DISUSUN OLEH
KELOMPOK 17
ISMIYANTI SAWAL
ISMIYANTI S. SANGAJI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
A. TINJAUAN TEORI............................................................................................3
1. Pengertian.....................................................................................................3
2. Etiologi.........................................................................................................3
3. Patofisiologi..................................................................................................4
4. Manifestasi klinis..........................................................................................4
5. Komplikasi....................................................................................................5
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN............................................6
1. Pengkajian.....................................................................................................6
2. Diagnosa.......................................................................................................7
3. Intervensi......................................................................................................8
4. Implementasi...............................................................................................10
5. Evaluasi.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Lensa yang normal dapat ditandai dengan struktur posterior iris yang
jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai daya
refraksi yang baik. Lensa tersusun dari tiga komponen anatomis. Pada daerah
tengah terdapat nukleus yang dilapisi korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami opasitas atau perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas menyerupai duri di daerah
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus
multipel yang memanjang dari badan silier menuju daerah di luar lensa dapat
menyebabkan distorsi penglihatan. Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan sehingga menghambat
jalannya cahaya menuju retina, akibatnya klien mengalami gangguan
penglihatan, mulai dari gangguan penglihatan sebagian sampai kebutaan total
(Smeltzer & Bare, 2013).
4. Manifestasi klinis
5. Komplikasi
6. Tata laksana
Black dan Hawks (2014) menyatakan bahwa tidak ada terapi lain untuk
mencegah atau mengurangi pembentukan katarak selain dengan pembedahan.
Tetes mata praoperasi seperti tropikamid (mydriaciyl) adalah termasuk agen
dilator untuk memfasilitasi pembedahan. Siklopentolat merupakan agen
sikloplegik (cyclogyl) yang dapat diberikan untuk melumpuhkan otot siliaris.
Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan teknik anestesi topikal
menggunakan agen tetes mata ataupun dengan injeksi retrobulbar sebagai
larutan anestesi lokal. Pengangkatan katarak diawali dengan membuat irisan
kecil pada bagian kornea. Katarak dipecah menjadi partikel-partikel
mikroskopik dengan menggunakan probe ultrasonic (suara berenergi tinggi).
Suatu lensa lipat buatan ditanam melalui celah irisan mikro tersebut,
kemudian lipatannya dibuka dan difiksasi pada posisi permanen. Irisan ini
akan sembuh dengan sendirinya tanpa perlu dijahit. Irisan ini akan tetap
tertutup erat karena adanya tekanan alami dari dalam mata. Tipe irisan ini
sembuh lebih cepat dan memberikan kondisi yang lebih nyaman.
1. Pengkajian
a. Kaji identitas pasien seperti nama pasien, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan terakhir, alamat, pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Terdapat keluhan penurunan ketajaman penglihatan pasien serta
pandangan berkabur/buram.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji pasien apakah memili riwayat penyakit mata, konsumsi obat-obatan
kortikosteroid, mempunyai penyakit bawaan seperti diabetes, glukoma,
hipertiroid, riwayat pembedahan pada mata, dan terdapat trauma pada mata.
4) Riwayat kesehatan sekarang
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Adakah riwayat kelainan mata pada keluaraga
c. Pengkajian fisik mata
1) Ditemukan kekeruhan pada lensa
2) Pasien mengeluh pada pandangan berkabut dan buram
3) Terjadi miopia atau penurunan ketajaman pada pasien
4) Ditemukan tanda dan gejala glaukoma karena komplikasi.
2. Diagnosa
a. Pra-operasi
1) Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan gangguan penglihatan :
katarak
2) Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan.
b. Pasca operasi
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien pasca operasi
katarak yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisik.
2) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
prosedur pembedahan.
4) Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan.
3. Intervensi
b. Intervensi post-operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Intervensi:
Manejemen nyeri
a) Observasi
1) Kaji lokasi, skala, intensitas, karakteristik, durasi, frekuensi nyeri.
2) Kaji respon nyeri pasien.
3) Monitor efek samping penggunaan analgesik.
b) Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis.
2) Melakukan kontrol lingkungan yang memberberat rasa nyeri.
3) Berikan fasilitasi istirahat dan tidur.
c) Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2) Ajarkan strategi meredakan nyeri dengan teknik nonfarmakologis.
3) Anjurkan melakukan monitoring nyeri secara mandiri.
d) Kolaborasi
Pemberian analgesik, jika diperlukan.
4. Implementasi
5. Evaluasi
Sukoco, B., K, S.I dan Karim, M. (2020). Karakteristik Faktor Risiko Penyakit
Katarak Senilis Pasien Rawat Jalan di RSIS Makassar. Wal’afiat Hospital
Journal, 1(20), pp. 79-90. doi: 10.33096/whj.vli2.46.