Anda di halaman 1dari 15

PPP Penyelesaian kursus BIPA 6

Sekitar lima tahun yang lalu, saya membaca laporan yang


mengasyikkan tentang sebuah desa berwarna Indonesia
terlokasi di Malang.

Saat itu, saya tidak tahu di mana Malang itu. Akan tetapi, saya
tahu: jika saya pernah bepergian ke Indonesia, maka saya
harus mengunjungi desa itu.

Ya, dan ketika saya bisa merencanakan perjalanan Indonesia


pada tahun 2023, Malang sudah ditetapkan sebagai tempat
wajib untuk dikunjungi.
Akan tetapi: Dimana Malang? Dalam panduan perjalanan
saya, saya membaca bahwa Malang adalah kota kecil di Jawa
Timur dan merupakan kota terindah Jawa Timur.

Benar-benar kota kecil? Saya tiba pada malam hari. Lalu lintas
yang padat dan pemandangan dari jendela hotel menunjukkan
kepada saya bahwa informasi ini salah.

Pagi selanjutnya, kesan saya malam itu terkonfirmasi: Malang


adalah kota sangat besar. Saya membaca bahwa Malang
adalah kota terbesar kesembilan di Pulau Jawa dan 845.000
orang tinggal di sini.

Di sebelah timur, Malang terdapat kawasan vulkanik besar,


termasuk gunung berapi Bromo dan Semu, gunung berapi
tertinggi di Indonesia.

Berkat kedekatannya dengan pegunungan, Malang tidak


pernah terlalu panas, melainkan hangat. Selain itu, ada
banyak pepohonan di kota yang juga memberikan teduh dan
kesejukan.
Menurut saya, Malang memiliki tempat wisata yang relatif
sedikit.
Akan tetapi, bagi saya menarik bahwa di Malang sisa-sisa
peninggalan zaman kolonial masih dipertahankan. Misalnya
Balai Kota ini. Rumah ini dulunya digunakan oleh penguasa
kolonial sebagai gedung administrasi dan saat ini, digunakan
seperti kantor walikota.
Selain itu, banyak rambu nama jalan yang bilingual bahasa
Indonesia dan bahasa Belanda.

Akan tetapi, sekarang tentang Desa Warna-Warni, tujuan


wisata utama saya di Malang. Desa itu terletak di Selatan kota
Malang.

Secara resmi disebut Kampung Warna-Warni Jodipan atau


Kampung Trini. Kampung ini memiliki sejarah yang menarik
dan merupakan contoh proyek sosial yang sukses.

Beberapa tahun lalu, kampung penuh warna ini merupakan


salah satu kawasan kumuh terparah di seluruh Indonesia.
Kondisinya sangat buruk sehingga pada saat itu pemerintah
ingin memindahkan penduduk ke bagian lain kota.
Sekelompok mahasiswa Realisasi Publik lokal ingin
Sumber: Pinemo.com mencegahkan hal itu dan mengajukan proyek bersih-bersih
dan berbaiki ke pemerintah. Pemerintah menyetujui proyek
ini.

Pada tahun 2016, mahasiswa bersama perusahaan lukisan


besar, seniman dan penduduk desa, melukis seluruh desa
dengan warna-warna cerah. Hal ini membuat kawasan
tersebut dapat ditinggali kembali dan menarik bagi wisatawan.

Selain itu, semua lokasi telah dibersihkan dan warga dilatih


dalam pengurangan dan pembuangan sampah.
Proyek ini sangat sukses. Tidak hanya desa yang terlihat
sangat indah. Tidak hanya warga yang bisa terus tinggal di
rumah mereka. Berkat pendapatan dari pariwisata, mereka
juga lebih baik secara ekonomi.
Jika saya ingat dengan benar, saya hanya perlu membayar
5.000.Rupia untuk masuk desa.
Saya segera menyadari bahwa tidak hanya rumah berwarna
yang membuat hidup layak tinggal di sini, tetapi juga banyak
detail. Detail-detail seperti itu:
Pintu keluar yang indah
Banyak pot tamanan di mana-mana

Pot tanaman sebagai dekorasi jalan yang menyenangkan


Bahkan sangkar burung diwarnai

Sebuah dinding yang penuh dengan karya seni kecil dibuat


oleh penduduk desa
Mural besar yang dilukis oleh seniman seperti ini, misalnya

Kuncing ini

Sebuah mural untuk parkir motor


Atau tujuan wisata impian banyak orang yaitu Menara Eiffel
Paris

Namun, saya percaya bahwa kampanye kecantikan tidak


hanya membuat kehidupan lebih layak di desa ini. Juga
penting bahwa desa tersebut telah memberikan struktur yang
jelas……
Dimulai dari Pancasila…..
…..melalui struktur organisasi

….hingga peta desa yang semua area umum ditandai.

Petanya menunjukkan bahwa sungai mengalir melalui tengah


desa dan dua bagian desa dihubungkan oleh sebuah
jembatan.

Itu adalah jembatan kuning yang tinggi dan panjang


Akan tetapi, desa itu juga bukan idyll. Petanya menunjukkan
bahwa Desa Berwarni-warna ada antara dua jembatan. Dan
sungai bukan sungai biru, tetapi sungai cokelat.
Berisik di desa.

Lalu lintas tanpa henti melewati satu jembatan

Dan kereta api yang bahkan lebih keras dari lalu lintas
kendaraan bermotor melewati jembatan lainnya.
Penduduk desa Warna-warni lebih baik hari ini. Akan tetapi,
saya curiga mereka masih miskin. Saya tidak bisa bertanya
mereka. Saya menyimpulkan hal itu dari pakaian sederhana
dan perabotan di rumah mereka bahwa orang-orang di sini
masih miskin. Sebagian besar pintunya terbuka sehingga
saya bisa melihat ke dalam rumah dari luar.

Saya menghindari memotret orang. Akan tetapi, saya dapat


memberi bahwa orang dewasa desa itu tampak puas. Yang
terpenting, Banyak anak yang ceria bermain bersama.
Mereka juga suka berenang di sungai. Seperti dua anak laki-
laki yang berenang mengejar bola yang jatuh di sungai.

Ada satu hal yang sangat saya sukai, yaitu: penghuninya


bukan pameran. Mereka menjalani kehidupan sehari-hari
seolah-olah pengunjung itu tidak ada. Itulah alasan lain,
mengapa saya merasa nyaman di Kampung Warna-Warni
Trini.

Kesimpulan saya:
Untungnya, beberapa siswa mencegah orang dimindahkan
secara paksa di luar keinginan mereka. Semoga proyek
sukses mereka akan mendorong orang lain untuk terlibat
sama kreatifnya demi kehidupan yang lebih baik di desa
mereka dan tidak menyerah.

Anda mungkin juga menyukai