Anda di halaman 1dari 7

DASAR TERAPI AKUPUNKTUR MEDIK

Dibawakan dalam Mata Kuliah Akupunktur FK-UNHAS

Akupunktur bukan merupakan suatu pengobatan yang ajaib. Akupunktur memiliki berbagai
penerapan pada kasus-kasus yang sesuai dan seperti intervensi medis lainnya, akupunktur
dapat memberikan hasil yang baik ketika digunakan di awal perjalanan penyakit dan
memberikan hasil yang kurang baik ketika penyakit sudah berlangsung lama dan bahkan
timbul komplikasi.

Dosis akupunktur
Jumlah keseluruhan stimulasi yang diberikan kepada pasien lebih signifikan dibandingkan
pemilihan lokasi titik akupunktur yang digunakan. Inilah yang dimaksud dosis akupunktur
dan dosis tersebut bergantung pada beberapa faktor, seperti jumlah titik yang dipilih pada
satu waktu, kedalaman penusukan jarum dan kekuatan stimulasi/rangsangan.
Tindakan akupunktur sebaiknya dimulai dengan dosis kecil, kemudian dosis dapat
ditingkatkan dengan: menambahkan lebih banyak titik, waktu manipulasi jarum lebih lama,
dan manipulasi yang lebih dari satu kali, waktu tinggal jarum yang lebih lama,
menambahkan elektroakupunktur (EA) atau menambahkan pendekatan pengobatan lain,
seperti akupunktur daun telinga dll.
Kekuatan stimulasi jarum yang digunakan dalam pengobatan akupunktur pada
prinsipnya dimodifikasi berdasarkan respon dari pasien. Tujuannya adalah untuk
membangkitkan sensasi penjaruman pada jaringan, namun idealnya bukan untuk
menimbulkan ketidaknyamanan yang tidak perlu pada pasien. Stimulus yang lebih kuat akan
menimbulkan efek yang lebih besar, setidaknya dalam hubunganya dengan perubahan
ambang nyeri. Terdapat perbedaan ambang terhadap efek pada tiap individu dan beberapa
mungkin memerlukan stimulasi yang lebih besar dibanding yang lain.

Prinsip pemilihan titik akupunktur


Bagian ini menjelaskan ringkasan pendekatan dalam memilih titik akupunktur yang
digunakan dalam ilmu akupunktur medik untuk mengobati berbagai keluhan atau penyakit.
Pemilihan titik akupunktur yang digunakan mengikuti mekanisme kerja akupunktur, yaitu:
titik lokal, titik segmental dan titik sentral

Titik Lokal
Pemilihan titik lokal akupunktur digunakan untuk mengobati nyeri muskuloskeletal, lesi lokal
pada kulit dan nyeri MTrP (Myofacial Trigger Point). Lokasi penjaruman biasanya dilakukan
langsung di area lesi berjarak 2,5 cm, beberapa sentimeter (2-5 cm) dari lesi atau tepat pada
MTrP. Pendekatan ini melibatkan efek penjaruman langsung pada otot, baik melalui efek
mekanik pada titik pemicu atau menghambat refleks tonus otot. Penjaruman lokal juga
berpotensi mempengaruhi jaringan melalui stimulasi antidromik dari serabut saraf sensorik
berdiameter kecil yang memediasi pelepasan neuropeptida vasoaktif dan faktor
pertumbuhan. Penjaruman secara lokal juga memiliki potensi menimbulkan efek
segemental.
Titik lokal biasanya dikategorikan sebagai titik pemicu, titik nyeri tekan atau titik
akupunktur klasik. Beberapa praktisi menambahkan kategori untuk titik anatomik yang dipilih
berdasarkan jaringan atau letak titiknya, misalnya penjaruman di manapun di area otot atau
di area periosteum.
Dosis akupunktur titik lokal mungkin memerlukan satu atau hingga sekitar 20 jarum.
Namun, biasanya digunakan sekitar empat atau enam jarum untuk pengobatan di awal,
untuk mengamati respon akupunktur. Hal ini karena beberapa pasien tampak sangat sensitif
terhadap akupunktur.
Jarum yang lebih tebal (dengan diameter yang lebih besar) memberikan stimulasi
yang lebih kuat, hal ini karena jarum yang lebih tebal memberikan lebih banyak tekanan
ketika dimanipulasi.
Sensasi penjaruman (de qi) dapat terjadi secara spontan setelah jarum ditusukkan,
tetapi biasanya dokter akupuntur perlu memunculkannya secara aktif dengan menstimulasi
jarum. Secara umum, stimulasi cukup untuk memutar jarum antara jari dan jempol, tetapi
mungkin perlu gerakan cabut-benam. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa pasien yang
merasakan sensasi penjaruman (de qi) lebih berespon terhadap pengobatan akupunktur.
Pada sebagian besar keadaan, jarum harus dibiarkan di tempat setelah ditusukkan
selama 10 hingga 20 menit, tetapi hal ini dapat bervariasi sesuai dengan respon pasien.
Bahkan beberapa dokter akupunktur memperoleh efek pengobatan dengan hanya dengan
menusukkan jarum selama 30 detik. Pada keadaan ekstrem yang lain, jarum dapat dibiarkan
selama 1 jam atau lebih, misalnya untuk mengurangi nyeri pada periode pasca operasi.
Pada kasus MTrP, penjaruman bukan satu-satunya cara untuk mengobati MTrP,
tetapi akupunktur merupakan cara yang cepat dan efektif. Jarum cukup ditusukkan langsung
ke MTrP. Cara Ini cepat dan efektif untuk MTrP akut. Penusukan jarum superfisial juga
dapat dilakukan, teknik ini dilakukan dengan menusukkan jarum ke jaringan tepat di atas
lokasi MTrP. Teknik ini diulang hingga MTrP tidak lagi teraba nyeri.
Gambar 1. Ringkasan dosis standar untuk pemilihan Titik Lokal

Titik Segmental
Efek segmental dimediasi oleh kornu dorsal di medula spinalis pada tingkat/ketinggian spinal
yang distimulasi. Efek ini dapat distimulasi melalui penjaruman yang dekat dengan lesi di
tubuh (efek lokal) atau melalui stimulasi serabut saraf dalam yang berdistribusi pada saraf
spinal secara ipsilateral atau kontralateral.
Akupunktur segmental merujuk pada penjaruman dari area manapun dari tubuh yang
dipersarafi oleh saraf spinal yang sama dengan jaringan target, contohnya jaringan atau
organ yang bertanggung jawab terhadap keluhan pasien. Sebagian besar segmen spinal
berhubungan dengan dermatom (area kulit), miotom (area otot), sklerotom (area
periosteum) dan viserotom (area visera) berdasarkan persarafannya secara umum dari
segmen yang sama di medula spinalis. Pendekatan segmental hanya diperlukan jika
jaringan target tidak dapat dilakukan penjaruman secara langsung.
Pemilihan titik ini paling relevan ketika mengobati gangguan organ visera, namun
juga dapat dilakukan pada kasus nyeri sendi, neuropatik perifer atau nyeri nosiseptif lainnya.
Akupunktur umumnya bekerja melalui saraf yang berada pada otot, maka miotom adalah
yang paling relevan ketika menggunakan akupunktur segmental. Penjaruman biasanya
dilakukan pada segmen spinal yang sama atau berdekatan; misal titik di abdomen untuk
organ visera di abdomen, titik paravertebra untuk keadaan pada vertebra.
Setelah memeriksa pasien dan menentukan sumber keluhan, dokter awalnya perlu
mempertimbangkan tingkat segmen yang relevan dengan area keluhan. Jika keluhannya
berupa organ visera maka daftar inervasi otonom organ-organ akan sangat berguna. Kornu
dorsalis dimana aktivitas saraf sangat menonjol dapat kemudian distimulasi melalui saraf
somatik untuk memodulasi nyeri atau aktivitas eferen otonom atau keduanya. Sering kita
perlu mempertimbangkan beberapa segmen dan menyadari bahwa jarum akan
menstimulasi beberapa segmen, maka akurasi absolut ketika melakukan akupunktur tidak
diperlukan, kita hanya perlu berada di area segmental yang tepat (jangkauan 3-5 segmen).
Titik segmental jarang digunakan pada keluhan nyeri muskuloskeletal karena titik
lokal lebih sesuai untuk kasus ini. Organ visera umumnya tidak terjangkau melalui titik lokal
kecuali ketika dalam keadaan intraoperatif. Maka pendekatan untuk kondisi visera harus
melalui titik segmental atau sentral.
Misalnya pada keadaan overactive bladder, kita perlu mengetahui inervasi segmental
dari organ yang bersangkutan (dalam hal ini kandung kemih) atau lebih spesifik menentukan
tingkat segmen spinal dimana aktivitas saraf sensoris dan otonom paling aktif yang
berhubungan dengan kondisi yang membutuhkan pengobatan (lihat tabel). Pada tingkat
inilah stimulasi akupunktur harus diarahkan. Pilihan area untuk stimulasi didasarkan pada
tingkat persarafan yang sesuai.
Setiap segmen somatik dibagi ke dalam bagian ventral dan dorsal berdasarkan
ramus primer. Karena visera berstruktur ventral, jaringan sensorisnya pada kornu dorsal
lebih dekat berhubungan ke ventral (kulit dan otot di dinding abdomen) dibanding daerah
dorsal (kulit, otot dan periosteum pada area spinal dan paraspinal). Maka untuk kandung
kemih, pendekatan terbaik dan paling nyaman adalah melakukan penjaruman pada otot
rektus abdominus bawah yang meliputi segmen thorakolumbal (T11-L2) dan titik di kaki
yang meliputi S2 dan S3. Sebagai alternatif, hampir seluruh miotom dapat dijangkau dengan
pendekatan dorsal (titik paravertebra).

Gambar 2. Tabel tingkat inervasi otonom pada tubuh


Gambar 3. Tingkat segmental spinal dan korelasinya dengan titik akupunktur

Gambar 4. dermatom tubuh bagian dorsal


Gambar 5. Titik yang sering digunakan pada kasus yang melibatkan ekstremitas.

Gambar 6. Ringkasan dosis standar dalam pemilihan titik segmental

Titik sentral
Titik sentral biasanya dipilih untuk menimbulkan regulasi tubuh secara sentral seperti
menstimulasi sistem endogen tubuh berupa pelepasan peptida opioid (beta-endorfin) dan
non – opioid (serotonin), menghambat nyeri melalui jalur desenden (descending inhibitory
pain control), mempengaruhi sistem limbik (mood atau motivasi), sistem otonom, aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal dan sistem imun.
Titik sentral juga dipilih pada kasus berupa nyeri yang terdapat di beberapa area,
nyeri dengan komponen afektif yang besar; dan pada kasus yang bukan kondisi nyeri.
Pemilihan titiknya berupa titik-titik utama seperti ST36, LI4, SP6 dll dilakukan secara
bilateral. Rangsang secara manual untuk memperoleh sensasi penjaruman (de qi) dan
sebaiknya ulangi dengan interval 5 menit; dapat menggunakan elektroakupunktur selama
10–30 menit.
Gambar 7. Ringkasan dosis pemilihan titik sentral

Referensi
1. White, Cummings, Filshie. An Introduction of Western Medical Acupuncture. Cina:
Elsevier; 2008.
2. Filshie, White, Cummings. Medical Acupuncture, A Western Scientific Approach.
Cina: Elsevier; 2016.

Anda mungkin juga menyukai