Disusun Oleh :
2023
A. SEJARAH PAJAK PENGHASILAN
Awal mula pajak sudah terdapat sejak zaman romawi kuno antara lain adanya pungutan
yang bernama tributum yang berlaku sampai dengan tahun 167 Sebelum Masehi. Pengenaan
pajak pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam suatu Undang-undang sebagai
Income Tax baru dapat ditemukan di Inggris pada tahun 1799. Di Amerika Serikat, pajak
penghasilan untuk pertama kali dikenal di New Plymouth pada tahun 1643, di mana dasar
pengenaan pajak adalah ” a person’s faculty, personal faculties and abilities". Pada tahun
1646 di Massachusetts dasar pengenaan pajak didasarkan pada “returns and gain”. “Tersonal
faculty and abilities” secara implisit adalah pengenaan pajak pengahasilan atas orang pribadi,
sedangkan “Returns and gain” berkonotasi pada pajak penghasilan badan.
B. SUBJEK PAJAK
SUBJEK PAJAK PENGHASILAN
Menurut undang-undang no.17 tahun 2000 Subjek pajak adalah orang pribadi, warisan
yang belum dibagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, badan yang terdiri dari
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Firma,
Kongsi, Koperasi, Yayasan atau organisasi yang sejenis lembaga dana pensiun, dan bentuk
badan usaha lainnya, serta Bentuk Usaha Tetap.
Pada 2 pasal ayat 1 UU no.17 tahun 2000 mengelompokkan pajak sebagai berikut:
Subjek Pajak luar negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau
bertempat kedudukan di luar Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia, baik melalui ataupun tanpa melalui bentuk usaha tetap. Orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia, tetapi berada di Indonesia kurang dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, maka orang tersebut
adalah Subjek Pajak luar negeri.
Apabila penghasilan diterima atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap, maka terhadap
orang pribadi atau badan tersebut dikenakan pajak melalui bentuk usaha tetap, dan orang
pribadi atau badan tersebut statusnya tetap sebagai Subjek Pajak luar negeri. Dengan
demikian bentuk usaha tetap tersebut menggantikan orang pribadi atau badan sebagai Subjek
Pajak luar negeri dalam memenuhi kewajiban perpajakannya di Indonesia. Dalam hal
penghasilan tersebut diterima atau diperoleh tanpa melalui bentuk usaha tetap, maka
pengenaan pajaknya dilakukan langsung kepada Subjek Pajak luar negeri tersebut.
C. OBBJEK PAJAK
OBJEK PAJAK PENGHASILAN
a) Penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan dalam undang-undang.
b) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
c) Laba usaha
d) Keuntungan penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
2) keuntungan karena diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena
pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota.
3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan
atau pengambil-alihan usaha.
4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
e) Penerimaaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
f) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang
g) Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apa pun termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis
h) Royalti, Premi asuransi
i) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
j) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k) Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
l) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
m) Selisih lebih karena penilaian aktiva
n) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
o) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak.
PENGGHASILAN YANG DIKENAL PPH FINAL
PPh Final berarti pajak yang sudah selesai atau dikenakan langsung saat Wajib Pajak
menerima penghasilan. Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi
b. penghasilan berupa hadiah undian
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah
21 adalah:
a) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan dari luar
jabatannya di Indonesia serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik.
b) Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Keputusan
Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.
D. PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PPh PASAL 21
SUBJEK PPh 21
Menurut Tisnawati (2015:181) Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 yaitu:
a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
b) Penghasilan yang diterima penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun
atau pengasilan sejenisnya.
c) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang
pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, jaminan hari tua, dan
pembayaran lain sejenis.Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas,
berupa upah harian, upah Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa
honorarium, komisi, fee dan imbalan sehubungan dengan pekerjan, jasa dan
kegiatan yang dilakukan.
d) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
e) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
OBJEK PPh
Harnanto (2003: 186-187) menyatakan bahwa penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan
pasal 21 berdasarkan Ketentuan UndangUndang Pajak Penghasilan secara garis besar
dikelompokan dalam 6 kategori, yaitu:
a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun
bulanan, upah, honorarium, premi bulanan, uang lembur, uang bantuan, uang tunggu,
uang ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan
siswa, hadiah atau penghargaan dengan nama dan bentuk apapun, premi asuransi
yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
b) Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa: jasa produksi,
tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus,
premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya
dibayarkan sekali dalam setahun.
a) Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh Pasal 21
yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT masa PPh
Pasal 21;
b) Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian Form 1721-A1 atau 1721-A2,
yang dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21. Penghitungan kembali ini
dilakukan pada:
1) Bulan saat pegawai tetap berhenti kerja atau pensiun;
2) Akhir tahun pajak bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir tahun
takwin.
DAFTAR PUSTAKA
https://sg.docworkspace.com/d/sIMfznYmIAcjAjagG?sa=e1&st=0t
https://sg.docworkspace.com/d/sIGPznYmIAaHBjagG?sa=e1&st=0t