Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PERENCANAAN RTRW PROVINSI SUMATERA

SELATAN BERDASARKAN PERDA SUMATERA


SELATAN NO. 16 2016

Dosen Pengampu
Dr.Ir.Agus D.Wicaksono, lic.rer.reg

Disusun Oleh:
Shofiyah Asy Syifa 235060607111005

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2024
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1. Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................5
2.1. Arena Agenda Perencanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No.
11 Tahun 2016.....................................................................................................5
2.2. Siklus dan Tahapan Perencanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No.
11 Tahun 2016......................................................................................................8
2.3. Metode dan Teknik Analisis yang Digunakan pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016................................................................12
BAB III. PENUTUP.............................................................................................15
3.1. Kesimpulan..............................................................................................15
3.2. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

2
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perencanaan wilayah adalah proses krusial dalam pembangunan suatu
daerah yang tidak hanya melibatkan pemerintah dan lembaga terkait, tetapi juga
menggandeng partisipasi aktif dari masyarakat setempat. Keterlibatan masyarakat
dalam proses perencanaan wilayah bukan hanya menandakan tata kelola yang
baik dan berkelanjutan, tetapi juga menjadi prinsip dasar yang tidak dapat
diabaikan. Proses ini mencakup identifikasi, analisis, dan pengaturan berbagai
aspek dalam suatu wilayah, termasuk penggunaan lahan, infrastruktur, serta
strategi pengembangan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan tujuan
menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dan efisien, perencanaan wilayah
bertujuan untuk memberikan kualitas hidup yang optimal bagi penduduknya
(Modanggu, et al., 2023).
Konsep perencanaan wilayah dipandang sebagai proses pengkajian
sistematis terhadap aspek fisik, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan politik.
Penelitian terhadap aspek-aspek ini bertujuan untuk mendukung penggunaan
sumber daya yang optimal demi meningkatkan produktivitas guna memenuhi
kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan. Sasaran utama dari perencanaan
wilayah mencakup efisiensi, keadilan sosial, akseptabilitas masyarakat, dan
keberlanjutan. Konsep ini mendasarkan pada pemahaman mendalam terhadap
karakteristik geografis, demografis, ekonomis, dan budaya suatu wilayah, yang
melibatkan identifikasi potensi dan tantangan yang dihadapi, serta pengembangan
strategi yang sesuai untuk pengelolaan dan pembangunan wilayah tersebut.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan menjadi
landasan utama dalam setiap tahap perencanaan (Lubis, et al., 2021).
Sumatra Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tata
kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan potensi sumber daya alam. Namun,
seperti wilayah lainnya di Indonesia, Sumatra Selatan juga dihadapkan pada
berbagai tantangan dalam pengelolaan tata kota, termasuk pertumbuhan penduduk
yang cepat, urbanisasi yang intens, serta masalah lingkungan dan infrastruktur
yang kompleks. Selain itu, masalah-masalah seperti kemacetan lalu lintas,
kekurangan perumahan yang layak, dan kualitas udara yang buruk juga menjadi
perhatian utama. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan tata kota yang
terintegrasi dan berkelanjutan untuk mengatasi tantangan ini. Langkah-langkah
seperti pengembangan infrastruktur yang efisien, penataan ruang yang bijaksana,
dan perlindungan lingkungan harus menjadi fokus utama dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup penduduk Sumatra Selatan serta menjaga
keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang (Donargo, 2022).

3
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam tentang
perencanaan wilayah dan tata kota di Sumatra Selatan. Dengan menganalisis
konsep-konsep dasar perencanaan wilayah tata kota Sumatra Selatan, makalah ini
berupaya untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang tantangan,
potensi, dan solusi dalam pengelolaan tata kota di wilayah tersebut. Tujuan utama
dari makalah ini adalah untuk memberikan panduan dan rekomendasi yang
bermanfaat bagi para pembuat kebijakan, perencana, dan pemangku kepentingan
lainnya dalam upaya meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan dan kualitas
hidup masyarakat Sumatra Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi perencanaan wilayah Provinsi Sumatra Selatan
mempertimbangkan definisi, kedudukan, dan fungsi perencanaan wilayah
dalam konteks arena dan agenda perencanaan?
2. Bagaimana perkembangan paradigma dan sintagma dalam perencanaan
wilayah secara kronologis, dan bagaimana perbedaan serta penerapan
sintagma dalam konteks perencanaan wilayah di Provinsi Sumatra Selatan
pada bagian tahapan dan siklus perencanaan?
3. Bagaimana metode analisis yang digunakan dalam perencanaan tata ruang
wilayah di Provinsi Sumatra Selatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menganalisis secara mendalam tantangan, potensi, dan solusi dalam
pengelolaan tata kota Sumatra Selatan, serta mempertimbangkan peran
partisipasi masyarakat dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
2. Menyajikan konsep-konsep dasar perencanaan wilayah dan pengembangan
tata kota, serta mengaitkannya dengan konteks Sumatra Selatan untuk
memberikan panduan dan rekomendasi kepada pembuat kebijakan,
perencana, dan pemangku kepentingan lainnya dalam meningkatkan
pembangunan yang berkelanjutan dan kualitas hidup masyarakat.
3. Mendorong kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan dan
penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam perencanaan
wilayah di Provinsi Sumatra Selatan, sehingga memberikan informasi
yang relevan dan berguna bagi pembaca yang tertarik dalam
pengembangan tata kota dan perencanaan wilayah di wilayah tersebut.

4
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Arena Agenda Perencanaan Rencana Tata Ruang Wilayah


Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016
Agenda Perencanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
Selatan adalah sebuah dokumen strategis yang memetakan arah pengembangan
wilayah Provinsi Sumatera Selatan dalam jangka panjang. Dokumen ini
menggambarkan visi masa depan wilayah tersebut, serta menetapkan tujuan-
tujuan strategis yang ingin dicapai dalam pengembangan tata ruang. Melalui
analisis mendalam terhadap kondisi saat ini, termasuk aspek ekonomi, sosial,
lingkungan, dan infrastruktur, agenda ini mengidentifikasi tantangan dan peluang
yang dihadapi dalam pembangunan wilayah.
Merujuk pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016,
dokumen strategis yang digunakan adalah peraturan daerah ini digunakan sebagai
pedoman dalam perencanaan tata ruang wilayah provinsi Sumatera selatan.
Berdasarkan Perda ini, terdapat strategi penataan ruang yang digunakan dalam
perencanaan tata ruang wilayah diantaranya:
1. Strategi untuk menciptakan keterpaduan sistem perkotaan meliputi:
a. Memantapkan dan meningkatkan fungsi pusat-pusat kegiatan PKN dan
PKW;
b. Mengembangkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan sentrasentra produksi;
c. Mendorong pengembangan kawasan perkotaan di wilayah perbatasan;
d. Membina keterkaitan antar pusat kegiatan dan wilayah hinterland-nya;
e. Meningkatkan peran PKW terutama PKW yang jauh dari Kota Palembang
(seperti Lubuk Linggau, Lahat dan Baturaja) sebagai penghubung
pergerakan dari PKL ke PKN terdekat sehingga kota-kota tersebut dapat
berperan lebih besar dalam pelayanan skala wilayah secara seimbang;
f. Pengembangan prasarana dan permukiman yang memperhatikan tata air
secara berkelanjutan yang dapat memfasilitasi kegiatan ekonomi di wilayah
sekitarnya;
g. Meningkatkan peran PKL sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan h.
menguatkan sistem kota dengan meningkatkan fungsi dan hirarki kota serta
aksesibilitas kota yang berada pada kawasan perbatasan atau pinggiran.
2. Strategi untuk mengembangkan infrastruktur utama wilayah
meliputi:

5
a. Mengembangkan jaringan jalan secara hirarki yang menghubungkan antar
pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan antara pusat kegiatan dengan
masingmasing wilayah pelayanan;
b. Mengembangkan sistem transportasi multimoda secara terintegrasi,
pengembangan jalan bebas hambatan, jalan kereta api dan terminal peti
kemas, transportasi laut, transportasi sungai/danau dan transportasi udara;
c. Mengembangkan rute-rute pelayanan moda transportasi publik menjangkau
seluruh wilayah sesuai dengan intensitas aktivitas;
d. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas layanan terminal umum,
terminal khusus, bandara, pelabuhan dan pelabuhan penyeberangan sebagai
simpul transportasi serta pelabuhan pendaratan perikanan;
e. Mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana
wilayah untuk mendukung pergerakan di sepanjang koridor kawasan
perkotaan lintas sumatera bagian timur maupun bagian tengah;
f. Mengembangkan sistem angkutan umum massal di kawasan perkotaan
palembang dan kawasan perkotaan pkw untuk mengurangi masalah
transportasi perkotaan;
g. Mengembangkan pelabuhan utama tanjung api-api untuk memantapkan
peran provinsi dalam skala regional dan internasional; dan h. Memantapkan
bandara internasional sultan mahmud badaruddin ii palembang sebagai
bandara pengumpul primer.
3. Strategi untuk mengembangkan infrastruktur wilayah meliputi:
a. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas
pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan;
b. Mengembangkan dan meningkatkan sistem jaringan energi untuk
memanfaatkan energi baru berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Uap (PLTGU), energi terbarukan berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik yang dapat memantapkan fungsi PKW dan PKL serta Provinsi
sebagai lumbung energi;
c. Mengembangkan interkoneksi jaringan transmisi tenaga listrik di Provinsi,
interkoneksi dengan seluruh Sumatera dan Pulau Jawa;
d. Peningkatan ketersediaan dan kualitas prasarana sumber daya air berbasis
DAS untuk menunjang kegiatan perkotaan dan pertanian serta kebijakan
lumbung pangan nasional;
e. Pengembangan Sistem Tempat Pengolahan Sampah Akhir (TPA) regional
sesuai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan
perkotaan dan ekonomi;

6
f. Pengembangan sistem telekomunikasi yang merata terutama untuk
menunjang kegiatan ekonomi yang dikembangkan di PKW dan PKL;
g. Peningkatan pelayanan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan budaya
terutama di PKL untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk, serta
mengurangi mobilitas dan migrasi ke pusat-pusat kegiatan di PKW dan
PKN;
h. Pengembangan sistem drainase perkotaan yang terintegrasi; dan
i. Pengembangan sistem pengolahan air limbah domestik, setempat dan
terpusat.
4. Strategi mendorong terlaksananya peran KSP dalam mewujudkan
pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk meliputi:
a. Penentuan fungsi setiap KSP agar terjadi sinergitas pembangunan;
b. Penentuan arah pengembangan wilayah sesuai potensi dan kendala di setiap
KSP;
c. Pencapaian fungsi PKW dan PKL di seluruh wilayah; dan
d. Peningkatan ketersediaan dan kualitas prasarana untuk mendukung
mobilitas dan pemenuhan kebutuhan dasar di dalam KSP.
Untuk melaksanakan langkah strategi tersebut, dibutuhkan persiapan
infrastruktur, sumber daya manusia, dan anggaran. Dalam persiapan infrastruktur,
perlu dilakukan identifikasi kebutuhan infrastruktur yang meliputi jaringan jalan,
transportasi publik, energi, air, dan telekomunikasi sesuai dengan strategi yang
telah ditetapkan dalam perencanaan RTRW Provinsi Sumatera Selatan. Langkah-
langkah konkret seperti pembangunan jalan hirarkis, pengembangan sistem
transportasi multimoda, penyediaan energi baru terbarukan, dan peningkatan
layanan air serta telekomunikasi akan menjadi fokus utama. Anggaran untuk
infrastruktur dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk dana pemerintah pusat,
dana otonomi daerah, investasi swasta, dan kerja sama antarlembaga baik dalam
maupun luar negeri. Dalam pengelolaan anggaran tersebut, perlu dilakukan
perencanaan keuangan yang cermat dan transparan untuk memastikan alokasi
dana yang efisien dan tepat sasaran sesuai dengan prioritas pembangunan
infrastruktur yang telah ditetapkan.
Sumber daya manusia yang berkualitas dan terampil juga menjadi bagian
penting dalam persiapan perencanaan RTRW Provinsi Sumatera Selatan.
Diperlukan tenaga ahli dalam bidang teknik sipil, transportasi, energi, lingkungan,
serta perencanaan dan pengembangan wilayah untuk merancang dan
melaksanakan proyek-proyek infrastruktur dengan baik. Pelatihan dan pendidikan
yang terus-menerus juga penting untuk meningkatkan kompetensi dan
keterampilan para tenaga kerja dalam menghadapi tantangan dan teknologi baru
dalam pembangunan infrastruktur. Sumber daya manusia yang berkualitas akan
menjadi aset berharga dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan
dan merata di Provinsi Sumatera Selatan sesuai dengan tujuan dan visi

7
Pembangunan Sumatera Selatan berdasarkan Perda No. 16 Sumatera Selatan
Tahun 2016.
2.2. Siklus dan Tahapan Perencanaan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016
Siklus dan tahapan perencanaan tata ruang wilayah merupakan proses
sistematis yang digunakan untuk merencanakan pengembangan dan pengelolaan
suatu wilayah. Dalam perencanaan suatu tata ruang wilayah terdapat beberapa
tahapan yang nantinya akan alur dari tahapan ini akan saling berkesinambungan
dan tidak dapat dipisahkan antar satu dengan yang lainnya. Dalam perancangan
RTRW pada Provinsi Sumatera Selatan, tahapan tersebut dijabarkan sebagai
berikut:
1. Identifikasi Permasalahan
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi dari masalah untuk mendapatkan
perencanaan dan desain yang sesuai. Berikut merupakan hasil dari identifikasi
permasalahan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No. 11
Tahun 2016:
a. Pertumbuhan Populasi yang Tidak Seimbang
Provinsi Sumatera Selatan mengalami pertumbuhan populasi yang tidak
seimbang antara perkotaan dan pedesaan. Fenomena urbanisasi
menyebabkan beban pada infrastruktur dan layanan perkotaan, sementara
di pedesaan mungkin terjadi depopulasi dan keterbatasan akses terhadap
fasilitas dasar.
b. Konflik Penggunaan Lahan
Terdapat konflik antara penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan,
seperti pertanian, perkebunan, industri, dan konservasi lingkungan.
Perencanaan tata ruang harus memperhitungkan keseimbangan antara
kebutuhan produksi pangan, keberlanjutan lingkungan, dan pembangunan
ekonomi.
c. Ancaman Bencana Alam
Provinsi Sumatera Selatan rentan terhadap bencana alam seperti banjir,
tanah longsor, dan kebakaran hutan. Perencanaan wilayah perlu
memperhitungkan mitigasi risiko bencana dan pengelolaan lingkungan
yang berkelanjutan.
d. Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah
Terdapat ketimpangan pembangunan antarwilayah, dimana beberapa
wilayah mungkin lebih maju secara ekonomi dan infrastruktur daripada
yang lain. Hal ini menuntut adanya kebijakan yang berkeadilan untuk
meningkatkan kesejahteraan semua penduduk Sumatera Selatan.
2. Pengumpulan data dan analisis

8
Tahapan ini tahapan penting dalam proses perencanaan wilayah yang
bertujuan untuk memahami kondisi wilayah secara komprehensif. Pada tahap ini,
berbagai jenis data yang relevan dikumpulkan untuk memperoleh pemahaman
yang mendalam tentang berbagai aspek wilayah yang akan direncanakan.
Berdasarkan RTRW Sumatera Selatan, data yang dikumpulkan diantaranya
sebagai berikut
a. Demografi
Data demografi merupakan data yang digunakan untuk memahami komposisi
populasi di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Selatan melalui informasi
jumlah penduduk, distribusi geografis, tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi
penduduk
b. Ekonomi
Data ekonomi membantu untuk mengidentifikasi potensi ekonomi yang
berkelanjutan. Data ekonomi terdiri dari pendapatan per kapita, investasi,
jumlah lapangan kerja, jumlah ekonomi yang dominan, dan Produk Domestik
Regional Bruto di Provinsi Sumatera Selatan.
c. Lingkungan
Data lingkungan mencakup informasi tentang kualitas udara, air, tanah,
keanekaragaman hayati, serta kerentanan terhadap bencana alam dan
perubahan iklim. Pengumpulan dan analisis data lingkungan membantu untuk
memahami status lingkungan wilayah, mengevaluasi dampak kegiatan manusia
terhadap lingkungan, serta merumuskan strategi untuk pelestarian lingkungan
dan mitigasi risiko bencana.
d. Sosial-Budaya
Data sosial-budaya mencakup aspek seperti struktur sosial, keberagaman
budaya, tingkat pendidikan, kesehatan masyarakat, akses terhadap layanan
sosial, serta nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Analisis data
sosial-budaya membantu untuk memahami kebutuhan, aspirasi, dan
karakteristik sosial-budaya masyarakat setempat.
Data-data diatas kemudian akan diolah dalam bentuk narasi baik peta
maupun laporan yang dapat digunakan dalam penyusunan perencanaan desan dan
strategi rencana tata ruang wilayah
3. Perencanaan Strategi Rencana Tata Ruang Wilayah dan Desain
Tahapan ini dilakukan setelah melakukan analisis data dari pengumpulan
data yang telah dilakukan. Tahapan ini bertujuan untuk menetapkan rancangan
strategi dengan skala jangka panjang. Hal ini didasarkan pada pemahaman yang
mendalam tentang kondisi wilayah yang telah dianalisis sebelumnya. Setelah
tujuan ditetapkan, dilakukan perumusan rencana yang konkret untuk
pengembangan wilayah, termasuk penataan ruang, infrastruktur, dan kebijakan-
kebijakan yang dibutuhkan. Rencana ini mencakup berbagai aspek seperti zonasi
penggunaan lahan, pengembangan transportasi, peningkatan akses terhadap

9
layanan publik, pelestarian lingkungan, serta pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan. Dalam proses perencanaan dan desain ini, partisipasi masyarakat
dan pemangku kepentingan sangat penting untuk memastikan bahwa rencana yang
disusun mencerminkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat, serta
memperhitungkan berbagai perspektif dan kepentingan yang ada dalam wilayah
tersebut.
Pada hasil analisis yang didapatkan pada RTRW Sumatera Selatan, strategi
perencanaan pada provinsi tersebut meliputi:
a. Pengembangan Ekonomi:
 Memperkuat sektor-sektor ekonomi unggulan seperti pertanian,
perindustrian, dan pariwisata.
 Meningkatkan konektivitas antar wilayah melalui pembangunan
infrastruktur transportasi.
 Mengembangkan kawasan ekonomi khusus dan sentra industri.
 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
b. Pengelolaan Sumber Daya Alam:
 Melindungi dan mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.
 Melestarikan kawasan hutan dan lingkungan hidup.
 Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
c. Peningkatan Kualitas Hidup:
 Meningkatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan air bersih.
 Meningkatkan kualitas permukiman dan infrastruktur dasar.
 Membangun ruang publik yang nyaman dan aman.
d. Mitigasi Bencana Alam:
 Menyusun rencana penanggulangan bencana alam.
 Membangun infrastruktur penanggulangan bencana alam.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana alam.
e. Tata Ruang:
 Menata ruang wilayah secara terencana dan berkelanjutan.
 Menetapkan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
 Mengatur pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
f. Penguatan Kelembagaan:
 Memperkuat koordinasi antar sektor dan pemangku kepentingan.
 Meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam perencanaan dan penataan
ruang.
 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.
g. Pendanaan:
 Mencari sumber pendanaan yang inovatif untuk pembangunan dan penataan
ruang.
 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana.
4. Implementasi

10
Implementasi RTRW Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Perda No. 11
Tahun 2016 meliputi beberapa poin penting, antara lain:
a. Alokasi Sumber Daya:
 Mengalokasikan sumber daya keuangan, manusia, dan alam secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan RTRW.
 Menentukan prioritas pembangunan berdasarkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
 Meningkatkan kerjasama antar sektor dan pemangku kepentingan dalam
pendanaan pembangunan.
b. Pembangunan Infrastruktur:
 Membangun infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, irigasi, dan sanitasi.
 Mengembangkan infrastruktur telekomunikasi dan teknologi informasi.
 Membangun infrastruktur penanggulangan bencana alam.
c. Pelaksanaan Kebijakan:
 Menyusun peraturan daerah dan peraturan lainnya yang mendukung
implementasi RTRW.
 Melakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran
RTRW.
 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan
monitoring pembangunan.
d. Pemantauan dan Evaluasi:
 Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan
RTRW.
 Melakukan penyesuaian RTRW apabila terjadi perubahan kondisi sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
 Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan RTRW.
e. Penguatan Kelembagaan:
 Memperkuat koordinasi antar sektor dan pemangku kepentingan.
 Meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam implementasi RTRW.
 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.

5. Evaluasi dan Pemantauan


Evaluasi dan pemantauan merupakan tahapan terakhir dari tahapan
perencanaan RTRW. Hasil dari evaluasi dan pemantauan terhadap RTRW akan
kembali lagi pada identifikasi permasalahan yang berasal dari evaluasi dan
pemantauan implementasi dari RTRW. Tujuan evaluasi dan pemtanauan adalah
untuk menilai tingkat pencapaian tujuan dan sasaran RTRW, mengidentifikasi
permasalahan dan hambatan dalam implementasi RTRW, serta membuat
rekomendasi dan perbaikan yang berasal dari identifikasi permasalahan saat
mengevaluasi RTRW.
Pemantauan RTRW dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti mengkaji
dokumen RTRW, peraturan terikat, dan laporan pelaksanaan Pembangunan atau

11
yang disebut dengan analisis dokumen. Pemantauan lapangan dengan melihat
mengawasi langsung kondisi di lapangan apakah sesuai dengan konsep RTRW.
Survei dan wawancara untuk mengumpulkan data dan informasi dari masyarakat,
pemangku kepentingan, dan pakar.
Hasil Evaluasi dan Pemantauan yang penlusi dapatkan pada Peraturan
Daerah Provinsi Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016 didapatkan rekomendasi
yang terdiri dari:
 Memperkuat koordinasi antar sektor dan pemangku kepentingan.
 Meningkatkan penegakan hukum terhadap pelanggaran RTRW.
 Memperkuat kapasitas kelembagaan.
 Melakukan revisi RTRW apabila diperlukan.

2.3. Metode dan Teknik Analisis yang Digunakan pada Rencana


Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016
Proses pembuatan RTW dilaksanakan dengan melihat pandangan
masyarakat dan stakeholders dalam memperoleh data atau biasa disebut dengan
pendekatan partisipatif.. Untuk mengaplikasikan metoda partisipatif tersebut,
proses perencanaan ini memerlukan berbagai teknik/metoda partisipatif. Diantara
teknik-teknik yang dapat digunakan dan relevan adalah teknik wawancara
(interview), teknik diskusi (FGD), teknik konsultasi publik, studi literatur,
kuesioner (angket), studi lapangan, studi dokumentasi dan
survei/observasi/pengamatan langsung. Lazimnya metode ini digunakan dalam
mengambil sampel data dan menganalisis data untuk mendapatkan kebijakan
strategis yang sesuai dengan kondisi per wilayah.
1. Teknik Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan
data dan informasi dari masyarakat atau para stakeholders lainnya. Kegiatan ini
dipilih untuk dilakukan dengan dua alasan. Pertama, dengan wawancara, peneliti
dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti,
tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa
yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas
waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga masa
mendatang.
Wawancara pada dasarnya merupakan langkah pencarian atau
pengumpulan data dengan melakukan tanya-jawab secara langsung pada
obyek/responden, yang dilaksanakan secara sistematis dan berlandaskan pada
tujuan penelitian. Dalam pelaksanaanya teknik wawancara dapat dibagi dalam dua
jenis yaitu wawancara yang terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang menggunakan instrumen
wawancara, yang biasanya berupa pedoman wawancara (interview guidance),
sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan secara

12
spontan, bebas yang dikembangkan dari proses tanya jawab di lapangan. Secara
ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Wawancara Semi Terstruktur
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur. Artinya
peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa,
tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Tentu saja peneliti menyimpan cadangan masalah yang perlu
ditanyakan kepada informan/masyarakat. Cadangan masalah tersebut adalah
kapan menanyakannya, bagaimana urutannya, akan seperti apa rumusan
pertanyaannya dan sebagainya yang biasanya muncul secara spontan sesuai
dengan perkembangan situasi wawancara itu sendiri. Dengan teknik ini peneliti
mengharapkan wawancara berlangsung luwes; arahnya bisa lebih terbuka,
percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak, sehingga diperoleh
informasi yang lebih kaya.
1. Wawancara Terstruktur dan Mendalam (In-depth Interview)
Metoda ini merupakan cara untuk menggali data dan informasi dari responden
(stakeholders) dengan menggunakan metoda wawancara mendalam dan terarah
dengan mengacu pada guide interview dan memiliki indikator kunci
keberhasilan. Wawancara secara mendalam pada responden dengan pertanyaan
yang terstruktur maupun non struktur (pengembangan dengan mengajukan
pertanyaan berdasarkan jawaban responden).
Studi Literatur/Pengumpulan Data Sekunder
Studi literatur atau pengumpulan data sekunder adalah metoda
pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data sekunder dari berbagai
instansi atau dari laporan beberapa instansi terkait. Misalnya data dari
kantor/instansi/dinas/badan yang ada dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan, instansi vertikal lainnya, dan sebagainya. Data-data sekunder yang akan
dikumpulkan pada tahap ini antara lain:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan.
b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera
Selatan
c. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJPMD) .
d. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).
e. Data pendukung Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah Provinsi Sumatera
Selatan.
f. Dokumen perencanaan lainnya yang berkaitan dengan wilayah perencanaan.
Studi Lapangan/Pengumpulan Data Primer

13
Selain mengumpulkan data-data sekunder juga dilakukan pengumpulan
data primer. Pengumpulan data primer pada dasarnya juga dapat dilakukan dengan
menggunakan metoda-metoda seperti di atas (wawancara dan diskusi/FGD).
Namun untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan kondisi faktual lapangan
maka dilakukan metoda observasi lapangan yaitu melakukan peninjauan langsung
ke lokasi wilayah studi/lapangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat
observasi lapangan adalah:
a. Potensi Fisik Tata Ruang wilayah perencanaan;
b. Masalah pembangunan dan perwujudan ruang kawasan;
c. Kondisi kependudukan;
d. Kondisi sosial budaya, ekonomi dan keuangan;
e. Kondisi topografi, kemiringan, daerah genangan dan daya dukung
pengembangan fisik kawasan;
f. Penggunaan lahan eksisting;
g. Pemanfaatan ruang dan kecenderungan perubahan lahan;
h. Penyebaran fasilitas umum dan sosial;
i. Jaringan pergerakan (aksessibilitas/transportasi/sirkulasi);
j. Jaringan utilitas;
k. Kondisi perumahan dan permukiman;
l. Kondisi bangunan (bangunan tunggal, rendeng, kopel, tidak bertingkat,
bertingkat dan lain sebagainya).

14
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis melalui studi literatur pada Perda Sumatera
Selatan No. 11 Tahun 2016 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2016-2036 didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Arena agenda rencana merupakan komponen komponen yang perlu
dipersiapkan dalam suatu perencanaan. Arena agenda pada RTRW Sumatera
Selatan berdasarkan Perda Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016 meliputi dana
APBD Provinsi Sumatera Selatan, dana investor, infrastruktur pendukung
rencana strategis, dan pengembangan pada sumber daya manusia.
2. Siklus dan Tahapan merupakan suatu hal yang berbeda, akan tetapi tahapan
merupakan bagian dari siklus, sehingga dari hasil analisa diatas tahapan siklus
diantaranya identifikasi masalah, pengambilan data dan analisis data,
perencanaan dan desain rancangan strategis, implementasi, dan evaluasi serta
pemantauan. Hasil evaluasi akan berputar kembali pada identifikasi
permasalahan.
3. Metode analisis yang digunakan dalam Perda Sumatera Selatan No. 11 Tahun
2016 meliputi metode kualitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang
digunakan untuk membuat perencanaan RTRW Provinsi Sumatera Selatan.
3.2. Saran
Diperlukan pengembangan lebih lanjut tentang analisis yang telah
dilakukan, karena studi ini dilakukan dengan menggunakan studi literatur, maka
ada baiknya untuk penelit berikutnya dapat melakukan wawancara atau membuat
hak angkat secara langsung kepada pembuat RTRW Provinsi Sumatera Selatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Donargo, S. (2022). Strategi Pengembangan Objek Wisata Rumah Adat Pakpak Di


Kabupaten Dairi. TEHBMJ (Tourism Economics Hospitality and Business
Management Journal), 2(2), 142-154.
Lubis, M. S., Matondang, S. A., Ridwan, M., & No, A. I. P. I. I. (2021).
Perencanaan Wilayah Untuk Mendukung Konsep Berkesinambungan"
Sustainability Development. Media Sains Indonesia.
Modanggu, I., Kuuna, W., Pambudi, M. R., & Eraku, S. S. (2023). Peran
Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan Wilayah: Studi Kasus di
Desa Butu Kecamatan Tilongkabila. Journal of Geographical Sciences and
Education, 1(2), 79-84.

16

Anda mungkin juga menyukai