LAPORAN AKHIR
Oleh :
Pembimbing :
Prof. Dr. Hajjul Kamil, S. Kp., M. Kep
NIP. 19680307199002 1 001
LAPORAN PENDAHULUAN
Tumor otak dalam pengeritan umum berarti benjolan, dalam istilah radiologisnya
disebut lesi desak ruang / Space Occupying Lesion (SOL) (Radinal & Neilan, 2014).
Sebaliknya, SOL adalah suatu kelompok besar yang menggambarkan adanya lesi pada
ruang intrakranial. Lesi intrakranial dapat berupa adanya pendarahan, abses ataupun
tumor pada intrakranial. Tumor otak merupakan pertumbuhan yang abnormal dari sel-
sel jaringan otak baik yang berasal dari otak ataupun meningen, baik bersifat jinak atau
ganas yang menyebabkan proses desak ruang. Pendesakan juga dapat diakibatkan adanya
edema di sekitar tumor yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial (Kapakisan dkk,
2022).
Tumor otak dibedakan menjadi tumor primer dan tumor sekunder atau metastasis.
Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput myelin.
Tumor sekunder adalah suatu metastasis yang tumor primernya berada diluar susunan
saraf pusat, bisa berasal dari paru-paru, mammae, prostat, ginjal, tiroid atau digestivus.
Tumor yang ganas dapat masuk ke ruang tengkorak secara perkontinuitatum, yaitu
dengan melalui foramina basis kranii (Radinal & Neilan, 2014).
B. Etiologi
1. Riwayat trauma
2. Faktor genetik
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
4. Virus tertentu
5. Defisiensi imunologi
6. Kongenital (Aman dkk, 2017)
3
C. Manifestasi Klinis
Gejala terjadinya sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena, seperti :
1. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah
laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur
dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa kasar.
3. Tumor korteks
Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian dimana kejang
terletak pada satu sisi.
Namun, tanda dan gejala awal secara umum yag sering terjadi yaitu :
1. Nyeri kepala
2. Nausea atau muntah akibat ransangan pada medula oblongata
3. Papila udema
4. Kejang
5. Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus
6. Tinitus dan vertigo, akibat gangguan fungsi saraf cranial ke VIII /vestibulochorlearis
/ oktavus)
7. Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan saraf
cranial ke V/trigemirus)
4
D. Patofisiologi
5
E. Komplikasi
1. Gangguan fungsi neurologis
2. Gangguan kognitif
3. Gangguan tidur dan mood
4. Disfungsi seksual (Aman dkk, 2017)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas
tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi
tentangsistem vaskuler.
2. MRI : Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak
dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan
CT Scan.
3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberi dasar pengobatan serta informasi prognosis.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi suportif
Terapi suportif berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan fungsi
neuroligik pasien. Terapi utama yang digunakan adalah antikonvulsan dan
kortikosteroid
a. Antikonvulsan
Antikonvulsan diberikan kepada pasien yang menunjukkan tanda-tanda seizure.
Phenytoin (300-400 mg/d) adalah yang paling umum digunakan.
6
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid mengurangi udem dan mengurangi tekanan intrakranial. Efeknya
dapat mengurangi sakit kepala dengan cepat. Dexamethasone adalah
kortikosteroid yng umum digunakan karena aktifitas mineralkortikoid yang
minimal.
c. Manitol
Digunakan untuk mengurangi peningkatan TIK.
2. Terapi definitive
a. Pembedahan
Bertujuan mengurangi efek massa dan edema, melindungi dan memperbaikifungsi
neurologis, mengurangi kejadian kejang, menjaga aliran cairan serebrospinal dan
memperbaiki diagnosis. Dasar terapi pembedahan yaitu :
1) Sifat dan stadium tumor primer, bila harapan hidupnya selama tiga sampai
enam minggu, terapi pembedahan terhadap tumor intrakranial tidak
dianjurkan.
2) Jumlah fokus tumor, dilakukan pada kasus tumor metastasis tunggal, tumor
dapat diangkat melalui kraniotomi tunggal.
b. Terapi radiasi
Terapi radiasi mengantarkan radiasi yang mengionisasi sel-sel tumor. Ionisasi ini
merusak DNA sel tumor dan menghentikan proses pembelahan sel tumor yang
pada akhirnya mematikan sel tumor.
c. Kemoterapi
Prosedur pengobatan atau terapi dengan memberikan obat-obatan untuk
menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel kanker.
(Radinal & Neilan, 2014)
7
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial (D.0066)
b. Nyeri Akut (D.0077)
c. Defisit Nutrisi (D.0019)
8
aktivitas meningkat 6.
Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respons nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
terhadap kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang telah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
10. Berikan teknik
nonfarmakologis
11. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Anjurkan berolahraga rutin
14. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
19. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
3.Gangguan mobilitas Tujuan : Dukungan Mobilisasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
fisik b.d Gangguan
keperawatan diharapkan keluhan fisik lainnya
neuromuskular gangguan mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik
teratasi. melakukan pergerakan
3. Monitor tekanan darah
Kriteria hasil : sebelum memulai mobilisasi
1. Pergerakan ekstremitas 4. Monitor kondisi umum selama
meningkat melakukan mobilisasi
2. Kekuatan otot meningkat 5. Fasilitasi melakukan
3. Rentang gerak (ROM) pergerakan
meningkat 6. Libatkan keluarga untuk
4. Kaku sendi menurun membantu pasien dalam
5. Kelemahan fisik meningkatkan pergerakan
menurun 7. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
8. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
9. Ajarkan mobilisasi sederhana
10
DAFTAR PUSTAKA
Aman, R., Soenarya, M., Andriani, R., dkk. (2017). Tumor Otak. Jakarta : Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran.
Kapakisan, I., Kesanda, I., Adnyana, P. (2022). Space Occupying Lesion (SOL) Cerebri.
Bali : Ganesha Medicina Journal, 2(1).
Radinal YSP., Neilan, A. (2014). Primary Brain Tumor With Hemiparese Dextra and Parese
Nerve II, III, IV, VI. Lampung : Medula, 2(3).
Simamora, S., Zanariah, Z. (2017). Space Occupying Lesion. Lampung : Medula Unila
Journal, 7(1), 68-73.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : DPP PPNI.
11