Anda di halaman 1dari 10

Nama : Pramudia Nugroho

NIM : 1901112131

Kelas : Komunikasi organisasi B kom

Aliran dalam Komunikasi Organisasi

A. Sifat Aliran Informasi

Dalam hubungannya dengan kelangsungan organisasi, menurut Guetzkow (1965)


komunikasi berperan untuk menghubungkan hasil luaran, hierarki organisasi yang melibatkan
jaringan komunikasi, dan juga dimaksudkan untuk menyesuaikan organisasi dengan
lingkungannya. Aliran informasi dalam organisasi dapat terjadi dengan cara serentak, berurutan,
dan menggabungkan keduanya (Pace dan Faules, 2002).

1. Aliran Serentak

Bila informasi disampaikan dalam satu waktu ke banyak penerima secara bersamaan,
maka aliran tersebut sifatnya serentak.

2. Aliran Berurutan

Aliran berurutan yaitu proses suatu penyebaran informasi/ pesan secara diadik yang
merupakan bentuk komunikasi yang utama (Haney di dalam Pace dan Faules, 2002).

B. Pola Aliran Informasi

Terdapat dua pola bagaimana suatu pesan organisasi berjalan, yakni:

1. Pola roda, yakni pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki
posisi sentral. Orang dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi dan memecahkan
masalah dengan saran/ persetujuan anggota lainnya.

2. Pola lingkaran, yakni semua anggota berkomunikasi satu sama lainnya hanya melalui sejenis
sistem pengulangan. Tidak seorangpun yang dapat berhubungan langsung dengan semua anggota
lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh
informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan.

C. Peranan Jaringan-Kerja Komunikasi

Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai peran-peran penting dalam organisasi terkait
dengan proses berjalannya pesan (Pace dan Faules, 2002).

1. Anggota klik, klik adalah kelompok individu yang paling sedikit/separuh dari kontaknya
merupakan hubungan dengan anggota-anggota lainnya.
2. Penyendiri, adalah mereka yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali tidak mengadakan
kontak dengan anggota kelompok lainnya. Sifat-sifat penyendiri (Goldhaber,1979):

a. Kurang aman dalam konsep diri mereka.

b. Kurang termotivasi oleh cita-cita.

c. Kurang bersedia untuk berinteraksi dengan orang lain.

d. Lebih muda dan kurang berpengalaman dalam sistem.

e. Lebih jarang menduduki posisi yang kuat dalam organisasi.

f. Lebih cenderung menahan daripada melancarkan aliran informasi.

g. Relatif lebih tidak puas dengan sistem.

h. Beranggapan bahwa sistem komunikasi tertutup bagi mereka.

3. Jembatan, yakni adalah anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam
kontak antar kelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain. Sebuah jembatan berlaku
sebagai pengontak langsung antara dua kelompok pegawai.

4. Penghubung, yakni orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia
bukan anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut. (tekanannya bukan anggota klik
dalam kelompok atau orang luar sama sekali)

5. Penjaga gawang (gate keeper), adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan
agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melalui sistem tersebut.

6. Pemimpin pendapat (opinion leader), adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem
sosial, yang membimbing pendapat dan memengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka.

7. Kosmopolit, adalah orang yang bebas dari gagasan, prasangka, kecintaan lokal. Orang yg
melakukan kontak dengan dunia luar/ di luar organisasi. organisasi.

D. Arah Aliran Komunikasi

1. Komunikasi ke Bawah

Davis (1967) mengatakan bahwa informasi yang mengalir dari orang yang dianggap
mempunyai jabatan tinggi ke orang dengan jabatan rendah dapat disebut sebagai suatu
komunikasi ke bawah. Jenis informasi yang biasanya dikomunikasikan :

1. Mengenai bagaimana melakukan pekerjaan.

2. Mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan.


3. Mengenai kebijakan dan praktik organisasi.

4. Informasi kinerja pegawai.

5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).

Metode penyampaian pesan:

1. Tulisan.

2. Lisan.

3. Lisan diikuti tulisan.

4. Tulisan diikuti lisan.

Kapan metode ini dapat efektif dilakukan?

1. Tulisan: dalam situasi bila diperlukan informasi untuk tindakan yang akan datang,
informasinya umum, tidak diperlukan kontak pribadi.

2. Lisan: dalam situasi yang membutuhkan teguran dan mendamaikan perselisihan.

3. Lisan diikuti tulisan: dalam situasi yang membutuhkan tindakan segera tetapi kemudian diikuti
tindak lanjutnya yang bersifat umum, perlu pendokumentasian.

4. Tulisan diikuti lisan: dinilai tidak cukup efektif untuk situasi.

Kriteria memilih metode penyampaian informasi kepada pegawai menurut Level dan
Galle (Pace dan Faules, 2002):

1. Ketersediaan, yakni ketersediaan metode-metode yang biasa organisasi gunakan, barulah


kiranya menambahkan metode yang lebih efektif pada suatu program.

2. Biaya, yakni kecenderungan organisasi biasanya memilih biaya yang lebih murah untuk
penyampaian informasi yang bukan mendesak. Beda halnya dengan penyampaian informasi
yang mendesak dan segera, biaya mahal sekalipun tidak akan menjadi masalah.

3. Pengaruh, yakni metode yang kiranya membuat suatu pesan menjadi kuat pengaruhnya.

4. Relevansi (dengan tujuan), adalah kecocokan metode dengan tujuan yang ingin dicapai.

5. Respons, yakni tentang pertanyaan apakah diperlukan respon khusus untuk suatu metode yang
digunakan ini.

6. Keahlian (yang sesuai dengan kemampuan pengirim) terkait dengan kemampuan yang ada
dengan metode yang akan digunakan. Misalnya keahlian komunikator dalam disain grafis
kiranya cukup untuk membuat poster dengan konten yang berwarna-warni namun pas.
2. Komunikasi ke atas

Komunikasi ke atas di lingkup organisasi memiliki makna informasi yang mengalir dari
tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (atasan). Arah informasi ini
memiliki kegunaan yakni:

1. Informasi bagi pembuatan keputusan.

2. Memberi informasi bagi atasan kapan bawahan siap menerima informasi dari mereka dan
seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka.

3. Mendorong keterbukaan komunikasi tentang keluh kesah, kritik muncul ke permukaan


sehingga atasan tahu apa yang mengganggu dan menghambat kerja mereka.

4. Menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada
pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan memberi masukan/gagasan serta saran.

5. Memberi informasi pada atasan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran
informasi ke bawah.

6. Membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan


mereka dengan pekerjaan dan organisasi. Hal-hal yang dikomunikasikan dari bawah ke atas
seperti:

1. Tentang apa yang telah dilakukan bawahan: prestasi, kemajuan, rencana yang akan datang.

2. Persoalan pekerjaan yang dihadapi yang belum terpecahkan dan membutuhkan bantuan
penyelesaian.

3. Memberikan saran dan gagasan untuk perbaikan pada organisasi.

4. Mengungkapkan bagaimana perasaan, pikiran bawahan tentang pekerjaan mereka, rekan kerja
mereka, dan organisasi.

Kecenderungan karena suatu posisi yang lebih rendah, biasanya akan menemui kesulitan
untuk menyampaikan. Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal yaitu (Sharma dikutip di Pace dan
Faules, 2002):

1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.

2. Adanya perasaan bahwa atasan tidak tertarik pada permasalahan bawahan.

3. Kurangnya penghargaan & apresiasi bagi komunikasi ke atas yang dilakukan oleh
bawahan/karyawan.
4. Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan
pegawai.

Planty dan Machaver (1952) mengatakan ada 7 prinsip mengenai komunikasi ke atas ini,
yakni:

1. Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan dan didorong atau dirangsang
agar tetap muncul/tersampaikan.

2. Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara berkesinambungan.

3. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan saluran rutin.

4. Program komunikasi ke atas yang efektif menitikberatkan kepekaan dan penerimaan dalam
pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah.

5. Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup mendengarkan secara objektif.

6. Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup tindakan untuk menanggapi masalah.

7. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan berbagai media dan metode untuk
meningkatkan aliran informasi.

3. Komunikasi Horisontal

Sering kita melihat antara karyawan satu dengan karyawan lainnya terlibat sebuah proses
komunikasi baik secara formal maupun hanya sekedar bertegur sapa. Dapat dikatakan bahwa
komunikasi ini terjadi di antara orang-orang di dalam organisasi yang mempunyai otoritas yang
sama dengan satu atasan. Tujuan dari komunikasi horisontal ini adalah:

1. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja.

2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan.

3. Untuk memecahkan masalah.

4. Untuk memperoleh pemahaman bersama.

5. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan.

6. Untuk menumbuhkan dukungan antar personal.

Dalam penyelenggaraannya, komunikasi horisontal ini dapat berbentuk rapat komisi,


interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telpon, memo/catatan, kegiatan sosial,
hingga lingkaran kualitas (sebuah kelompok pekerja sukarela yang berbagi wilayah tanggung
jawab).
4. Komunikasi lintas saluran

Fayol (1916 -1940) menunjukkan bahwa komunikasi lintas-saluran merupakan hal yang
pantas, bahkan perlu pada suatu saat, terutama bagi pegawai tingkat lebih rendah dalam suatu
saluran. ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan jembatan Fayol:

1. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintasi saluran harus meminta izin terlebih
dulu dari atasan langsung.
2. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus Seberitahukan hasil-
hasil pertemuannya kepada penyelianya.

5. Komunikasi Informal, Selentingan

Komunikasi yang dilakukan oleh orang organisasi tanpa mengindahkan posisinya dalam
organisasi disebut sebagai komunikasi informal. Selentingan sendiri (grapevine) adalah suatu
metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui
saluran biasa (Stein, dikutip di Pace dan Faules, 2002).

Ciri selentingan :

1. Melalui interaksi mulut ke mulut.

2. Bebas dari kendala organisasi dan posisi.

3. Penyebaran cepat.

4. Melalui rantai kelompok.

5. Memiliki beberapa peran.

6. Produk situasi bukan produk orang dalam organisasi.

7. Semakin cepat orang mengetahui peristiwa, semakin cepat kemungkinan menceritakannya


pada orang lain.

8. Jika informasinya menarik, orang cenderung menyampaikan pada yang lain.

9. Pesan selentingan cenderung cermat/ jeli (walau terkadang lebih dramatis dari yang
sebenarnya).

10. Informasi selentingan biasanya tidak lengkap, menghasilkan kesalahan interpretasi bahkan
bila rinciannya cermat.

11. Cenderung memengaruhi organisasi (baik atau buruk). Sekalipun sesekali perlu, selentingan
pun harus tetap dikontrol. Hal ini terkait dengan sifat formal dalam organisasi yang juga harus
tetap dijaga.
Iklim Komunikasi Organisasi

A. Pengertian Iklim Komunikasi

Untuk frase "iklim komunikasi" sendiri, terdapat suatu makna kiasan di sini. Hampir
serupa dengan bentuk fisiknya, iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi
mengenai suatu peristiwa komunikasi, perilaku, respon pegawai satu dengan pegawai lainnya,
ekspektasi (harapan), berbagai pertentangan antar individu, dan kesempatan bagi pertumbuhan
dalam organisasi. Iklim organisasi adalah kualitas lingkungan internal organisasi yang (a)
dirasakan dan dialami oleh para anggota organisasi, (b) yang mempengaruhi perilaku mereka,
dan (c) yang bisa dijelaskan dalam bentuk satu set karakteristik atau atribut organisasi.

B. Alasan Pentingnya Iklim

Dengan iklim, kita dapat mengaitkan konteks organisasi dengan hal-hal lainnya seperti
perasaan-perasaan, pengalaman-pengalaman dan harapan-harapan anggota organisasi dan
membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi, sehingga dapat memahami dengan baik apa
yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara tertentu (Poole, dalam Pace
dan Faules, 2002).

C. Analisis Iklim Komunikasi

Proses pengukuran iklim komunikasi organisasi meliputi penelitian persepsi anggota organisasi
mengenai pengaruh komunikasi. Sebagai suatu konsep yang berkaitan dengan persepsi, iklim
komunikasi organisasi diukur dengan meneliti reaksi-reaksi perseptual anggota organisasi atas
sifat-sifat makro organisasi yang relevan bagi anggota organisasi (Derunis, 1974), meskipun
satuan-satuan analisis adalah persepsi individu, persepsi keseluruhan memberi suatu deskripsi
yang bermanfaat mengenai iklim komunikasi organisasi bila yang diukur alah sifat-sifat makro
organisasi.

D. Iklim Komunikasi Organisasi dalam Perkembangannya

Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa iklim organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas
unsur-unsur dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini kemudian
didefinisikan, disepakati, dikembangkan dan dikuatkan secara berkelanjutan dengan cara
interaksi di antara anggota organisasi. Proses tersebut lama-kelamaan menghasilkan keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan individu dan memengaruhi pesan-pesan tentang organisasi itu
sendiri.

1) Unsur-Unsur Dasar Organisasi

a. Anggota Organisasi
b. Pekerjaan dalam Organisasi

Apapun bentuk dan sifatnya, pekerjaan-pekerjaan ini tujuannya sama, yakni memberikan
pelayanan organisasi.

c. Praktik-praktik dalam pengelolaan

Kegiatan manajer seperti diketahui meliputi lima fungsi utama yakni perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan kepegawaian, pengarahan, dan pengendalian (MacKenzie dalam
Pace dan Faules, 2002). Ada juga yang menyampaikan bahwa ada sepuluh peranan dasar dalam
tiga kelompok dasar menurut Mintzberg yakni:

1. Peranan antarpersona (figure leader, leader, penghubung).

2. Peranan yang berhubungan informasi (pengawas, penyuluh, juru bicara).

3. Peranan yang berhubungan dengan (entrepreneurship, menangani gangguan, mengalokasikan


ketegasan sumber daya, dan melakukan lobbying).

d. Struktur Organisasi

Struktur organisasi terkait dengan hubungan antara tugas-tugas yang dikerjakan oleh anggota
organisasi. Tiga variabel kunci yang merupakan penentu struktur organisasi menurut Robbins
(Pace dan Faules, 2002):

1. Kompleksitas yang merupakan fungsi


2. Formalisasi yang terkait dengan derajat standarisasi dan tugas-tugas.
3. Sentralisasi yang merujuk kepada derajat konsentrasi pembuatan keputusan pada suatu
jabatan dalam organisasi. Sebaliknya, disentralisasi merujuk sejauh mana otoritas
pembuatan keputusan tersebar di seluruh organisasi.

e. Pedoman Organisasi

Pedoman tersebut biasanya berisi tentang visi-misi, tujuan, strategi, kebijakan, prosedur,
dan aturan. Aturan tersebut menyediakan informasi untuk anggotanya tentang ke mana
organisasi ini berjalan, apa yang harus dilakukan, bagaimana berpikir mengenai masalah-
masalah yang hendak diselesaikan dan apa yang harus dilakukan demi keberhasilan organisasi.

2) Pemahaman Unsur-Unsur Organisasi

Unsur-unsur dasar organisasi (anggota, pekerjaan, praktik-praktik yang berhubungan


dengan pengelolaan, struktur, dan pedoman) dimengerti secara efektif untuk menciptakan
evaluasi dan reaksi yang menunjukkan apakah setiap unsur dasar tersebut dan seberapa baik
unsur ini beroperasi bagi anggota organisasi.

3) Faktor Analisis: Yang Memengaruhi Iklim Komunikasi Organisasi


Sebagai suatu konsep yang berkaitan dengan persepsi, iklim komunikasi organisasi diukur
dengan meneliti reaksi-reaksi perseptual anggota-anggota organisasi atas itu sifat-sifat organisasi
yang cocok dengan komunikasi dan berguna atau organisasi (Dennis dalam Pace dan Faules,
2002). Berikut ini merupakan faktor-faktor analisis hal-hal apa saja yang memengaruhi iklim
komunikasi organisasi:

a. Tingkat Kepercayaan yang diberikan kepada anggota (baik oleh pimpinan maupun oleh
sesama anggota) dalam menjalankan tugas dan mengambil keputusan.

b. Proses dan model pengambilan keputusan (terbuka/tertutup, partisipatif/instruktif), berkaitan


dengan gaya kepemimpinan.

c. Pola distribusi/kejelasan pembagian kerja (job description).

d. Arus informasi & tingkat kejelasan informasi (accessable/ inaccessable).

e. Pola komunikasi dan hubungan-hubungan dalam interaksi antarpersonal (vertikal atau


horisontal) yang memengaruhi suasana kerja (misalnya: keterbukaan dan kejujuran,
ketidakterusterangan, gosip, desas-desus, klik-klik, dan sebagainya).

f. Program pengembangan SDM dan kualitas kerja.

g. Alur dan prosedur pelaksanaan kerja/kegiatan.

h. Model jalur koordinasi dan konsultasi dalam pelaksanaan kerja.

i. Mekanisme penyampaian pendapat dan tingkat kebebasan dalam menyampaikan pendapat.

j. Program peningkatan kesejahteraan (termasuk pola jenjang karir).

4) Pengaruh Komunikasi

Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi
untuk menunjukkan kepada anggota organisasi tersebut memercayai mereka dan memberi
mereka kebebasan dalam mengambil risiko; mendorong mereka dan memberi mereka tanggung
jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka; menyediakan informasi yang terbuka dan cukup
tentang organisasi; mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang
dapat diperacayai dan terus terang dari anggota organisasi.

Usaha biasanya terdiri dari 4 unsur yakni (Frantz, 1988):

1. Aktivitas yang merupakan pekerjaan tersebut.

2. Langkah-langkah pelaksanaan kerja.


3. Kualitas hasil.

4. Pola waktu kerja.

Terdapat 3 komitmen organisasi menurut Steers dan Porter (dalam Pace dan Faules,
2002):

1. Kesediaan untuk melakukan usaha sungguh-sungguh atas nama organisasi.

2. Kepercayaan yang kuat serta penerimaan atas nilai-nilai organisasi.

3. Keinginan besar untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi.

Dalam usaha membangun iklim komunikasi organisasi yang kondusif, diperlukan juga
hal-hal berikut ini:

1. Openness, keterbukaan komunikasi.

2. Sistem prosedur yang jelas, terbuka dan aspiratif.

3. Personal excellent (hati yang bersih, jauh dari "penyakit"). Apa guna skill kerja kita
yang memadai tapi tanpa didukung dengan hati yang baik.

4. Organizational governance, tata kelola organisasi, di mana dengan menggunakan


prosedur yang telah ada, diharapkan para manajer dengan jelas mengarahkan
bawahannya untuk melaksanakan operasional kerja yang ada.

5. Keteladanan diri baik pemimpin maupun anggota.

Sumber :

Saleh, A. M. (2016). Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi. Malang: Universitas


Brawijaya Press.

Romli, K. (2011). Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Pace, R. W., Faules, D. F., & Mulyana, D. (2000). Komunikasi organisasi: strategi
meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai