Anda di halaman 1dari 8

PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

Pembel. Berwawasan Kemasyarakatan PDGK4306


SYAEFUR ROKHMAN,S PD.M.PD

Kelompok 1
AHMAD HABIBI (857624558)
ADENIA SEKAR AJI (857624723)
AILSA AINUN MAHYA (857622619)

UT PURWOKERTO M
POKJAR KRAMAT KAB. TEGAL
MASA REG. 2023.2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Pemberantasan Buta
Aksara". Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa
penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasiuntukpembaca.

2
DAFTAR ISI

I. Latar Belakang Masalah……………………………………………..4.


II. Pelaksanaan Kegiatan………………………………………………..5.
III. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Kegiatan………………….6.
IV. Ide-ide atau Gagasan dari Mahasiswa……………………………….7.
V. Daftar Pustaka.....................................................................................8.

3
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam rangka pencapaian pendidikan nonformal dibutuhkan pula adanya pendidik


maupun tenaga kependidikan yang bergerak dibidang pendidikan nonformal. Salah satu
unsur tenaga kependidikan pendidikan nonformal yang memiliki peran strategis dalam
mendorong perubahan dan meningkatkan mutu pendidikan nonformal adalah penilik.
Sebagaimana yang tercantum dalam rancangan peraturan menteri negara
pemberdayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 14 tahun 2014 tentang
jabatan penilik fungsional dan angka kreditnya, Penilik adalah jabatan fungsional yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan
kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi dampak program pendidikan.

4
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
Beberapa langkah strategis yang telah dilakukan dan dinilai mampu mendorong
percepatan penuntasan buta aksara di Indonesia dengan capaian angka melek aksara untuk
usia 15-59 tahun di atas 98 persen adalah sebagai berikut.

• Langkah pertama, pemutakhiran data buta aksara bekerjasama dengan Badan Pusat
Statistik (BPS)
• Langkah kedua, peningkatan mutu layanan pendidikan dan pembelajaran
keaksaraan dengan fokus utama pada daerah tertinggi persentase buta aksaranya
• Langkah ketiga, Kemendikbudristek mengembangkan jejaring dan sinergi
kemitraan lintas sektor dalam penuntasan buta aksara dan pemeliharaan
kemampuan keberaksaraan warga masyarakat

* Tahap akhir, untuk mengimplementasikan layanan program pada daerah terpadat,


diperlukan inovasi seperti inovasi layanan program secara daring sehingga mempercepat
akses oleh penyelenggara/pendidik/peserta didik

Tujuan dari Program ini yaitu untuk mengetahui peningkatan pengetahuan masyarakat
setelah diberikan pembelajaran pemberantasan buta aksara. Pendekatan dalam pelaksanaan
secara deskriptif kualitatif dengan subyek adalah warga masyarakat. Teknik pengumpulan
dan analisis data dilakukan dengan metode pengamatan, wawancara dan dokumentasi.
Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa program pemberantasan buta aksara secara
keseluruhan berjalan secara efektif dan efisien. Hal ini di lihat dari peningkatan
pengetahuan masyarakat baik dalam aspek membaca, menulis dan berhitung. Pencapaian
ini bisa dilihat pada persentase ketercapaian masyarakat mencakup aspek membaca 90%,
menulis 93% dan berhitung 80% terhadap keterlaksanaan program dengan tingkat
kehadiran warga belajar tergolong cukup tinggi yakni 67%, hal terbukti dari keikutsertaan
warga belajar ketika pelaksanaan pembelajaran. Kesimpulan yang diperoleh yaitu terdapat
peningkatan kemampuan membaca, menulis dan berhitung masyarakat setelah diberikan
pendampingan selama pelaksanaan KKN PPM. Maka dari pemerintah daerah perlu terus
melakukan pendampingan yang lebih intensif untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui berbagai pendekatan, sehingga berdampak pada peningkatan kehidupan sosial
masyarakat itu sendiri.

