Anda di halaman 1dari 214

LECTURE NOTES

Business Economics

Week 1
The Economic and
Business Environment
LEARNING OUTCOMES

• LO 1. Memahami prinsip-prinsip ekonomi bisnis dan menerapkannya dalam sistem pasar.

OUTLINE MATERI:

- The ten principles of economics


- Economics and Business Decision Making
- The Business Environment

Business Economics – R1
ISI MATERI

1.1. Sepuluh Prinsip Ekonomi (The Ten Principles Of Economics)


Istilah "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani, yaitu "oikonomos," yang merujuk kepada
seseorang yang mengelola rumah tangga. Analogi antara rumah tangga dan ekonomi sangat
jelas, melibatkan pertimbangan mengenai jenis barang apa yang akan diproduksi, seberapa
banyak produk yang akan dihasilkan, siapa yang akan terlibat dalam produksi, penggunaan
sumber daya dalam proses produksi, dan pada tingkat harga berapa produk tersebut akan dijual.
Kehendak manusia bersifat tak terbatas, tetapi ketersediaan sumber daya memiliki
batasan. Ketidakmampuan menggunakan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi
kebutuhan tak terbatas manusia menyebabkan munculnya kelangkaan (scarcity). Dalam
konteks ekonomi, kelangkaan sumber daya merujuk pada situasi di mana kebutuhan manusia
melebihi ketersediaan produk.
Ekonomi (Economics) adalah cabang ilmu yang memeriksa cara masyarakat atau rumah
tangga mengelola sumber daya yang terbatas. Para ahli ekonomi mendalami bagaimana
individu membuat keputusan, termasuk sejauh mana mereka bekerja, apa yang mereka beli,
berapa banyak uang yang mereka simpan, dan cara mereka mengalokasikan investasi mereka.
Selain itu, ekonomi juga mengamati interaksi antara individu dan bisnis dalam masyarakat.
Perilaku suatu perekonomian merefleksikan perilaku masing-masing individu yang
menyusunnya pada prinsip-prinsip ekonomi. Pengertian Prinsip Ekonomi adalah suatu usaha
untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin dengan pengorbanan seminimal atau sekecil
mungkin. Dengan kata lain, pelaksanaan prinsip ekonomi ini bertujuan agar manusia dapat
memenuhi kebutuhan ekonominya dengan cara yang efektif dan efisien. Pada dasarnya,
ekonomi dan prinsip ekonomi adalah tentang memuaskan keinginan konsumen tanpa batas
dengan sumber daya yang terbatas.

Business Economics – R1
Prinsip ekonomi dibagi menjadi tiga aktivitas ekonomi, yaitu produksi (produsen),
distribusi (distributor), dan konsumsi (konsumen). Dari tiga kelompok aktivitas ini terdapat
10 prinsip ekonomi yang dijelaskan sebagai berikut:

1.1.1. Bagaimana masyarakat sebagai individu mengambil keputusan (Prinsip 1-4)


Prinsip 1 #: Setiap Orang Melakukan Pertukaran (Trade Off)
Dalam berbagai pengambilan keputusan kita tahu bahwa ada harga yang harus dibayar untuk
mendapatkan suatu hal. Dimana kita harus mengorbankan suatu hal untuk mendapatkan hal
lain yang diinginkan. Misalnya, ketika kita menginginkan suatu barang yang bagus dan
berkualitas, maka harus ada sesuatu yang harus kita korbankan untuk mendapatkan barang
tersebut. Ada beberapa hal yang biasanya dikorbankan untuk mendapatkan suatu hal yaitu
uang, kesempatan, maupun barang lainnya. Setiap orang menghadapi situasi pertukaran atau
trade-off dan bahkan negara juga mengalami hal yang serupa.
Contoh: bila kita melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi berarti kita harus siap
untuk mengorbankan waktu/kesempatan untuk bermain ataupun bekerja.
Prinsip 2 #: Mengorbankan Biaya Untuk Mendapatkan Sesuatu.
Karena semua orang menghadapi tradeoff, maka untuk mengambil keputusan kita harus
membandingkan BIAYA dan MANFAAT dari setiap tindakan yang akan dilakukan. Sering
kita hanya menilai biaya atau cost adalah nilai yang dibayarkan untuk mendapatkan sesuatu.
Bila membicarakan masalah biaya, mungkin yang pertama terlintas adalah uang. Namun
sebenarnya biaya tidak hanya menyangkut masalah uang saja.

Business Economics – R1
Ada hal lain yang harus diperhatikan yaitu biaya kesempatan (Opportunity cost). Konsep
tentang biaya kesempatan adalah harga yang harus dibayarkan atau dihilangkan untuk
mendapatkan suatu kesempatan yang lain. Oleh karena itu kita harus dapat mengambil
kesempatan untuk mendapatkansesuatu yang punya nilai lebih baik, atau setidaknya sebanding
dengan biaya yang telah dikeluarkan.
Contoh biaya kesempatan: bila memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, biaya yang dibutuhkan tidak hanya berkisar pada biaya materiil saja seperti buku, SPP,
dan lain sebagainya. Namun juga kesempatan yang hilang dengan ditentukannya pilihanuntuk
sekolah. Bagi sebagian orang terkadang pertimbangan kesempatan ini mempunyai prioritas
yang lebih dari pada biaya materiil itu sendiri. Karena adanya konsep biaya ini, maka kita
harus dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Prinsip 3 #: Orang Berpikir Secara Rasional
Konsep berpikir rasional merupakan suatu konsep dimana seseorang akan melalukan hal
terbaik untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan dengan kesempatan yang ada. Seseorang

akan berpikir secara rasional untuk mendapatkan keuntungan dan apa yang menjadi kerugian
dari kesempatan yang ia pilih. Contoh: Saat menghadapi dua pilihan yaitu melanjutkan sekolah
(S2) atau mencari kerja. Yang ia pikirkan adalah apa keuntungan dari melanjutkan sekolah
yaitu pengetahuan, pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan lebih bersar. Atau memilih
mencari kerja dengan keuntungan yaitu lebih cepat memiliki penghasilan sendiri. Dan
kerugiannya, yaitu kehilangan hal-hal dari pilihan yang ia tinggalkan.
Prinsip 4 # : Orang Tanggap Terhadap Insentif
Insentif adalah kemungkinan untuk memperoleh hadiah atau hukuman sehingga mampu
mengajak seseorang untuk bertindak. Dalam ilmu ekonomi, prinsip insentif termasuk dalam
hal yang sangat penting. Bagi para pembuat kebijakan, untuk mengetahui pergerakan pasar
sangat diperlukan wawasan tentang insentif dan bagaimana reaksi seseorang apabila diberi
insentif. Biasanya orang akan lebih aktif dan antusias jika ia akan memperoleh keuntungan
tambahan dari yang dikerjakannya.
Contoh: Seorang karyawan biasanya sanggup mengepak 100 doos buku dalam sehari. Namun
jika ia sanggup mengepak lebih dari 100 doos buku, maka akan diberi insentif 30% dari
gajinya. Untuk itu karyawan tersebut sanggup mengepak hingga 200 doos setiap harinya.

Business Economics – R1
1.1.2. Bagaimana masyarakat berinteraksi (Prinsip 5-7)
Prinsip 5 #: Perdagangan Menguntungkan Semua Pihak
Pada prinsip ini yang paling ditonjolkan adalah spesialisasi. Perdagangan dalam hal ini
maksudnya adalah, jika satu pihak unggul dalam memproduksi suatu barang dibandingkan
barang lainnya, maka hal ini disebut dengan keunggulan.
Sedangkan pihak kedua juga memiliki keunggulan yang lain yaitu, memiliki keunggulan
dalam memproduksi barang yang berbeda dengan pihak pertama, sehingga pihak pertama
hanya melakukan konsentrasi pada barang yang telah menjadi keunggulan. Dengan begitu,
kedua pihak ini mendapatkan keuntungan dari jual-beli antar pihak pertama dan pihak kedua.
Suatu negara akan memproduksi suatu barang sesuai dengan kemampuan yang palingoptimal
(biaya produksi rendah, kemampuan produksi tinggi, berkualitas) yang dimilikinya,setelah
itu menjualnya ke negara lain yang tidak optimal produksinya atas barang tersebut.Barang
produksi yang tidak mampu dihasilkan secara optimal maka negara tersebut pun akan membeli
barang tersebut dari negara lain yang produksinya lebih optimal.
Contoh: Indonesia mengekspor minyak mentah untuk diolah di negara lain dan Indonesia
mengimpor kendaaraan bermotor dari negara lain. Artinya terjadi kegiatan petukaran barang
atau ekspor impor yang dapat menguntungkan kedua belah pihak negara. Indonesia
mendapatkan kendaraan bermotor dan negara lain mendapatkan minyak mentah yang
kemudian dipergunakan untuk keperluan negara tersebut.
Prinsip 6 #: Mekanisme Pasar Untuk Mengatur Kegiatan Ekonomi
Pasar adalah suatu tempat terjadinya interaksi antara produsen (perusahaan) dan konsumen
(rumah tangga) dalam melakukan tawar-menawar nilai atau harga atas suatu barang.
Produsen memiliki hak dalam menentukan siapa saja yang akan dipekerjakan dan barang apa
yang akan diproduksi, dan konsumen memiliki hak untuk bekerja di perusahaan mana dan akan
membeli barang apa dari penghasilan yang mereka didapat.
Mekanisme pasar merupakan suatu cara untuk mengalokasikan sumber daya dengan tepat.
Mekanisme yang seperti ini bertumpu pada keputusan kolektif dari rumah tangga serta
perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya. Fungsi utama pasar adalah mengumpulkan
perusahaan dan rumah tangga untuk memberikan penawaran dan permintaan akan suatu barang
dan jasa. Karena fungsinya inilah mekanisme pasar mempunyai peranan penting dalam
perekonomian.
Contoh: Terdapat perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, ia ingin membuat suatu
inovasi baru terhadap produknya.

Business Economics – R1
Dalam menentukan suatu bentuk inovas baru yang akan dikerjakan ini, maka perusahaan
tersebut harus memantau kondisi UX (User Experience) sebelum mengadakan pengembangan
lebih lanjut.
Prinsip 7 #: Pemerintah Meningkatkan Kinerja Pasar
Meskipun pasar adalah tempat yang baik untuk mengorganisasikan kegiatan ekonomi, namun
perlu adanya campur tangan pemerintah untuk melakukan intervensi di bidang ekonomi
untuk mendukung efisiensi dan pemerataan. Tanpa adanya pemerintah yang memberikan
sarana prasarana untuk kegiatan pasar; mekanisme pasar juga tidak bisa berjalan sesuaidengan
fungsinya. Intervensi pemerintah untuk mekanisme pasar diperlukan untuk meningkatkan
efisiensi serta keadilan pasar. Kehadiran pemerintah bisa mencegah kemungkinan pasar
dikuasai (market power) oleh perseorangan atau monopoli pasar untuk mencegah kegagalan
kinerja pasar (market failure). Selain itu, pemerintah juga berperan sebagai penegak hukum
dan pembuat kebijakan untuk mencegah kecurangan pada pasar.

Contoh: Intervensi pemerintah →Melalui pasar pemerintah bisa membantu pedagang-


pedagang di pasar (floor price), sehingga dapat menguntungkan kedua pihak (penjual dengan
pembeli). Karena hal tersebut, penjual dapat memaksimalkan penghasilan dengan cara
menambahkan pemasukan atas barang atau stok dagang sehingga mendapatkan hasil yang
maksimal.
1.1.3. Bagaimana perekonomian negara bekerja (8 – 10)
Prinsip 8 #: Standar Hidup Negara Bergantung Pada Kemampuan Dalam Memproduksi
Barang Dan Jasa
Standar hidup suatu negara berbanding lurus dengan kemampuannya dalam memproduksi
barang dan jasa. Jika kemampuannya dalam memproduksi barang dan jasa yang tinggi maka
standar hidup negara tersebut akan tergolong tinggi, dan sebaliknya.
Tingkat pertumbuhan produktivitas suatu negara akan menentukan tingkat pertumbuhan
pendapatan rata-rata warga di negara tersebut.
Contoh: Jepang termasuk negara yang maju dalam bidang teknologi. Tidak hanya dalam bidang
teknologi saja, dalam bidang industri Jepang juga unggul. Jepang memiliki kemampuan dalam
memproduksi barang yang berkualitas dan kuantitasnya banyak, hal ini terjadi karena Jepang
memiliki kemampuan dalam bidang teknologi

Business Economics – R1
Prinsip 9 #: Inflasi Terjadi Ketika Pemerintah Mencetak Uang Dalam Jumlah Banyak
Banyak faktor yang menyebabkan inflasi yang terjadi di suatu negara. Salah satu faktornya
adalah ketika pemerintah mencetak uang terlalu banyak. Tingginya produksi uang juga
mengakibatkan peningkatan peredaran uang. Hal ini menyebabkan nilai pada uang tersebut
semakin berkurang dan menyebabkan inflasi. Bila sampai pada situasi seperti ini, harga
barang akan naik yang disebabkan karena nilai uang yang menurun.
Prinsip 10 #: Masyarakat Berada Diantara Inflasi Dan Pengangguran
Keterkaitan antara inflasi dengan pengangguran digambarkan dalam Kurva Philips. Semakin
tinggi tingkat pengangguran maka akan semakin rendah pula laju inflasi. Kurva ini
menjelaskan bahwa tingkat pengangguran yang rendah akan selalu dapat dipantau dengan cara
mendorong sedikit atas laju inflasi di negara tersebut.
Laju inflasi dapat diturunkan dengan cara membiarkan terjadinya kenaikan angka
pengangguran atau dapat disebut trade off antara inflasi dengan pengangguran.
Seperti dijelaskan pada prinsip ke 9, bahwa penyebab utama inflasi jangka panjang adalah
karena pencetakan uang yang terlalu banyak. Namun ternyata kesempatan ini juga bisa
menjadi cara untuk mengurangi angka pengangguran. Kembali kepada prinsip 1 tentang trade-
off atau tarik ulur, secara keseluruhan ekonomi juga mengalami tarik ulur antara pengangguran
dan inflasi. Peningkatan jumlah uang yang beredar bisa mendorong kemampuan belanja
masyarakat sehingga permintaan akan barang dan jasa juga meningkat. Meskipun kenaikan
permintaan barang dan jasa juga berpotensi menaikkan harga barang namun ternyata juga
berpeluang untuk meningkatkan minat perusahaan untuk menambah produksi demi memenuhi
permintaan tersebut. Bila produksi meningkat, perusahaan membutuhkan lebih banyak pekerja.
Hal ini secara teori bisa mengurangi angka pengangguran dengan meningkatkan lapangan
pekerjaan.
1.2. Pengambilan Keputusan Ekonomi dan Bisnis (Economics and Business Decision Making)

1.2.1. Masalah Ekonomi


Dalam proses ekonomi tentunya akan selalu muncul berbagai masalah yang tidak
sedikit dan beragam. Permasalahan muncul karena adanya pertemuan antara kebutuhan
manusia yang tidak terbatas. Keinginan yang tidak terbatas ini harus melawan sumber daya
yang terbatas sehingga memicu masalah.

