahan dan penyediaan perumahan.

Tabel 5.8 Realisasi Program Sejuta Rumah menurut MBR dan Non MBR
JUMLAH (UNIT) Persentase
PERUNTUKAN PELAKU PEMBANGUNAN
2018 2019 2018 2019
PUPR 217.064 346.188 19,16 27,52
PEMERINTAH PUSAT K/L
50.002
LAIN - 0,00 3,98
MBR PEMDA 111.821 26.936 9,87 2,14
PENGEMBANG 447.364 514.864 39,50 40,93
MASYARAKAT 8.934 6.582 0,79 0,52
CSR 458 589 0,04 0,05
JUMLAH MBR 785.641 945.161 69,36 75,14
PENGEMBANG 290.656 309.082 25,66 24,57
NON MBR
MASYARAKAT 56.324 3.609 4,97 0,29
JUMLAH NON MBR 346.980 312.691 30,64 24,86
TOTAL 1.132.621 1.257.852 100,00 100,00
Sumber: Dit RUK PUPR

Berdasarkan tabel 5.8 jumlah unit realisasi program perumahan untuk MBR tahun 2018
sebesar 785.541 unit dan pada tahun 2019 tercatat sebesar 945.161. sedangkan untuk
peruntukan non MBR realisasi unit transaksi sebesar 346.980 unit pada tahun2018 dan
tahun 2019 sebesar 312.691 unit. Sehingga total transaksi tahun 2018 sebesar 1.132.621
unit dan tahun 2019 sebesar 1.257.852 unit.

Realisasi program sejuta rumah per provinsi tahun 2018 – 2019 dapat dilihat lebih jelas
pada tabel 5.9 dibawah ini.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 71


Tabel 5.9 Realisasi Rumah Subsidi dan Komersil Program Sejuta Rumah
2018 2019
Provinsi NON NON
MBR MBR Total MBR MBR Total
Aceh 13,923 2,076 15,999 22,627 125 22,752
Sumatera Utara 18,716 49,26 67,976 75,616 1,148 76,764
Sumatera Barat 17,623 604 18,227 18,534 356 18,89
Riau 43,265 6,892 50,157 12,708 1,309 14,017
Jambi 12,297 2,003 14,3 9,551 76 9,627
Sumatera Selatan 43,298 4,218 47,516 60,836 6,866 67,702
Bengkulu 11,855 888 12,743 33,589 539 34,128
Lampung 30,246 7,971 38,217 24,1 7,348 31,448
Kepulauan Bangka Belitung 9,833 424 10,257 8,631 0 8,631
Kepulauan Riau 9,659 3,563 13,222 8,07 6,464 14,534
Banten 36,419 48,755 85,174 26,239 41,584 67,823
Dki Jakarta 9,533 27,746 37,279 6,813 128,782 135,595
Jawa Barat 142,035 128,202 270,237 117,601 73,285 190,886
Jawa Tengah 91,502 18,495 109,997 89,257 6,67 95,927
Jawa Timur 41,556 19,352 60,908 68,317 4,722 73,039
Di Yogyakarta 10,038 7,273 17,311 8,56 2,771 11,331
Bali 5,28 1,83 7,11 5,488 136 5,624
Nusa Tenggara Barat 20,065 294 20,359 71,378 1,434 72,812
Nusa Tenggara Timur 13,037 1,073 14,11 18,508 0 18,508
Kalimantan Barat 29,026 1,375 30,401 43,226 0 43,226
Kalimantan Tengah 5,615 - 5,615 11,025 51 11,076
Kalimantan Selatan 20,886 47 20,933 24,799 2,284 27,083
Kalimantan Timur 14,587 6,85 21,437 26,348 21,391 47,739
Kalimantan Utara 4,377 760 5,137 6,955 0 6,955
Sulawesi Utara 15,117 10 15,127 10,157 0 10,157
Sulawesi Tengah 7,369 20 7,389 16,053 0 16,053
Sulawesi Selatan 37,661 4,629 42,29 53,983 1,489 55,472
Sulawesi Tenggara 18,531 720 19,251 11,896 0 11,896
Sulawesi Barat 5,964 56 6,02 9,603 1,605 11,208
Gorontalo 8,321 790 9,111 7,407 1,034 8,441
Maluku 4,278 81 4,359 8,728 174 8,902
Maluku Utara 4,749 177 4,926 7,315 918 8,233
Papua 14,651 270 14,921 12,394 0 12,394
Papua Barat 14,329 276 14,605 8,849 130 8,979
Indonesia 785,641 346,98 1,132,621 945,161 312,691 1,257,852
Sumber: Dit RUK PUPR

Provinsi Jawa Barat tercatat realisasi program sejuta rumah menduduki posisi teratas,
kemudian diikuti Provinsi Jawa tengah, Sumatera Utara dn Provinsi Jawa Timur

Gambaran pembiayaan perumahan yang tercatat di Bank Indonesia pada periode triwulan
IV tahun 2019 sampai Triwulan I Tahun 2021, yang dirinci menurut program pembiayaan
KPR dan KPA dapat dilihat pada gambar 5.6 dibawah ini. Pertumbuhan YoY pada trw IV
tahun 2019 sebesar 7,99, menurun pada trw I tahun 2020 menjadi 4,34 dan terus menurun

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 72


pada trw II dan III tahun 2020, kemudian mulai meningkat pada trw IV 2020 menjadi
sebesar 3,42, lalu pada trw I 2021 meningkat kembali menjadi 4,34

Gambar 5.6 Pertumbuhan KPR dan KPA

Sumber: Bank Indonesia

Pertumbuhan kredit perumahan KPR dan KPA q to q pada trw IV tahun 2019 sebesar
1,01, kemudian menurun pada trw I 2020 menjadi 0,51 dan selanjutnya menurun lagi pada
trw II tahun 2020, dan mulai naik pada trw III dan trw IV menjadi 2,37, namun pada trw I
2021 sedikit menurun menjadi 1,40.

Gambaran pertumbuhan realisasi fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP)


kepada MBR pada trw IV tahun 2019 sampai trw I tahun 2021 dapat dilihat pada gambar
5.7 dibawah ini.

Berdasarkan gambaran mulai trw IV tahun 2019, tercatat pertumbuhan YoY mulai trw IV
2019 selalu meningkat, sehingga mencapai puncak pada trw II tahun 2020 sebesar 169,17
%. Kemudian pada trw III menurun menjadi 45,19 % dan menurun lagi pada trw IV 2020
menjadi 33,10 % dan pertumbuhan pada trw I 2021 terhadap trw I 2020 menurun menjadi
– 18,89 %

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 73


Gambar 5.7 Pertumbuhan FLPP

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan gambar 5.7 diatas juga tercatat perkembangan FLPP dalam nilai nominal,
pada trw IV tahun 2019 tercatat sebesar 1.315 miliar rupiah, kemudian meningkat pada
trw I 2020 menjadi 2.822 miliar rupiah, kemudian naik signifikan pada trw II 2020 menjadi
4.544 miliar rupiah.

Setelah itu pada trw III 2020 menurun lagi menjadi 2.114 miliar, dan menurun lagi pada
trw IV 2020 menjadi 1.751 miliar rupiah, kemudian pada trw ! 2021 meningkat menjadi
2.289 miliar rupiah.

5.4 Sasaran Pembiayaan MBR.

Sistem pembiayaan perumahan adalah mekanisme dan proses yang melibatkan


berbagai pelaku dalam mengalirkan dana dari pihak pemilik dana (investor) ke
pihak yang membutuhkan pendanaan (peminjam) untuk memenuhi kebutuhan
dan atau memiliki hunian melalui lembaga intermediary. Sistem pembiayaan
perumahan di Indonesia mengakomodasi tidak hanya pembiayaan formal, yaitu
pembiayaan yang bersandar pada lembaga formal (bank, perusahaan
pembiayaan) dalam mengalirkan dan/atau memenuhi kebutuhan pendanaan
guna pemenuhan kebutuhan hunian, tetapi juga pembiayaan informal perumahan

