Anda di halaman 1dari 11

UJIAN MATA KULIAH PEMBUATAN KEPUTUSAN

PROGRAM STUDI S2 ADMINISTRASI PENDIDIKAN FIP UNP


SEMESTER JULI-DESEMBER 2023

Oleh:
DEDE ERLINA
NIM: 23147009

JURUSAN S2 ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
UJIAN MATA KULIAH PEMBUATAN KEPUTUSAN
PROGRAM STUDI S2 ADMINISTRASI PENDIDIKAN FIP UNP
SEMESTER JULI-DESEMBER 2023
SIFAT: Take Home

1. Jelaskan menurut pendapat Sdr. mengapa suatu negara (Indonesia sebagai contoh) memerlukan
suatu kebijakan dalam bidang pendidikan yang diputuskan untuk masyarakatnya, terutama sekali
kebijakan yang menyangkut sistem pendidikan dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Apa
yang akan terjadi jika pemerintah tidak membuat keputusan bersama tentang tujuan pendidikan
dan sistem pendidikan tersebut.
Jawaban :
Pendidikan memegang peran yang sangat krusial dalam membentuk masyarakat dan membentuk
individu yang memiliki kualitas. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana untuk menciptakan lingkungan
belajar dan proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat secara aktif mengembangkan
potensi diri dalam aspek kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk diri mereka sendiri,
masyarakat, bangsa, dan negara. Kebijakan pendidikan yang efektif dan terarah menjadi kunci
untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa suatu negara seperti Indonesia memerlukan kebijakan
dalam bidang pendidikan:
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pendidikan berperan dalam menciptakan SDM yang berkualitas, terampil, dan berdaya saing
tinggi. Dengan adanya kebijakan pendidikan yang baik, masyarakat akan memiliki keahlian
dan pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga dapat mendukung
perkembangan ekonomi dan industri.
2. Pengentasan Kemiskinan
Pendidikan dapat menjadi alat untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi. Dengan
memberikan akses pendidikan yang merata, masyarakat memiliki peluang yang lebih besar
untuk meningkatkan taraf hidup mereka, mengurangi kemiskinan, dan menciptakan
masyarakat yang lebih adil.
3. Penguatan Identitas dan Kebangsaan
Sistem pendidikan dapat membentuk identitas nasional dan rasa kebangsaan. Melalui
kurikulum yang mencerminkan nilai-nilai nasional, masyarakat dapat membangun kesadaran
akan sejarah dan budaya bangsanya, serta memperkuat persatuan dan kesatuan.
4. Inovasi dan Kemajuan
Pendidikan berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan
kemajuan. Dengan menanamkan nilai-nilai kreativitas dan pemikiran kritis, masyarakat
dapat lebih siap menghadapi perubahan zaman dan berkontribusi pada kemajuan negara.

Jika pemerintah tidak membuat keputusan bersama tentang tujuan pendidikan dan sistem
pendidikan, beberapa konsekuensi yang mungkin terjadi adalah:
1. Ketidakmerataan Akses
Tanpa kebijakan yang jelas, akses pendidikan mungkin tidak merata di seluruh wilayah
negara. Hal ini dapat meningkatkan kesenjangan antar daerah dan antar kelompok
masyarakat.
2. Kualitas Pendidikan yang Bervariasi
Tanpa pedoman yang jelas, kualitas pendidikan dapat bervariasi secara signifikan antar
institusi pendidikan. Hal ini dapat menghasilkan lulusan dengan tingkat keterampilan dan
pengetahuan yang tidak seimbang.
3. Kurangnya Kesesuaian dengan Kebutuhan Pasar Kerja
Sistem pendidikan yang tidak terkoordinasi dengan kebutuhan pasar kerja dapat
menghasilkan lulusan yang tidak sesuai dengan tuntutan industri, sehingga meningkatkan
tingkat pengangguran.
4. Kelemahan dalam Membangun Identitas Nasional
Tanpa kurikulum yang memperkuat identitas nasional, mungkin sulit untuk menciptakan
rasa kebangsaan yang kuat, yang dapat berdampak pada kebersamaan dan stabilitas sosial.
Dengan demikian, kebijakan pendidikan yang baik dan kokoh sangat penting untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Arwildayanto. Dkk, 2018)

2. Hal yang paling penting dari suatu keputusan adalah implementasinya. Jika kita amati, ada
beberapa keputusan pendidikan, seperti keputusan tentang perubahan kurikulum belum
terimplementasi sebagaimana mestinya. Meskipun sudah ada kurikulum baru, tapi praktik
pembelajaran yang dilakukan guru sepertinya tidak ada yang berubah, masih menggunakan
cara-cara lama juga. Jelaskan mengapa hal ini bisa terjadi demikian.
Jawaban :
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan keputusan pendidikan, seperti perubahan
kurikulum, belum terimplementasi sebagaimana mestinya. Sebagian dijelaskan pada penelitian
(Ade Risna Sari, 2014). Beberapa faktor tersebut antara lain:
1. Resistensi terhadap Perubahan
Guru-guru dan staf pendidikan mungkin memiliki resistensi terhadap perubahan. Mereka
mungkin sudah terbiasa dengan metode pengajaran lama dan merasa nyaman dengan itu.
Ketika ada perubahan, mereka mungkin tidak sepenuhnya menerima atau
mengimplementasikannya dengan sungguh-sungguh.
2. Ketidakjelasan Petunjuk dan Dukungan
Jika kebijakan atau perubahan kurikulum tidak disertai dengan petunjuk yang jelas dan
dukungan yang memadai, guru-guru mungkin kesulitan untuk mengimplementasikannya.
Mereka membutuhkan panduan yang konkret dan dukungan dalam bentuk pelatihan atau
sumber daya yang sesuai.
3. Keterbatasan Sumber Daya
Kurangnya sumber daya seperti buku teks baru, peralatan, atau pelatihan untuk guru dapat
menjadi hambatan implementasi. Jika sumber daya yang diperlukan tidak tersedia, guru
mungkin sulit untuk mengadopsi perubahan tersebut.
4. Kondisi Infrastruktur
Infrastruktur yang tidak memadai, seperti ketersediaan ruang kelas, fasilitas pendukung, atau
akses ke teknologi, dapat membatasi kemampuan guru untuk mengimplementasikan
perubahan kurikulum dengan efektif.
5. Ketidakpastian tentang Efektivitas
Jika guru-guru tidak yakin tentang efektivitas perubahan yang diusulkan, mereka mungkin
kurang termotivasi untuk mengubah metode pengajaran mereka. Diperlukan bukti dan
pemahaman yang jelas tentang manfaat perubahan tersebut

3. Bagaimanakah menurut pendapat Sdr. mengenai kebijakan pemerintah tentang PPDB. Apakah
keputusan yang dibuat pemerintah itu sudah tepat atau belum. Jika sudah tepat, jelaskan alasan Sdr.
di mana letak tepatnya; dan jika belum tepat, jelaskan juga alasan Sdr. di mana belum tepatnya; dan
jelaskan bagaimana sebaiknya.
Jawaban :
Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Indonesia terus mengalami perkembangan
dan penyesuaian. Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk meningkatkan aksesibilitas dan
keadilan dalam pendidikan melalui berbagai kebijakan ini. Namun, sejalan dengan pelaksanaannya,
beberapa kritik dan perdebatan mungkin timbul terkait efektivitas dan dampaknya.
Sebagai contoh, kebijakan PPDB berbasis zonasi telah diimplementasikan untuk memastikan setiap
wilayah mendapatkan akses yang adil terhadap pendidikan. Meskipun demikian, beberapa pihak
berpendapat bahwa kebijakan ini dapat menimbulkan ketidaksetaraan, terutama dalam hal kualitas
pendidikan yang dapat diterima di setiap wilayah. Terdapat juga isu-isu terkait dengan transparansi
informasi dan ketidakjelasan kriteria seleksi yang dapat menimbulkan ketidakpuasan di kalangan
masyarakat.
Sebagai saran perbaikan, perlu adanya evaluasi terus-menerus terhadap kebijakan PPDB untuk
memastikan bahwa tujuan kesejahteraan dan keadilan pendidikan tercapai. Peningkatan
transparansi, keterlibatan masyarakat, dan pembaruan secara berkala atas kebijakan tersebut dapat
menjadi langkah-langkah yang membantu menyempurnakan sistem PPDB. Dengan melibatkan
berbagai pemangku kepentingan, seperti guru, orang tua, dan pakar pendidikan, pemerintah dapat
membangun kebijakan PPDB yang lebih holistik dan efektif demi tercapainya tujuan pendidikan
yang berkualitas dan inklusif di Indonesia.

4. Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek telah memutuskan untuk menerapkan kurikulum
Merdeka Belajar. Bagaimana menurut pendapat Saudara tentang Kurikulum tersebut, apakah
dengan Kurikulum MBKM dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia? Kemukakan
argumentasi Saudara.
Jawaban :
Tanggapan terhadap Kurikulum Merdeka Belajar tampak positif dengan berbagai pihak
mengungkapkan dampak positifnya. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menekankan bahwa Kurikulum Merdeka hadir sebagai
respons terhadap krisis pembelajaran yang telah berlangsung lama di Indonesia, terutama
diperparah oleh pandemi Covid-19. Kurikulum ini diharapkan mampu menciptakan generasi adaptif
yang dapat bertahan dan beradaptasi dengan perubahan zaman menggunakan kekuatan mereka
sendiri.
Beberapa tokoh pendidikan, seperti Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
(BSKAP) Anindito Aditomo, Dewan Pembina PGRI Dudung Nurullah Koswara, dan Guru Besar
FKIP Unika Widya Mandala Surabaya Anita Lie, memberikan apresiasi terhadap implementasi
Kurikulum Merdeka. Mereka menyoroti bahwa pendekatan adaptif kurikulum ini menekankan
karakter dan kompetensi yang mendasar pada peserta didik, menciptakan proses pembelajaran yang
esensial, dan memberikan ruang lebih positif di kelas.
Dudung Koswara bahkan menegaskan bahwa Kurikulum Merdeka membuat proses pembelajaran
terasa lebih merdeka, yang diharapkan melahirkan masyarakat yang berkembang secara positif di
masa depan. Anita Lie juga mengapresiasi sinergi antara Kurikulum Merdeka, pengembangan
kompetensi guru, dan Platform Merdeka Mengajar, yang menunjukkan komitmen
Kemendikbudristek dalam mendampingi para guru agar menjadi lebih kompeten.
Pandangan Ki Saur Panjaitan XIII dari Taman Siswa menambahkan dimensi kebudayaan pada
implementasi Kurikulum Merdeka, dengan menghargai keragaman budaya Indonesia sebagai
kekuatan nasional. Semua ini diharapkan dapat menciptakan perubahan positif dalam sistem
pendidikan, dengan tujuan akhir mencetak peserta didik yang mandiri, merdeka, dan mencerminkan
Profil Pelajar Pancasila.
Tanggapan positif terhadap MBKM mencuat karena kurikulum ini diarahkan untuk memberikan
keleluasaan kepada peserta didik dalam mengeksplorasi minat, bakat, dan aspirasi mereka.
Pemberian kebebasan kepada siswa untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minatnya
diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterlibatan siswa dalam proses pendidikan.
Fleksibilitas yang diperkenalkan oleh MBKM juga dianggap sebagai langkah positif untuk
mengakomodasi keberagaman peserta didik.
Namun, sebagian pihak mungkin memiliki kekhawatiran terkait implementasi dan efektivitas
MBKM. Diperlukan pemantauan yang cermat terhadap pelaksanaan MBKM di lapangan, termasuk
dukungan yang memadai untuk guru, ketersediaan sumber daya, dan evaluasi berkala terhadap
dampaknya terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, perlu diperhatikan bagaimana MBKM dapat
mengatasi tantangan konkret seperti kesenjangan pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan peserta
didik dengan cara yang seimbang.
Secara keseluruhan, dengan syarat dan implementasi yang baik, Kurikulum Merdeka Belajar
memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan memfokuskan
pada kebutuhan dan potensi individual peserta didik. Evaluasi dan penyesuaian terus-menerus
dalam penerapannya akan menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan dan dampak positif jangka
panjang dari Kurikulum Merdeka Belajar.
(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/04/dampak-positif-penerapan-kurikulum-merdeka)