Business Economics – R1
3 masalah pokok ekonomi adalah :
1. Kebutuhan manusia
2. Faktor produksi (sumber daya)
3. Kelangkaan (scarcity)
Ekonomi merupakan aktifitas kegiatan manusia di muka bumi ini, sehingga kemudian
timbul motif ekonomi, yaitu keinginan seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Konsep ekonomi, dibedakan antara kebutuhan (need) dan keinginan (want). Dalamkehidupan
sehari-hari orang cenderung menyamakan kebutuhan (needs) dengan keinginan (wants).
Terkadang orang menyebutkan sesuatu sebagai kebutuhan yang harus dipenuhisegera, padahal
sesuatu tersebut berupa keinginan yang bisa saja ditunda.
Kebutuhan (needs) merupakan hal-hal penting dalam kehidupan seperti makanan, air,
pakaian, dan tempat tinggal, yang harus dipenuhi agar dapat bertahan hidup, sedangkan
keinginan (want) adalah semua hal yang ingin kita miliki yang kita yakini membuat hidup kita
lebih nyaman dan bahagia.
Kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas, namun sumberdaya yang tersedia
terbatas. Hal ini yang dinamakan kelangkaan (Scarcity), artinya ketidakseimbangan antara

kebutuhan manusia yang tak terbatas dengan sumber daya yang terbatas. Sumberdaya (faktor
produksi) yang terbatas meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal,
dan daya pengusaha.
Dengan sumber daya yang langka maka tidak semua orang bisa memenuhi kebutuhan
dan keinginannya. Hanya sedikit orang yang memiliki banyak uang yang mampu memenuhi
semua keinginan dan kebutuhan mereka. Sebagai hasilnya, kita harus menggunakan
penghasilan kita dengan bijak dan membuat keputusan tentang bagaimana kita mengalokasikan
pendapatan kita dan sumber daya yang langka untuk berbagai penggunaan.
Dalam upaya memahami perilaku pengambilan keputusan terhadap keterbatasan
sumberdaya, para ekonom telah membuat asumsi yang membantu kita membuat model
perilaku pengambilan keputusan. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia
mempertimbangkan biaya (cost) dan manfaat (benefit) dari suatu keputusan. Seseorang akan
mempertimbangkan apabila nilai manfaat lebih besar daripada biayanya, maka ia akan
memutuskan untuk memilihnya. Di sinilah manusia melakukan pilihan (choice).

Business Economics – R1
Dalam setiap kegiatan ekonomi, baik memproduksi maupun mengkonsumsi
menggunakan barang dan jasa,setiap pelaku kegiatan ekonomi harus membuat pilihan-pilihan
(choices) agar sumber daya yang tersedia dapat digunakan secara efisien dengan mewujudkan
kesejahteraan yang maksimal.

1.2.2. Pengaruh perilaku pengambilan keputusan dalam bisnis


Setiap kali seseorang membuat keputusan tentang pembelian suatu produk, hal itu
berdampak pada bisnis. Pada saat kita berbelanja di supermarket misalnya, mungkin kita sering
tergoda dengan penawaran menarik yang membuat kita memutuskan untuk membeli walaupun
tidak memerlukannya bahkan mengalahkan kebutuhan membeli barang lain yang lebih penting.
Sebagai contoh, seorang mahasiswa harus membeli buku Business Economics
karangan Mankiw, Taylor and Ashwin yang direkomendasikan oleh dosennya. Mahasiswa
tersebut pergi ke toko buku dan mendapatkan buku tersebut. Ketika melihat harganya buku dia
berpikir bahwa harga buku tersebut terlalu tinggi, sehingga berpikir dua kali untukmembelinya.
Di sisi lain dia ingat tentang keinginannya mendaftar menjadi anggota tim futsal di kampusnya
yang lebih menarik baginya. Dan dia mengurungkan niatnya untuk membeli buku dan
memutuskan untuk meminjam di perpustakaan saja. Akibatnya toko tersebut tidak jadi
mendapatkan uang dari penjualan buku tersebut. Penjualan bukupun menurun. Buku

dikembalikan ke penerbit, sehingga penerbit kelebihan stok dan tidak dapat melakukan cetak
ulang, yang berimbas pada perusahaan kertas, perusahaan tinta dan lainnya. Imbas akan
terdampak pada pendapatan karyawan dan akhirnya berimbas kepada turunnya kemampuan
pemenuhan kebutuhan keluarga. Hal ini juga berdampak pada restoran yang biasa didatangi
karyawan tersebut. Karena turunnya penghasilan karyawan tersebut, ia tidak mengunjungi
restoran tersebut.
Keputusan sederhana oleh mahasiswa sendiri mungkin tampaknya tidak begitu penting
tetapi efek gabungan dari jutaan keputusan yang dibuat setiap hari oleh jutaan orang di seluruh
dunia memiliki efek signifikan pada bisnis.

1.2.3. Nilai Uang


Keputusan untuk membeli buku ini memberikan pesan kepada penerbit dan penulis
bahwa buku tersebut memiliki nilai - membantu mempelajari, membuat subjek lebih mudah
dipahami, sumber daya pendukung sangat membantu dalam memberikan penilaian dan pada
akhirnya mahasiswa dapat memperoleh nilai yang mereka cari. Dengan kata lain, keputusan
Business Economics – R1
untuk membeli buku ini menyiratkan bahwa pembeli merasa akan memberikan nilai uang. Kita
dapat mendefinisikan nilai uang sebagai situasi di mana kepuasan yang diperoleh dari
menggunakan buku (namun kita memilih untuk mengukur kepuasan itu) lebih besar dari jumlah
uang yang harus diserahkan seseorang untuk mendapatkannya (harga).
Jika cukup banyak mahasiswa membuat keputusan seperti itu, buku ini akan sangat
sukses. Para penulis akan senang karena mereka akan mendapat royalti dari penjualan setiap
buku dan penerbit akan senang karena mendapat keuntungan. Namun bagaimana dengan buku-
buku Business Economics yang lain? Inilah sebabnya para ekonom menghabiskan banyak
waktu untuk melihat kerja pasar.

1.2.4. Membuat Keputusan Bisnis


Dalam kegiatan bisnis kita harus membuat keputusan setiap hari. Ada tiga area penting
yang bisa kita perhatikan di mana pengambilan keputusan harus dipertimbangkan dengan
cermat. Tiga area tersebut adalah: (1) keputusan tentang investasi dalam kapasitas produktif
baru, (2) pertumbuhan dan ekspansi, dan tentang (3) memperoleh dan mempertahankan
pelanggan. Secara kolektif keputusan-keputusan ini saling terkait dan akan berdampak besar
pada keputusan lain yang harus diambil oleh bisnis. Misalnya, jika keputusan diambil untuk
memperkenalkan sistem perencanaan sumber daya perusahaan (sistem yang menyatukan
informasi manajemen dari dalam dan luar bisnis ke seluruh organisasi yang akan membantu
meningkatkan aliran informasi dalam bisnis), ini kemudian menyebabkan keputusan yang
harus diambil tentang mempekerjakan staf baru, mungkin mengurangi karyawan di beberapa
bidang, keputusan tentang kebutuhan pelatihan untuk staf dan bagaimana mengelola beberapa
gangguan yang akan terjadi selama masa transisi.

1.1. Lingkungan Bisnis (The Business Environment)

Para ekonom bisnis mengkaji perusahaan: perubahan lingkungan di mana mereka


beroperasi, keputusan yang mereka ambil, dan dampak dari keputusan tersebut – terhadap
perusahaan itu sendiri, terhadap pelanggannya, terhadap karyawannya, terhadap pesaing
bisnisnya, terhadap masyarakat luas dan terhadap domestik. dan perekonomian internasional.
Studi tentang bisnis akan melibatkan tiga jenis aktivitas :

■■ Deskripsi, yaitu menjelaskan tujuan bisnis (misalnya menghasilkan keuntungan atau


meningkatkan pangsa pasar), jenis pasar di mana perusahaan beroperasi (misalnya kompetitif
atau non-kompetitif) dan kendala dalam pengambilan keputusan. pembuatannya (misalnya

Business Economics – R1
biaya produksi, tingkat permintaan konsumen, dan keadaan perekonomian).

■■ Analisis yaitu menganalisis bagaimana biaya suatu perusahaan dapat bervariasi


sesuai dengan jumlah output yang dihasilkannya dan bagaimana pendapatannya akan
dipengaruhi oleh perubahan permintaan konsumen atau perubahan harga yang dikenakan oleh
pesaing. Dengan menganalisis naik turunnya perekonomian adalah merupakan sesuatu yang
akan mempunyai pengaruh penting terhadap profitabilitas banyak perusahaan.

■■ Rekomendasi yaitu dengan mengingat tujuan suatu perusahaan, ekonom bisnis


dapat membantu menunjukkan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya, jika
sebuah perusahaan ingin memaksimalkan keuntungannya, ekonom bisnis dapat memberikan
saran mengenai harga apa yang harus ditetapkan, berapa banyak investasi yang harus
dilakukan, berapa banyak yang harus diiklankan, dan sebagainya. yang menjadi dasar mereka.
Dalam kondisi yang tidak menentu, rekomendasi akan bersifat tentatif

Dalam istilahnya yang paling sederhana, aktivitas bisnis melibatkan pengambilan


serangkaian input dan menghasilkan output. Outputnya bisa berupa barang fisik atau layanan.
Bisnis mungkin menyediakan barang dan jasa ini kepada seseorang yang benar-benar
mengkonsumsi barang atau jasa (konsumen akhir) atau bisnis lain yang dapat bertindak sebagai
perantara dalam mendapatkan barang dan jasa kepada konsumen akhir atau yang akan
melakukan sesuatu untuk barang-barang tersebut dan layanan sebelum menjualnya ke
konsumen akhir.

Aktivitas bisnis di mana bisnis menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir disebut
sebagai bisnis B2C. Sedangkan bisnis menjual barang atau jasa ke bisnis lain, disebut sebagai
bisnis B2B. Dalam beberapa tahun terakhir ada juga bentuk lain dari aktivitas yang dapat
digolongkan sebagai aktivitas bisnis di mana konsumen berinteraksi dengan konsumen lain
melalui situs jejaring sosial atau situs web seperti eBay, Amazon Marketplace, eBid, OZtion,
uBid dan Overstock, yang memfasilitasi jenis ini. perdagangan. Ini disebut sebagai bisnis C2C.

1.1.1. Faktor-faktor produksi

Setiap bisnis harus menggunakan input. Input ini disebut sebagai faktor produksi, yang
digunakan untuk menghasilkan output - produk setengah jadi atau komoditas (bahan baku
seperti karet, kakao, kopi, gandum, timah, bijih, dll.), yang kemudian dijual ke bisnis lain atau
produk jadi yang dijual ke konsumen.

Faktor-faktor produksi meliputi faktor: tanah, tenaga kerja, modal dan intreprise/
Business Economics – R1
wirausaha. Wirausaha merupakan tenaga kerja spesialis sehingga dianggap sebagai faktor
produksi yang terpisah. Faktor produksi tanah adalah semua sumber daya alam yang dapat
digunakan dalam produksi, tenaga kerja adalah semua upaya manusia, mental dan fisik, yang
digunakan dalam produksi, modal adalah barang apa pun yang digunakan dalam produksi yang
tidak digunakan untuk kepentingannya sendiri tetapi untuk apa yang dikontribusikannya untuk
produksi. Entreprise adalah tindakan mengambil risiko dalam organisasi faktor-faktor produksi
untuk menghasilkan aktivitas bisnis.

