Anda di halaman 1dari 13

PENGINDERAAN JAUH GEOLOGI

GL 5009

LAPORAN PRAKTIKUM 5
“PREPARASI DAN RETRIEVAL DATA SAR”

Disusun Oleh :
Noprizan Azmi
22121016

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Teori Dasar


1.1.1 Sensitivitas Data Citra SAR
Synthetic Aperture Radar (SAR) adalah salah satu sistem radar yang dikembangkan untuk
melengkapi kekurangan dari Real Aperture Radar (RAR). Radar adalah akronim dari radio
detection and ranging. Radar adalah sebuah alat yang sistemnya mengeluarkan atau memancarkan
gelombang spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang dari 1 mm hingga 1 meter.
Pantulan ini dapat dimanfaatkan untuk mendiskriminasi objek yang ada di permukaan bumi.
Gelombang dipancarkan dan dipantulkan kembali ke sensor. SAR menggunakan cara side looking
radar system yang mensimulasikan antena dan aperture yang cukup besar dan hal ini dapat
memproduksi citra penginderaan jauh dengan resolusi yang tinggi. Beberapa kelebihan yang
dimiliki oleh SAR adalah kemampuannya untuk merekam informasi di permukaan bumi pada saat
siang maupun malam, dapat merekam pada kondisi cuaca apapun dan dapat menembus kanopi
vegetasi yang sangat rapat. Berbeda dengan kemampuan citra yang biasanya didapatkan dengan
perekaman sensor pasif, perekaman SAR didapatkan dengan menggunakan sistem sensor aktif.
Sensor pasif hanya menerima pantulan balik dari objek dan bergantung pada keberadaan matahari
atau sumber panas lainnya, sedangkan sensor aktif mengeluarkan radiasi energinya sendiri untuk
mendapatkan pantulan balik dari objek tersebut. Contoh lainnya dari sensor aktif adalah Radar,
Synthetic Aperture Radar (SAR), LIDAR.

Gambar 1.1 Konsep Perekaman Miring (Side looking radar)

1
SAR dapat menembus awan dan beberapa objek lainnya karena panjang gelombang yang lebih
panjang dibandingkan dengan gelombang optik biasanya (visible bands). Selain itu, cara
perekaman Radar dengan cara menyamping (side looking radar) juga berpengaruh pada
kemampuan Radar untuk merekam berbagai objek. Pada sistem radar, gelombang yang
dipancarkan adalah gelombang mikro (microwave). Setiap piksel dalam citra radar
merepresentasikan nilai intensitas energi objek yang dipantulkan kembali ke sensor satelit. Dalam
menggunakan dan mengaplikasikan citra radar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
panjang gelombang (wavelength), polarisasi (polarization), sudut perekaman (incidence angle).

Gambar 1.2 Gambar menunjukkan kemampuan penetrasi pada awan


1.1.2 Kekasaran Permukaan dalam Citra SAR
Parameter kekasaran permukaan merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap
hamburan balik. Permukaan kasar menyebabkan hamburan balik yang kuat ke sensor. Sebaliknya
permukaan yang halus menghasilkan hamburan balik yang lemah ke sensor (Saepuloh, 2019).
Beberapa parameter yang berpengaruh terhadap pemodelan kekerasan permukaan h0
menggunakan citra SAR yaitu koefisien hamburan balik σ0 dan sudut datang lokal ϴi. Untuk
mendapatkan model h0 yang paling menggambarkan kondisi nyata kekasaran permukaan di
lapangan diperlukan kombinasi antar tipe polarisasi. Kombinasi tipe polarisasi yang paling sesuai
untuk pemodelan kekasaran permukaan adalah model inisial kombinasi polarisasi HV dan VH.

