Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN ERUPSI DEBU VULKANIK RINJANI

(Studi Kasus 3-11 November 2015)

Ferdinandus Gambur
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Tangerang Selatan
Email: dinno.renno@gmail.com

Abstrak

Informasi tentang debu vulkanik merupakan salah satu bentuk pelayanan


informasi meteorologi penerbangan. Hasil analisis satelit Himawari pada tanggal 3-11
November 2015 menunjukkan material debu vulkanik yang menutupi sebagian besar
wilayah Lombok khususnya Bandar Udara Internasional Lombok. Sementara itu hasil
analisis pada radar cuaca saat erupsi gunung Rinjani pada tanggal 10 dan 11
November 2015 menunjukkan pola echo di sekitar gunung Rinjani dengan nilai
reflektifitas 15-30 dBZ yang menunjukkan pola reflektifitas yang sama tanpa adanya
nilai velocity sehingga echo ini dianggap bukan partikel erupsi debu vulkanik.

Kata kunci: Satelit Himawari, Radar Cuaca, DebuVulkanik, Gunung Rinjani

Abstract
Information about volcanic ash is one form of flight meteorological information
service. The results of the analysis of satellite Himawari on November 3-11th 2015
shows the volcanic ash material that covers most areas in particular Lombok Lombok
International Airport. While the results of the analysis on a weather radar during
eruption of Mount Rinjani on 10-11th 2015 showed a pattern echo around Mount
Rinjani with 15-30 dBZ reflectivity value that indicates the same reflectivity pattern
without the velocity values that echo is considered not a particle of eruption volcanic
ash.

Keywords: Satellite Himawari, Weather Radar, Mount Rinjani


I. PENDAHULUAN II. DATA DAN METODE
Pengamatan erupsi gunung berapi
Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan sistem penginderaan jauh telah
adalah sebagai berikut:
dilakukan sejak tahun 1970-an. Penggunaan
1. Data erupsi Gunung Rinjani pada tahun
satelit sebagai alat observasi untuk mendeteksi
2015, serta data dari portal media online
awan debu vulkanik telah banyak dilakukan
digunakan dalam melengkapi data
diberbagai negara. Di negara Indonesia
keluaran diatas.
memantau awan debu vulkanik dilakukan dengan
2. Raw data radar cuaca Gematronik di
bantuan satelit MT-SAT yang kemudian diganti
Stasiun Meteorologi Selaparang Bil
dengan satelit cuaca Himawari yang memiliki
Lombok
resolusi dan kualitas yang lebih baik.
3. Raw data satelit Himawari
Pengamatan erupsi gunung berapi juga dapat
4. Data Synoptik Stasiun Meteorologi
dilakukan dengan menggunakan pemanfaatan
Selaparang Lombok
citra radar cuaca sebagai pemantau awan debu
5. Data reanalisis ECMWF
vulkanik yang telah digunakan oleh beberapa
Mengolah raw data radar dengan software
negara. Radar cuaca memiliki beberapa
Rainbow untuk radar Gematronik di Lombok.
kelebihan, antara lain pengamatan berlangsung
Hasil olahan raw data tersebut akan
secara kontinu dan menghasilkan data yang
menghasilkan produk-produk dengan rincian
memiliki resolusi temporal yang tinggi dan
sebagai berikut:
resolusi spasial yang jauh lebih tinggi dari satelit.
 Produk MAX
Selain itu, Radar yang digunakan BMKG
 Produk VCUT (Vertical Cut)
memiliki jarak terjauh hingga 100 km dengan
 Produk CAPPI (Constan Altitude PPI) V
ketinggian 300 km. Namun demikian, Radar juga
Identifikasi menggunakan citra split windows dan
memiliki beberapa kekurangan dalam mengamati
citra komposit RGB (Red-Green-Blue). Split
dan memantau awan debu vulkanik, diantaranya
windows merupakan citra satelit hasil
minimnya penempatan radar cuaca diwilayah
perbandingan 2 kanal citra, misalnya split
gunung api aktif, kemudian pengaruh topografi
windows IR1-IR2. Teknik pengolahan gabungan
penentuan lokasi radar cuaca juga mempengaruhi
tiga citra dalam satu display menggunakan 3
pemantaua beberapa fenomena cuaca yang
(tiga) warna primer (merah-hijau-biru). Metode
sedang terjadi.
ini digunakan untuk mendeteksi atau
mengidentifikasi fenomena-fenomena tertentu
yang jika hanya menggunakan citra satelit
tunggal sulit untuk diidentifikasi.
III. PEMBAHASAN Analisis citra satelit cuaca Himawari-8
(Gambar 2) dengan kombinasi RGB (Red Green
Blue) pada tanggal 10 November 2015 masih
terlihat sangat jelas adanya erupsi debu vulkanik
di atas area Gunung Rinjani. Kemudian pada jam
berikutnya hanya terlihat sebaran debu yang
terbawa oleh angin, karena sebagian debu erupsi
di wilayah Gunung Rinjani tertutup awan yang
berada lebih tinggi dari partikel debu vulkanik,
sehingga tidak dapat tertangkap oleh satelit.

Gambar 1. Pproduk MAX (dBZ) Sebaran debu vulkanik pada gambar 2 diatas,
terlihat sangat jelas adanya debu vulkanik yang
Identifikasi nilai reflektifitas citra radar
memiliki perbedaan jenis bila dibandingkan
produk MAX dan citra radar produk VCUT
dengan awan-awan biasa lainnya. Sebaran debu
MAX pada saat kejadian. Berdasarkan gambar 1.
vulkanik tampak berwarna merah muda dan
citra radar produk MAX (dBZ), di area Gunung
tampak dominan bergerak ke arah barat daya
Rinjani menunjukkan nilai echo yang tetap dari
melintasi wilayah selatan Bali dan Jawa Timur
objek pegunungan. Echo tersebut merupakan
bagian selatan. Angin di wilayah sebaran debu
Ground Clutter dari objek tetap topografi
vulkanik secara vertikal dominan bergerak dari
Gunung Rinjani. Hal ini didukung dengan data
arah Timur Laut – Tenggara (Gambar 3).
vertikal velocity yang tidak menunjukkan adanya
arah dan kecepatan angin pada ketinggian 3
kilometer.

Gambar 2. Citra Satelit Himawari Gambar 3. Pproduk MAX (dBZ)


V DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil analisis pola angin pada
gambar 3, dapat dilihat bahwa pola angin pada
tanggal 10 – 12 November 2015 arah datangnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,
angin sangat bervariatif yaitu dari arah timur laut 2011, Pedoman Operasional
hingga timur dengan kecepatan kurang lebih 10
knot. Pengelolaan Citra Satelit Cuaca,
Deputi Bidang Meteorologi, Pusat
IV. KESIMPULAN
Meteorologi Publik, BMKG, Jakarta.
1. Hasil analisis pada tanggal 3-6
November 2015 menunjukkan material
Wardoyo, E, 2012, Modul Pelatihan Radar
debu vulkanik yang cukup luas ke arah
Cuaca, BMKG, Jakarta.
barat daya hingga selatan menutupi
sebagian besar wilayah Lombok
Wardoyo, E dan Matondang, C.A.,
khususnya Bandar Udara Internasional
2014,Identifikasi Debu Vulkanik
Lombok hingga meluas ke wilayah
pada Kejadian erupsi Gunung
selatan Jawa Timur mengikuti
Sinabung 24 Oktober 2013, 14 dan
pergerakan arah angin berdasarkan
18 November 2013, Jurnal
analisis gradien angin 700 mb.
Meteorologi dan Geofisika, Jakarta,
2. Pola yang teramati pada radar cuaca saat
Badan Meteorologi Klimatologi dan
erupsi gunung rinjani pada tanggal 10
Geofisika.
dan 11 November 2015 menunjukkan
pola echo di sekitar Gunung Rinjani
dengan nilai reflektifitas 15-30 dBZ
yang menunjukkan pola reflektifitas
yang sama tanpa adanya nilai
velocitysehingga echo ini bukan partikel
erupsi debu vulkanik, tetapi
dikategorikan sebagai ground clutter
akibat topografi Gunung Rinjani.
3. Dampak erupsi debu vulkanik Gunung
Rinjani pada tanggal 3-12 November
2015, mengakibatkan Bandar udara
Internasional Lombok ditutup selama 8
hari sejak tanggal 4-11 November 2015.

Anda mungkin juga menyukai