1.1.2. Transformasi Bisnis

Bagaimana faktor-faktor produksi disatukan, dalam proporsi apa dan bagaimana


mereka bekerja bersama dalam proses transformasi, bisa sangat berbeda, bahkan dalam jenis
bisnis yang sama yang beroperasi di industri yang sama sekalipun. Jarang ada dua perusahaan
yang memproduksi mobil atau bahan kimia yang sama walaupun mereka mungkin memiliki
banyak kesamaan. Salah satu elemen kunci dari proses transformasi adalah penambahan nilai
pada produknya dan ini bisa terjadi pada setiap tahap dalam proses transformasi.

Nilai tambah (added value) adalah apa yang dilakukan perusahaan terhadap input yang
diubahnya menjadi output yang ditujukan kepada pelanggan (bisnis atau konsumen akhir).
Menambah nilai bisa dalam bentuk karya atau teknologi yang membuat hidup konsumen jauh
lebih mudah dalam beberapa cara atau apakah pekerjaan produk dirancang untuk lebih efektif
atau lebih memiliki gaya daripada produk saingan di pasar. Jika suatu bisnis tidak dapat
menambah nilai maka bisnis tersebut pada akhirnya akan gagal. Beberapa produk akan gagal
karena tidak memenuhi kebutuhan pasar, artinya bahwa tidak ada cukup banyak orang yang
mau membayar harga yang ditetapkan.

Merupakan hal yang normal untuk membagi lingkungan ekonomi di mana perusahaan
beroperasi menjadi dua tingkatan:

■■ Lingkungan Mikroekonomi. Hal ini mencakup semua faktor ekonomi yang spesifik
pada perusahaan tertentu yang beroperasi di pasar tertentu. Jadi, satu perusahaan mungkin
beroperasi di pasar yang sangat kompetitif yang lain mungkin tidak; satu perusahaan mungkin
dihadapkan pada selera konsumen yang berubah dengan cepat (misalnya produsen pakaian
bermerek), sementara perusahaan lain mungkin dihadapkan pada permintaan konsumen yang
hampir konstan (misalnya pedagang kentang); satu Perusahaan mungkin menghadapi kenaikan
biaya yang cepat, sedangkan perusahaan lain mungkin mendapati bahwa biaya tetap atau
menurun.
Business Economics – R1
■■ Lingkungan Makroekonomi. Ini adalah situasi perekonomian nasional dan
internasional di mana bisnis secara keseluruhan beroperasi. Bisnis secara umum akan berjalan
jauh lebih baik ketika perekonomian sedang tumbuh, dibandingkan ketika perekonomian
berada dalam resesi, seperti yang kita lihat selama pandemi COVID-19. Dalam mengkaji
lingkungan makroekonomi, kita juga akan melihat kebijakan-kebijakan yang diambil
pemerintah dalam upaya mereka untuk mengarahkan perekonomian, karena kebijakan-
kebijakan ini, dengan mempengaruhi hal-hal seperti perpajakan, peraturan, suku bunga dan
nilai tukar, akan mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian. perusahaan

Maju mundurnya suatu bisnis perusahaan dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
bisnisnya. Lingkungan bisnis dibedakan menjadi lingkungan bisnis internal dan lingkungan
bisnis ekternal. Lingkungan internal kemungkinan dapat dikendalikan secara organisastoris
oleh para pelaku usaha, sehingga dapat diarahkan sesuai dengan keinginan perusahaan.
Sedangkan lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar kegiatan bisnis
yang tidak mungkin dapat dikendalikan begitu saja oleh pelaku bisnis sesuai dengan keinginan
perusahaan.

Faktor-faktor lingkungan internal yang mempengaruhi kegiatan bisnis adalah: faktor


tenaga kerja, modal, material, peralatan mesin dan metode manajemen yang digunakan pelaku
bisnis. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi kegiatan bisnis antara
lain adalah: Faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, ekologi, hukum, etika dan lingkungan
global. Secara tradisional terdapat identifikasi empat dimensi bisnis lingkungan: politik,
ekonomi, sosial/budaya dan teknologi. Faktor politik: Perusahaan terkena dampak langsung
dari Tindakan pemerintahan dan peristiwa politik lainnya. Ini mungkin saja peristiwa besar
yang mempengaruhi seluruh komunitas bisnis, seperti seperti dampak invasi Rusia ke Ukraina,
keluarnya Inggris dari UE, pembatasan akibat COVID-19, atau pergantian pemerintahan. Atau,
tindakan tersebut mungkin hanya memengaruhi satu Tindakan bagian dari perekonomian.
Misalnya saja tarif terhadap kantong plastic mempengaruhi sektor ritel dan larangan merokok
di tempat umum tempat mempengaruhi industri tembakau. Faktor-faktor ekonomi : Bisnis
dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, termasuk perubahan biaya bahan mentah, masuknya
pesaing baru ke pasar, ketersediaan dana investasi saat ini, kinerja ekonomi perekonomian
dalam negeri dan dunia, serta perubahan dalam negeri dan kebijakan ekonomi luar negeri.
Faktor sosial/budaya: Aspek ini menyangkut sikap social dan nilai-nilai. Ini termasuk sikap
terhadap pekerjaan kondisi dan lamanya hari kerja, kesempatan yang sama bagi berbagai
kelompok orang (baik berdasarkan etnis, jenis kelamin, atribut fisik, dll.), sifat dan kemurnian
Business Economics – R1
produk, penggunaan dan penyalahgunaan hewan, dan gambar yang digambarkan dalam
iklan. Faktor teknologi: Selama 30 tahun terakhir telah terjadi perubahan teknologi yang
signifikan, yang berdampak besar berdampak pada cara perusahaan memproduksi,
mengiklankan, dan menjual produknya. Belanja online terus berkembang, menciptakan pasar
global bagi perusahaan, sekaligus menimbulkan masalah bagi pengecer jalanan. Hal ini juga
telah mengubah cara berbisnis terorganisir, memberikan lebih banyak peluang untuk online
yang lebih kecil pengecer dan mengubah struktur banyak pasar.

Penggunaan robot dan bentuk lain yang dikendalikan computer produksi telah
mengubah sifat pekerjaan bagi banyak pekerja. Revolusi teknologi informasi telah
memungkinkan komunikasi yang jauh lebih cepat, sehingga memungkinkan perusahaan di
seluruh dunia untuk bekerja sama secara lebih efektif. Lingkungan kerja menjadi lebih fleksibel
dan efisien, dengan banyak pekerja yang dapat bekerja sambil bepergian, dari negara lain atau
dari rumah – bantuan khusus selama pandemi COVID-19.

Pembagian faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan menjadi faktor-faktor


politik, ekonomi, sosial dan teknologi yang biasa disebut dengan Analisis PEST. Namun, kita
dapat menambahkan tiga faktor lagi untuk membuat Analisis STEEPLE. Elemen tambahannya
adalah: Faktor lingkungan (ekologis): Hal ini telah menjadi isu yang semakin penting dalam
politik dan bisnis perusahaan membidik, dan bahkan dipaksa oleh kebijakan pemerintah
perubahan, untuk mengambil pendekatan bisnis yang lebih ramah lingkungan. Konsumen lebih
sadar lingkungan dan citra hijau dapat terwujud berguna dalam menghasilkan pendanaan dari
investor dan pemerintah. Faktor hukum: Dunia usaha dipengaruhi oleh kerangka hukum di
yang mereka operasikan. Contohnya termasuk undang-undang hubungan industrial, standar
keamanan produk, peraturan yang mengatur penetapan harga di industri yang diprivatisasi dan
undang-undang yang mencegahnya. Faktor etika: Perusahaan semakin mendapat tekanan untuk
melakukan hal ini mengadopsi sikap yang lebih bertanggung jawab secara sosial terhadap
bisnis, dengan kekhawatiran atas kondisi kerja, keamanan produk dan periklanan yang
berkualitas dan jujur.

Business Economics – R1
Gambar 1.1. Proses Transformasi bisnis

Gambar 1.1. menunjukkan proses transformasi bisnis. Bisnis menerima input yang
menimbulkan biaya dan menggabungkan input tersebut dengan cara yang berbeda untuk
menghasilkan output yang kemudian dijual dan menghasilkan pendapatan. Seiring waktu
pendapatan harus melebihi biaya agar bisnis dapat bertahan hidup. Bisnis dipengaruhi oleh
berbagai pengaruh baik internal maupun eksternal antara lain politik, ekonomi, sosial,
teknologi, hukum dan lingkungan.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Ekonomi bisnis adalah tentang studi tentang keputusan ekonomi yang dibuat oleh bisnis
dan pengaruhnya terhadap keputusan tersebut. Para ekonom bisnis mengkaji perusahaan:
perubahan lingkungan di mana mereka beroperasi, keputusan yang mereka ambil, dan dampak
dari keputusan tersebut – terhadap perusahaan itu sendiri, terhadap pelanggannya, terhadap
karyawannya, terhadap pesaing bisnisnya, terhadap masyarakat luas dan terhadap domestik.
dan perekonomian internasional.

Terdapat 10 prinsip ekonomi yang secara garis besar diklasifikasikan menjadi 3 prinsip
ekonomi mendasar. Pelajaran mendasar tentang pengambilan keputusan individu adalah bahwa
orang dan bisnis menghadapi trade-off di antara tujuan alternatif, bahwa biaya dari setiap
tindakan diukur dalam hal peluang yang hilang, bahwa orang dan bisnis yang rasional
mengambil keputusan dengan membandingkan biaya marjinal dan manfaat marjinal, dan
bahwa individu dan perusahaan mengubah perilaku mereka sebagai tanggapan atas insentif
yang mereka hadapi.

Pelajaran dasar mengenai interaksi antara individu dan perusahaan menyatakan bahwa
perdagangan bisa saling menguntungkan, pasar umumnya efektif sebagai mekanisme
koordinasi perdagangan, dan pemerintah dapat memperbaiki hasil pasar dalam mengatasi
kegagalan pasar. Pelajaran fundamental dalam ekonomi menyatakan bahwa produktivitas
adalah kunci utama untuk meningkatkan standar hidup, pertumbuhan uang adalah sumber
utama inflasi, dan masyarakat dihadapkan pada pertukaran jangka pendek antara inflasi dan
pengangguran. Bagian ini juga membahas pengambilan keputusan, yang merupakan inti dari
aktivitas ekonomi. Jutaan keputusan dibuat setiap hari oleh konsumen, memengaruhi bisnis
dalam tiga aspek, yaitu investasi, pertumbuhan dan ekspansi, serta akuisisi dan retensi
pelanggan.

Kegiatan bisnis melibatkan penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan produk


yang dibeli oleh perusahaan atau konsumen. Bisnis harus beroperasi dalam lingkungan internal
dan eksternal, yang melibatkan faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum, dan
lingkungan. Perubahan dalam lingkungan eksternal dapat menciptakan peluang atau ancaman
bagi bisnis.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning:


United Kingdom. ISBN: 9789814915342.

2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-292-44020-0

Business Economics – R1
Business Economics – R1
LECTURE NOTES

Business Economics

Week 2

The Market System


LEARNING OUTCOMES

LO 1. Memahami prinsip-prinsip ekonomi bisnis dan menerapkannya dalam sistem pasar.

OUTLINE MATERI:

2.1. The Market Forces of Supply and Demand


2.2. Elasticity
2.3. Government Policies

Business Economics – R1
ISI MATERI

2.1. Penawaran dan Permintaan Pasar


2.1.1. Penawaran
Penawaran terbatas pada jumlah yang dapat dipasok oleh perusahaan yaitu bergantung pada
sumber daya dan teknologi yang tersedia. Hal ini berkaitan dengan ilmu ekonomi, dimana
penawaran merupakan teori yang merujuk pada banyaknya barang atau jasa yang tersedia dan dapat
ditawarkan oleh rumah tangga produksi (RTP) kepada rumah tangga konsumsi (RTK) pada setiap
tingkat harga selama periode tertentu. Relasi antara jumlah barang atau jasa yang ditawarkan
terhadap harga di pasar ditunjukkan lebih lanjut dalam hukum penawaran (law of supply) yang
menyatakan hubungan berbanding lurus, di mana penawaran akan bertambah seiring dengan
meningkatnya harga pasar dan berlaku juga sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh keputusan
penawaran yang disandarkan pada potensi keuntungan (laba) yang diperoleh, di mana:

Laba = Total Penerimaan – Total Biaya


= (Harga x Jumlah Barang/Jasa Terjual) – Total Biaya Produksi

Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi harga maka jumlah barang/jasa sebagai
variabel pengalinya akan turut bertambah sebagai langkah konkret memaksimalkan keuntungan.
Apabila penawaran individu (individual supply) perusahan-perusahaan pada industri sejenis
digabung, maka akan terbentuk tolak ukur penawaran pasar (market supply).

2.1.1.1. Kurva Penawaran


Jumlah penawaran (quantity supplied) adalah banyaknya barang atau jasa yang bersedia
dijual oleh penjual. Hubungan antara harga dan jumlah penawaran berhubungan positif, yaitu
jika harga tinggi, dengan faktor lain tetap (ceteris paribus) maka jumlah barang ditawarkan
akan naik demikian sebaliknya jika harga rendah maka jumlah barang yang ditawarkan akan
turun. Hubungan antara jumlah penawaran dan harga ini disebut dengan hukum penawaran
(law of supply).

Business Economics – R1
Gambar 2.1. Kurva penawaran (Supply Curve)

Kurva Penawaran (supply curve) merupakan kurva yang menunjukkan hubungan jumlah
komoditi per satuan waktu yang akan dihasilkan dan dijual di pasar dengan harga satuan dari
komoditi tersebut. Kurva penawaran menyatakan berapa banyak produsen bersedia menjual
untuk tiap harga yang akan diterimanya di pasar. Kurva ini miring ke atas (menunjukkan
hubungan positif), dengan asumsi hal-hal lain tetap, pada harga yang lebih tinggi berarti lebih
banyak barang yang dapat ditawarkan. Hubungan antara jumlah penawaran dan harga dapat
dituliskan sebagai:

Qs = Qs(P)

2.1.1.2. Pergeseran Dan Pergerakan Kurva Penawaran


Terdapat perbedaan antara pergeseran kurva penawaran dengan pergerakan sepanjang
kurva penawaran. Pergeseran kurva penawaran terjadi karena perubahan faktor-faktor
penawaran selain dari harga, yang menunjukkan peningkatan atau penurunan penawaran pada
tingkat harga berapapun. Sedangkan, pergerakan sepanjang kurva penawaran terjadi manakala
terdapat perubahan harga, dengan asumsi faktor lainnya ceteris paribus. Umumnya hal ini
terjadi karena dinamika permintaan RTK yang berimbas pada perubahan kuantitas penawaran.
Faktor-faktor yang menyebabkan Pergeseran kurva penawaran:
a. Harga input / bahan baku
b. Teknologi
c. Perkiraan
d. Jumlah penjual

Business Economics – R1
e. Faktor alam/ sosial

Secara grafis, pergeseran kurva penawaran dapat dilihat pada Gambar 2.2. Adanya
perubahan harga input, teknologi atau lainnya menyebabkan kurva S1 bergeser ke S2 atau ke
S3.

Gambar 2.2. Pergeseran kurva penawaran

Source: Principle of Economics – Gregory Mankiw

Pergerakan di sepanjang kurva penawaran terjadi ketika ada perubahan harga. Ini
mungkin terjadi karena perubahan kondisi permintaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran selain harga diasumsikan tetap konstan.

2.1.2. Permintaan
Permintaan berhubungan dengan keinginan. Jika barang dan jasa itu gratis, masyarakat
akan meminta dan mengkonsumsi apa saja yang mereka inginkan. Keinginan seperti itu
sebenarnya tidak terbatas: mungkin hanya dibatasi oleh imajinasi orang. Jumlah permintaan
(quantity demanded) adalah jumlah barang yang ingin dibeli oleh konsumen dan ia mampu
untuk membayarnya. Hukum permintaan (law of demand) menyebutkan bahwa jumlah
permintaan barang menurun ketika harga naik, dengan faktor selain harga dianggap tetap, dan
meningkat ketika harga turun. Hal ini dapat diartikan bahwa permintaan berbanding terbalik
dengan harga atau memiliki hubungan negatif. Untuk mempermudah, dibuat daftar permintaan
dalam tabel yang menunjukkan hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah permintaan
dengan asumsi faktor lain yang memengaruhi konsumen dalam membeli barang tersebut tidak
berubah.

Business Economics – R1
Gambar 2.2. Kurva Permintaan (Demand Curve)
Source: Principle of Economics – Gregory Mankiw

Kurva permintaan pada Gambar 2.2 dapat diketahui bahwa sifat hubungan antara harga
komoditi dan jumlah yang ditawarkan adalah negatif. Kenaikan harga komoditi diikuti dengan
penurunan jumlah yang diminta; sebaliknya, penurunan harga komoditi diikuti dengan
kenaikan jumlah yang diminta. Hubungan antara jumlah permintaan dan harga dapat dituliskan
sebagai:
QD = QD(P)

2.1.2.1. Pergeseran dan pergerakan Kurva Permintaan


Setiap perubahan yang meningkatkan jumlah permintaan barang pada berbagai tingkat
harga, akan menggeser kurva permintaan ke kanan, sebaliknya setiap perubahan yang
mengurangi jumlah permintaan akan barang pada berbagai tingkat harga menggeser kurva
permintaan ke kiri.

Business Economics – R1
Gambar 2.4. Pergeseran kurva permintaan
Source: Principle of Economics – Gregory Mankiw

Terdapat beberapa factor yang dapat menyebabkan pergeseran pada kurva permintaan, di
antaranya:

a. Pendapatan

• Barang Normal, yaitu jenis barang yang permintaannya menurun ketika pendapatan
menurun.

• Barang Inferior, yaitu jenis barang yang permintaannya meningkat ketika pendapatan
menurun.

b. Harga barang-barang terkait

• Barang Substitusi, yaitu 2 barang yang kenaikan harga salah satu barang menyebabkan
peningkatan permintaan barang lainnya. Contoh: tiket bioskop dan pengunduhan film.

• Barang Komplementer, yaitu 2 barang yang kenaikan harga salah satu barang
menyebabkan penurunan permintaan barang lainnya. Contoh: komputer dan perangkat
lunak.

c. Selera

d. Ekspektasi/perkiraan tentang masa depan

e. Ukuran dan struktur populasi (Jumlah Pembeli)

Business Economics – R1
.
Pada kasus penurunan harga suatu barang atau jasa, jumlah permintaan terhadap produk
tersebut akan meningkat, dengan alasan yang tidak terbatas pada:

a. Efek Pendapatan, yaitu kondisi manakala tingkat pendapatan konsumen diasumsikan


konstan dan harga mengalami penurunan, maka kemampuan daya beli konsumen akan
meningkat. Sebab, dengan jumlah uang yang sama RTK dapat membeli barang lebih dari satu
dibandingkan pada harga sebelumnya.

b. Efek Substitusi, yaitu kondisi di mana terdapat 2 jenis barang dengan fungsi yang sama,
seperti cabai merah dan cabai hijau, yang mana salah satunya mengalami kenaikan harga.
Maka, jumlah permintaan terhadap satu jenis barang lainnya yang memiliki tingkat harga lebih
rendah, akan meningkat sebagai bentuk substitusi kebutuhan pada fungsi barang tersebut.

2.1.3. Keseimbangan

Keseimbangan pasar (market equilibrium) adalah situasi ketika harga telah mencapai
level dimana kuantitas barang/jasa yang ditawarkan sama dengan kuantitas barang/jasa yang
diminta (Qd = Qs). Dalam analisis ekonomi, keseimbangan pasar dapat digambarkan pada saat
kurva penawaran berpotongan dengan kurva permintaan. Titik perpotongan tersebut
merupakan titik keseimbangan atau equilibrium yang diasumsikan harga penawaran dan
permintaan telah mencapai tingkatan yang sama.

Gambar 2.5. Keseimbangan permintaan dan penawaran

Business Economics – R1
Gambar 2.5 menunjukkan kesetimbangan penawaran dan permintaan. Keseimbangan ditemukan di
mana pasokan dan kurva permintaan berpotongan. Pada harga keseimbangan, kuantitas ditawarkan
sama dengan kuantitasnya menuntut. Di sini keseimbangannya harga $2 Pada harga ini, disediakan
7 cone es krim, dan diminta 7 cone es krim.

Hukum permintaan dan penawaran (law of supply and demand) adalah kondisi yang menyatakan
harga barang/jasa disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah penawaran dan permintaan atas
barang tersebut.

2.1.4. Pasar dalam kondisi tidak seimbang

Bagaimana jika harga pasar berada di atas atau di bawah harga keseimbangan? Kondisi
pasar yang tidak seimbang terjadi manakala jumlah penawaran barang/jasa tidak sama dengan
jumlah permintaan barang/jasa. Kondisi surplus terjadi ketika kuantitas penawaran lebih tinggi
dibandingkan kuantitas permintaan. Sedangkan kondisi defisit terjadi ketika kuantitas
penawaran lebih rendah dibandingkan kuantitas permintaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui
kurva permintaan penawaran seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6.(a) dan 2.7 (b).

Gambar 2.6(a) menunjukkan harga pasar di atas harga keseimbangan sehingga


terjadi surplus dan Gambar 2.7 (b) menunjukkan harga pasar berada di bawah harga
keseimbangan.

Gambar 2.6. (a) Surplus Gambar 2.7. (b) Defisit

Business Economics – R1
- Surplus
• Ketika harga > harga Ekuilibrium, maka kuantitas yang ditawarkan> kuantitas
yang diminta
• Ada kelebihan penawaran atau surplus
- Kekurangan
• Ketika harga < harga ekuilibrium, maka kuantitas yang diminta> jumlah yang
ditawarkan
• Ada kelebihan permintaan atau kekurangan
Pemasok akan menaikkan harga karena terlalu banyak pembeli membeli terlalu sedikit
barang, sehingga bergerak ke arah ekuilibrium.
Contoh soal perhitungan:
Diketahui Fungsi permintaan Qd = 1900 - 2P dan fungsi penawaran, Qs = −100 + 6P dimana
Qd adalah jumlah permintaan barang, Qs jumlah penawaran barang, P adalah harga barang.
Tanda minus di depan variabel harga pada fungsi permintaan menunjukkan adanya hubungan
negatif antara harga dan kuantitas yang diminta sedangkan tanda plus di depan variabel harga
dalam persamaan penawaran menunjukkan adanya hubungan positif antara hubungan harga
dan kuantitas yang ditawarkan.
Invers (kebalikan) dari Persamaan Qd = 1900 - 2P dan persamaan, Qs = −100 + 6P adalah:
Qd = 1900 - 2P Qs = −100 + 6P
2P = 1900 - Qd Qs + 100 = 6P
P = 950 - 0.5Qd
P = ⅙Qs + 100⁄6
Keseimbangan adalah:
Qd = Qs
1900 - 2P = −100 + 6P
2000 = 8P → P = 250
Q = 1900 – 2(250) → Q = 1400

Jadi keseimbangan terjadi pada saat Qd = Qs yaitu sebesar 1400 pada harga €250

2.2. Elastisitas

Menurut Gregory Mankiw, elastisitas adalah sebuah ukuran responsibilitas kuantitas


permintaan atau pun kuantitas penawaran ke salah satu determinannya. Sederhananya,
elastisitas merupakan ukuran seberapa jauh para pembeli dan penjual (Y) bereaksi terhadap

Business Economics – R1
perubahan-perubahan kondisi yang terjadi di pasar (X). Dalam ilmu ekonomi, koefisien
elastisitas dilambangkan dengan simbol E.
Persentase Perubahan Variabel Y
E =
Persentase Perubahan Variabel X

Suatu barang dikatakan elastis apabila jumlah yang ditawarkan berubah signifikan
terhadap perubahan harga. Sedangkan, suatu barang dikatakan inelastis apabila perubahan
penawarannya tidak signifikan atau cenderung stagnan terhadap perubahan harga.
Secara teoritis jenis elastisitas harga penawaran yang berhubungan dengan hukum
penawaran dan berdasarkan koefisien elastisitasnya dikelompokan menjadi lima, yaitu
penawaran elastis, elastis sempurna, inelastis, inelastis sempurna dan elastis uniter. Hal ini
dapat dijelaskan melalui Tabel 2.3.

Tabel 2. 3. Elastisitas Penawaran

Nilai Elastisitas logika Jenis Elastisitas Contoh barang

Es > 1 %Qs > %Ps Elastis Barang mewah

Es < 1 %Qs < %Ps Inelastis barang primer/pokok

Es = 1 %Qs = %Ps uniter/ normal sekunder

Es = ~ %Ps = 0 elastis sempurna Kebutuhan dunia


misal gandum, minyak
Es = 0 %Qs = 0 inelastis sempurna Kebutuhan tanah : Air minum

2.2.1. Elastisitas Permintaan


Elastisitas permintaan (elasticity of demand) ialah derajat kepekaan dari perubahan
jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga. Perubahan harga sangat memengaruhi
jumlah barang yang diminta. Semakin elastis suatu permintaan barang berarti jumlah barang
yang diminta oleh konsumen semakin mudah berubah, entah naik atau turun.
2.2.1.1. Elastisitas harga dari permintaan
Elastisitas permintaan (price elasticity of demand) adalah suatu pengukuran respon
kuantitas permntaan terhadap perubahan harga, yang dihitung sebagai persentase perubahan
kuantitas yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga. Secara matematis, elastisitas
permintaan dihitung menggunakan rumus:

Business Economics – R1
%∆Qd ∆Qd P Qd1 – Qd0 P0
= atau Ed = * atau Ed = *
Ed %∆P ∆P Qd P1 – P0 Qd0

Keterangan:

Qd0 = Jumlah barang yang diminta sebelum perubahan harga

Qd1 = Jumlah barang yang diminta setelah perubahan harga

P0 = Harga awal

P1 = Harga akhir

CONTOH SOAL PERHITUNGAN

Diketahui:

- P0 = Rp30.000,00

- P1 = Rp 20.000,00 } ∆P = Rp10.000,00

- Q0 = 200 kg

- Q1 = 300 kg } ∆Qd = 100 kg

Ditanyakan:

Berapa tingkat elastisitas permintaannya?

Jawab:

Ed = ∆Q * P0

∆P Q0

= 100 * 30.000

10.000 200

Ed = 1,5

Sehingga, dapat disimpulkan elstisitas permintaan harga apel di pasar adalah 1,5 satuan.

Business Economics – R1
Perlu diingat bahwa hukum permintaan menyatakan bahwa harga dan kuantitas berhubungan
terbalik, sehingga perubahan harga dan perubahan jumlah yang diminta akan berubah dalam
arah yang berlawanan. Jadi dalam rumus elastisitas, pembilang dan penyebut mempunyai tanda
yang berlawanan, sehingga elastisitas harga dari permintaan bertanda negatif.
Permintaan atas suatu barang dikatakan elastis jika kuantitas yang diminta berubah secara
substansial akibat perubahan harganya. Sebaliknya, permintaan dikatakan tidak elastis atau
inelastis apabila jumlah yang diminta hanya sedikit berubah akibat adanya perubahan harga.
Contoh Elastisitas permintaan pada persamaan linier dapat dilihat pada Gambar 2.7. Dan
Tingkat Elastisitas pada Tabel 2.4.

Gambar 2.7 Elastisitas Permintaan

Tabel. 2.4 Tingkat Elastisitas

Business Economics – R1
Faktor-faktor yang mempengaruhi Elastisitas Harga
- Tingkat substitusi. Makin sulit mencari substitusi suatu barang, permintaan makin
inelastis.
- Jumlai pemakai. Makin banyak jumlah pemakai, permintaan akan suatu barang makin
inelastis.
- Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen. Bila proporsi tersebut besar,
maka permintaan cenderung lebih elastis.
- Jangka waktu. Jangka waktu permintaan atas suatu barang juga mempunyai pengaruh
terhadap elastisitas harga. Hal ini tergantung pada apakah barangnya durabel atau
nondurable.
Contoh:
Untuk menaikkan jumlah penjualan peralatan rumah tangga, Toko alat-alat rumah tangga
“Super” pada akhir bulan selalu memberikan diskon. Harga sebuah sapu yang semula Rp
20.000,00 turun menjadi Rp 15.000,00. Akibat penurunan harga, jumlah permintaan sapu
meningkat dari 1.000 menjadi 4.000. Jadi koefisien elastisitasnya bisa dihitung seperti berikut:
Ep Q / Q Q P
=
= 
P / P P Q
(4.000 −1.000) 20.000 3.000
Ep =  =  20 = −12 → E p  1
(15.000 − 20.000) 1.000 − 5.000

Business Economics – R1
Bisa dilihat bahwa hasil menunjukkan nilai negative (-12). Namun nilai negatif ini diabaikan
dalam menghitung koefisien elastisitas. Nilai koefisien permintaan sapu adalah 12. Artinya,
perubahan harga sebanyak 1 % menyebabkan perubahan permintaan sebanyak 12 %.

2.2.1.2. Elastisitas pendapatan


Koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan atas suatu barang sebagai
akibat dari perubahan pendapatan konsumen dikenal dengan elastisitas permintaan terhadap
pendapatan. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang
berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi suatu barang terhadap perubahan
pendapatan (income).
Rumus Elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah sebagai berikut:

Acuan umum pengelompokan kategori suatu barang adalah sebagai berikut:

EI < 0 : barang inferior (barang bermutu rendah)


EI > 0 : barang normal
Barang Normal terdiri dari :
EI > 1 : barang mewah
0 < EI < 1 : barang kebutuhan pokok

Barang normal terdiri dari dua kelompok barang, yaitu barang kebutuhan pokok dan barang
mewah. Barang kebutuhan pokok dan barang mewah memiliki elastisitas permintaan yang
positif. Namun, keduanya berbeda dalam hal respon terhadap perubahan pendapatan. Produk
mewah relatif lebih elastis daripada kebutuhan. Barang kebutuhan pokok relatif kurang
responsif terhadap perubahan pendapatan konsumen. Pada saat pendapatan konsumen
meningkat, permintaan untuk barang-barang ini meningkat tetapi dengan persentase yang lebih
rendah.
Sedangkan barang inferior memiliki elastisitas permintaan terhadap pendapatan bernilai
negatif, karena perubahan pendapatan dan perubahan jumlah barang yang dibeli bergerak ke

Business Economics – R1
arah yang berlawanan, yaitu ketika pendapatan naik, permintaan akan turun.

2.2.1.3. Elastisitas silang dari permintaan


Koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu komoditi apabila terjadi
perubahan harga komoditi lain dinamakan elastisitas harga silang dari permintaan.
Nilai elastisitas harga Silang dari permintaan dirumuskan sebagai persentase perubahan
permintaan suatu barang (pada harga tetap tertentu) dibagi dengan persentase perubahan harga
barang lain. Atau dituliskan :

1 0

Business Economics – R1
Nilai elastisitas silang antara -~ < Ec < ~

Jika kenaikan harga suatu komoditi mengakibatkan kenaikan permintaan komoditi lain, maka
nilai elastisitas harga silangnya adalah positif, dan kedua komoditi tersebut bersubstitusi. Jika
kenaikan harga suatu komoditi menyebabkan penurunan permintaan komoditi yang lain, maka
nilai elastisitas harga silangnya adalah negatif, dan kedua komoditi tersebut dikatakan memiliki
hubungan komplementer.
2.3. Kebijakan Pemerintah

2.3.1. Pengendalian Harga


2.3.1.1. Price floor
Harga dasar (price floor) adalah harga minimum di mana suatu barang (atau jasa) boleh
dijual. Sehingga, penjual tidak dapat menjual suatu barang dengan harga di bawah harga dasar
tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya surplus barang. Harga dasar ini sering disebut juga
dengan harga terendah atau harga batas bawah. Harga dasar merupakan suatu bentuk intervensi
pemerintah dalam mengendalikan harga untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti melindungi
petani, buruh, karyawan, dan sebagainya.

Gambar 2.7. Price floor

Berikut ini adalah contoh-contoh ketika pemerintah mengintervensi pasar menggunakan harga
dasar:
1. Upah Minimum Regional (UMR) ataupun Upah Minimum Provinsi (UMP): walaupun
menggunakan istilah “upah” namun inti dari kebijakan ini adalah sama, yaitu membatasi
“harga buruh” agar tidak menjadi terlalu rendah.

Business Economics – R1
2. Harga batas bawah taksi online: pemerintah menetapkan harga dasar agar taksi offline
dapat bersaing dengan taksi online, ini adalah polemik yang terjadi pada tahun 2017.
3. Harga batas bawah pesawat: pemerintah menetapkan harga dasar agar maskapai tidak
mengabaikan keselamatan penumpang, karena harga murah umumnya kualitasnya pun
kurang baik.
Pengenaan harga dasar sangat efektif dalam melindungi produsen dari penurunan harga barang
sampai tak terhingga. Mekanisme kebijakan ini dengan peran pemerintah untuk membeli
surplus produksi. Harga dasar akan menyebabkan kelebihan (surplus). Hal ini disebabkan oleh
jumlah barang yang ditawarkan (supply) lebih banyak dari jumlah barang yang diminta
(demand) Qs>Qd.
Dengan batas harga dasar, pedagang cenderung untuk lebih banyak menawarkan barangnya
karena harganya di atas harga keseimbangan pasar jadi ia mendapatkan keuntungan yang lebih
besar, sedangkan dari sisi permintaan yaitu konsumen (masyarakat) cenderung akan lebih
sedikit melakukan permintaan karena harga yang ditawarkan lebih tinggi dari harga
keseimbangan pasar.
Jadi, yang ditimbulkan oleh floor price adalah kelebihan karena jumlah permintaan lebih
sedikit dari jumlah penawaran. Jika hal ini tidak diatasi dapat menyebabkan penumpukan
barang dan rusaknya harga barang tersebut. Floor price bermanfaat bagi produsen agar
melindungi produsen dari kerugian jadi ditentukan batas eceran minimumnya. Dengan
kebijakan harga dasar juga akan memungkinkan terjadinya ekspor barang dari dalam negeri
karena lebihnya stok barang dalam negeri.
2.3.1.2. Ceiling Price
Ceiling Price (Harga tertinggi) adalah harga maksimum yang ditetapkan berkenaan
dengan menurunnya penawaran barang di pasar, pemerintah melakukan operasi pasar. Hal ini
efektif dalam melindungi konsumen dari gejolak kenaikan harga tak terhingga. Kebijakan
harga melalui “Operasi Pasar” pada waktu tertentu, pemerintah menambah jumlah barang yang
ditawarkan ke pasar.
Batas harga tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah akan menimbulkan kekurangan
(shortage). Hal itu bisa terjadi karena disebabkan oleh jumlah barang yang ditawarkan (supply)
lebih sedikit dari jumlah barang yang diminta (demand) Qs<Qd.

Business Economics – R1
Dengan batas harga tertinggi, pedagang cenderung untuk lebih sedikit menawarkan barangnya
karena harganya di bawah harga keseimbangan pasar jadi ia tidak mendapatkan keuntungan
yang lebih besar atau bahkan bisa tidak mendapat untung sama sekali atau rugi. Sedangkan dari
sisi permintaan yaitu konsumen (masyarakat) cenderung akan lebih meningkat jumlah
permintaannya karena harga yang ditawarkan lebih rendah dari harga keseimbangan pasar.
Kekurangan yang ditimbulkan oleh price ceiling dapat menimbulkan kelangkaan karena jumlah
permintaan lebih banyak dari jumlah penawaran. Jika hal ini tidak diatasi dapat menyebabkan
munculnya pasar gelap (black market). Tetapi, price ceiling juga bermanfaat untuk menjaga
harga tidak terus melambung tinggi, sehingga konsumen tidak kehilangan daya beli. Dari price
ceiling ini juga akan memungkinkan terjadinya impor barang dari luar negeri karena kurangnya
pasokan barang dalam negeri.

Gambar 2.8. Ceiling price

2.3.2. Pajak
Semua pemerintahan menggunakan pajak untuk meningkatkan penerimaan dalam
membiayai berbagai fasilitas publik seperti jalan raya, sekolah, dan pertahanan nasional.
Karena pajak merupakan suatu perangkat kebijakan yang penting, dan karena pajak
memengaruhi kehidupan kita di berbagai segi.
Pajak suatu barang dapat dikenakan kepada penjual saja, pembeli saja atau kepada
keduanya, hal ini bergantung pada bagaimana kebijkan yang berlaku. Istilah yang sering

Business Economics – R1
digunakan oleh para ahli dalam menunjukkan distritusi suatu beban pajak ini adalah pembagian
beban pajak (tax incidence).

2.3.2.1. Bagaimana pajak pembeli mempengaruhi hasil akhir pasar


Pajak pembeli adalah pajak yang besarannya telah ditetapkan pemerintah, yang
dibebankan kepada pembeli akibat pembelian suatu barang oleh konsumen. Bagaimana
bekerjanya pajak yang diatur oleh pemerintah memengaruhi pembeli dijelaskan melalui
gambar 2.9

Gambar 2.9. Pajak pada pembeli

Ketika suatu pajak sebesar $0,50 dipungut dari pembeli, kurva permintaan akan turun sebesar
$0,50 dari D1 ke D2. Jumlah keseimbangan turun dari 100 ke 90 dan harga keseimbangan juga
turun dari $3.00 ke $2.80. Harga yangdibayarkan pembeli (termasuk pajak) meningkat dari
$3.00 ke $3.30. Walaupun pejak dikenakan terhadap pembeli, pembeli dan penjual berbagi
beban pajak tersebut. Saat pajak dikenakan, pendapatan penjual berkurang sebesar
$0.20 untuk setiap unit produknya. Pembeli membayar harga yang lebih rendah ($2.80), tetapi
sebenarnya harga efektif termasuk pajak meningkat menjadi $3.30 maka pajak juga menambah
pembelanjaan pembeli.
2.3.2.2. Bagaimana pajak pada penjual mempengaruhi hasil akhir pasar
Pajak yang harus dibayar penjual akan meningkatkan biaya penjualan sehingga jumlah
penawarannya menjadi berkurang karena pajak dipungut dari penjual membuat penjualan suatu
produk kurang menguntungkan bagi penjual pada semua tingkat harga, sehingga kurva

Business Economics – R1
penawarannya bergeser ke kiri. Setelah melihat pergerakan kurvanya, kita dapat
membandingkan keseimbangan lama dengan keseimbangan baru sehingga dapat mengetahui
bahwa pengenaan pajak pada penjual membuat mengecilnya pasar suatu produk. Hal ini
disebabkan karena harga keseimbangan naik dan jumlah keseimbangan turun. Penjelasan ini
diperjelas melalui Gambar 2.10.
Ketika penjual dikenakan pajak sebesar $0.50, maka kurva penawaran naik sebesar
$0.50. Pajak sebesar $0.50 membuat harga efektif yang diterima penjual selalu lebih rendah
$0.50 dari harga pasar. Jumlah keseimbangan menurun dari 100 menjadi 90. Pada grafik
tersebut dapat diketahui bahwa pembeli harus menanggung beban pajak sebesar $0.30 dan
penjual harus menanggung $0.20. Harga pasar mengalami kenaikan dari $3.00 menjadi
$3.30, tetapi harga efektif yang diterima penjual turun $0.20 dari $3.00 menjadi $0,28. Jadi
dapat diketahui bahwa pajak yang dikenakan kepada penjual mempengaruhi penjual dan
pembeli.

Gambar 2.10. Pajak pada penjual

Berdasarkan perbandingan dari pajak yang dikenakan terhadap penjual dan pembeli,
maka dapat diketahui bahwa pajak mempengaruhi penjual dan pembeli terlepas kepada siapa
pajak tersebut dikenakan. Pada keseimbangan baru, tampak bahwa penjual dan pembeli
sama-sama menanggung beban pajak. Perbedaannya hanyalah terletak pada siapa yang harus
membayar pajak tersebut. Mempelajari beban pajak menunjukkan bahwa pemerintah tidak
dapat dengan mudah membuat kebijakan terkait dengan distribusi beban pajak. Hal ini dapat

Business Economics – R1
dilihat dari pembelajaran tentang pajak penghasilan dimana ketika pemerintah menetapkan
pajak, perusahaan harus membayar upah tenaga kerja lebih tinggi, namun pada kenyataannya,
besaran pajak yang diterima oleh tenaga kerja justru berkurang.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Diskusi tentang pasar dalam disiplin ilmu ekonomi berfokus pada ide dasar penawaran dan
permintaan. Penawaran mengacu pada barang atau jasa yang diproduksi dan tersedia dari
produsen dengan harga tertentu, sementara permintaan mencakup seberapa banyak konsumen
ingin membeli pada harga yang berbeda. Hukum penawaran menyatakan bahwa ada hubungan
positif antara harga dan jumlah yang ditawarkan, sedangkan hukum permintaan menunjukkan
korelasi terbalik antara harga dan jumlah yang diminta. Kesetimbangan pasar terjadi ketika
jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta.

Elastisitas, yang mengukur tanggapan kuantitas terhadap perubahan harga atau pendapatan,
membedakan barang sebagai elastis atau inelastis tergantung pada responsnya terhadap
perubahan harga. Peran pemerintah dalam mengendalikan pasar melibatkan kebijakan harga
dasar atau tertinggi, serta penggunaan pajak untuk mengatur aktivitas ekonomi. Oleh karena
itu, konsep dasar ini menjadi dasar pemahaman tentang mekanisme pasar dan peran intervensi
pemerintah dalam ekonomi.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning:


United Kingdom. ISBN: 9789814915342.
2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-92-44020-0

Business Economics – R1
Business Economics – R1
LECTURE NOTES

Business Economics

Week 3

Consumer Behaviour
LEARNING OUTCOMES

LO.2. Menerapkan perilaku konsumen, perilaku produsen, dan memberikan contoh berbagai
struktur pasar.

OUTLINE MATERI:

3.1.Consumer behavior
3.2.Behavioural economics
3.3.Advertising dan Branding
3.4.Asymmetric Informati

Business Economics – R1
ISI MATERI

3.1. Consumer Behavior (Perilaku Konsumen)

John A. Howard mendefinisikan perilaku konsumen sebagai "Proses pengambilan


keputusan yang menyangkut pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan
jasa oleh individu."

3.1.1. Model Ekonomi Standar


Salah satu tujuan utama dari kegiatan konsumsi adalah memenuhi kebutuhan terbatas
yang dihadapi individu, dengan mengatasi beberapa kendala, sehingga dapat mencapai kondisi
di mana manusia merasakan kepuasan atau utilitas yang optimal. Saat seseorang mengunjungi
sebuah toko, mereka selalu dihadapkan pada berbagai pilihan barang. Secara umum, kendala
yang mereka hadapi adalah keterbatasan keuangan yang mencegah mereka membeli semua
yang diinginkan.
Seiring berjalannya waktu, penilaian terhadap nilai utilitas suatu komoditas tidak lagi
mengandalkan pada standar angka atau nilai, melainkan lebih fokus pada peningkatan atau
preferensi. Ini berarti dalam menentukan tingkat kepuasan suatu barang atau jasa, tidak lagi
menggunakan angka sebagai ukuran, melainkan dilakukan dengan membandingkannya dengan
barang lain untuk menilai preferensi pasar. Dalam evolusinya, preferensi individu terhadap
suatu komoditas menjadi sangat beragam, dipengaruhi oleh keyakinan dan pemahaman
individu terhadap kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa asumsi model standar ekonomi yang mempengaruhi konsumen
dalam berkonsumsi adalah:
- Pembeli adalah rasional
- Jumlah barang yang lebih banyak akan lebih disukai daripada jumlah barang yang
lebih sedikit.
- Pembeli berusaha memaksimalkan utilitas mereka.
- Kebebasan konsumen dalam bertindak

Business Economics – R1
3.1.2. Utilitas
Dalam kerangka teori ekonomi, konsep nilai guna atau utilitas mengindikasikan bahwa
setiap produk memiliki daya guna atau minimalnya memberikan kepuasan kepada konsumen
yang menggunakannya. Oleh karena itu, ketika seorang pembeli atau konsumen mencari suatu
barang, sebenarnya yang diinginkannya adalah nilai guna yang diberikan oleh barang tersebut.
Dengan kata lain, nilai guna atau utilitas mencerminkan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh
seseorang ketika mengonsumsi barang atau jasa tersebut.

3.1.3. Total Utility dan Marginal utility


Perlu ditegaskan bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan, nilai guna (utility) suatu barang
juga semakin meningkat. Konsep teori nilai guna atau utility dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu nilai guna total (total utility) dan nilai guna marjinal (marginal utility). Nilai guna total
(total utility) merujuk pada jumlah keseluruhan kepuasan yang diperoleh oleh seorang
konsumen saat mengonsumsi sejumlah tertentu barang.

Misalnya sehabis olah raga anda merasa panas dan haus. Untuk itu anda membeli segelas
jus jeruk. Pada keadaan ini anda memberikan nilai kepuasan sebesar 10 util. Karena masih
haus, anda minum jus jeruk lagi untuk gelas kedua, dan anda memberikan kepuasan dengan
nilai 8 util. Utilitas total adalah 10 + 8 = 18 utilitas. Hal ini artinya gelas kedua telah
meningkatkan utilitas total. Dalam hal ini nilai utilitas gelas kedua akan lebih kecil
dibandingkan nilai utilitas gelas pertama karena rasa haus sudah menurun setelah minum jus
jeruk yang pertama.

Business Economics – R1
Utilitas marjinal (marginal utility) mengukur penambahan utilitas total sebagai akibat
dari konsumsi unit tambahan. Utilitas marginal gelas pertama adalah 10 tetapi untuk gelas
kedua utilitas marginal adalah 8.
Jika anda meminum jus jeruk lagi, seperti pada gelas ketiga, mungkin anda akan menilai
kepuasan sebesar 5, sehingga nilai utilitas total menjadi 18 + 5 = 23 util. Ini menggambarkan
bahwa nilai utilitas marjinal adalah 5. Ketika anda terus mengkonsumsi hingga gelas kelima
atau keenam, nilai utilitas marjinal cenderung menurun secara signifikan, dan pada suatu titik
bahkan bisa menjadi negatif. Contohnya, setelah mengonsumsi 8 gelas jus jeruk, perut Anda
mungkin sudah kenyang dan mungkin tidak ingin lagi mengonsumsi. Jika anda tetap
melanjutkan hingga gelas ke-9, mungkin akan menyebabkan ketidaknyamanan pada perut,
menunjukkan bahwa utilitas marjinal dari gelas kesembilan menjadi negatif.
Maka dari itu, nilai guna total sebenarnya akan mengalami penurunan pada titik ini. Pada
dasarnya, utilitas marjinal mencerminkan tambahan kepuasan yang diterima oleh konsumen
dengan setiap penambahan konsumsi barang atau jasa.

3.1.4. Diminishing marginal utility


Pada dasarnya, ketika seseorang mengkonsumsi barang/jasa berulang kali, maka
kepuasan yang ia dapatkan akan semakin berkurang. Faktor inilah yang menjadi dasar dari the
law of diminishing marginal utility. Hukum ini menyatakan bahwa semakin banyak
konsumen mengkonsumsi komoditas yang diberikan semakin kecil kepuasan yang diperoleh
dari mengkonsumsi setiap unit tambahannya. Ketika konsumsi barang meningkat, utilitas total
akan naik pada awalnya tetapi pada tingkat yang lebih lambat sampai pada titik di mana
konsumen menjadi kenyang (sudah cukup) setelah titik dimana total utilitas akan turun dan
utilitas marjinal akan negatif.

3.1.5. Marginal rate of substitution


Konsumen memiliki berbagai pilihan kombinasi barang yang ingin dikonsumsinya. Saat
konsumen mengalihkan pilihan konsumsinya, maka diperlukan pengorbanan dengan
mengurangi konsumsi barang tertentu untuk menambah konsumsi barang yang lain. Tindakan
tersebut dinamakan Marginal rate of substitution (MRS). Jadi MRS adalah tingkat dimana
konsumen bersedia menukar satu barang untuk mendapatkan barang lain.

Business Economics – R1
3.1.6. Budget Constraint
Garis anggaran adalah berbagai kemungkinan kombinasi konsumsi yang dapat
diperoleh konsumen dengan pendapatannya.
Untuk mempermudah pemahaman mengenai batas anggaran, kita mengambil asumsi
bahwa konsumen hanya akan membeli dua jenis barang. Sebagai contoh, konsumen
memutuskan untuk membeli cola dan pizza dengan pendapatan atau anggaran yang terbatas.
Dengan pendapatan atau anggaran sejumlah €1.000 yang tersedia, konsumen berencana untuk
menghabiskan uang tersebut pada pembelian cola dan pizza. Harga sekaleng cola adalah €2,
sedangkan harga pizza adalah €10. Daftar lengkap berbagai kombinasi konsumsi cola dan pizza
dapat ditemukan dalam Tabel 4.1 dan direpresentasikan dalam grafik pada Gambar 4.1.
Tabel 4.1. Kombinasi konsumsi Cola dan Pizza yang dapat dibeli konsumen

Dengan pendapatan konsumen sebesar €1.000 dapat digunakan untuk membeli dengan
beberapa kombinasi banyaknya cola dan pizza. Pada baris pertama tabel 4.1. menunjukkan
bahwa jika konsumen menghabiskan seluruh pendapatannya untuk pizza, maka ia bisa makan
100 pizza selama sebulan, tetapi ia tidak akan bisa membeli cola sama sekali. Baris kedua
menunjukkan kemungkinan kombinasi konsumsi lain: 90 pizza dan 50 kaleng cola. Dan
seterusnya. Setiap kombinasi konsumsi dalam tabel 4.1. menunjukkan pendapatan tepat pada
€ 1000.

Business Economics – R1
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dibuat dalam sebuah grafik budget line seperti tertera pada
Gambar 4.1.
Gambar 4.1 menunjukkan berbagai kombinasi
konsumsi yang mungkin dipilih konsumen. Garis AB
disebut garis anggaran/kendala anggaran (budget
line/ budget constraint).
Batasan anggaran menunjukkan berbagai
bundel barang yang dapat dibeli konsumen untuk
pendapatan tertentu. Tabel 4.1 dan grafik 4.1.
menunjukkan kombinasi cola dan pizza yang mampu
konsumen beli dengan pendapatan €1000, harga cola
€2 dan harga pizza €10.
Gambar 4.1. Budget Line
Berbagai titik pada budget line mengindikasikan
kombinasi konsumen antara dua barang. Dari
contoh, jika konsumen tidak membeli pizza, dia dapat membeli 500 kaleng Cola (titik B). Jika
dia tidak membeli Cola, dia dapat membeli 100 pizza (titik A). Alternatif lain, konsumen dapat
membeli 50 pizza dan 250 kaleng Cola, atau kombinasi yang tertera pada Tabel 4.1.
Kemiringan garis anggaran pada Gambar 4.1 sama dengan harga relatif dari dua barang
yang bersangkutan. Artinya, harga suatu barang yang dinyatakan dalam satuan barang yang
lain. Oleh sebab itu konsumen akan menukarkan satu barang dengan barang yang lain.
Jika barang yang dikonsumsi adalah X dan Y, maka persamaan budget line adalah:
M = Px . (X) + Py . (Y)
Dimana:
M = Anggaran; Px = Tingkat harga X dan Py = Tingkat harga Y.

Business Economics – R1
3.1.7. Indifference Curve
Kurva indiferen (Indifference curve) merupakan kurva yang menggambarkan preferensi
konsumen dalam sebuah grafik. Preferensi Konsumen adalah pilihan suka tidak suka oleh
seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen
menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Kurva indiferen
menunjukkan kombinasi barang yang dikonsumsi, yang memberikan tingkat kepuasan yang
sama kepada seseorang. Kurva indiferen disebut juga dengan kurva kepuasan sama.

Gambar 4.2. Indifference Curve


Gambar 4.2 menunjukkan konsumen bersikap indiferen terhadap kombinasi A, B, dan
C, karena ketiganya terdapat dalam kurva yang sama. Jika konsumsi pizza misalnya dikurangi
dari titik A ke titik B, maka konsumsi cola harus meningkat agar kepuasan konsumen tetap
sama. Jika konsumsi pizza dikurangi lagi dari titik B ke titik C, maka jumlah cola yang
dikonsumsi juga harus ditingkatkan lagi.
Ciri-ciri kurva indiferen adalah :
1. Kurva indiferen turun dari kiri atas ke kanan bawah (memiliki slope negatif)
2. Cembung ke arah origin
3. Dua kurva indiferen tidak berpotongan. Kurva indiferen yang tinggi (I2)
menggambarkan kepuasan yang lebih tinggi. Jika dua kurva indiferen berpotongan
berarti kombinasi barang X dan Y yang sama akan menawarkan kepuasan yang lebih
tinggi.

Business Economics – R1
Besar kemiringan di setiap titik kurva indiferen sama dengan tingkat di mana konsumen
bersedia mengganti barang yang satu dengan barang yang lainnya. Tingkatan ini disebut tingkat
substitusi marginal (marginal rate of substitution /MRS).
Perubahan kombinasi barang X dan Y pada kepuasan sama ditunjukkan dengan marginal rate
of substitution yang rumusnya adalah:
TU
Y
= X
X TU
Y
Rumus ini menunjukkan kemiringan dari kurva indiferen. MRS selalu negatif dan mengukur
pertukaran (trade off) dua barang pada kondisi utilitas konsumen yang tidak berubah. Karena
prinsip inilah maka suatu kurva indiferen mempunyai kecenderungan cembung terhadap titik
asal (convex to origin).
3.1.8. Optimisasi : Apa yang dipilih konsumen
Konsumen melakukan optimisasi dengan memilih titik pada garis batas anggaran yang
terletak pada kurva indiferen yang tinggi. Di titik ini, kemiringan kurva indiferennya (tingkat
substitusi marginal antara barang-barang) sama dengan kemiringan batasan anggarannya
(harga barang-barang).
Dengan mengetahui preferensi dan kendala anggaran konsumen, maka dapat ditentukan
bagaimana konsumen secara individu memilih berapa banyak barang yang akan dibelinya,
dengan asumsi bahwa konsumen membuat pilihan yang rasional. Konsumen memilih barang
untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dicapai dengan anggaran yang terbatas.
Tingkat kepuasan konsumen maksimum dicapai pada konsumsi kombinasi barang Y dan X
yang terletak pada titik singgung antara garis anggaran dan kurve kepuasan sama dari
konsumen yang bersangkutan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. Kepuasan tertinggi
yang digambarkan pada gambar 4.3 adalah I3 dan yang terendah adalah I1. Konsumen ingin
menikmati titik A pada I3, tetapi dana yang tersedia tidak mencukupi. Konsumen dapat
menikmati titik B pada I1 dan juga dapat menikmati di titik optimum pada I2, dimana I2 > I1.

Business Economics – R1
Gambar 4.3. Keseimbangan Konsumen
Dapat dilihat pada Gambar 4.3 bahwa titik optimum merupakan persinggungan antara kurva I2
dan garis anggaran. Dengan kata lain bahwa pada titik tersebut menunjukkan slope yang sama,
sehingga :
Y
MRS =
X
MUX PX MUX MUY
= atau dapat ditulis : =
MUY PY PX PY

Tingkat kepuasan maksimum untuk mengkonsumsi kombinasi lebih dari dua barang maka :
MUX MUY MUZ
= = = ...
PX PY PZ

Untuk mendapatkan titik optimum atau kombinasi barang yang dapat dikonsumsi dengan
kendala anggaran tertentu maka digunakan nilai titik singgung kurva indiferen dengan garis
anggaran M = Px . (X) + Py . (Y)
Contoh Kasus :
Seorang konsumen mengkonsumsi dua macam barang, yaitu barang X dan barang Y. Harga
barang X per unit (PX) adalah $2 dan harga barang Y per unit (PY) adalah $ 1. Anggaran yang
tersedia untuk membeli kedua macam barang tersebut adalah $ 12. Tingkat kepuasan marjinal
(MU) dalam mengkonsumsi sejumlah barang X dan barang Y dapat dilihat pada tabel berikut:

Business Economics – R1
Jumlah barang X MUX Jumlah barang Y MUY
1 16 1 11
2 14 2 10
3 12 3 9
4 10 4 8
5 8 5 7
6 6 6 6
7 4 7 5
8 2 8 4
Tentukan berapa banyak barang X dan jumlah barang Y yang harus dikonsumsi oleh konsumen
tersebut agar dicapai kepuasan yang maksimum (kondisi keseimbangan konsumen).
Penyelesaian :
Harga X = $2 ; Harga Y = $1 dan M = 12
Keseimbangan I :
Jumlah barang X MUX MUX/PX Jumlah barang Y MUY MUY/PY
1 16 16/2 = 8 1 11 11/1 = 11
2 14 14/2 = 7 2 10 10/1 = 10
3 12 12/2 = 6 3 9 9
4 10 5 4 8 8
5 8 4 5 7 7
6 6 3 6 6 6
7 4 2 7 5 5
8 2 1 8 4 4
Keseimbangan II : 12 = 2X + Y
X MUX MUX/PX Y MUY MUY/PY Pengeluaran Anggaran
1 16 8 4 8 8 6 12
2 14 7 5 7 7 9 12
3 12 6 6 6 6 12 12
4 10 5 7 5 5 15 12
5 8 4 8 4 4 26 12
Kombinasi optimum pada saat pengeluaran = anggarannya, adalah X = 3 unit dan Y = 6 unit
atau : 12 = 2(3) + 6

Business Economics – R1
3.2. Behavioural Economics (Ekonomi Perilaku)
Pada Model ekonomi standar yang diuraikan di atas memiliki asumsi utama bahwa
konsumen berperilaku rasional dalam membuat keputusan pembelian yang memiliki beberapa
keterbatasan. Sebagai contoh, konsumen akan mengeluh apabila terjadi kenaikan harga bahan
bakar sebesar $ 0,10 per liter misalnya, tetapi dengan senang hati ia menghabiskan $10 untuk
membeli tiket lotre di mana peluang menang lebih kecil dari pada peluang kalah.
- Mengapa orang berjanji untuk hidup sehat, makan teratur atau berhenti merokok, tetapi
gagal melaksanakannya?
- Mengapa seorang karyawan tidak suka jika mereka mengetahui bahwa karyawan lain
mendapatkan kenaikan gaji yang lebih tinggi daripada mereka?
- Mengapa orang bersedia mengantri berjam-jam untuk mendapatkan perangkat teknologi
terbaru dari Apple?
Banyak hal yang kita lakukan dalam hidup dan keputusan yang kita buat tidak dapat
dijelaskan sebagai makhluk rasional. (Makhluk-makhluk rasional kadang-kadang disebut oleh
para ekonom sebagai homoeconomicus). Manusia tidak dapat benar-benar menjadi makhluk
rasional seperti diasumsikan dalam teori ekonomi. Pada kenyataannya, manusia menghadapi
persoalan yang kompleks dalam mengambil keputusan yang rasional. Manusia dapat
mengalami lupa, impulsif, bingung, emosional dan berpandangan pendek. Ketidaksempurnaan
pemikiran manusia ini sampai saat ini, diabaikan oleh para ekonom. Konsep ini disebut dengan
bounded rationality (rasionalitas terbatas). Keputusan manusia tidak pernah mencapai
rasionalitas optimum, melainkan sekadar pilihan memuaskan (satisficing). Kenapa ini terjadi?
Karena keterbatasan kognitif manusia. Tidak mungkin seseorang dapat mengetahui semua
alternatif atau semua konsekuensi dari setiap alternatif.
Keputusan yang dibuat dengan rasionalitas yang terbatas ini muncul karena adanya
keterbatasan dalam memperoleh informasi yang valid, dan juga kompleksitas sifat dari
informasi itu sendiri. Pokok dari konsep bounded rationality adalah bahwa manusia sebagai
individu tidak menunjukkan tingkat rasionalitas yang sempurna, sebagaimana diasumsikan
dalam teori ekonomi. Rasionalitas manusia memiliki batasan-batasan kemampuan, sehingga
dikenal sebagai bounded rationality. Salah satu bentuk yang paling mencolok dari bounded
rationality adalah bahwa dalam pengambilan keputusan, individu cenderung fokus pada
pencapaian hasil yang memadai, yang disebut sebagai satisficing, bukannya hasil yang optimal
sebagaimana seharusnya. Oleh karena itu, satisficing menjadi alternatif teoretis terhadap
pemaksimalan utilitas (pencapaian hasil optimal) dalam perilaku yang dianggap rasional.
Business Economics – R1
Satisficing mengimplikasikan bahwa pengambil keputusan memilih solusi pertama yang
memenuhi kriteria minimal keputusan.

3.3. Advertising and Branding


Pada prinsipnya, setiap pengusaha berusaha agar produknya berhasil dan diminati oleh
konsumen. Namun, mereka mungkin kalah dalam bersaing jika tidak mampu memperkenalkan
produk mereka dengan baik dan membuatnya dikenal oleh konsumen. Akibatnya, mereka akan
kesulitan bersaing dengan perusahaan lain. Oleh karena itu, untuk memperkenalkan produk
mereka, diperlukan upaya promosi atau iklan (advertency).

Gambar 4.4 Advertising VS Branding


Periklanan merupakan salah satu alat yang paling umum digunakan perusahaan untuk
mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan masyarakat. Tanpa iklan para
produsen dan distributor tidak akan dapat menjual produknya, sedangkan di sisi lain para
pembeli tidak akan memiliki informasi yang memadai mengenai produk barang dan jasa yang
tersedia di pasar. Apabila hal itu terjadi maka industri dan perekonomian modern pasti akan
lumpuh. Apabila sebuah perusahaan ingin mempertahankan tingkat keuntungannya, maka ia
harus melangsungkan kegiatan periklanan secara memadai dan terus-menerus. Peranan
periklanan dalam pemasaran suatu produk adalah untuk membangun kesadaran (awareness)
terhadap keberadaan produk yang ditawarkan, menambah pengetahuan konsumen tentang
produk yang ditawarkan, membujuk calon konsumen untuk membeli dan menggunakan produk
tersebut dan untuk membedakan diri perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya.

Business Economics – R1
Banyak jenis iklan mengandung sedikit informasi yang jelas tentang produk yang
diiklankan. Namun pendapat lain mengatakan bahwa iklan yang tampaknya mengandung
sedikit informasi mungkin sebenarnya memberi tahu konsumen tentang kualitas produk.
Kesediaan perusahaan untuk membelanjakan sejumlah besar uang untuk iklan itu sendiri dapat
menjadi sinyal bagi konsumen tentang kualitas produk yang ditawarkan.
Periklanan terkait erat dengan keberadaan branding. Di banyak pasar, beberapa perusahaan
menjual produk dengan nama merek yang dikenal luas, sementara perusahaan lain menjual
dengan merek kurang dikenal masyarakat. Misalnya, di supermarket biasa, Anda dapat
menemukan Pepsi di sebelah cola yang kurang dikenal, atau cornflake Kellogg di sebelah
merek cornflake supermarket sendiri, dibuat untuknya oleh perusahaan yang tidak dikenal.
Paling sering, perusahaan dengan nama merek terkenal menghabiskan lebih banyak untuk iklan
dan mengenakan harga yang lebih tinggi untuk produknya.
Branding merupakan sebuah strategi dalam pengembangan bisnis yang dilakukan untuk
menerjemahkan identitas dan nilai-nilai dari sebuah produk atau perusahaan dan dilakukan
untuk jangka panjang. Dapat dikatakan juga bahwa branding adalah kumpulan kegiatan
komunikasi yang dilakukan perusahaan dalam rangka proses membangun dan membesarkan
brand. Sedangkan advertising adalah sebuah taktik untuk menaikkan sales atau penjualan dan
dilakukan untuk jangka waktu yang jauh lebih pendek.

3.4. Asymmetric Information (Informasi Asimetri)


Dalam kerangka teori ekonomi, kegagalan pasar bisa terjadi karena adanya informasi
asimetri, yang mengindikasikan ketidaklengkapan informasi antara pihak yang terlibat, seperti
pembeli dan penjual, yang tidak memiliki informasi yang sama dan dapat mengakibatkan salah
satu pihak mengalami kerugian. Dalam praktik pemasaran, informasi asimetri sering terjadi
karena kurangnya pengetahuan salah satu pihak mengenai harga, kualitas, atau tipe pembeli
dan penjual. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kesepakatan harga yang tidak efisien.
Beberapa jenis informasi asimetri meliputi:

Business Economics – R1
3.4.1. Moral Hazard
Moral Hazard adalah keadaan yang berkaitan dengan sifat, pembawaan dan karakter manusia
yang ingin mendapatkan keuntungan dari suatu aktifitas karena tidak ingin menanggung risiko.
Moral hazard muncul karena individu atau lembaga tidak mengambil konsekuensi penuh dan
tanggung jawab dari tindakannya, dan karenanya memiliki kecenderungan untuk bertindak
kurang hatihati, meninggalkan pihak lain untuk memegang beberapa tanggung jawab atas
konsekuensi dari tindakan tersebut. Secara umum, moral hazard terjadi ketika pihak dengan
informasi lebih lanjut tentang tindakan atau niat memiliki kecenderungan atau dorongan untuk
berperilaku tidak tepat dari perspektif partai dengan kurang informasi.
Moral Hazard adalah masalah yang muncul ketika seseorang, yang disebut agen, sedang
melakukan beberapa tugas atas nama orang lain, yang disebut principal. Jika principal tidak
dapat dengan sempurna memantau perilaku agen, agen cenderung melakukan lebih sedikit
upaya daripada yang dianggap diinginkan principal dan tidak sepenuhnya bertanggung jawab
atas konsekuensi dari tindakan mereka. Ungkapan moral hazard mengacu pada risiko, atau
'bahaya', perilaku yang tidak pantas atau sebaliknya 'tidak bermoral' oleh agen. moral hazard
dapat menyebabkan seleksi yang merugikan (adverse selection). Ini berarti bahwa proses pasar
dapat berakhir dengan hasil 'buruk' karena informasi asimetris. Seleksi yang merugikan terjadi
pada industri perbankan, keuangan dan asuransi. Bank, misalnya, menetapkan aturan dan
peraturan untuk rekeningnya yang dapat menyebabkan beberapa pelanggan, yang tidak terlalu
menguntungkan bagi bank, memilih bank secara merugikan - pelanggan yang tidak ingin
dimiliki bank. Dalam asuransi, orang yang mencari perlindungan asuransi memiliki lebih
banyak informasi tentang situasinya daripada perusahaan asuransi. Seseorang yang tahu bahwa
mereka berisiko tinggi akan mencari untuk membeli asuransi tetapi tidak perlu membocorkan
sejauh mana risiko yang ditimbulkannya kepada perusahaan asuransi. Bagaimana perusahaan
asuransi membedakan antara pelanggannya yang berisiko tinggi dan berisiko rendah?
Perusahaan asuransi lebih suka mengambil pelanggan berisiko rendah daripada yang berisiko
tinggi tetapi pelanggan berisiko tinggi secara negatif memilih perusahaan asuransi. Di bidang
keuangan, beberapa bank investasi dituduh menempatkan aset yang sangat berisiko ke dalam
produk keuangan dan klien yang membeli produk ini tidak mengetahui sepenuhnya risiko yang
mereka beli - klien berurusan dengan pemasok yang seharusnya lebih baik tidak berurusan
dengan. Dalam situasi seperti itu, kepala sekolah mencoba berbagai cara untuk mendorong
agen untuk bertindak lebih bertanggung jawab (seperti penetapan harga asuransi untuk
pelanggan berisiko tinggi lebih tinggi daripada yang berisiko rendah).