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 74


yaitu pembiayaan yang bersandar pada lembaga informal, seperti pembiayaan
berbasis komunitas (koperasi, arisan) serta hubungan baik antar teman dan
berbasis kekeluargaan.
Perolehan rumah oleh setiap orang berbeda-beda, ada yang memiliki rumah
dengan membeli secara tunai, membeli rumah melalui kredit/pembiayaan
pemilikan rumah (KPR), membangun secara bertahap baik dengan biaya sendiri
maupun dengan mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan, serta kontrak
atau sewa. Perbedaan cara perolehan rumah diakibatkan tingkat kemampuan
finansial/keuangan setiap orang tidak sama.Pemerintah melalui Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kepmen kimpraswil) No. 403 tahun
2002 menerbitkan ketentuan tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah
Sederhana Sehat (RS Sehat), yang sampai saat ini masih dipedomani.
Dalam rangka pengembangan kegiatan usaha yang berkaitan dengan MBR,
dibutuhkan partisipasi kelompok (komunal) agar mampu memanfaatkan berbagai
fasilitas yang disediakan pemerintah, maka pada tahun 1996 Bank BTN
mengeluarkan layanan Kredit Triguna. Diperkenalkannya Kredit Triguna ini
dilatarbelakangi pada kenyataan yang menunjukan bahwa pendekatan yang
selama ini dianut dalam penyediaan KPR melalui rumah yang dibangun developer
atau dengan pendekatan dari sisi supply yang ada kalanya tidak terdapat titik temu
antara pihak supply dan demand karena ketidakterjangkauan harga jual rumah
antara lain disebabkan unsur sales margin bagi developer yang cukup tinggi. Oleh
karena itu dilakukan pendekatan lain berupa pembangunan perumahan yang
bertumpu pada kelompok dimana kelompok tersebut berlaku sebagai produser
(pembangun perumahan), sehingga dengan pendekatan tersebut, maka sales
margin developer menjadi unsur yang mengurangi harga jual rumah, disisihkan
sehingga dibentuk menjadi sumber dana/modal usaha kelompok/konsumer.
Kredit Triguna adalah pola pemberian kredit kepada kelompok untuk membiayai
pengadaan lahan termasuk pematangan lahan, pembangunan fisik bangunan
termasuk konstruksi rumah, dan tambahan modal usaha untuk peningkatan
penghasilan yang pada akhirnya memampukan kelompok/konsumer dalam
melaksanakan kewajiban angsuran kredit yang diterima.
Untuk memberikan fasilitasi pemerintah dalam skema bantuan pembiayaan perumahan
MBR yaitu FLPP, SSB dan BP2BT, maka diarahkan kebijakannya berdasarkan strata
pendapatan, menurut 10 strata pendapatan

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 75


Tabel 5.10 Clustering MBR Berdasarkan Kelompok Desil Pendapatan

CLUSTERING MBR KPR 2020


Kemampuan Kriteria Fasilitasi Pemerintah
Kelompok Pendapatan Desil strata
menabung Kemampuan FLPP SSB BP2BT
sangat Tidak layak
a. < 1,5 jt 1
miskin finansil 1,59% 0,65%
Tidak layak
b. 1,5 - 2,2 jt 2 Miskin
ekonomi 8,16% 3,10%
c. 2,2 - 2,8 jt 3 Belum 18,26% 7,69%
MBR mampu
d. 2,8 - 3,4 jt 4 menabung 25,24% 16,43%
Bawah
e. 3,4 - 4,1 jt 5 41,54% 36,83%
Penabung Tidak layak
f. 4,1 - 5,0 jt 6
manfaat Finansil 2,54% 19,43%
MBR
Layak
g. 5,0 - 6,2 jt 7
ekonomi 1,55% 10,04%
MBR
h. 6,2 - 8,1 jt 8
Atas 1,11% 5,82%
Penabung
i. 8,1 - 12,7 jt 9 MBM Layak finansil 0% 0%
Mulia
Layak
j. > 12,7 jt 10 MBA
ekonomi 0% 0%
Sumber: PPDPP. PUPR
Berdasarkan clustering diatas, dimana kelompok pendapatan dibagi menjadi 10 strata
pendapatan, dan bila di mach dengan pengelompokan pada 5 strata pendapatan (dibahas
pada potensi demand MBR) clustering diatas dapat dibagi dalam 5 strata, berikut :
Tabel 5.11 Jumlah Rumah Tangga Backlog menurut Strata Pendapatan 2020
2020 Kriteria PPDPP
Kelompok Kota +
Pendapatan Desa Kota Desa Desil Strata Kemampuan
sangat
a. < 1,5 jt 368.616 539.655 908.271 1 miskin
b. 1,5 - 2,2 jt 497.770 1.135.573 1.633.343 2 Miskin
c. 2,2 - 2,8 jt 442.985 1.353.077 1.796.062 3 Belum
mampu
d. 2,8 - 3,4 jt 390.026 1.315.659 1.705.685 4 MBR Bawah menabung
e. 3,4 - 4,1 jt 357.602 1.363.088 1.720.690 5
f. 4,1 - 5,0 jt 307.645 1.343.072 1.650.717 6 Penabung
MBR
g. 5,0 - 6,2 jt 203.559 1.153.841 1.357.400 7 manfaat
h. 6,2 - 8,1 jt 125.094 918.732 1.043.826 8 MBR Atas
i. 8,1 - 12,7 jt 47.150 671.397 718.547 9 MBM Penabung
j. > 12,7 jt 12.774 202.849 215.623 10 MBA Mulia
Backlog 2.753.226 9.996.946 12.750.173
Sumber: Susenas KOR dan PPDPP
• Strata pendapatan, miskin dan sangat miskin (< 2 juta rupiah, desil 1 dan 2)

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 76


• Strata pendapatan, pra MBR/MBR bawah (2 – 4 juta rupiah, desil 3,4, dan 5)
• Strata pendapatan, MBR menengah (4 – 6 juta rupiah, desil 6 dan 7)
• Strata pendapatan, MBR atas (6 – 8 juta rupiah, desil 8)
• Strata pendapatan, MBM dan MBA (> 8 juta rupiah, desil 9 dan 10)
Jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah per kelompok pendapatan (Desil)
disajikan pada Tabel 5.11, sedangkan kelompok MBR secara total merupakan
penjumlahan dari strata pendapatan MBR bawah, MBR menengah dan MBR atas,
sebesar 9.274.380 rumah tangga
Pemangkasan alokasi dana FLPP dan penghapusan subsidi selisih bunga (SSB) oleh
pemerintah tentu juga berdampak pada bisnis pembiayaan PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk (BTN). Berbagai aksi korporasi disiapkan perseroan agar BTN tetap bisa
menjadi pendorong utama dalam menyukseskan program sejuta rumah. Salah satunya
dengan mendorong lebih banyak lagi pembiayaan rumah non subsidi khususnya bagi
kaum milenial.
Lembaga pembiayaan di Sektor properti juga melihat segmen milenial menjadi sasaran
primadona untuk dijadikan konsumen atau nasabah mereka. Dan tidak terkecuali Bank
BTN. Segmen milenial bisa menjadi perekat ekosistem perumahan dan jalan keluar dari
pemangkasan subsidi rumah murah yang dilakukan pemerintah. Ekosistem tersebut
merupakan kolaborasi pemerintah termasuk pemerintah daerah sebagai pembuat
kebijakan dengan perbankan sebagai lembaga mediasi dan pengembang selaku
penyedia perumahan haruslah selalu berorientasi pada kebutuhan milenial. Ekosistem
memerlukan informasi seberapa besar demand MBR pada pasar property setiap
tahunnya.
Data Susenas MKP 2019, dapat menjadi informasi untuk memperoleh perkiraan Demand
Efektif (Ruta Backlog, berniat membeli rumah baik tunai ataupun mengangsur). Selain itu
informasi rumah tangga yang berniat membangun sendiri rumah nya serta yang tidak
berniat membeli/membangun rumah. Informasi tersebut disajikan pada Gambar 5.8

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 77


Gambar 5.8 Persentase rumah tangga yang belum memiliki rumah
menurut niat membeli/Membangun 2019

