Anda di halaman 1dari 2

Syifa Qurrota Ayuni Rizqi

Magister Iilmu Hukum – Mata Kuliah Usulan Penelitian Tesis


NPM 5223220023

1. Latar Belakang Masalah


Peningkatan penggunaan internet dan teknologi digital dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk transaksi komersial, komunikasi, dan layanan publik, menghasilkan
akumulasi besar data pribadi yang dikumpulkan oleh berbagai entitas, baik pemerintah
maupun swasta. Hal ini menimbulkan kebutuhan untuk memastikan bahwa data
tersebut dilindungi dan digunakan secara bertanggung jawab.
Kasus-kasus pelanggaran data yang semakin sering terjadi, di mana informasi
pribadi bocor atau disalahgunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab, menimbulkan
kekhawatiran tentang privasi dan keamanan data. Sebagaimana dikutip dari media CNN
Indonesia (20/6/2023), pada tahun 2023 telah tercatat beberapa isu kebocoran data, di
antaranya: (1) kasus kebocoran 18,5 juta data pengguna Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan; (2) kebocoran data Bank Syariah Indonesia (BSI); dan (3)
Kebocoran data di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil)
Kementerian Dalam Negeri. Hal ini menunjukkan perlunya regulasi yang kuat untuk
melindungi data pribadi individu.
Inisiasi negara dalam menerbitkan dan mengesahkan Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi merupakan upaya perlindungan hak
asasi manusia dalam pengawasan data pribadi , termasuk pengelolaan-penggunaan data
oleh industri, serta lembaga negara untuk perlindungan dan keamanan masyarakat.
Perusahaan yang wajib menerapkan kebijakan pelindungan data pribadi dibagi
berdasarkan perannya menjadi: pengendali data pribadi dan prosesor data pribadi.
Permasalahan pada penilitian ini akan meruncing khusus pada perlindungan data
peribadi pada sektor perusahaan jasa pengiriman dan logistik. Perusahaan logistik dan
pengiriman mengumpulkan sejumlah besar data pribadi baik karyawann hingga
pelanggan, termasuk nama, alamat, nomor telepon, dan informasi sensitif lainnya yang
diperlukan untuk proses pengiriman. Pengumpulan dan pengelolaan data ini
menimbulkan risiko privasi yang signifikan, memerlukan kepatuhan yang ketat terhadap
UU PDP untuk memastikan perlindungan data yang adekuat. Perusahaan logistik dan
pengiriman sering bekerja sama dengan mitra bisnis, seperti vendor, agen, dan penyedia
layanan lainnya, yang juga mengakses atau memproses data pribadi pelanggan.
Memastikan bahwa semua pihak mematuhi UU PDP adalah tantangan, memerlukan
kerjasama dan koordinasi yang erat antara semua entitas yang terlibat.
Setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 27 tahun 2022 sebagaimana pada
pasal 74, bahwa perusahaan memiliki masa transisi selama dua tahun sejak UU PDP ini
diundangkan. Perusahaan termasuk perusahaan jasa pengiriman dan logistik memiliki
kewajiban untuk transisi dalam pemrosesan data pribadi serta perlu memastikan bahwa
seluruh pemrosesan data pribadi dilakukan sesuai dengan prosedur yang diatur dalam
UU PDP. Jika dalam masa transisi tersebut perusahaan masih belum melakukan
penyesuaian, maka dapat dikenakan sanksi.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 berupaya melindungi unsur-
unsur data pribadi yang dikelola perusahaan logistik?
2. Bagaimana perusahaan logistik menerapkan perlindungan data pribadi karyawan
dan klien dalam pemprosesan data pribadi?

Anda mungkin juga menyukai