5
III. HAMBATAN-HAMBATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Ada beberapa hambatan yang dapat menghambat kegiatan pemberantasan buta aksara,
termasuk:

• Keterbatasan Sumber Daya: Terbatasnya dana, tenaga pengajar, dan materi


pelajaran dapat menjadi hambatan serius dalam menyelenggarakan program
pemberantasan buta aksara yang efektif.
• Budaya dan Tradisi: Beberapa masyarakat mungkin memiliki budaya atau tradisi
tertentu yang menghambat pendidikan formal, terutama bagi perempuan. Norma
sosial yang menghargai pekerjaan rumah atau pernikahan di usia muda dapat
menghambat partisipasi dalam pendidikan.
• Konflik dan Ketidakstabilan: Daerah yang terpengaruh oleh konflik bersenjata atau
ketidakstabilan politik sering kali sulit untuk menyelenggarakan program
pendidikan yang berkelanjutan.
• Ketidakpedulian atau Kesadaran Rendah: Kadang-kadang masyarakat atau individu
mungkin tidak menyadari pentingnya literasi atau kurang berminat untuk mengikuti
program pemberantasan buta aksara.
• Perubahan Sosial dan Teknologi: Perkembangan teknologi dan perubahan dalam
cara orang mengakses informasi dapat memengaruhi cara pendidikan disampaikan,
dan hal ini mungkin memerlukan adaptasi dalam program pemberantasan buta
aksara.
• Kualifikasi dan Pelatihan Guru: Guru dan instruktur yang tidak memiliki kualifikasi
yang memadai atau pelatihan dalam mengajar orang dewasa yang buta aksara dapat
menjadi hambatan.
• Kehidupan Sehari-hari: Keterbatasan waktu dan tanggung jawab sehari-hari, seperti
pekerjaan atau tugas rumah, dapat menghambat partisipasi dalam program
pemberantasan buta aksara.
• Kemiskinan: Orang miskin sering kali menghadapi hambatan ekonomi yang
mencegah mereka mengikuti program pendidikan, bahkan jika program tersebut
tersedia.

Untuk berhasil mengatasi hambatan-hambatan ini, diperlukan pendekatan holistik yang


melibatkan kerjasama antara pemerintah, organisasi nirlaba, dan masyarakat lokal serta
adaptasi program pendidikan sesuai dengan konteks lokal.

6
IV. GAGASAN ATAU IDE KEBEERHASILAN KEGIATAN

Kegiatan pemberantasan buta aksara Ini mungkin bisa dimulai Dari lingkung terdekat Kita,
yaitu di lingkungan keluarga. Untuk memutus adanya buta aksara di lingkungan keluarga
dibutuhkan beberapa Hal, misalnya data kualitas Dan kuantitas keluarga, bahan dan metode
pembelajaran, serta tutor pelaksana. Secara teknis pelaksanaan strategi ini diawali dengan
adanya data akurat keluarga (data keluarga yang mampu calistung). Disini mereka yang mampu
calistung dijadikan sebagai tutor pelaksana dalam lingkup keluarga untuk anggota keluarga
yang masih buta aksara. Sehingga, mereka yang awalnya masih buta aksara terbantu oleh
adanya tutor dalam keluarga. Semakin banyak tutor, Maka akan semakin banyak pula anggota
keluarga yang mampu memutus adanya buta aksara

Penelitian ini, mungkin saja, memiliki perbedaan daripada kajian kelembagaan pendidikan
secara umum. Penelitian ini lebih fokus pada aspek kelembagaan sosial yang berperan untuk
memberantas buta aksara di masyarakat. Sebagaimana diketahui, pemerintah sedang
menggalakkan program penghilangan buta aksara (illiteracy). Sebuah program yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Masyarakat (SDM) yang tertinggal. Sebagaimana
disiplin ilmu penulis, penelitian ini berbasis pada pandangan manajerialisme sekolah atau
lembaga pendidikan non-formal yang ada di masyarakat. Hasil peneliian ini menunjukkan
bahwa sistem manajerial yang diselenggarakan berdasarkan regulasi dan mikanisme yang
sudah ditentukan oleh pemerintah, baik skala nasional ataupun provinsi.

7
V. DAFTAR PUSTAKA

Sumber : ( https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/09/strategi-kemendikbudristek-
tuntaskan-buta-aksara-tunjukkan-hasil-positif)

Sumber: https://www.kompas.id/baca/utama/2019/11/22/buta-aksara-si-penerus-bangsa

Sumber: googleshcolar-gagasan-buta aksara

Sumber: https://jurnalakrab.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalakrab/article/view/408

Anda mungkin juga menyukai