Tidak ada rencana


membangun rumah sendiri
Demand effektif
membeli dengan angsuran non KPR
membeli dengan angsuran KPR
membeli tunai

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

membeli
membeli membangun
membeli dengan Demand Tidak ada
dengan rumah
tunai angsuran non effektif rencana
angsuran KPR sendiri
KPR
Total 8,21 7,67 0,81 16,68 30,42 52,89
Usia > 56 0,62 0,35 0,07 1,05 1,91 7,29
Gen X 2,95 2,19 0,28 5,42 9,18 16,60
Gen Milenial 4,10 4,73 0,41 9,25 17,82 22,07
Generation Z 0,53 0,39 0,04 0,97 1,51 6,93

Total Usia > 56 Gen X Gen Milenial Generation Z

Sumber: Susenas MKP, 2019


Secara total persentase demand efektif terhadap total rumah tangga yang belum memiliki
rumah (backlog) adalah sebesar 16,68 persen, gen milenial menyumbang persentase
terbesar yaitu 9,25% terhadap backlog. Jumlah rumah tangga baklog yang masuk
kelompok demand efektif adalah 2.126.931 rumah tangga, dan yang masuk gen milenial
sebesar 1.178.824 rumah tangga. Secara rinci sajian angka-angka demand efektif tahun
2020 disajikan pada Gambar 5.9 berikut ini.

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 78


Gambar 5.9 Jumlah Rumah tangga belum punya rumah berniat
membeli/membangun rumah tahun 2020
4.500.000
4.000.000
3.500.000
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
Generation Gen
Gen X Usia > 56 Total
Z Milenial
membeli tunai 68.095 523.378 375.504 79.646 1.046.624
angsuran KPR 50.233 603.249 279.309 44.682 977.473
angsuran non KPR 5.638 52.197 35.817 9.183 102.835
Demand effektif 123.966 1.178.824 690.630 133.511 2.126.931
membangun rumah sendiri 192.181 2.272.184 1.170.792 243.933 3.879.090

Sumber Susenas KOR dan MKP, diolah hreis


Pada gambar 5.10 disajikan Informasi jumlah rumah tangga potensi demand dari
kelompok milenial menurut strata pendapatan. Kelompok sasaran Gen Milenial kelompok
MBR yang bekerja di sektor Formal sebesar 2.869.507 rumah tangga dan yang bekerja di
sektor non-Formal sebesar 1.558.812 rumah tangga. Sedangkan total potensi demand
kelompok usia Milenial sebesar 3.186.586 yang bekerja di sektor Formal, di sektor non-
Formal sebesar 1.679.637 rumah tangga.

Gambar 5.10 Potensi Demand Kelompok Usia KRT


Milenial menurut Status Pekerjaan , Tahun 2020
3.500.000 3.186.586
2.869.507
3.000.000
2.500.000
2.000.000 1.601.384 1.558.812 1.679.637
1.500.000 1.268.123
969.280
1.000.000 589.532
500.000 317.079
120.825
0
Pra MBR MBR menengah Demand MBR MBM dan MBA Potensi Demand
dan Atas

Formal Non Formal

Sumber: Susenas KOR, diolah hreis

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 79


Berdasarkan informasi yang disajikan pada Gambar 5.9 dan 5.10 didapat informasi yang
sangat penting, yang dapat dijadikan pedoman bagi sasaran. skema pembiayaan yang
diharapkan dapat mengembangkan suatu pengembangan ekosistem perumahan bagi
MBR secara lebih terarah. Informasi tersebut Jumlah demand effektip kelompok usia
milenial yaitu sebesar 1.178.824 rumah tangga dan jumlah demand MBR kelompok usia
milenial yang bekerja di sektor formal.

Gambar 5.11 Jumlah Ruta Demand effektif dan Demand MBR


sektor Formal , kelompok Usia Milenial, tahun 2020

Demand MBR sektor formal 2.869.507

Demand effktif 1.178.824

0 1.000.000 2.000.000 3.000.000

Sumber : Susenas KOR dan MKP, diolah hreis

Laporan Profil Perumahan Di Indonesia 2020 80

Anda mungkin juga menyukai