Anda di halaman 1dari 70

Pengantar

Sumber Fisis
dan Modalitas
Fisioterapi
Sumber Fisis dan Modalitas Fisioterapi
Sarjana Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
Konsep
Dasar
Sumber
Fisis
Fisioterapi
DEFINISI ELEKTRO DAN SUMBER FISIS
• Elektro dan sumber fisis merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tentang teknologi intervensi seperti energi stimulasi (stresor) pada
jaringan kulit, otot, tendon, tulang, kapsul, ligamen, saraf dan pembuluh
darah.
• Elektro dan sumber fisis merupakan integrasi antara fisika, matematika,
instrumen atau peralatan fisioterapi dan teknik penerapannya.
DEFINISI ELEKTRO DAN SUMBER FISIS
Sumber fisis ini meliputi elektroterapi atau terapi listrik (yang terdiri
atas :
• Arus frekuensi rendah (low frequency current, LFC) – berkisar dari 0
Hz sampai 1.000 Hz
• Arus frekuensi menengah (middle frequency current, MFC) – berkisar
dari 1.000 sampai 10.000 Hz
• Arus frekuensi tinggi (high frequency current, HFC) – berkisar pada
frekuensi di atas 10.000 Hz
• Serta terapi dengan gelombang suara (ultrasound therapy, US).
DEFINISI & AREA STUDI
Modalitas terapi
JENIS ELEKTRO DAN SUMBER FISIS
SECARA UMUM

1. Elektroterapi
• Electrotherapy (Elektroterapi) atau terapi listrik merupakan terapi dengan
menggunakan listrik arus rendah. Arus listrik terjadi karena adanya arus electron
yang melewati konduktor.
• Arus listrik yang diaplikasikan pada saraf dapat berupa arus AC (alternating current),
DC (direct current) maupun pulsed.
• Arus listrik tersebut pada intensitas dan durasi yang memadai dapat meningkatkan
kerja syaraf dalam merangsang jaringan yang dipersarafi.
Tiga jenis syaraf secara fisiologis dibedakan menjadi :
• Sensoris
• Motoris
• Persepsi nyeri
Listrik arus rendah dapat mengurangi nyeri dengan memblokir saraf sensorik.
Arus listrik rendah ini juga dapat menstimulasi saraf motorik karena impuls
elektrik ini menyerupai impuls saraf otak untuk menstimulasi gerakan otot. Oleh
karenanya terapi ini dapat digunakan untuk memperbaiki kelemahan otot.
Beberapa teori tentang mekanisme terapi listrik dalam mengurangi nyeri
antara lain:
1. Mekanisme menghambat transmisi nyeri ke otak (gate control theory)
2. Mekanisme pengeluaran endorphins (suatu hormon dalam otak yang
menurunkan kepekaan terhadap nyeri dan mempengaruhi emosi).
2. Parameter Penggunaan Alat Elektroterapi

• Bentuk Gelombang (waveform)