5. Saudara sudah melakukan penelaahan terhadap sistem pendidikan di negara-negara Asia, seperti
Saudi Arabia, China, dan Malaysia. Berdasarkan kajian tersebut, menurut Saudara mengapa
pendidikan di negara-negara tersebut lebih maju dibanding pendidikan di Indonesia. Best practices
(praktik baik) apa yang menurut Saudara bisa diadopsi dari negara tersebut dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Jawaban :
Perbandingan antara sistem pendidikan suatu negara dengan negara lainnya harus
mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk budaya, sejarah, kebijakan pemerintah, dan konteks
sosial. Namun, beberapa faktor umum yang dapat diidentifikasi sebagai kontributor keberhasilan
sistem pendidikan di beberapa negara Asia, seperti Saudi Arabia, China, dan Malaysia, melibatkan
sejumlah best practices yang bisa diadopsi oleh Indonesia:
1. Investasi Signifikan dalam Pendidikan
Negara-negara maju dalam pendidikan biasanya mengalokasikan anggaran yang signifikan
untuk sektor pendidikan. Investasi ini melibatkan pembangunan infrastruktur, pelatihan
guru, dan penyediaan sumber daya pendidikan yang memadai.
2. Orientasi pada Keterampilan Abad ke-21
Negara-negara maju dalam pendidikan mengakomodasi kebutuhan ekonomi masa depan
dengan fokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti pemecahan masalah,
kreativitas, kolaborasi, dan literasi digital.
3. Sistem Pendidikan yang Adaptable dan Kontekstual
Negara-negara seperti China telah sukses dengan sistem pendidikan yang dapat beradaptasi
dengan perubahan dan memperhatikan kebutuhan lokal. Adopsi model ini bisa membantu
Indonesia dalam mengembangkan sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan kontekstual.
4. Ketegasan dalam Penerapan Kurikulum
Penerapan kurikulum yang jelas dan konsisten dapat membantu meningkatkan kualitas
pendidikan. Hal ini melibatkan perencanaan kurikulum yang berfokus pada kebutuhan dan
tantangan pendidikan di tingkat lokal dan nasional.
5. Pelatihan Guru yang Berkelanjutan
Negara-negara maju dalam pendidikan mengakui pentingnya pelatihan dan pengembangan
guru secara berkelanjutan. Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru dapat
meningkatkan efektivitas pengajaran.
6. Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat
Membangun keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan adalah praktik baik
yang signifikan. Ini menciptakan dukungan yang kuat untuk pembelajaran di rumah dan di
sekolah.
7. Penggunaan Teknologi Pendidikan
Integrasi teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan aksesibilitas, interaktivitas, dan
efektivitas pendidikan. Negara-negara maju dalam pendidikan seringkali telah berhasil
mengintegrasikan teknologi dengan baik dalam proses pembelajaran.
8. Pentingnya Bahasa Pengantar Pendidikan
Penggunaan bahasa pengantar yang tepat dalam pendidikan dapat memainkan peran penting
dalam keberhasilan sistem pendidikan. Memastikan bahwa bahasa pengantar sesuai dengan
kebutuhan dan konteks lokal dapat meningkatkan pemahaman dan partisipasi siswa.
Sementara mengadopsi praktik-praktik baik dari negara-negara lain, Indonesia harus
memperhatikan konteks lokalnya sendiri. Penerapan kebijakan pendidikan yang bijaksana dan
berkelanjutan harus memperhitungkan keragaman budaya dan kondisi sosial di Indonesia. Selain
itu, keterlibatan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan
masyarakat, merupakan kunci keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

6. Jika Saudara ditunjuk menjadi Kepala Dinas Pendidikan di Kabupaten/Kota di mana Anda tinggal,
kebijakan/keputusan apa saja yang akan Saudara buat agar kualitas pendidikan di Kabupaten Anda
tersebut bisa meningkat. Analisis terlebih dahulu permasalahan-permasalahan apa saja yang ada di
Kabupaten/Kota Anda; lalu kemukakan bagaimana menyelesaikannya.
Jawaban :
Sebagai Kepala Dinas Pendidikan di Kabupaten/Kota, langkah-langkah berikut dapat diambil untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dengan melakukan analisis terlebih dahulu terhadap
permasalahan-permasalahan yang ada:

Analisis Permasalahan:
1. Infrastruktur Pendidikan yang Tidak Memadai
Langkah Penyelesaian: Mengidentifikasi dan memprioritaskan daerah yang membutuhkan
perbaikan infrastruktur pendidikan, seperti pembangunan atau renovasi sekolah, penyediaan
sarana olahraga, dan laboratorium.
2. Kurangnya Sumber Daya Manusia Berkualitas
Langkah Penyelesaian: Menerapkan program pelatihan dan pengembangan berkelanjutan
untuk guru dan tenaga pendidik. Memotivasi guru dengan pemberian insentif yang sesuai,
serta mendorong partisipasi dalam kegiatan pengembangan profesional.
3. Kurangnya Akses Pendidikan dan Tingkat Partisipasi Rendah
Langkah Penyelesaian: Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan yang menghalangi akses
pendidikan, seperti penyediaan transportasi atau fasilitas belajar yang lebih dekat dengan
tempat tinggal siswa. Mendorong program beasiswa atau bantuan keuangan bagi siswa yang
membutuhkan.
4. Kurikulum yang Tidak Relevan dan Tidak Memadai
Langkah Penyelesaian: Merevisi dan menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal dan
global, memperkenalkan mata pelajaran yang relevan dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan industri. Meningkatkan fokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21.
5. Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat yang Rendah
Langkah Penyelesaian: Menerapkan program komunikasi aktif dengan orang tua dan
masyarakat, mengundang partisipasi mereka dalam kegiatan sekolah, dan melibatkan
mereka dalam proses pengambilan keputusan pendidikan.
6. Kurangnya Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran
Langkah Penyelesaian: Mendorong integrasi teknologi dalam pembelajaran, termasuk
penyediaan akses internet di sekolah-sekolah, pelatihan bagi guru terkait pemanfaatan
teknologi, dan penyediaan perangkat pembelajaran modern.
7. Kesenjangan Pendidikan Antar Wilayah
Langkah Penyelesaian: Mengidentifikasi daerah yang mengalami kesenjangan pendidikan
dan memberikan prioritas dalam alokasi sumber daya. Menerapkan program khusus dan
dukungan tambahan bagi sekolah-sekolah di daerah terpencil atau terpinggirkan.

Kebijakan/Keputusan untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan:


1. Pengembangan Program Pelatihan Guru
Menerapkan program pelatihan dan pengembangan berkala untuk meningkatkan kompetensi
guru.
2. Adaptasi Kurikulum dengan kearifan lokal
Memodifikasi atau mengembangkan kurikulum untuk menjawab tantangan global dan
memastikan relevansinya dengan kebutuhan lokal.
3. Pemberian Insentif untuk Guru Berprestasi
Memberikan insentif bagi guru yang mencapai hasil yang baik dalam mengajar dan
berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan profesional.
4. Peningkatan Infrastruktur Pendidikan
Melakukan pemantauan dan evaluasi infrastruktur pendidikan, memprioritaskan perbaikan
dan pembangunan fasilitas yang dibutuhkan.
5. Peningkatan Akses Pendidikan
Mengembangkan program untuk meningkatkan akses pendidikan bagi kelompok rentan,
seperti anak-anak dari keluarga miskin atau daerah terpencil.
6. Pengenalan Teknologi dalam Pembelajaran
Mendorong integrasi teknologi dalam proses pembelajaran dengan menyediakan pelatihan
dan infrastruktur yang diperlukan.
7. Peningkatan Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat
Menyelenggarakan program untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dan masyarakat
dalam aktivitas sekolah, termasuk forum diskusi dan kegiatan sosial.
8. Penyusunan Program Beasiswa dan Bantuan Keuangan
Mengembangkan program beasiswa dan bantuan keuangan untuk mendukung keluarga
dengan keterbatasan ekonomi.
Dengan menerapkan kebijakan-kebijakan ini, diharapkan dapat menciptakan lingkungan pendidikan
yang lebih baik dan meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten/Kota. .
DAFTAR PUSTAKA

Arwildayanto. Suking, Arifin & Sumar, Warni Tune. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan Kajian
Teoretis, Eksploratif, Dan Aplikatif. Bandung: CV. Cendekia Press
Halawa1, Dedi Presli. Dkk. (2023). Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Jepang.
NDRUMI: Jurnal Pendidikan dan Humaniora 6 (1).
Sari, Ade Risma. Dkk. (2014). Implementasi Kebijakan Kurikulum Sekolah Menengah Pertama
Negeri 10 di Kota Pontianak. Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN
Montanesa, Dian. Dkk. (2021). Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Jepang. Edukatif :
Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1).
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog, diakses tanggal 12 Januari 2024

Anda mungkin juga menyukai