BENCANA BOYOLALI
Longsor Terjang Selo, Jalur SSB Terhambat
Warga dan polisi membersihkan sisa longsor yang menutup sebagian jalur Solo-Selo-
Borobudur (SSB) di Selo, Boyolali, Jumat (12/12/2014). (Hijriyah Al
Wakhidah/JIBI/Solopos)
Sementara di lokasi lain longsor juga merusak satu bangunan Play Group Permata di Dukuh
Tritis, Lencoh dan satu unit rumah di Dukuh Jarak Kidul, Jrakah.
Akibat longsor tersebut jalur SSB sempat tertutup, namun kendaraan bermotor masih bisa
melintas. Ketebalan tanah yang berada di jalan mencapai kisaran 40 sentimeter.
“Longsor terjadi pada Kamis malam. Hujan sejak Rabu malam baru reda tadi pagi sehingga
hari ini kami baru mulai membersihkan jalan,” kata Kapolsek Selo, AKP Yadiyo, saat
ditemui solopos.com, Jumat (12/12/2014).
Sementara itu, longsor di Dukuh Tritis, Lencoh, yang merusak satu bangunan Play Group
Permata Lencoh juga baru dibersihkan Jumat siang. Longsor merusak bangunan Play Group
bagian belakang sepanjang 7 meter.
Bangunan tersebut memiliki tinggi 3 meter. Meski diterjang longsor, kegiatan belajar
mengajar siswa yang berjumlah 38 anak itu tetap berjalan. “Kerugian akibat kerusakan
gedung berkisar Rp12 juta,” kata Camat Selo, Wurlaksono, saat ditemui terpisah.
Sementara itu, salah seorang korban tanah longsor, Wiyono, mengaku mengalami kerugian
berkisar Rp2 juta. Rumah Wiyono bagian belakang rusak akibat diterjang tanah longsor.
Kepala Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha menuturkan Waryono Karno
diperiksa dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi kegiatan sosialisasi, sepeda sehat, dan
perawatan Gedung Kantor ESDM.
“WK [Waryono Karno] akan diperiksa sebagai tersangka,” tutur Priharsa saat dimintai
konfirmasi di Jakarta, Jumat (12/12/2014).
Selain Waryono Karno, penyidik KPK juga telah menjadwalkan pemanggilan terhadap
Sudarsono dalam kapasitas sebagai saksi dari unsur swasta dalam perkara yang sama.
Sebelumnya, bekas anak buah mantan Menteri ESDM Jero Wacik itu juga dijerat dalam
kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji terkait kegiatan SKK Migas. Namun, meski sering
bolak-balik diperiksa sebagai tersangka, hingga kini Waryono belum juga ditahan KPK.
SOFT NEWS
Solopos.com, SOLO – Sesuai citra Solo sebagai Kota Budaya, Solo senantiasa melestarikan
pasar tradisional di tengah pesatnya pembangunan pusat perbelanjaan modern. Anda dapat
berbelanja dengan transaksi jual beli yang unik, sekaligus mendapatkan suasana ramai yang
khas masyarakat Solo di pasar tradisional Solo.
Sebagaimana diungkapkan Sri Redjeki, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) Solo kepada Solopos.com, Kamis (11/12/2014), ada sejumlah
pasar tradisional Solo yang masih bertahan dan dipertahankan sampai sekarang. Bahkan,
beberapa pasar tradisional Solo diresmikan sebagai cagar budaya.
Pasar tradisional Solo yang menjadi cagar budaya tersebut adalah Pasar Gede dan Pasar
Klewer. Di samping pasar-pasar tradisional yang tercatat dalam daftar cagar budaya itu, Sri
Redjeki juga mengutarakan adanya pasar tradisional lain di Solo yang direkomendasikan
sebagai tujuan belanja wisatawan. Pasar tradisional Solo tersebut antara lain Pasar Legi dan
Pasar Jongke.
Pasar Gede
Nama mencerminkan bangunan pasar tradisional Solo ini. “Gede” dalam bahasa Jawa berarti
besar. Memang seperti itulah bangunan Pasar Gede, besar juga luas. Saat memasuki pasar ini,
jangan heran jika Anda menemukan banyak pedagang keturunan Tiongkok di sana.
Mengapa? karena Pasar Gede terletak di perkampungan pecinan, tepatnya di seberang Balai
Kota Solo, Jl. Jenderal Sudirman. Anda juga dapat menemukan sebuah vihara tepat di selatan
pasar ini. Jenis barang unggulan yang dijual di Pasar Gede adalah sayuran dengan kualitas
tinggi yang dapat dibeli secara grosir ataupun eceran.
Pasar Klewer
Pasar Klewer adalah salah satu pasar tradisional terbesar dan tertua di Solo. Berada di
seputaran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, tak jauh dari Masjid Agung. Pasar ini
sangat terkenal sebagai pusat perdagangan tekstil dan produk tekstil. Banyak pedagang kain
yang melakukan transaksi besar di sana. Hiruk pikuk Pasar Klewer dapat Anda dapati setiap
hari.
Pasar Legi
Sekilas pasar ini memiliki tipe barang dagangan unggulan yang sama seperti di Pasar Gede,
sayuran. Perbedaannya, pedagang sayur di Pasar Legi secara dominan menggunakan sistem
transaksi grosir. Berbeda dengan pasar pada umumnya, pasar yang terletak di pusat Kota Solo
ini memiliki keunikan tersendiri, yakni puncak keramaiannya yang terjadi saat dini hari
sekitar pukul 02.00. Banyak tengkulak sayuran yang mendistribusikan sayuran kepada para
pedagang di Pasar Legi yang juga siap di pagi buta.
Pasar Jongke
Pasar Jongke ini menjual oleh-oleh khas Solo. Pasar yang berada di Kelurahan Laweyan ini,
memang terkenal sebagai sentra oleh-oleh khas Solo. Ada jajanan pasar dan makanan ringan
khas Solo yang dapat Anda jadikan oleh-oleh dengan harga relatif murah. (Evi
Handayani/JIBI/Solopos)
Dia baru tahu suaminya terkena HIV/AIDS, sehari sebelum suaminya itu meninggal. Padahal,
kondisi suaminya itu sudah keluar masuk rumah sakit selama dua tahun.
“Setelah mengetahui penyebab kematian suami saya, saya pun langsung mengikuti voluntary
councelling test (VCT). Saya pun positif. Jadi, meskipun sudah meninggal, suami saya hujat
habis-habisan. Saya sangat syok saat itu, bahkan rasanya ingin bunuh diri,” kata Bunda, saat
ditemui Solopos.com, Kamis (27/11/2014).
Di satu sisi Bunda sebenarnya tidak kaget dengan penyakit yang akhirnya dia idap sekarang.
Meskipun suaminya adalah seorang pegawai negeri namun suaminya itu suka “jajan” di luar.
Bagi ibu yang mengaku sudah satu tahun dikucilkan tetangganya karena ketahuan pengidap
HIV ini hidup memang tidak mudah. Namun dia harus tetap hidup demi anak-anaknya.
“Saya pernah punya usaha tapi bangkrut karena tidak ada yang mau beli. Pelanggan tidak
mau beli setelah mereka tahu saya divonis HIV,” kata Bunda.