• Modulasi
• Intensitas Arus
• Durasi, Frekuensi, dan Polaritas
• Pengaturan Elektrode
3. Efek Fisiologis Elektroterapi
• Arus listrik AC, DC ataupun pulsed dapat digunakan untuk memodulasi
nyeri dan untuk memacu kontraksi otot.
• Modulasi nyeri yang dapat dilakukan arus listrik adalah dengan mekanisme
gate control (membiaskan nyeri dengan persepsi sensori yang lain) dan
perangsangan morfin endogen.
• Pemompaan Otot
• Penguatan Otot
• Pencegahan Atrofi
• Reedukasi Otot
4. Indikasi Elektroterapi
• Nyeri Punggung ▪ Nyeri Kepala
• Nyeri Leher ▪ Fibromialgia
• Nyeri Sendi ▪ Nyeri Pelvis
• Bursitis ▪ Nyeri Dada
• Nyeri Saraf ▪ Nyeri Postoperasi
4. Indikasi Elektroterapi
• Nyeri Punggung • Nyeri Leher
Nyeri punggung, Nyeri punggung Nyeri leher, Jenis nyeri leher yang
dapat disebabkan oleh sprain atau sering terjadi adalah dikarenakan
strain, degenerasi discus, sciatica cedera whisplash yang dapat
dan scoliosis.
menimbulkan nyeri dan kekakuan
pada bagian dasar dan
Keadaan keadaan ini dapat diperbaiki samping leher.
dengan terapi listrik. Teknik yang
sering dipergunakan adalah
transcutaneous electro nerve Gangguan struktur pada leher juga
stimulation (TENS) yang dapat dapat menimbulkan nyeri kepala dan
mengurangi spasme dan nyeri yang nyeri yang menjalar ke bahu. Pada
disebabkan oleh fraktur vertebrae keadaan ini terapi listrik dapat
yang disebabkan oleh osteoporosis. digunakan untuk mengurangi nyeri.
4. Indikasi Elektroterapi
• Nyeri Sendi • Tendinitis
Nyeri sendi. Sebagian besar orang pernah mengalami Tendinitis (peradangan tendon). Gangguan
nyeri sendi dalam hidupnya. Nyeri tersebut dapat tendinitis paling sering dikarenakan penggunaan
terjadi akibat keadaan akut maupun kronis. Beberapa
contoh keadaan sendi yang dapat diterapi dengan yang berlebihan.
terapi listrik adalah :
Arthritis (radang sendi). Beberapa jenis radang sendi • Bursitis
yang sering dijumpai adalah osteoarthritis dan
rheumatoid arthritis. Bursitis (peradangan pada bursa), Bursa
merupakan kantong yang berisi cairan yang
Gangguan persendian temporo mandibular yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara
menghubungkan mandibula dengan tengkorak kepala. jaringan. Tubuh kita memiliki 160 bursa yang
Gangguan sendi ini dapat mempengaruhi rahang, terletak pada bahu, siku, pinggang dan lutut
wajah, bahu, kepala dan leher.
4. Indikasi Elektroterapi
• Nyeri Saraf • Fibromyalgia
Terapi listrik dapat bermanfaat pada neuropathy Fibromyalgia merupakan nyeri kronis otot yang
perifer, neuralgia cranial dan postherpetic sering diikuti oleh kekakuan jaringan, kelelahan
neuralgia. dan gangguan tidur.

• Nyeri Kepala • Nyeri Pelvis


Bentuk yang paling sering adalah tension Terapi listrik direkomendasikan untuk sistitis
headaches (dideskripsikan sebagai ikatan yang interstitial, prostatitis dan nyeri menstruasi.
kuat pada kepala), migrain (dideskripsikan
sebagai nyeri berdenyut yang kadang diikuti rasa
mual), nyeri kepala kluster (dideskripsikan
sebagai nyeri tajam di satu sisi kepala).
4. Indikasi Elektroterapi
• Nyeri Dada
Kondisi seperti costochondritis dan heartburn
dapat diterapi dengan electrotherapy.

• Nyeri Post-Operasi
Nyeri ini dapat dikurangi dengan iontophoresis
yakni terapi listrik untuk meningkatkan absorbi
obat topikal yang dalam hal ini berupa krim
analgaetik.
5. Kontraindikasi Elektroterapi
• Wanita hamil
• Penderita dengan alat pacu jantung dan pin.
• Penderita dengan hemophilia atau thrombosis karena beberapa alat listrik
dapat mengakibatkan vasodilatasi yang dapat memperburuk kondisi
tersebut.
• Beberapa kondisi lain yang perlu diwaspadai meliputi epilepsy, gangguan
kejang dan jantung.
6. Manfaat dan Resiko Elektroterapi

• Beberapa jenis elektroterapi mudah untuk dilakukan dan dapat dilakukan sendiri oleh
penderita.
• Dapat meningkatkan jangkauan gerak, mobilitas dan fungsi sendi.
• Dapat mengurangi nyeri dan mengurangi kebutuhan terhadap obat pengurang nyeri.
• Sebagian besar elektroterapi efektif dibanding jenis terapi yang lain.
• Beberapa jenis elektroterapi dapat menimbulkan efek kumulatif setelah dilakukan
selama beberapa periode.
KAITAN ELEKTRO DAN SUMBER FISIS
DENGAN FISIOTERAPI
• Elektro dan sumber fisis memiliki keterkaitan dengan fisioterapi karena fisioterapi merupakan
bagian dari ilmu kedokteran yang berupa intervensi fisik non-farmakologis dengan tujuan utama
kuratif dan rehabilitatif pada gangguan kesehatan.
• Kaitan elektro dan sumber fisis dengan fisioterapi adalah sumber fisis di dalam lingkup
fisioterapi merupakan suatu rangkaian dari stresor-stresor fisis yang dipakai dalam metodologi
intervensi fisioterapi.
• Karena layanan fisioterapi selalu mengikuti perkembangan ilmu di bidang kesehatan sebagai
suatu profesi yang bertanggung jawab atas kesehatan kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan ikut menentukan tercapainya
masyarakat produktif demi keberhasilan pembangunan nasional.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI ELEKTRO DAN
SUMBER FISIS DI INDONESIA
• Faktor perkembangan profesi fisioterapi di Indonesia dapat memengaruhi
perkembangan elektro sumber fisis, karena profesi fisioterapi memanfaatkan modalitas
dalam menggunakan alat-alat fisioterapi.
• Faktor semakin meningkatnya aktivitas manusia yang berhubungan dengan gerak
tulang, otot dan sendi sehingga untuk menimbulkan efek relaksasi dibutuhkan alat-alat
yang berhubungan dengan elektro sumber fisis.
• Faktor kemajuan teknologi di Indonesia yang semakin berkembang dengan pesat.
PERAN ELEKTRO DAN SUMBER FISIS
DALAM PROSES FISIOTERAPI
• Terhadap Fisioterapis
• Terhadap Pasien
• Terhadap Mutu Pelayanan
• Terhadap Instansi/Profesi Fisioterapi
➢ Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas
➢ Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit
➢ Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit Khusus
➢ Pelayanan Fisioterapi di Praktik Mandiri
PEMERIKSAAN UMUM SEBELUM TINDAKAN
ELEKTRO SUMBER FISIS
• PEMERIKSAAN FISIK ▪ PEMERIKSAAN FUNGSI
• Tanda-tanda vital ▪ Tes Orientasi/quick test
• Inspeksi ▪ Pemeriksaan fungsi dasar (Gerak aktif, pasif, TIMT)
• Palpasi ▪ Pemeriksaan spesifik (Nyeri, MMT, LGS, Tes Valsava)
• Perkusi ▪ Pemeriksaan Kognitif, Intrapersonal, Interpersonal
▪ Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas
PEMERIKSAAN FUNGSI DASAR
• Gerak aktif
• Gerak pasif
• Gerak isometric melawan tahanan (Tes Isometrik Melawan Tahanan)
PEMERIKSAAN SPESIFIK
▪ Nyeri
▪ Pemeriksaan Kekuatan Otot
▪ Lingkup Gerak Sendi
Proses
Nyeri
PENGERTIAN NYERI
• Suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yg tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana
terjadi kerusakan (IASP, 1979).

Nyeri adalah anugerah


• Sesungguhnya nyeri adalah anugerah yg besar dari maha pencipta (Allah SWT)
• “Pain is alarm protection tell us that something wrong in our body”.
• Sulit dibayangkan seandainya tubuh kita tidak dilengkapi dgn “reseptor nyeri”, sehingga kita tidak
pernah menyadari kalau tubuh kita telah terancam kerusakan.
PENGERTIAN NYERI
• Nyeri merupakan rasa indrawi yang tidak menyenangkan. Keluhan tanpa unsur tidak menyenangkan,
tidak dapat dikategorikan sebagai nyeri.
• Nyeri selain merupakan rasa indrawi (fisik) juga merupakan pengalaman emosional (psikologik) yang
melibatkan efeksi jadi suatu nyeri mengandung paling sedikit dua dimensi yakni dimensi pisik dan
psikologis.
• Nyeri terjadi sebagai akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata, disebut sebagai nyeri nosiseptif atau
nyeri akut.
• Nyeri juga dapat timbul akibat adanya rangsangan yang berpotensi rusak, dan disebut sebagai nyeri
fisiologis, misalnya cubitan atau terkena api rokok, hal itu akan membangkitkan refleks menghindar.
• Selain itu nyeri dapat juga terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata, tapi penderita
menggambarkannya sebagai suatu pengalaman seperti itu, hal ini disebut sebagai nyeri kronik.
SIFAT NYERI
• Subyektif dan sangat individual
• Gejala Objektif merupakan manifestasi rangsangan simpatis
• Tidak menyenangkan
• Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi
• Bersifat tidak berkesudahan
• Melelahkan dan menuntut energi
• Mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna hidup
• Tidak dapat diukur secara obyektif
FISIOLOGI DAN JALUR NYERI
TAHAPAN FISIOLOGI NYERI
1. Tahap Trasduksi 2. Tahap Transmisi
• Stimulus akan memicu sel yang • Terdiri atas 3 bagian :
terkena nyeri untuk melepaskan 1. Nyeri merambat dari serabut saraf perifer (serabut A-
mediator kimia (prostaglandin, delta dan serabut C) ke medula spinalis
bradikinin, histamin, dan substansi P)
yg mensensitisasi nosiseptor 2. Transmisi nyeri dari medula spinalis ke batang otak dan
thalamus melalui jaras spinotalamikus (STT) ->
• Mediator kimia akan berkonversi
mengenal sifat dan lokasi nyeri
menjadi impuls-impuls nyeri elektrik
3. Impuls nyeri diteruskan ke korteks sensorik motorik,
tempat nyeri di persepsikan
TAHAPAN FISIOLOGI NYERI
3. Tahap Presepsi 4. Tahap Modulasi
• Tahap kesadaran individu akan • Disebut juga tahap desenden
adanya nyeri • Fase ini neuron di batang otak mengirim sinyal-sinyal
• memunculkan berbagai strategi kembali ke medula spinalis
perilaku kognitif untuk mengurangi • Serabut desenden itu melepaskan substansi (opioid,
kompenen sensorik dan afektif nyeri serotonin, dan norepinefrin) yg akan menghambat impuls
asenden yg membahayakan di bag dorsal medula
spinalis
GATE CONTROL THEORY
• MEKANISME KERJA TEORI GATE CONTROL
Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965 Teori ini mengusulkan
bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme
pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.

• Teori Gate Control


Impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat.
GATE CONTROL THEORY
• Impuls nyeri dpt diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di
sepanjang SSP
• Mekanisme pertahanan ditemukan di sel2 gelatinosa substansia
• “ impuls nyeri dihantar saat pertahanan dibuka dan impuls dihambat
saat pertahanan ditutup”
• Neuron delta A & C melepaskan subtansi P bersifat membuka
pertahanan
• Neuron beta A menghambat pelepasan subtansi P, bersifat menutup
pertahanan
• Menutup pertahanan dpt dng cara menggosok punggung, plasebo
(obat tdk berisi analgetik tetapi berisi gula, air atau saline)
ETIOLOGI NYERI
• Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan,
gesekan ataupun luka.
• Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas atau dingin.
• Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.
• Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
• Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor
nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase.
• Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau
terjepit oleh pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan
dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri.
• Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organic,
melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Nyeri karena factor ini disebut pula
psychogenic pain.
KLASIFIKASI NYERI
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa golongan berdasarkan pada
tempat, sifat, berat ringannya nyeri dan
waktu lamanya serangan.
KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri berdasarkan tempatnya;
1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada mukosa,
kulit.
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada
organ-organ tubuh visceral.
3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam
tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat, spinal
cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.
KLASIFIKASI NYERI

b. Nyeri berdasarkan sifatnya;


1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasanya menetap sekitar 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
KLASIFIKASI NYERI

c. Nyeri berdasarkan berat-ringannya;


1) Nyeri rendah , yaitu nyeri dengan intensitas rendah
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
KLASIFIKASI NYERI
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan;
1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari
enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai
akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada
arteri koroner.
2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya
beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
RESPON PSIKOLOGIS TERHADAP NYERI

1. Bahaya atau merusak 9. Sembuh


2. Komplikasi seperti infeksi 10. Perlu untuk penyembuhan
3. Penyakit yang berulang 11. Hukuman untuk berdosa
4. Penyakit baru 12. Tantangan
5. Penyakit yang fatal 13. Penghargaan terhadap
6. Peningkatan ketidakmampuan penderitaan orang lain
7. Kehilangan mobilitas 14. Sesuatu yang harus ditoleransi
8. Menjadi tua 15. Bebas dari tanggung jawab
yang tidak dikehendaki
RESPON FISIOLOGIS TERHADAP NYERI

Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)

a) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate


b) Peningkatan heart rate
c) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
d) Peningkatan nilai gula darah
e) Diaphoresis
f) Peningkatan kekuatan otot
g) Dilatasi pupil
h) Penurunan motilitas GI
RESPON FISIOLOGIS TERHADAP NYERI

Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

a) Muka pucat
b) Otot mengeras
c) Penurunan HR dan BP
d) Nafas cepat dan irreguler
e) Nausea dan vomitus
f) Kelelahan dan keletihan
RESPON TINGKAH LAKU TERHADAP NYERI

1. Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:


2. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas,
Mendengkur)
3. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
4. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari & tangan
5. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari
percakapan, Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang
perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)
FASE PENGALAMAN NYERI
(Meinhart & McCaffery)

1. Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)


Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena
fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini
memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini
sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
FASE PENGALAMAN NYERI
(Meinhart & McCaffery)
2. Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat
subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi
terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang lain.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang
yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin
berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan
individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi
wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh.
FASE PENGALAMAN NYERI
(Meinhart & McCaffery)

3. Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)


Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih
membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami
episode nyeri berulang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol
diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
PENILAIAN NYERI/INTENSITAS NYERI

Visual Analogue Scales


Sumber: Prentice, 2009

McGill PainQuestionnaire
Sumber: Prentice, 2009
The Pain Chart
Sumber: Prentice, 2009
PENILAIAN NYERI/INTENSITAS NYERI

Skala Numerik Skala Deskriptif

Skala Oucher

Skala Wajah
PENILAIAN NYERI BERDASARKAN PQRST
• P : Provokatif / paliatif (apa kira-kira penyebab timbulkan rasa nyeri? Apakah karena
terkena benturan / sayatan? dll)
• Q: Qualitas / quantitas (seberapa berat keluhan nyeri terasa?, bagaimana rasanya?,
seberapa sering terjadinya? seperti tertusuk, tertekan/tertimpa benda berat dll)
• R : Region / radiasi (lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan/ ditemukan?, apakah
juga menyebar ke daerah lain/ area penyebaran?)
• S : Skala seviritas (skala kegawatan dapat dilihat dengan GCS untuk gangguan
kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan.
• T : Timing (kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan/dirasakan?, seberapa sering
keluhan tersebut dirasakan / terjadi?, apakah terjadi secara mendadak atau bertahap?,
akut atau kronik?)
Teknik penilaian nyeri
• Skala analog visual
• Grafik nyeri
• Kuesioner McGill Pain
• Indikator Pola Aktivitas Profil Nyeri Skala
• Nyeri numerik

Hal yang selalu harus diingat dalam melakukan penilaian nyeri diantaranya adalah melakukan
penilaian terhadap:
• Intensitas nyeri
• Lokasi nyeri
• Kualitas nyeri, penyebaran dan karakter nyeri
• Faktor-faktor yang meningkatkan dan mengurangi nyeri
• Efek nyeri pada kehidupan sehari-hari
• Regimen pengobatan yang sedang dan sudah diterima
• Riwayat manajemen nyeri termasuk farmakoterapi, intervensi dan respon terapi
• Adanya hambatan umum dalam pelaporan nyeri dan penggunaan analgesik
TUJUAN PENATALAKSANAAN NYERI

• Tujuan pengobatan dalam terapi fisik pada akhirnya adalah


mengembalikan fungsi normal dan mencegah perkembangan penyakit.
Tujuan dari sudut pandang pasien adalah untuk:
• Meminimalkan batasan fungsional karena nyeri,
• Mengurangi frekuensi, intensitas, durasi, kecacatan, dan depresi yang dirasakan
sendiri,
• Meningkatkan status fungsional yang dipersepsikan sendiri, kualitas hidup, dan
status kesehatan, dan kembali bekerja, rekreasi, dan aktivitas rumah.
PENGELOLAAN NYERI
Secara umum, agen fisik dapat digunakan
• Merangsang serat aferen berdiameter besar (A β). Ini dapat dilakukan dengan TENS,
pijat, dan balsem analgesik.
• Kurangi kecepatan transmisi serat nyeri dengan dingin atau ultrasound.
• Merangsang serat aferen berdiameter kecil (A δ dan C) dan mekanisme kontrol nyeri
menurun dengan akupresur, pijat dalam, atau TENS pada titik akupunktur atau titik
pemicu.
• Merangsang pelepasan β- endorphin dan dynorphin atau opioid endogen lainnya
melalui stimulasi serat berdiameter kecil yang berkepanjangan dengan TENS.
Strategi pengendalian nyeri berguna lainnya termasuk yang berikut ini:
• Mendorong proses kognitif yang mempengaruhi persepsi nyeri, seperti motivasi,
pengalihan ketegangan, fokus, teknik relaksasi, berpikir positif, penghentian pikiran,
dan pengendalian diri.
• Minimalkan kerusakan jaringan melalui penerapan pertolongan pertama dan
imobilisasi yang tepat.
• Pertahankan jalur komunikasi dengan pasien. Beri tahu pasien apa yang akan terjadi
setelah cedera. Nyeri, bengkak, disfungsi, dan atrofi akan terjadi setelah cedera.
Kecemasan pasien atas kejadian ini akan meningkatkanpersepsinya tentang nyeri.
Seringkali, pasien yang telah diberi tahu tentang apa yang diharapkan oleh seseorang
yang dia percayai tidak akan terlalu cemas dan rasa sakitnya berkurang.
• Ketahuilah bahwa semua nyeri, bahkan nyeri psikosomatis, sangat nyata bagi pasien.
• Dorong latihan yang diawasi untuk mendorong aliran darah, meningkatkan nutrisi,
meningkatkan aktivitas metabolisme, dan mengurangi kekakuan dan menjaga jika
aktivitas tersebut tidak akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada pasien.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI

• Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada
anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

• Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki
mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI

• Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya
seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
• Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana
mengatasinya.
• Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.
Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi,
guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI

• Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.

• Pengalaman masa lalu


Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini
nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.
Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa
lalu dalam mengatasi nyeri.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI

• Support keluarga dan sosial


Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan

• Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang
mengatasi nyeri.
Proses
Perbaikan
Jaringan
PENGERTIAN

Suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan, penyebabnya adalah:


• Trauma
• Intentional/Operasi
• Ischemia/Vasculer
• Tekanan
• Keganasan
KLASIFIKASI LUKA

• BERDASARKAN KEDALAMAN JARINGAN


➢Partial Thickness
➢Full Thickness

• BERDASARKAN WAKTU DAN LAMANYA


➢Akut
➢Kronis
FASE PENYEMBUHAN LUKA

• FASE INFLAMASI
• FASE PROLIFERASI
• FASE REMODELING ATAU MATURASI
TIPE PENYEMBUHAN LUKA

• PRIMERY INTENTION HEALING (PENYEMBUHAN LUKA PRIMER)


• SECONDARY INTENTION HEALING (PENYEMBUHAN LUKA SEKUNDER)
• TERTIARY INTENTION HEALING (PENYEMBUHAN LUKA TERTIAR)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
FAKTOR UMUM
• Perfusi dan Oksigenasi Jaringan FAKTOR LOKAL
• Status Nutrisi ▪ Praktek Manajemen Luka
• Penyakit ▪ Hydrasi Luka
• Terapi Obat
▪ Temperatur Luka
• Kemoterapi dan radiasi
• Usia ▪ Tekanan dan Gesekan
• Stres Fisik dan Psikologis ▪ Adanya Benda Asing
• Immunosupresi ▪ Luka Infeksi
• Obesitas
• Gangguan sensasi atau gerakan
FISIOLOGI
PENYEMBUHAN
LUKA
EFEK FAKTOR
PERTUMBUHAN
PADA
PENYEMBUHAN
MENGGUNAKAN MODALITAS
DALAM PENANGANAN
PERTOLONGAN PERTAMA CEDERA
• RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation).
• Penggunaan Modalitas di Fase Respon Inflamasi
• Penggunaan Modalitas di Fase Perbaikan Fibroblastik
• Penggunaan Modalitas di Fase Remodeling atau Maturasi
Pengambilan Keputusan Pelatihan Atletik tentang Penggunaan Berbagai Modalitas Terapi dalam Pengobatan Cedera Akut
Sumber: Prentice, 2009
Terimakasih ☺

Sumber Fisis dan Modalitas Fisioterapi


Sarjana Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai