Anda di halaman 1dari 2

ASPEK POSITIF DAN NEGATIF

SEKTOR SOSIAL DAN BUDAYA KOTA SOLO

Kota Solo merupakan salah satu kota di Indonesia yang terkenal akan kehidupan
sosial dan kebudayaannya yang menarik. Solo mempunyai tarian, pakaian, musik, dan kuliner
yang berkualitas. Masyarakat kota Solo juga terkenal akan keramahannya serta bahasanya
yang halus. Kota Solo sendiri cukup dikenal di Indonesia dan semakin terkenal sejak muncul
nama Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia yang berasal dari kota Solo.
Dari sektor sosial dan budaya, kota Solo memiliki berbagai aspek positif. Namun
karena perkembangan zaman dan kedatangan para pendatang di kota Solo, munculah aspek-
aspek negatif dari sektor tersebut. Berikut adalah aspek positif dan negatif sektor sosial dan
budaya kota Solo:

A. Aspek Positif
1. Kebudayaan kota Solo yang beragam.
Kota Solo merupakan pusat kebudayaan Jawa. Kebudayaan yang tumbuh di kota Solo
seperti tarian, transportasi, musik, pakaian dan bahkan kuliner ikut mewarnai
kebudayaan Indonesia. Contoh kebudayaan yang unik di kota solo adalah alat
transportasi tradisional yang masih banyak dijumpai, yaitu becak dan andong. Untuk
kuliner, kota Solo mempunyai sajian yang khas, diantaranya adalah nasi liwet, nasi
timlo, dan es dawet. Solo juga terkenal sebagai The City of of Batik, dan salah satu
cara untuk melestarikan batik di kota Solo adalah dengan terselenggaranya Batik Solo
Carnival setiap tahunnya.
2. Masyarakat kota Solo yang menjaga adat.
Masyarakat kota Solo terkenal akan keramahan dan bahasanya yang halus. Selain itu,
masyarakat kota Solo juga senantiasa menjaga kebudayaan adat jawa yang mereka
miliki, salah satunya adalah dengan cara terus melaksanakan perayaan-perayaan adat
Jawa seperti Kirab Pusaka, Sekaten, Grebeg Mulud, dan Syawalan. Dengan begitu,
kebudayaan yang dimiliki masyarakat kota Solo akan terus lestari dan dapat
menumbuhkan efek positif bagi mereka.

B. Aspek Negatif
Kini karena perkembangan zaman yang semakin maju dan adanya pendatang di kota Solo,
terjadilah pergeseran kebudayaan di kota Solo. Acara atau ritual-ritual adat yang serba
detail dirasa tidak sesuai dengan zaman yang serba cepat dan instant ini. Selain itu, pola
piker masyarakat yang beragam juga memunculkan suatu pendapat bahwa sebagian ritual
adat Jawa dinilai bertentangan dengan ajaran agama Islam, padahal di kota Solo mayoritas
penduduknya beragama Islam. Disini terjadilah perang bathin masyarakat yang
memerlukan penanganan yang tepat agar masyarakat kota Solo selalu dapat hidup
berdampingan dan selaras walaupun pola piker dan keyakinan mereka beragam.
GAMBAR

Gambar 1. Becak Solo Gambar 2. Andong Solo

Gambar 3. Nasi Liwet Gambar 4. Nasi Timlo

Gambar 5. Solo Batik Carnival (1) Gambar 6. Solo Batik Carnival (2)

Gambar 7. Wayang Wong (Orang) Gambar 8. Grebeg Maulud

Anda mungkin juga menyukai