Anda di halaman 1dari 5

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

No. 2301492 / HR/MMS/XII/2022

Pada hari ini Senin tanggal 27 bulan Desember tahun 2022, telah dibuat dan disepakati suatu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
oleh dan antara :

1. KOPERASI MITRA MULTI SEJAHTERA (KMMS) beralamat di Jl.Cideng Barat No. 81, Cideng, Gambir, Jakarta Pusat yang dalam
hal ini diwakili oleh Mahir Abi Tholib dalam jabatannya selaku Manager Koperasi selanjutnya disebut “PIHAK PERTAMA”.

2. Nama : Sri Widodo


NO KTP : 8104012609800001
Email / HP : widodonamlea80@gmail.com / 081343492111
Dalam hal ini bertindak atas nama dirinya sendiri selanjutnya disebut “PIHAK KEDUA”.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA masing-masing disebut sebagai “Pihak” dan secara bersama-sama disebut sebagai “Para Pihak”.
Para Pihak dengan ini menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah suatu badan usaha berbentuk koperasi .
2. Bahwa PIHAK KEDUA adalah orang yang mempunyai keahlian dan/atau keterampilan yang membutuhkan suatu pekerjaan.
3. Bahwa PIHAK PERTAMA berkeinginan untuk menggunakan keterampilan dan/atau keahlian PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA
menyetujui keinginan PIHAK PERTAMA dimaksud.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan, menandatangani dan mengikatkan diri dalam
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dengan itikad baik dan saling menghormati dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

PASAL 1
MAKSUD DAN PENEMPATAN
PIHAK PERTAMA dengan ini sepakat untuk mempekerjakan PIHAK KEDUA sebagai Pekerja tidak tetap dan PIHAK KEDUA sepakat
untuk bekerja pada PIHAK PERTAMA sebagai Pekerja tidak tetap dalam suatu hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu (PKWT).
1. PIHAK KEDUA sepakat untuk menerima hak dan kewajiban seperti yang tercantum dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT).
2. PIHAK KEDUA menyatakan bersedia dan menerima ditempatkan di PT. Bach Multi Global (BMG) dan Pihak Ketiga, atau
dimanapun sesuai posisi dan pekerjaan yang ditentukan sebagai tenaga operasional project Managed Services ( MS).
3. PIHAK KEDUA melakukan hubungan kerja dengan PIHAK PERTAMA sebagai pekerja waktu tertentu ( PKWT ) pada PIHAK
PERTAMA untuk dipekerjakan dan ditempatkan pada PIHAK KETIGA dan selanjutnya disebut sebagai “Tenaga Mitra Kerja KMMS”
(TMK KMMS)

PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA wajib melaksanakan dan/atau menyelesaikan Pekerjaan dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai dengan yang
diberikan PIHAK PERTAMA/ PIHAK KETIGA namun tidak terbatas dalam melakukan serah terima pekerjaan atau tidak meminta,
menerima atau mensyaratkan uang atau barang yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan.
2. PIHAK KEDUA memahami dan menyadari sepenuhnya akan lingkup pekerjaan serta tanggung jawab yang diberikan oleh PIHAK
PERTAMA/ PIHAK KETIGA menuntut/menyebabkan kondisi untuk selalu siap bertugas sesuai kebutuhan pekerjaan atau proyek
dan atau sesuai pengaturan atasan masing-masing.
3. PIHAK KEDUA wajib memahami dan mentaati segala bentuk peraturan dan prosedur kerja yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA/
PIHAK KETIGA dalam hal pelaksanaan Pekerjaan.
4. PIHAK KEDUA bersedia untuk menyerahkan segala bentuk Dokumen baik Asli ataupun Salinan yang dipersyaratkan oleh PIHAK
PERTAMA/ PIHAK KETIGA sebagai persyaratan selama berstatus atau menjadi bagian dari Tenaga Mitra Kerja KMMS.
5. Peraturan, Prosedur kerja dan segala bentuk dokumen yang wajib diserahkan termasuk namun tidak tidak terbatas pada Standar
Operasional Prosedur ( SOP ), Key Performance Indicator ( KPI ) beserta ketentuan penalty sementara akan diinformasikan oleh
PIHAK PERTAMA/ PIHAK KETIGA kepada PIHAK KEDUA secara terperinci dan menjadi bagian lampiran dari isi perjanjian ini.
6. PIHAK KEDUA wajib menjaga dan memelihara secara baik semua alat bantu dan peralatan penunjang yang disediakan ataupun
diserahkan kepadanya sebagai alat kerja dalam proses pelaksanaan pekerjaan yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA/ PIHAK
KETIGA.
7. PIHAK KEDUA wajib menyimpan dan menjaga kerahasiaan suatu data atau informasi milik PIHAK PERTAMA/ PIHAK KETIGA
serta tidak membuka maupun menyebarkan kepada pihak lainnya dengan cara apapun. Kerahasiaan ini tetap berlaku walaupun
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini telah berakhir.
8. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini tidak dimaksudkan untuk mempersiapkan PIHAK KEDUA menjadi Pekerja tetap
(PKWTT) PIHAK PERTAMA, dan PIHAK KEDUA tidak akan menuntut di kemudian hari untuk menjadi Pekerja tetap PIHAK
PERTAMA kecuali adanya kebijakan yang disetujui oleh management.
PASAL 3
JANGKA WAKTU BERLAKUNYA PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
Jangka waktu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 2023 sampai dengan 30 Juni 2023 Melalui
evaluasi yang dilakukan oleh PIHAK PERTAMA atas performansi dan prestasi kerja PIHAK KEDUA / PIHAK KETIGA, maka jangka waktu
sebagaimana dimaksud Pasal 3 dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada PIHAK PERTAMA dan kesepakatan
Para Pihak, dibuat secara tertulis dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini.

PASAL 4
PENGUPAHAN DAN FASILITAS
1. PIHAK KEDUA berhak :
• UPAH POKOK dan TUNJANGAN
• UPAH POKOK adalah upah rutin bulanan yang diterima oleh PIHAK KEDUA
• TUNJANGAN adalah tambahan upah yang bersifat tetap dan berhak diterima oleh PIHAK KEDUA untuk keperluan sewa
kendaraan (transport) dan pembelian kuota/pulsa (komunikasi)
2. PIHAK KEDUA akan diikutsertakan dalam program BPJS sesuai dengan ketentuan yang berlaku selama menjadi TMK KMMS sebagai
berikut :
• BPJS Kesehatan dan BPJS-Ketenagakerjaan (TK-PU) dengan program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)
• Program BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan diproses setelah dokumen PIHAK KEDUA diterima lengkap dan dinyatakan
valid sesuai aturan pihak BPJS
3. PIHAK KEDUA berhak menerima Tunjangan Hari Raya (THR) sesuai dengan ketentuan dari PIHAK PERTAMA yaitu disesuaikan
dengan masa kerja ditempat PIHAK PERTAMA (pro-rata).
4. PIHAK KEDUA tidak akan menuntut pengupahaan selain yang disebutkan dalam Offering Letter (OL).

PASAL 5
PENGAKHIRAN HUBUNGAN KERJA
Pengakhiran hubungan kerja dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini dapat dilakukan oleh Para Pihak dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Hubungan kerja berakhir demi hukum dengan berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3 Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) ini.
2. PIHAK PERTAMA dapat memutuskan hubungan kerja secara sepihak apabila PIHAK KEDUA tidak dapat melakukan tugas dan
tanggung jawabnya dalam melaksanakan pekerjaan, melakukan kesalahan dan kelalaian, tidak dapat memenuhi pencapaian target
produktifitas dan Kualitas serta telah diberikan peringatan tertulis oleh PIHAK PERTAMA berdasarkan permintaan tertulis dari atasan
PIHAK PERTAMA dengan jangka waktu surat peringatan atas perbaikan kinerja adalah 5 hari kerja.
3. PIHAK KEDUA dianggap mengundurkan diri apabila tidak masuk selama 5 (lima) hari secara berturut-turut tanpa alasan dan
pemberitahuan, dan telah dipanggil untuk proses klarifikasi secara patut oleh PIHAK PERTAMA.
4. PIHAK PERTAMA dapat melakukan pemutusan hubungan kerja apabila PIHAK KEDUA memberikan keterangan palsu pada waktu
mengajukan lamaran atau interview atau pada waktu diterima kerja dan dalam hubungan kerja.
5. PIHAK PERTAMA dapat melakukan pemutusan hubungan kerja apabila PIHAK KEDUA melakukan penyalahgunaan wewenang,
jabatan atau fasilitas untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok atau pihak lain. Atau bekerja untuk pihak lain selama
jam kerja.
6. Apabila PIHAK KEDUA menyatakan tidak bersedia untuk tetap bekerja pada PIHAK PERTAMA sampai jangka waktu perjanjian
kerja yang telah disepakati sebagaimana diatur dalam pasal 3. Konsekuensi dari pelanggaran pasal ini PIHAK PERTAMA
menuntut PIHAK KEDUA untuk membayar ganti rugi sebesar akumulasi gaji dari sisa jangka waktu kontrak dan tidak menerbitkan
surat keterangan pernah bekerja (Paklaring).
7. Adanya keadaan Kahar/Force majeur yang menyebabkan aktivitas PIHAK PERTAMA tidak memungkinkan lagi untuk
mempekerjakan PIHAK KEDUA.
8. Hubungan berakhir apabila proyek pekerjaan dimana PIHAK KEDUA ditugaskan, diputuskan secara sepihak oleh mitra kerjasama
bisnis PIHAK PERTAMA. Oleh karena itu PIHAK PERTAMA dapat memutuskan hubungan kerja secara sepihak.
9. Bahwa pengakhiran hubungan kerja yang tidak termasuk sebagaimana dalam ayat 6 diatas, dapat dilakukan ketentuan Pasal 62
Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu diwajibkan membayar kerugian kepada pihak lainnya sebesar
upah Pekerja sampai dengan batas waktu berakhirnya perjanjian kerja.
10. Bahwa para pihak sepakat untuk mengesampingkan ketentuan pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu
pemutusan hubungan kerja tanpa harus adanya pengesahan dari pengadilan..
11. Apabila Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini berakhir maka PIHAK KEDUA wajib menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA
semua hal yang dipercayakan dan/atau dikuasakan selama PIHAK KEDUA bekerja.
12. Apabila PIHAK PERTAMA berkeinginan memutuskan PKWT sebelum jangka waktu berakhir atau tidak diperpanjang untuk periode
selanjutnya, maka permberitahuan tertulis mengenai hal tersebut sudah harus diterima PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 14 hari
kerja sebelum tanggal efektf.
PASAL 6
SANKSI
1. PIHAK PERTAMA akan memberikan sanksi kepada PIHAK KEDUA untuk tidak tercapainya target dan/atau hasil perkerjaan yang
terbukti diakibatkan oleh kelalaian/ kealpaan dari PIHAK KEDUA berupa pemotongan langsung upah pokok sesuai aturan berikut;
a. Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) untuk tiap site yang tidak dilakukan atau diselesaikan proses pekerjaan pemeliharaan
rutinnya (PM, Verticality, CAF, ECD, dll.) sesuai dengan target dan jangka waktu yang ditetapkan.
b. Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) untuk tiap TT yang tidak dapat diselesaikan proses perbaikannya sesuai dengan SLA/KPI
yang berlaku kecuali terdapat hal-hal pengecualian khusus yang sudah disepakati dengan PIHAK PERTAMA PIHAK KETIGA.
c. Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk tiap TT MBP yang tidak dapat diselesaikan proses backup system powernya sesuai
dengan perjanjian SLA yang ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA/ PIHAK KETIGA.
Mekanisme pemberian sanksi dapat dilakukan melalui mekansime pemotongan upah (salary deduction) secara langsung dari PIHAK
KEDUA.
2. Dalam hal PIHAK KEDUA terbukti atas kelalaian/ kealpaannya menyebabkan belum terselesaikan tugas dan tanggung jawabnya
sesuai target atau sampai batas waktu yang sudah ditentukan maka PIHAK PERTAMA berhak untuk menerbitkan surat peringatan
jika tidak ada perbaikan dalam jangka waktu 5 hari kerja maka PIHAK PERTAMA dapat memberikan sanksi berupa penundaan
pemberian seluruh atau sebagian hak dari PIHAK KEDUA sampai dengan penyelesaian tugas dan tanggung jawabnya tersebut.
3. Apabila PIHAK KEDUA melakukan tindakan kriminal, merusak, menghilangkan atau melakukan pencurian baik terhadap asset
PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA wajib bertanggungjawab, bersedia untuk dilakukan pemutusan hubungan kerja sampai
pada mengganti kerugian sebesar kerugian yang diderita PIHAK PERTAMA dimana PIHAK KEDUA ditempatkan dan akan diproses
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

PASAL 7
CUTI/IJIN
Cuti dan ijin meninggalkan pekerjaan diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku di PIHAK PERTAMA dan harus ada persetujuan
tertulis dari atasan atau petugas yang berwenang.

PASAL 8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan diantara PARA PIHAK, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut secara
musyawarah untuk mufakat.
2. Penyelesaian Perselisihan sebagaimana tersebut pada butir 8 diatas adalah menjadi tanggung jawab sepenuhnya PIHAK PERTAMA
dan PIHAK KEDUA tanpa melibatkan pihak lain.

PASAL 9
KEADAAN KAHAR / FORCE MAJEUR
Para Pihak tidak dapat diminta pertanggungjawabannya untuk keterlambatan atau kegagalan untuk memenuhi kewajibannya, yang
disebabkan oleh hal-hal yang terjadi pada dan di luar kekuasaan Pihak yang bersangkutan (” force majeure”) seperti:
a. Bencana alam, kebakaran, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor;
b. Wabah penyakit;
c. Perang, perang saudara, pemberontakan, huru-hara, penjarahan, sabotase, peledakan bom, perampokan, pemogokan buruh
atau blokade;
d. Pengambilalihan atau penyitaan perusahaan oleh Pemerintah atau otoritas yang berwenang; dan
e. Pemberlakuan atau perubahan peraturan perundang-undangan dan regulasi/kebijakan Pemerintah atau pembatasan oleh
Pemerintah atau otoritas yang berwenang atau;
Yang kesemuanya memiliki pengaruh langsung terhadap pelaksanaan ketentuan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini.
Pihak yang mengalami force majeure harus melakukan segala sesuatu yang dianggap penting dan memberitahukan pihak lainnya paling
lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak terjadinya force majeure tersebut terjadi.

PASAL 10
LAIN – LAIN
1. PIHAK KEDUA dengan ini menyatakan sanggup untuk melaksanakan pekerjan dan kewajiban serta menerima syarat-syarat yang
tercantum dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini.
2. Dokumen lampiran yang ada dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
KONTRAK ini.
3. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini atau apabila di kemudian hari perlu dilakukan
perubahan atas isi Perjanjian.
4. Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini, maka diatur tersendiri dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu (PKWT) ini.
5. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini, maka Para Pihak menyatakan telah membaca, mengerti,
memahami dan menyepakati isi dari Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini. Selanjutnya PIHAK PERTAMA memberikan Nomor
Induk Karyawan (21103492) kepada PIHAK KEDUA.
PASAL 11
UANG KOMPENSASI
1. PIHAK PERTAMA wajib memberikan uang kompensasi kepada PIHAK KEDUA yang hubungan kerjanya berdasarkan PKWT
2. Uang kompensasi diberikan apabila :
a. PIHAK KEDUA mengundurkan diri
b. PIHAK PERTAMA melakukan pemutusan hubungan kerja atau tidak diperpanjang
3. Berhak mendapatkan Uang kompensasi dengan syarat :
a. Uang kompensasi diberikan kepada karyawan yang telah mempunyai masa kerja paling sedikit 3 (tiga) bulan secara terus
menerus.
b. PIHAK KEDUA Menyampaikan surat resign dengan jangka waktu maksimal 30 hari hari sebelum tanggal resign.
c. PIHAK KEDUA Tidak pernah mendapatkan surat coaching dan/atau Surat peringatan ( SP )
d. PIHAK KEDUA berdasarkan konfirmasi dari PIHAK PERTAMA sudah menyelesaikan pekerjaannya sampai dengan tanggal
resign.
e. Ketentuan besaran uang kompensasinya dihitung berdasarkan masa kerja PIHAK KEDUA yang perhitunganya dimulai sejak
tanggal 01 Januari 2023.
f. Uang kompensasi tidak diberikan apabila :
i. Meninggal dunia;
ii. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan lembaga PPHI yang telah mempunyai hukum tetap;
iii. PIHAK KEDUA melakukan Tindakan yang diatur dalam pasal 6 PKWT iniatau melakukan Tindakan yang diatur dalam
peraturan perusahaan yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja.

Demikian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini dibuat untuk dilaksanakan dengan itikad baik dan bertanggung jawab, dibuat
rangkap 2 (dua) dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, berlaku sejak tanggal sebagaimana tersebut dibagian Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) ini.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

( KOPERASI MITRA MULTI SEJAHTERA ) ( Sri Widodo )


PERATURAN & PROSEDUR KERJA YANG HARUS DITAATI DAN SANKSI YANG AKAN DIBERIKAN JIKA TERJADI
PELANGGARAN;

1. PIHAK KEDUA bersedia ditempatkan diseluruh lokasi kerja yang diatur oleh PIHAK PERTAMA/ PIHAK KETIGA serta
mendapatkan hak sesuai aturan yang diterapkan oleh mitra kerja KMMS dan yang berlaku di lokasi kerja setempat.

2. PIHAK KEDUA wajib mengatur pola dan waktu kerjanya dalam hal menyelesaikan tugas serta tanggung jawab yang diberikan
PIHAK PERTAMA/ PIHAK KETIGA dalam kurun waktu 7X24 jam termasuk di hari besar/ libur.

3. PIHAK KEDUA Wajib melakukan seluruh aktivitas kerja yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA/ PIHAK KETIGA menggunakan
standard dan prosedur K3/HSE (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang berlaku, Pelanggaran yang dilakukan baik disengaja
ataupun tidak akan berdampak pada sanksi Administratif (Surat Peringatan) dan sanksi denda sebesar Rp. 250.000 (dua ratus
lima puluh ribu rupiah) per kejadian.

4. PIHAK KEDUA Wajib melakukan kinerja yang terbaik dengan menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan benar serta
mengikuti aturan/ prosedur kerja yang diberlakukan oleh PIHAK PERTAMA/ PIHAK KETIGA. Segala bentuk penyimpangan dan
pemalsuan hasil kerja yang dilakukan baik disengaja ataupun tidak akan berdampak pada sanksi Administratif (Surat Peringatan)
dan sanksi denda sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) per kejadian sampai batas maksimal denda atau pengurangan
sebesar 50% dari gaji pokok

5. PIHAK KEDUA bertanggung jawab akan segala bentuk kerusakan dan kerugian yang dialami oleh PIHAK PERTAMA/ PIHAK
KETIGA, akibat kelalaian, kecerobohan dan kesengajaan yang terbukti dilakukan oleh PIHAK KEDUA. Pelanggaran yang
dilakukan baik disengaja ataupun tidak akan berdampak pada sanksi Administratif (Surat Peringatan) dan sanksi denda sebesar
maksimum Rp. 2.000.000 (dua juta ribu rupiah) per kejadian dengan mekanisme pemotongan langsung dari Upah Pokok dan
Tunjangan yang menjadi hak PIHAK KEDUA.

6. PIHAK KEDUA Wajib menjaga dan mempertanggungjawabkan semua peralatan dan fasilitas kerja yang diberikan/ diserahkan
oleh PIHAK PERTAMA/ PIHAK KETIGA (kendaraan mobil/ motor, Laptop, Alat ukur, Perkakas pendukung kerja, Alat
keselamatan kerja, dll.) sebagai alat bantu kerja dengan mekanisme pengiriman foto kondisi perangkat/ peralatan secara berkala
setiap bulan. Dengan denda sebagai sanksi pelanggaran sebesar harga perangkat/ peralatan tersebut jika terjadi kerusakan
dan/atau kehilangan dengan mekanisme pembayaran/ penggantian langsung oleh PIHAK KEDUA ataupun dibayar berangsur
melalui proses pemotongan Upah Pokok sesuai kesepakatan dengan PIHAK PERTAMA/ PIHAK KETIGA.

7. PIHAK KEDUA Wajib menggunakan aplikasi yang telah dipersiapkan dan dipersyaratkan oleh PIHAK PERTAMA/ PIHAK
KETIGA sebagai alat bantu dan fasilitas dalam proses kerja dengan cara yang benar. Pelanggaran yang dilakukan baik disengaja
ataupun tidak akan berdampak pada sanksi denda sebesar Rp. 100.000 (Seratus ribu rupiah) per kejadian.

8. PIHAK KEDUA Wajib menjawab panggilan Telepon dan segala bentuk upaya komunikasi yang dilakukan oleh PIHAK
PERTAMA/ PIHAK KETIGA atau melakukan panggilan balik dan upaya komunikasi Kembali dengan PIHAK PERTAMA/ PIHAK
KETIGA sesegera mungkin. Pelanggaran yang dilakukan baik disengaja ataupun tidak akan berdampak pada sanksi denda
sebesar Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah) per kejadian.

9. PIHAK KEDUA Wajib menggunakan dan mempertanggungjawabkan uang Operasional yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA/
PIHAK KETIGA, secara baik dan benar sesuai dengan peruntukannya serta melakukan rekonsiliasi penggunaanya setiap akhir
periode yang ditetapkan, dengan sanksi pemotongan langsung dari Upah Pokok dan Tunjangan yang menjadi hak dari
PIHAK KEDUA sebesar penggunaan uang Operasional yang belum dipertanggungjawabkannya.

DOKUMEN YANG WAJIB DISERAHKAN SEBAGAI PERSYARATAN MENJADI TENAGA MITRA KERJA KMMS;
1. Foto copy/ Salinan KTP
2. Foto copy/ Salinan Kartu Keluarga
3. Foto copy/ Salinan Surat Nikah untuk yang sudah berkeluarga
4. Foto copy/ Salinan SIM yang masih berlaku
5. Foto copy/ Salinan Sertifikat Kecakapan Khusus yang menunjang Pekerjaan
6. Photo Terbaru seluruh badan ukuran Poscard
7. Surat Pernyataan Persetujuan Pertanggungjawaban oleh anggota keluarga yang tercantum dalam Kartu Keluarga, sebagai
penjamin atas Asset yang diberikan sebagai alat bantu kerja selama menjadi tenaga mitra kerja KMMS.

Anda mungkin juga menyukai