Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KATARAK

Dosen Pembimbing : Wasis Nugroho, S.Kep, Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 17
ISMIYANTI SAWAL
ISMIYANTI S. SANGAJI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2024
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
A. TINJAUAN TEORI............................................................................................3
1. Pengertian.....................................................................................................3
2. Etiologi.........................................................................................................3
3. Patofisiologi..................................................................................................4
4. Manifestasi klinis..........................................................................................4
5. Komplikasi....................................................................................................5
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN............................................6
1. Pengkajian.....................................................................................................6
2. Diagnosa.......................................................................................................7
3. Intervensi......................................................................................................8
4. Implementasi...............................................................................................10
5. Evaluasi.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
A. TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Katarak berasal dari bahasa Yunani “kataarrhakies” yang berarti air


terjun. Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh (Tamsuri, 2011). Menurut
Nurarif dan Kusuma (2015) katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang
dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Ada pula pendapat lain menurut
Tana, dkk (2007) katarak merupakan suatu kelainan mata, berupa kekeruhan
pada lensa mata yang dapat menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari
penglihatan kabur sampai kebutaan.
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah, 2003).
Menurut Nugroho (2011), Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan
jaringan di dalam mata, akan tetapi keadaan lensa yang menjadi berkabut.
Katarak umunya berkembang secara pelahan. Awalnya penderita tidak
akan menyadari ada gangguan penglihatan, karena hanya sebagian kecil lensa
mata yang mengalami katarak. Meski umumnya katarak tidak menyebabkan
rasa sakit pada mata, namun penderita bisa merasakan nyeri pada mata
terutama jika katarak yang dialami sudah parah.

2. Etiologi

Penyakit katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti :


a. Umur (paling umum)
b. Penyakit sistemik Diabetes mellitus
c. Pemakaian steroid yang lama
d. Kelainan metabolisme bawaan
e. Pajanan kronis terhadap sinar ultra violet (sinar matahari)
f. Riwayat katarak pada keluarga
g. Myopia (rabun jauh)
h. Konsumsi alkohol
i. Nutrisi
j. Kebiasaan merokok
k. Derajat sosial ekonomi
l. Status pendidikan, dan
m. Konsumsi multivitamin.

3. Patofisiologi

Lensa yang normal dapat ditandai dengan struktur posterior iris yang
jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai daya
refraksi yang baik. Lensa tersusun dari tiga komponen anatomis. Pada daerah
tengah terdapat nukleus yang dilapisi korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami opasitas atau perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas menyerupai duri di daerah
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus
multipel yang memanjang dari badan silier menuju daerah di luar lensa dapat
menyebabkan distorsi penglihatan. Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan sehingga menghambat
jalannya cahaya menuju retina, akibatnya klien mengalami gangguan
penglihatan, mulai dari gangguan penglihatan sebagian sampai kebutaan total
(Smeltzer & Bare, 2013).

4. Manifestasi klinis

Menurut Smeltzer dan Bare (2013) beberapa manifestasi klinis yang


muncul pada pasien katarak antara lain :
a. Pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan, gangguan
melihat (silau) dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang
diakibatkan karena kehilangan penglihatan.
b. Pada temuan objektif terlihat pengembunan pada pupil tampak seperti
mutiara berwarna kelabu yang menyebabkan retina tidak dapat
terlihat pada pemeriksaan oftalmoskop.
c. Pandangan kabur, redup dan berkabut
d. Kesulitan melihat di malam hari
e. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau
putih.

5. Komplikasi

Menurut Tamsuri (2011) komplikasi pada pasien pascaoperasi katarak


adalah :
a. Peningkatan tekanan intraokular
Peningkatan tekanan intraokular dapat ditandai dengan adanya
kemerahan pada mata, mual, bersin, muntah, batuk-batuk dan nyeri
pinggang.
b. Infeksi pascaoperasi
Perawat mengobservasi adanya kemerahan pada mata, tajam
penglihatan, adanya fotofobia dan pengeluaran air mata. Observasi
cairan yang keluar apakah berbentuk krim yang berwarna putih, kering,
dan pekat.
c. Perdarahan
Hal ini dapat disebabkan oleh adanya pengeluaran darah dari
intraokular akibat tidak sempurnanya pengobatan seperti adanya
perlukaan pada jaringan, ketidakadekuatan jahitan luka, adanya trauma,
dan meningkatnya tekanan intraokular.
d. Ablasio retina
Hal ini dapat terjadi setelah dilakukan pembedahan katarak. Yang
menjadi masalah adalah meningkatnya ekstraksi katarak intrakapsular,
yaitu kembalinya bagian belakang kapsula. Hal tersebut dapat
diakibatkan klien yang melakukan gerakan secara tiba tiba, vitreus
(sejenis kaca) dapat bergerak ke depan dan naik menuju ke retina,
akibatnya terjadi perubahan struktur.

6. Tata laksana

Black dan Hawks (2014) menyatakan bahwa tidak ada terapi lain untuk
mencegah atau mengurangi pembentukan katarak selain dengan pembedahan.
Tetes mata praoperasi seperti tropikamid (mydriaciyl) adalah termasuk agen
dilator untuk memfasilitasi pembedahan. Siklopentolat merupakan agen
sikloplegik (cyclogyl) yang dapat diberikan untuk melumpuhkan otot siliaris.
Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan teknik anestesi topikal
menggunakan agen tetes mata ataupun dengan injeksi retrobulbar sebagai
larutan anestesi lokal. Pengangkatan katarak diawali dengan membuat irisan
kecil pada bagian kornea. Katarak dipecah menjadi partikel-partikel
mikroskopik dengan menggunakan probe ultrasonic (suara berenergi tinggi).
Suatu lensa lipat buatan ditanam melalui celah irisan mikro tersebut,
kemudian lipatannya dibuka dan difiksasi pada posisi permanen. Irisan ini
akan sembuh dengan sendirinya tanpa perlu dijahit. Irisan ini akan tetap
tertutup erat karena adanya tekanan alami dari dalam mata. Tipe irisan ini
sembuh lebih cepat dan memberikan kondisi yang lebih nyaman.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Kaji identitas pasien seperti nama pasien, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan terakhir, alamat, pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Terdapat keluhan penurunan ketajaman penglihatan pasien serta
pandangan berkabur/buram.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji pasien apakah memili riwayat penyakit mata, konsumsi obat-obatan
kortikosteroid, mempunyai penyakit bawaan seperti diabetes, glukoma,
hipertiroid, riwayat pembedahan pada mata, dan terdapat trauma pada mata.
4) Riwayat kesehatan sekarang
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Adakah riwayat kelainan mata pada keluaraga
c. Pengkajian fisik mata
1) Ditemukan kekeruhan pada lensa
2) Pasien mengeluh pada pandangan berkabut dan buram
3) Terjadi miopia atau penurunan ketajaman pada pasien
4) Ditemukan tanda dan gejala glaukoma karena komplikasi.

Fokus pengkajian pada pasien pasca operasi katarak, antara lain:


a) Data subjektif
1) Kaji keluhan nyeri, mual, pusing kepala, diaphoresis, riwayat jatih.
2) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang regimen terapeutik, kenyamanan
lingkungan dan sistem pendukung pasien.
b) Data objektif
Pengkajian pada tanda-tanda vital pasien, respon terhadap nyeri baik verbal
atau nonverbal, tanda dan gejalaa infeksi, kaji ketajaman penglihatan, risiko jatuh
pada pasien, dan kaji tingkat pengetahuan pasien dalam kesiapan menyerap
informasi.

2. Diagnosa

a. Pra-operasi
1) Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan gangguan penglihatan :
katarak
2) Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan.

b. Pasca operasi
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien pasca operasi
katarak yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisik.
2) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
prosedur pembedahan.
4) Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan.

3. Intervensi

a. Intervensi pra operasi


1) Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan gangguan penglihatan :
katarak
Intervensi:
a) Kaji ketajaman penglihatan
b) Kaji kenyamanan lingkungan pasien
c) Orientasikan pasien terhadap ruang rawat
d) Letakkan benda-benda penting didekat pasien
e) Berikan pencahayaan yang cukup
f) Letakkan alat ditempat yang tetap dan dapat dijangkau oleh pasien
2) Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan.
Intervensi:
Reduksi ansietas
a) Observasi
1) Identifikasi tingkat ansietas.
2) Identifikasi kemampuan pasien dalam pengambilan stresor.
3) Monitor tanda-tanda ansietas.
b) Terapeutik
1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.
2) Pahami sirkulasi yang membuat ansietas.
3) Beri pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
4) Motivasi dan identifikasi situasi yang memicu kekhawatiran pasien.
5) Mendiskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
pada pasien
c) Edukasi
1) Jelaskan prosedur yang akan dihadapkan pasien.
2) Informasikan secara detail dan benar mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis yang akan dihadapi pasien.
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien.
4) Latih kebiasaan pengalihan pada pasien untuk mengurangi ketegangan,
5) Latih teknik relaksasi
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antisietas, jika diperlukan.

b. Intervensi post-operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Intervensi:
Manejemen nyeri
a) Observasi
1) Kaji lokasi, skala, intensitas, karakteristik, durasi, frekuensi nyeri.
2) Kaji respon nyeri pasien.
3) Monitor efek samping penggunaan analgesik.
b) Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis.
2) Melakukan kontrol lingkungan yang memberberat rasa nyeri.
3) Berikan fasilitasi istirahat dan tidur.
c) Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2) Ajarkan strategi meredakan nyeri dengan teknik nonfarmakologis.
3) Anjurkan melakukan monitoring nyeri secara mandiri.
d) Kolaborasi
Pemberian analgesik, jika diperlukan.

2) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif


Intervensi:
Pencegahan infeksi
a) Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi yang terjadi baik lokal dan
sistemik.
b) Terapeutik
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
2) Berikan teknik aseptik pada pasien dengan risiko tinggi
c) Edukasi
1) Edukasi tentang tanda dan gejala infeksi.
2) Ajarkan cuci tangan dengan benar.
3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.
4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

4. Implementasi

Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana


asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan


perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Sukoco, B., K, S.I dan Karim, M. (2020). Karakteristik Faktor Risiko Penyakit
Katarak Senilis Pasien Rawat Jalan di RSIS Makassar. Wal’afiat Hospital
Journal, 1(20), pp. 79-90. doi: 10.33096/whj.vli2.46.

Ngatimin. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN Tn. L DENGAN KATARAK DI


KLINIK POLRES GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Diploma thesis,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

PPNI, TP (2017). Standar Diagnosis keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI

PPNI, TP (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai