Anda di halaman 1dari 87

MYOFASCIAL TRIGGER POINT

AKUPUNKTUR DAN CUPPING


THERAPY

Sinshe dr A. Ali Ridho

Semarang 28 Mei 2018 /


13 Romadhon 1439 H
PENDAHULUAN
• Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran timur dan barat yang
semakin bisa di integrasikan dalam pelayanan kesehatan, maka
munculah paradigma baru dengan pendekatan medis pada aplikasi
terapi tradisional.
• Diantaranya adalah teknik terapi akupunktur dan terapi kop
• 2 terapi ini sudah dilakukan lebih dahulu dengan menggunakan
paradigma tradisional yakni TCM
• Sekarang 2 modalitas terapi ini bisa dikembangkan dengan
pendekatan medis
• Salah satunya dengan pendekan Myofascial Trigger Point
PENDAHULUAN
• Pendekatan ini tidak menggunakan ilmu meredian tetapi
menggunakan paradigma fisiologi modern medicine
• Yakni tentang anatomi fisiologi otot
• Problem yang di otot yakni salah satunya nyeri dan penuran fungsi
dapat di lalukan terapi dengan KOP API dan AKUPUNKTUR
• Tekniknya akan kita sinergikan dengan konsep TCM, jadi tidak
murni secara ilmu medis saja sebagaimana layaknya yang sudah
diajarkan pada umumnya
MTPS ( Myofascial Trigger Point Syndrom )
• Salah satu kondisi yang dapat memunculkan
nyeri selain penyebab yang berasal dari saraf,
tulang, dan sendi.
• MTPS sendiri  sebuah sindrom yang muncul
akibat teraktivasinya sebuah atau beberapa
trigger point dalam serabut otot.
• Trigger Point merupakan faktor besar penyebab
timbulnya musculoskeletal disorder yang
sayangnya sering salah didiagnosa.
• Kesalahan interpretasi ini mengakibatkan kasus-
kasus Trigger Point tidak tertangani secara tepat.
NYERI MYOFASCIAL
• Nyeri myofascial  titik-titik yang hiper-iritasi,
memiliki ciri khas tersendiri, terasa bunyi bila
ditekan, yang terletak pada taut band otot skeletal.
• Nyeri myofascial dicirikan dengan adanya trigger
point atau titik pencetus.
• Titik pencetus ini sangat nyeri bila ditekan dan
dapat menghasilkan nyeri rujukan (reffered pain),
disfungsi motorik dan fenomena autonom (keringat
yang kurang di daerah yang nyeri).
• Trigger point yang menghasilkan reffered pain
kadang tidak berhubungan dengan penjalaran
saraf.
MTPS

Kelainan rujukan dapat ditentukan titik pemicunya.


Dari titik pemicu dapat ditentukan

• OTOT YANG TERKAIT


• MIOTOM
• SARAF
( Penunjang diagnosa )
Etiologi
• Penyebab nyeri myofascial ada dua  mekanik
dan ergonomic.
• Penyebab mekanik  terjadinya trauma akut atau
repetitive mikrotrauma.
• Trauma ini biasanya karena postur tubuh yang
jelek (scoliosis, lordosis, kyposcoliosis), gangguan
tidur dan problem pada sendi.
• Penyebab secara ergonomic misalnya posisi tidur
yang jelek, posisi kerja yang buruk, sering
memakai sepatu dengan hak tinggi, dan
sebagainya.
Lokasi
• Gejala nyeri myofascial biasanya muncul di
sekujur tubuh dari kepala sampai kaki.
• Nyeri pada daerah kepala sering mengakibatkan
terjadinya nyeri kepala, migraine, leher tegang,
vertigo, nyeri bahu sampai tangan (yang sering
disalah artikan dengan asam urat).
• Di daerah punggung, nyeri ini sering
mengakibatkan terjadinya nyeri pinggang (Low
Back Pain / LBP), nyeri menjalar sampai kaki, dan
sebagainya
PENDAPAT PARA PAKAR

• Di balik keluhan-keluhan nyeri yang di derita pasien


banyak yang berhubungan denganTrigger
Points (Jan Dommerholt, 2006).
• Dari 13 orang dengan 8 otot yang diteliti hanya satu
orang yang tidak mempunyai Trigger point, dua
belas orang mempunyai trigger poin di 8 ototnya
dengan penyebaran yang berbeda-beda (David
Simons, 2003).
• Banyak di antara kita yang sesungguhnya
mempunyai trigger points, hanya saja karena
berupa laten/pasif Trigger points maka tidak begitu
terasakan.
PENDAPAT PARA PAKAR

• Salah satu pembentuk dan pembangkit aktualitas trigger


points  kontraksi otot yang berlangsung terus-menerus yang
salah satunya disebabkan postur kerja yang salah
(Huguenin,2003).
• Sehingga faktor pola kerja yang ergonomis akan sangat
mempengaruhi timbulnya MTPS atau aktifnya laten trigger
points (Edwards J, 2006).
• Adanya kegiatan tubuh yang termasuk ke dalam Sustained
low level contraction , seperti aktivitas mengetik selama 30
menit terus-menerus umumnya akan menimbulkan MTPS
(Treasters,et al, 2006) .
• Andersen, et al (1995) menyatakan bahwa MTPS merupakan
kondisi yang umum ditemukan pada pekerja kantoran, musisi,
dokter gigi, dan jenis profesi lainnya yang aktivitas
pekerjaannya banyak menggunakan low level muscle exertion.
Mekanisme
• Aktivitas otot yang terus menerus  hipoksia dalam sel otot dan
akhirnya mengakibatkan penurunan PH lokal dan keluarnya
substansi-substansi yang dapat menstimulasi aktivitas nociceptor
otot dan dorsal horn medulla spinalis.
• Aktivitas nociceptor  spasme, allodynia, hiperesthesia dan
mekanik hyperalgesia baik lokal maupun rujukan yang merupakan
tanda khas dari myofascial trigger point syndroma (Dommerholt,
2006).
• Tanda khas MTPS yang lain adalah penurunan kekuatan otot yang
berlangsung secara tiba-tiba.
• Penurunan kekuatan ini secara klinis sangat berkaitan
dengan Trigger Point dalam otot tersebut.
• Karena ketika Trigger Point berhasil dinonaktifkan maka kekuatan
otot secara instan akan kembali pulih.
• Penurunan kekuatan yang khas ini diduga akibat inhibisi
komponen motorik yang reversible dan berasal level medulla
spinalis (Gerwin RD, 2004).
MYOFASCIAL ACUPUNTURE
• Classical acupunture technique with perpendicular
puncture to myofascial pain present investigation
into the mecanism involves many unsolved
problems in moderen medicine and biology and not
enough answer abaut nature of the channels,
knowledge abaut the structures and function of
human body
• After many years of clinical practice, has found the
marvelous effect of oblique acupunture at treatment
pain of muscles injuries which taught to take the
tender point where one feels the pain as the point
for needling and insert needle into involved muscles
DRY NEEDLING
The treatment of trigger points for persons with myofascial
pain syndrome,
Dry needling is an invasive procedure in which a filiform
needle is inserted into the skin and muscle directly at a
myofascial trigger point.
A myofascial trigger point consists of multiple contraction
knots, which are related to the production and maintenance
of the pain cycle.
Deep dry needling for treating trigger points was first
introduced by Czech physician Karel Lewit in 1979.
Lewit had noticed that the success of injections into trigger
points in relieving pain was apparently unconnected to the
analgesic used
DRY NEEDLING
• Proper dry needling of a myofascial trigger
point will elicit a local twitch response
(LTR), which is an involuntary spinal cord
reflex in which the muscle fibers in the taut
band of muscle contract.
• The LTR indicates the proper placement of
the needle in a trigger point.
• Memperbaiki struktur
kontraktil otot
• Memperbaiki metabolisme
protein strukture kontraktil
dengan depolimerisasi
struktur protein
• Mengembalikan struktur Z
line dan M line dari otot

Efek Therapy Myosfascial Acupucnture


Musle Pain
Teknik Myofascial Acp
• Pilih daerah otot yang nyeri ( MPP Most Painfull Points
)
• Tentukan tempat tusukan dengan jarak 1 cm dari daerah
nyeri otot
• Pilih jarum 2,5 sd 4 inch, bila perlu bisa menggunakan 6
Inch dengan diameter yang relatif tebal ( No 28 / 30 )
• Gunakan tapping tube untuk membantu penusukan yang
ukurannya disesuaikan dengan panjang jarum
• Perhatikan kondisi steril dari jarum, tube dan tempat
tusukan
• Insersi jarum dengan awal sudut 45dari permukaan kulit dan
bila sudah menembus jaringan sudut tusukan lebih mendatar
menjadi 30 dan cabut tapping tube
• Dorong jarum dengan gentle, menuju tempat MPP dan lewati
daerah lebih distal, bila MPP lebih dari satu lokasi, arah
dorongan jarum ke MPP yang lain, sehingga terdapat
hubungan 2 MPP atau lebih.
• Setelah mencapai tujuan, gerakkan mendatar 3 sampai 4 kali
sampai pasien terasa ngilu dan cabut jarum secara total
• Lakukan pijatan ringan pada daerah bekas tusukan jarum
beberapa kali untuk mengurangi nyeri bekas tusukan jarum

Teknik Myofascial Acp


Teknik Myofascial Acp

• Jika Nyeri Kronik , setelah tusukan jarum


komplit, dapat dibiarkan tanpa rangsangan
selama 10 sd 15 menit, kemudian dicabut
perlahan.
• Cari MPP Lain dan lakukan cara yang sama
• Myofascial cupping is a modern adaptation of the ancient
Chinese art of cupping therapy. By creating a suction or vacuum,
cupping therapy is used to release rigid soft tissue, drain excess
fluids and toxins, loosen adhesions, and lift connective tissue,
while bringing blood flow to stagnant skin and muscles.
• Cupping has a sedating effect on the nervous system, and many
people find it profoundly relaxing.
• Massage cupping is a gentle, non-invasive way to soften muscle
tissue so that more specific massage techniques can be
comfortably applied.
• Cupping is generally not painful. Some people who suffer from
chronic muscle disorders may feel minimal discomfort and
should mention it immediately so adjustments can be made.
Many people report that muscle tension and tenderness
continues to improve many hours after the session is
completed.
Manfaat Myofascial KOP :

• Menstimulasi sistem limfatik


• Meningkatkan aliran darah ke otot dan kulit
• Menghilangkan perlengketan jaringan
myofascial dan jaringan otit itu sendiri

(The increase in circulation to the tissue allows for


faster elimination of pain causing substances.)
• Cupping massage mempunyai efek yang sama dengan teknik
deep tissue massage
• The pulling force of the suction places a specific stretch on
the muscle, and when massaged with a cup, elongates the
muscles and breaks down adhesions in the tissue.
• In areas of tissue dysfunction, this technique may
occasionally leave a temporary mark, called “sha“. Sha
resembles a bruise, but is not painful.
• Traditional Chinese medicine regards the appearance of sha
as an indication that toxins and stagnation are being pulled to
the surface of the body, restoring healthy qi and blood flow.
• Sha marks usually last 3-7 days, or more if a client is sick,
sedentary, under severe stress, or has had a severe trauma
in the area. Over a series of treatments, the marks will
lighten and disappear faster as stagnation in the area clears.
Pola / Pattern dari masing masing otot
• Disetiap gambar setelah slide ini akan kita temukan
tanda silang X
• Tanda ini merupakan Trigger Point / TITIK PEMICU
sumber persoalannya
• Sedangkan yang warna block merah merupakan
nyeri rujukannya
• Nyeri rujukan hanya akibat dari titik pemicu / trigger
point
• Maka didalam terapinya kita harus menghapalkan
pola nya tiap otot dan mencari titik picunya tersebut
• Setelah ketemu baru dilakukan terapi kop atau
akupunktur
Titik Picu

Area Nyeri Rujukan /


Referred Pain
M. STERNOCEIDOMASTOIDEUS
M. Serratus Anterior
M. SPLENIUS CERVICALIS
M. TRAPEZIUS
M. Scalenus
M. TRICEPS BRACHII
M. Quadratus
Lumborum
M. ADDUCTOR BREVIS
M. GLUTEUS MEDIUS DAN MINIMUS
M. PIRIFORMIS
M. SOLEUS
M. Quadratus Lumborum
M. ILIOPSOAS
Terapi MTPS dengan menggunakan bola
MYOFASCIAL ACUPUNCTURE
MYOFASCIAL ACUPUNCTURE
Myofascial acupunture pada otot adductor paha
MYOFASCIAL CUPPING
DENGAN
SEGMENTAL CUPPING
Apa itu segmental cupping ??

• Teknik ini bisa ditambahkan untuk lebih


memperkuat hasil terapi
• Misalnya orang yang sakit tumitnya selain kita
analisa dengan MTPS ( myofascial trigger point
syndrom ) bisa kita terapi dengan konsep
segmental
Contoh Kasus
Pada Pola LBP

• Semua lokasi
dilakukan kop
api dengan
teknik sedasi
atau tonik
tergantung
kondisi pasien
• Kita lakukan
segmental
cupping pada
area
lumbosacrum L
5 dan S 1
AREA
CUPPING
• Kemudian yang ketiga dilakukan
akupunktur pada semua Ashi point
dengan teknik Myofascial atau teknik
manual
• Sambungkan dengan
elektrostimulator pada L5 dan S 1
• Atur frekuensinya disesuaikan
dengan nyeri kronik atau akut
• Bisa juga dikombinasikan dengan
teknik blood letting dan moving
dahulu pada lokasi meredian yang
terkena
SINERGI TERAPI :
Blood letting, cupping, dry needling
dan elektrostimulator
PERHATIAN
• Tentukan dulu pola referred painnya ( Nyeri
rujukannya )
• Lakukan test konfirmasi sehingga kita sudah
yakin dengan pola tersebut
• Baru dilakukan SINERGI TERAPI
• Kunjungan berikutnya jika ada kemajuan
maka istiqomah saja dengan yang pertama
tinggal diulang saja
• Jika kunjungan kedua belum ada perubahan
maka lakukan ulang identifikasi pola nya
• Atau bisa jadi bukan nyeri myofascial , tetapi
nyeri yang sumbernya dari sendi, peredaran
darah, saraf, tulang atau organ dalam
Cupping Fire dan akupunktur pada kasus ischilagia
kanan
Penggunaan jarum 3 cun dan Kop Api
gelas ukuran 5 dengan strong cupping
Cupping Fire dan akupunktur pada kasus
ischilagia kanan

Anda mungkin juga menyukai