1.1.3 Kemampuan SAR Menembus Lapisan


Interaksi radiasi elektromagnetik dengan lapisan permukaan merupakan dasar untuk Penginderaan
Jauh non-optis atau SAR. Atmosfer sebenarnya transparan untuk panjang gelombang λ pada
kisaran gelombang mikro, sehingga sensor SAR umumnya dapat menembus permukaan awan

2
selama bukaan awan hujan. Panjang gelombang yag lebih panjang dari saluran C dapat
menghasilkan citra yang bergunan untuk mendeteksi permukaan tanah dengan sinyal sekitar 60%
meskipun dalam kondisi hujan ringan (Lusch, 1999) Semakin besar λ yang digunakan oleh sensor,
maka kemampuan penetrasi lapisan semakin tinggi dan semakin efektif untuk mendeteksi target-
target yang terhalang lapisan lain. Kemampuan penebusan lapisan dibatasi oleh nilai konstanta
dielektrik material di permukaan. Semakin tinggi nilai konstanta dielektrik, maka reflektivitas
permukaan juga meningkat, sehingga kedalaman penembusan menurun. Contoh sederhana adalah
permukaan tanah yang kering (dielektrik rendah) memantulkan refleksi energy radar lebih sedikit
daripada tanah basah (dielektirk tinggi) sehingga sensor memungkinkan untuk mendeteksi
material atau benda di dekat permukaan seperti litologi maupun sungai-sungai purba yang tertutup
alluvial.

1.2 Tujuan praktikum


a. Mampu memperoleh data citra SAR sesuai kebutuhan.
b. Mampu menggunakan program pemrosesan data citra SAR.
c. Mampu mengetahui kualitas data citra SAR yang diperoleh

3
BAB 2
PROSEDUR PENGERJAAN

2.1 Tools dan Data Pengolahan


2.1.1 Tools
a. Software SNAP ESA SeNtinel Applications Platform
b. Microsoft word 2016
2.1.2 Data Pengolahan
Dataset Citra SAR Alos palsar (Daerah Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang)
2.2 Langkah Pengerjaan
2.2.1 Retreive Dataset SAR Sebelum melakukan pengolahan data citra SAR, terlebih dahulu
dilakukan pendownloadan dataset Citra SAR Alos Palsar. Adapun tahapan Retreive data Citra
SAR dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Masuk ke website https://search.asf.alaska.edu hingga keluar tampilan seperti pada gambar
dibawah ini.

Gambar 2.1 Tampilan awal pencarian data di https://search.asf.alaska.edu

4
2. Klik pilihan sign in untuk log in hingga muncul gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Sign in akun personal

3. Pilih box draw pada selection shape untuk membuat rectangle pada area penelitian

Gambar 2.3 Penentuan area unduhan

4. Pada kolom Search Type pilih Geographic. Pada kolom Dataset pilh alos palsar. Tentukan
batasan waktu ketersedian citra pada kolom Start Date dan End Date. Tambahkan pengaturan
tambahan pada filter yaitu memilih File Type (Level 1.1 Complex) dan Beam Mode (FBD). Klik
Search.

5
Gambar 2.4 Penentuan Kriteria Data

5. Berikut tampilan hasil pencarian. Tersedia 39 data yang mencakup area penelitian. Pilih Citra
yang paling sesuai dengan daerah penelitian. Kemudian unduh.

6
Gambar 2.5 Citra hasil pencarian

2.2.2 Menampilkan Informasi Kualitas Citra


1. Buka aplikasi SNAP hingga muncul tampilan seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.6 Tampilan awal software SNAP


2. Tampilkan citra yang akan dilakukan control kulaitas dengan cara klik File > Open Product >
pilih file ZIP data citra SAR sesuai lokasi penyimpanan.

7
Gambar 2.7 Menampilkan dataset citra SAR Alos palsar ke layar software SNAP

3. Untuk menampilkan informasi kondisi data dapat dilihat pada metadata citra. Klik tanda plus
pada metadata > Klik tanda plus pada Abstracted Metada seperti ditunjukkan di bawah ini.

8
Gambar 2.8 Informasi kondisi citra dan tampilan band intensity from complex data

Dapat dilihat pada gambar 2.8 diatas, kualitas ALOS PALSAR dengan tampilan band intensity
from complex yang dihasilkan pada tanggal akuisisi 8 September 2009 ini yaitu sudah cukup baik
karena pada akuisisi citra dilakukan pada saat kering atau curah hujan 0 (dapat dilihat di gambar
3.2 data curah hujan). Dari kenampakan citra yang telah di analisis dari radiometric
memperlihatkan adanya perubahan bentuk citra dari yang seharusnya. Ukuran dan geometri citra
mengalami perubahan sehingga tidak proporsional seperti geometri seharusnya sehingga perlu
dilakukan analisis lebih lanjut. Analisis lebih lanjut ini berupa analisis multilooking yang
digunakan untuk menghasilkan produk citra dengan resolusi piksel tertentu.

9
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Citra SAR Alos Palsar


Lokasi pengamatan dataset citra SAR pada penelitian ini berada di Kecamatan Sandai, Kabupaten
Ketapang. Dataset Citra SAR yang digunakan adalah Alos palsar dengan tipe data Level 1.1
Complex dual polarisasi (HH + HV). Informasi data citra dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Citra Alos Palsar merupakan citra SAR yang dapat di unduh secara gratis melaluli oleh vertex
Alaska (https://search.asf.alaska.edu/).

Gambar 3.1 Informasi dataset citra SAR Alos Palsar

Kemampuan penembusan lapisan oleh citra SAR sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca saat
akusisi citra. Kondisi lokasi penelitian yang basah akan melemahkan hamburan balik signal ke
sensor sehingga mempengaruhi identifikasi objek di lokasi penelitian, sehingga perlu diketahui
kondisi cuaca pada hari tepatnya diakusisi data citra tersebut. Agar mendapatkan data SAR yang
optimal maka diperlukan pencarian data SAR dengan akuisisi saat kondisi permukaan kering.
Sehingga data-data meteorologi akan sangat membantu untuk mengetahui kemungkinan waktu
akuisisi yang kering. Apabila tersedia data pengamatan curah hujan di lokasi kajian akan sangat
membantu dalam menentukan waktu akuisisi SAR yang optimal untuk analisis geologi.
Semakin besar λ yang digunakan oleh sensor, maka kemampuan penetrasi lapisan semakin tinggi
dan semakin efektif untuk mendeteksi target-target yang terhalang lapisan lain. Kemampuan
penebusan lapisan dibatasi oleh nilai konstanta dielektrik material di permukaan. Semakin tinggi

10
nilai konstanta dielektrik, maka reflektivitas permukaan juga meningkat, sehingga kedalaman
penembusan menurun. Contoh sederhana adalah permukaan tanah yang kering (dielektrik rendah)
memantulkan refleksi energy radar lebih sedikit daripada tanah basah (dielektirk tinggi) sehingga
sensor memungkinkan untuk mendeteksi material atau benda di dekat permukaan seperti litologi
maupun sungai-sungai purba yang tertutup alluvial. Berikut ditampilkan data curah hujan di sekitar
daerah pengamatan. Data curah hujan ini diakusisi oleh BMKG pada stasiun meterologi Rahadi
Oesman Kabupaten Ketapang pada tanggal 8 September 2009 yang mana sesuai dengan tanggal
akusisi data citra SAR. Pada hari tersebut curah hujan menunjukkan nilai absen artinya tidak terjadi
hujan pada hari itu sehingga diasumsikan kondisi lapangan daerah penelitian adalah kering.
Kondisi kering akan memudahkan kita untuk melihat dan menginterpretasikan objek-objek
geologi pada target yang akan dicari.

11
Gambar 3.2 Data curah hujan di sekitar lokasi Kecamatan Sandai
Kontrol kualitas citra SAR dapat menggunakan software SNAP (Sentinel Application Platform)
yang tersedia secara terbuka. Kondisi data dapat dilihat pada metadata citra. Pada gambar dibawah
ini disajikan informasi kondisi data. Informasi kondisi data harus dipastikan sesuai dengan kondisi
sebenarnya.

Gambar 3.3 Informasi Kondisi data Software SNAP

12

Anda mungkin juga menyukai