Amalan Bulan Shafar
Amalan Bulan Shafar
MUKHTASHOR
LATHAIFUL MAARIF
PEMBAHASAN
BULAN SHAFAR
WWW.TEDISOBANDI.BLOGSPOT.COM
1
TERJEMAHAN
MUKHTASHOR
LATHAIFUL MAARIF
PEMBAHASAN
BULAN SHAFAR
WWW.TEDISOBANDI.BLOGSPOT.COM
1
Amalan Bulan Shafar
[Iman Kepada Takdir dan Mengambil Sebab-sebab Keselamatan]
"Lalu siapakah yang menularkan penyakit kudis kepada unta yang pertama?"
2
Maksud beliau adalah bahwa unta yang pertama tidaklah berpenyakit kudis
karena tertular oleh yang lain, akan tetapi karena ketetapan Qadha` dan
Qadar Allah, maka demikian juga yang kedua dan yang setelahnya.
Ada beberapa hadits yang sulit dipahami oleh banyak orang, hingga
sebagian mereka menganggap bahwa hadits-hadits tersebut adalah
penghapus (nâsikh) sabda beliau, (si v), "Tidak ada penyakit menular
(dengan sendirinya)", seperti hadits yang diriwayatkan dalam Shahih al-
Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda,
"Pemilik unta yang sakit tidak boleh menggiring (masuk untanya yang sakit)
kepada pemilik yang bersama untanya yang sehat."Diriwayatkan oleh al-
Bukhari, no. 5771 dan Muslim, no. 2221.
"Larilah dari orang yang terkena penyakit lepra sebagaimana engkau lari dari
singa." Diriwayatkan oleh Ahmad, no. 9429.
Dan sabda Nabi terkait wabah penyakit rinderpest [Sebuah virus penyakit
akut dari hewan ternak yang menular melalui udara. Ed. T.]
Makna yang shahih yang dipegang oleh mayoritas para ulama adalah tidak
ada nasakh dalam semua itu, akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang
makna sabda Nabi (" )ال عدوىTidak ada penyakit menular (dengan
sendirinya)", dan pendapat yang paling zahir di antara pendapat-pendapat
3
yang dikatakan dalam hal itu adalah bahwa hal itu merupakan penafian
terhadap kepercayaan yang diyakini oleh orang-orang jahiliyah, yaitu bahwa
penyakit-penyakit tersebut menular secara alami, tanpa meyakini adanya
takdir Allah terhadap hal itu, dan ini ditunjukkan oleh sabda Nabi,
"Lalu siapakah yang menularkan penyakit kudis kepada unta yang pertama?"
Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari hadits Ibnu Mas'ud, beliau
berkata, Rasulullah bersabda,
"Sesuatu -yakni hewan yang sakit- tidak dapat menulari sesuatu yang lain -
yakni hewan yang sehat- (dengan sendirinya)." Beliau mengucapkannya
sebanyak tiga kali. Lalu seorang Arab Badui berkata,"Wahai Rasulullah,
(bagaimana halnya dengan) benih awal kudis yang terdapat di bibir atau ekor
unta yang berada dalam sekumpulan unta-unta yang besar, lalu unta-unta
itu menjadi berpenyakit kudis seluruhnya." Maka Rasulullah bersabda, "Lalu
siapakah yang menularkan penyakit kudis kepada unta yang pertama? Tidak
ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada (kepercayaan
reinkarnasi manusia yang meninggal menjadi) burung hantu, dan tidak ada
(kepercayaan terkena sial pada pada bulan) shafar. Allah telah menciptakan
setiap jiwa lalu menuliskan (takdir) kehidupannya dan [musibahnya], serta
rizkinya. " Diriwayatkan oleh Ahmad, no. 4186 dan at-Tirmidzi, no. 2143.
Lalu Nabi mengabarkan bahwa itu semua terjadi dengan Qadha` dan Qadar
Allah, sebagaimana hal itu ditunjukkan oleh Firman Allah تعال
ما أصاب من مصيبة يف األرض وال يف أنفسكم إال يف كتب من قبل أن تيأها
4
"Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula
menimpa diri kalian sendiri, melainkan semuanya telah tertulis dalam Kitab
(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya." (Al-Hadid: 22).
5
"Dan Allah tidak menjadikannya (pemberian bala bantuan itu), melainkan
sebagai kabar gembira dan agar hati kalian menjadi ` tentram karenanya.
Dan tidaklah kemenangan itu kecuali dari sisi Allah." (Al-Anfal: 10).
"Dan keburukan apa pun yang menimpamu, maka itu dari (kesalahan)
dirimu sendiri." (An-Nisa`: 79).
"Dan musibah apa pun yang menimpa kalian, maka itu adalah disebabkan
oleh perbuatan tangan kalian sendiri." (Asy-Syura: 30). Maka musibah itu
tidak boleh dinisbatkan kepada suatu sebab dari sebab-sebab yang ada
selain dosa-dosa, seperti penyakit menular atau yang lainnya.
Dan yang disyariatkan adalah menjauhi apa yang nampak darinya dan
menjaga diri darinya dengan kadar yang disebutkan oleh syariat, seperti
menjauhi orang yang terkena penyakit lepra dan orang sakit lainnya, serta
tidak mendatangi daerah endemi wabah penyakit rinderpest.
6
[Larangan Thiyarah]1
.طية
ال ر
"Tidak ada thiyarah." Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 5754 dan Muslim,
no. 2223.
Imam Ahmad dan Abu Dawud telah meriwayatkan dari hadits Urwah bin
Amir al-Qurasyi , dia berkata,
: فإذا رأى أحدكم ما يكره فليقل، أحسنها الفأل وال ترد مسلما:النب ﷺ فقال الطية عند ي
ذكرت ر
.يأب بالحسنات إال أنت وال يدفع السيئات إال أنت وال حول وال قوة إال بك
اللهم ال ي
"Thiyarah disebut-sebut di sisi Nabi, maka beliau bersabda, Yang paling baik
darinya adalah sikap optimis, dan thiyarah tersebut tidak boleh
menggagalkan seorang Muslim (dari niatnya). Maka apabila salah seorang di
antara kalian melihat sesuatu yang tidak diinginkannya, maka hendaklah dia
mengucapkan, 'Ya Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali
Engkau, dan tidak ada yang menolak keburukan kecuali Engkau, serta tidak
ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolonganMu'. "Diriwayatkan oleh
Abu Dawud, no. 3919.
Dan diriwayatkan dalam Shahih Ibni Hibban, dari Anas, ,beliau bersabda ,ﷺ
dari Nabi
.تطي
والطية عىل من ر
ر ،طية
ال ر
1
Thiyarah: Merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung,
binatang lainnya atau apa saja. (Lihat Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad at-Tamimi,
Jakarta: Darul Haq, th. 2013, hal. 104). Ed.T
7
"Tidak ada perasaan bernasib sial karena sesuatu, dan kesialan itu akan
menimpa orang yang merasa sial dengan sesuatu itu."Diriwayatkan oleh
Ibnu Hibban, no. 6123.
.خيك
خي إال ر
طيك وال ر
طي إال ر
اللهم ال ر
"Ya Allah, tidak ada kesialan kecuali kesialan dariMu, dan tidak ada kebaikan
kecuali kebaikanMu."
Dan ini semua termasuk di antara dalil yang menunjukkan bahwa sebab-
sebab yang dibenci apabila ia ditemukan ada, maka yang disyariatkan adalah
menyibukkan diri dengan segala sesuatu yang diharapkan dapat menolak
azab yang ditakuti tersebut, seperti melakukan amal-amal ketaatan, berdoa,
serta merealisasikan tawakal kepada Allah dan percaya kepadaNya, karena
sesungguhnya sebab-sebab ini semuanya adalah yang dituntut (untuk
8
dilakukan) dan bukan yang memastikan, dan ia memiliki beberapa
penghalang yang menghalangi terjadinya. Maka amal-amal kebaikan, takwa,
berdoa, dan bertawakal, termasuk di antara hal yang paling besar yang
digunakan untuk menolaknya.
"Ia adalah malam apabila telah gelap gulita.Diriwayatkan oleh Ahmad, no.
25469 dan at-Tirmidzi, no. 3366.
Dan Allah & telah memerintahkan untuk memohon perlindungan diri dari
keburukan ghasiq apabila telah gelap gulita, maksudnya malam apabila telah
gelap, karena pada saat itu setan-setan dari kalangan jin dan manusia
bertebaran. Yakni dalam Surat al-Falaq ayat 3. Pent.
9
Nabi apabila melihat angin atau awan mendung, maka rona wajah beliau
berubah, dan beliau berjalan bolak-balik (karena khawatir jangan-jangan
awan itu adalah hukuman Allah), lalu apabila hujan turun, beliau merasa
senang, dan beliau bersabda,
هذا عارض ممطرنا:قد عذب قوم بالري ح ورأى قوم السحاب فقالوا
"Sungguh suatu kaum telah diazab dengan angin, dan suatu kaum melihat
awan lalu mereka berkata, 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan
kepada kita.' (Al-Ahqaf: 24)."Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4829 dan
Muslim, no. 899.
"Ya Allah, (turunkanlah kepada kami) hujan rahmat, dan bukan hujan azab."
Adapun sabda Nabi, (" )وال هامةTidak ada (kepercayaan reinkarnasi manusia
yang meninggal menjadi) burung hantu",
10
maka itu merupakan penafian terhadap apa yang dulu diyakini oleh orang-
orang jahiliyah, yaitu bahwa apabila seseorang meninggal dunia, maka ruh
atau tulangnya akan menjadi hamah, yaitu burung yang terbang.
Sedangkan sabda Nabi, (" )وال صفرdan tidak ada (kepercayaan terkena sial
pada bulan) shafar", maka terdapat perbedaan pendapat dalam
penafsirannya; banyak di antara kalangan ulama terdahulu mengatakan
bahwa shafar adalah suatu penyakit dalam perut. Ada yang mengatakan
bahwa ia adalah sebuah cacing di dalam perut yang bentuknya besar seperti
ular, dan dahulu orang-orang jahiliyah meyakini bahwa penyakit ini bisa
menular, maka Nabi menafikan hal itu.
11
Syariat telah datang untuk membatalkan keyakinan tersebut; Aisyah &
berkata,
"Dan Nabi menikahi Ummu Salamah pada Bulan Syawal juga, "Diriwayatkan
oleh Ibnu Majah, no. 1991.
"Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya) dan tidak ada thiyarah,
dan kesialan itu ada pada tiga perkara: pada wanita, rumah, dan hewan
tunggangan," yang diriwayatkan oleh alBukhari dan Muslim dalam Shahih
keduanya dari hadits Ibnu Umar dari Nabi, maka para ulama juga telah
berbeda pendapat mengenai maknanya.
12
sesungguhnya ketiga perkara ini merupakan sebab-sebab yang mana Allah
& menetapkan dan mengaitkan kesialan dan kemujuran dengan ketiga
perkara tersebut. Oleh karena itu, disyariatkan bagi orang yang ingin
mengambil istri, budak wanita, atau hewan tunggangan agar meminta
kepada Allah & kebaikannya dan kebaikan tabiatnya, serta memohon
perlindungan dari keburukannya dan keburukan tabiatnya. [Sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no. 1918; Abu Dawud, no. 2160; dan an-
Nasa'i dalam al-Kubra, no. 9998 dan 10021. Pent.]
Begitu juga orang yang menempati suatu rumah hendaknya melakukan hal
itu. Dan Rasulullah telah memerintahkan suatu kaum yang menempati
sebuah rumah di mana jumlah mereka sedikit dan harta mereka juga sedikit,
agar mereka meninggalkannya sebagai suatu yang dibenci.
Adapun dikhususkannya kesialan pada suatu waktu tanpa waktu yang lain,
seperti Bulan Shafar atau lainnya, maka hal itu tidaklah benar; karena waktu,
seluruhnya adalah ciptaan Allah, dan di dalamnya terjadi perbuatan-
perbuatan anak-anak Adam. Maka setiap waktu yang seorang Mukmin
disibukkan dengan ketaatan kepada Allah, maka itu adalah waktu yang
diberkahi, sedangkan setiap waktu yang seorang hamba disibukkan dengan
bermaksiat kepada Allah, maka itu adalah waktu yang sial.
13
Demikian juga tempat-tempat maksiat dan hukumanhukumannya harus
dijauhi dan dihindari, karena dikhawatirkan turunnya azab, sebagaimana
Nabi bersabda kepada para sahabat ketika beliau melewati negeri kaum
Tsamud di al-Hijr,
-------------------
14