Business Economics – R1
Contoh: peserta asuransi kesehatan yang melakukan klaim kesehatan dimana memasukkan
obat obatan yang sesungguhnya tidak masuk dalam terapis kesehatannya namun sifatnya hanya
perawatan kecantikan saja. Peserta kesehatan tersebut tidak memberikan informasi tidak benar.
Moral Hazard terjadi ketika pihak yang terisolasi dari risiko perilaku yang berbeda dari itu
akan bersikap jika telah sepenuhnya terkena risiko. Moral Hazard muncul karena seseorang
atau lembaga tidak mengambil konsekuensi penuh dan tanggung jawab tindakan, dan karena
itu memiliki kecenderungan untuk bertindak kurang hati-hati daripada seharusnya,
meninggalkan pihak lain untuk memegang beberapa tanggung jawab atas konsekuensi dari
tindakan tersebut. Misalnya, seseorang dengan asuransi terhadap pencurian mobil mungkin
kurang hati-hati mengunci mobilnya, karena konsekuensi negatif dari pencurian kendaraan
adalah (sebagian) tanggung jawab perusahaan asuransi.
Para ekonom menjelaskan moral Hazard sebagai kasus khusus dari asimetri informasi, sebuah
situasi di mana salah satu pihak dalam suatu transaksi memiliki informasi lebih dari yang lain.
Secara khusus, moral Hazard dapat terjadi jika pihak yang terisolasi dari risiko informasi lebih
lanjut tentang tindakan dan niat dari pihak membayar atas konsekuensi negatif dari risiko.
Secara lebih luas, moral Hazard terjadi ketika pihak dengan informasi lebih lanjut tentang
tindakan atau niat memiliki kecenderungan atau dorongan untuk berperilaku tidak tepat dari
perspektif partai dengan kurang informasi.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Salah satu tujuan utama dari kegiatan konsumsi adalah memenuhi kebutuhan terbatas
yang dihadapi individu, dengan mengatasi beberapa kendala, sehingga dapat mencapai kondisi
di mana manusia merasakan kepuasan atau utilitas yang optimal. Saat seseorang mengunjungi
sebuah toko, mereka selalu dihadapkan pada berbagai pilihan barang. Secara umum, kendala
yang mereka hadapi adalah keterbatasan keuangan yang mencegah mereka membeli semua
yang diinginkan.
Pada Model ekonomi standar yang diuraikan di atas memiliki asumsi utama bahwa
konsumen berperilaku rasional dalam membuat keputusan pembelian yang memiliki beberapa
keterbatasan.
Penyempurnaan dalam penggunaan meningkatkan kepuasan total hingga suatu titik,
namun, kepuasan tambahan per unit yang dikonsumsi berkurang seiring dengan peningkatan
konsumsi, fenomena ini dikenal sebagai hukum utilitas marginal yang semakin berkurang.
Batasan anggaran konsumen menggambarkan kombinasi barang yang mungkin dibelinya,
mempertimbangkan pendapatannya dan harga barang tersebut. Kemiringan batasan anggaran
setara dengan harga relatif barang. Kurva indiferensi konsumen mencerminkan preferensinya,
menunjukkan berbagai kombinasi barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama. Poin
pada kurva indiferensi yang lebih tinggi dianggap lebih diinginkan dibandingkan dengan poin
pada kurva indiferensi yang lebih rendah. Kemiringan kurva indiferensi pada suatu titik
menunjukkan tingkat substitusi marjinal konsumen - sejauh mana konsumen bersedia menukar
satu barang dengan barang lainnya.
Konsumen mengoptimalkan dengan memilih titik pada batasan anggarannya yang
terletak pada kurva indiferen tertinggi. Pada titik ini, kemiringan kurva indiferen (tingkat
substitusi marjinal antara barang) sama dengan kemiringan batasan anggaran (harga relatif
barang).
Adanya diferensiasi produk yang melekat dalam pasar yang tidak sempurna bersaing
mendorong penggunaan iklan dan merek. Beberapa kritikus terhadap iklan dan merek
berpendapat bahwa perusahaan menggunakan strategi ini untuk memanfaatkan
ketidakrasionalan konsumen dan mengurangi tingkat persaingan. Sebaliknya, para pembela
iklan dan merek berpendapat bahwa perusahaan menggunakan alat ini untuk memberi
informasi kepada konsumen dan untuk bersaing secara lebih intensif dalam hal harga dan
kualitas produk.

Business Economics – R1
Dalam sebagian besar transaksi ekonomi, terjadi ketidakseimbangan informasi, yang dikenal
sebagai informasi asimetris. Ketika terdapat tindakan yang tidak terungkap, terdapat
kekhawatiran bahwa agen mungkin menghadapi masalah moral hazard. Di sisi lain, dalam
situasi di mana terdapat karakteristik yang tidak terungkap, pembeli mungkin cemas tentang
adanya masalah seleksi yang dapat merugikan di antara penjual. Pasar swasta, pada kesempatan
tertentu, mengatasi masalah informasi asimetris dengan menggunakan strategi seperti
pensinyalan dan penyaringan.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning:


United Kingdom. ISBN: 9789814915342

2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-292-44020-0

Business Economics – R1
Business Economics – R1
LECTURE NOTES

Business Economics

Week 4

Firm Behaviour
LEARNING OUTCOMES

LO.2. Menerapkan perilaku konsumen, perilaku produsen, dan memberikan contoh berbagai
struktur pasar.

OUTLINE MATERI:

- The production function


- The cost of Production
- The Various Measures Of Cost
- Costs In The Short Run and The Long Run
- Isoquants And Isocosts
- Business Goal

Business Economics – R1
ISI MATERI

4.1. The Production Function


4.1.1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi (production function) menggambarkan hubungan antara jumlah input
dan jumlah output. Dengan menggunakan dua macam input, secara matematis fungsi produksi
dirumuskan sebagai:
Q = f (K, L)
Dimana:
Q = tingkat produksi (output)
K; L = input kapital, tenaga kerja
4.1.2. Biaya Jangka pendek dan jangka panjang

Perbedaan antara biaya jangka pendek dan jangka panjang bukanlah ditentukan oleh
aspek waktu, melainkan tergantung pada karakteristik fungsi produksi.

- Biaya jangka pendek adalah biaya yang menunjukkan sebagian faktor produksi tidak
dapat ditambah jumlahnya. Salah satu faktor produksi bersifat tetap, yang lain
berubah.
- Biaya jangka panjang adalah biaya yang menunjukkan semua faktor produksi dapat
mengalami perubahan. Semua faktor produksi bersifat berubah.

4.1.3. Kurva produksi dan biaya


Untuk menjelaskan fungsi produksi dan biaya, digunakan catatan produksi seperti yang
tercantum dalam Tabel 4.1, yang menggambarkan produksi pizza oleh pekerja dalam jumlah
yang bervariasi. Dari tabel 4.1 dapat dilihat tentang marginal product dari tenaga kerja
menurun.

Tabel 4.1. Fungsi produksi dan total cost

Business Economics – R1
Gambar 4.1. Kurva fungsi produksi dan kurva total cost

Dengan menggunakan data tersebut, kurva fungsi produksi dan kurva biaya total dapat
dirancang, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.1. Melalui fungsi produksi, kita dapat
memahami hubungan antara Produksi Total (Q), Produksi Marginal (MP), dan Produksi
Rata-rata (AP).
- Produksi Total merupakan produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi.
Pada umumnya Produksi Total dilambangkan dengan Q (Quantity).
- Marginal Product (MP) menunjukkan perubahan produksi yang diakibatkan oleh
perubahan penggunaan satu satuan faktor produksi variabel. Pada kasus ini faktor produksi
yang berubah adalah tenaga kerja, maka Marginal Product nya dikenal dengan Marginal
Product of Labor (MPL). MPL menunjukkan perubahan Q yang dihasilkan dari setiap
perubahan pemakaian L. Jika penyebab dari timbulnya Marginal Product adalah perubahan
kapital maka Marginal Product nya disebut Marginal Product of Capital (MPK). Jika L
adalah perubahan tenaga kerja dan Q adalah perubahan produksi total, maka Marginal
Product of Labor (MPL) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
MPL = Q/L

Pada saat jumlah tenaga kerja meningkat, jumlah produk marjinal menurun. Ciri inilah yang
disebut penurunan produk marginal (diminishing marginal product).

Business Economics – R1
- Average Product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata produksi yang dihasilkan oleh
setiap penggunaan faktor produksi variabel. Jika L menunjukkan Jumlah tenaga kerja
yang digunakan, maka Average Product nya disebut dengan Average Product of Labor
(APL). APL menunjukkan jumlah output yang dihasilkan per tenaga kerja, yang dituliskan
sebagai: APL = Q/L

Biaya total pada kolom terakhir Tabel 4.1 merupakan penjumlahan dari biaya pabrik dan
biaya pekerja. Kurva biaya total dapat dilihat pada Gambar 4.2. Dengan meningkatnyajumlah
produksi yang dihasilkan, kurva biaya total semakin curam karena terjadinya penurunan
produk marjinal.

4.1.4. Dari fungsi produksi ke kurva biaya


Tiga kolom terakhir dari Tabel 4.1 menunjukkan kaitan antara jumlah pekerja dengan
jumlah barang yang diproduksi dan biaya total produksi suatu barang. Biaya total dari input
pada kolom terakhir merupakan penjumlahan dari biaya pabrik dan biaya pekerja. Kurva biaya
total dapat dilihat pada Gambar 4.1. Dengan meningkatnya jumlah produksi yang dihasilkan,
kurva biaya total semakin curam karena terjadinya penurunan produk marjinal.

4.2. The Cost of Production


Biaya Produksi merupakan segala macam bentuk pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk membeli faktor-faktor produksi termasuk bahan-bahan mentah yang akan
digunakan (sebagai input) untuk memproduksi barang produksinya. Biaya produksi disebut
juga dengan Biaya total (total cost).
Pendapatan Total (Total revenue) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh penjual
sebagai hasil penjualan produknya. Sedangkan selisih dari pendapatan total dikurangi biaya
total merupakan keuntungan (profit).
Keuntungan dapat dituliskan sebagai:
Profit = Total revenue – Total cost

Biaya sebagai biaya kesempatan

Ingat bahwa biaya kesempatan (opportunity cost) dari sesuatu mengacu pada semua hal
yang harus dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu itu. Biaya produksi mencakup seluruh
biaya kesempatan untuk membuat barang dan jasa.

Business Economics – R1
4.2.1. Biaya eksplisit dan biaya implisit

Biaya produksi yang dikeluarkan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Biaya eksplisit adalah segala biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeliinput
dari pemasok, termasuk didalamnya adalah upah tenaga kerja, membayar listrik,
membayar bunga, asuransi, perlengkapan, gedung, dan harga pembelian bahan mentah
serta barang setengah jadi. Pembayaran berupa uang.
2. Biaya implisit (biaya tersembunyi) merupakan taksiran pengeluaran terhadap faktor-
faktor produksi yang dimiliki perusahaan. Biaya implisit tidak memerlukan
pembayaran secara tunai. Biaya implisit meliputi gaji tertinggi yang dapat diperoleh
oleh si pengusaha apabila bekerja di tempat alternatif terbaiknya (misalkan mengelola
perusahaan lain), dan pendapatan tertinggi yang dapat diperoleh perusahaan dari
menginvestasikan modalnya dalam alternatif lain yang paling mcnguntungkan atau
menyewakan tanah dan bangunan yang dimiliki kepada penawar tertinggi
(dibandingkan dengan menggunakan sendiri).

4.2.2. Biaya Modal sebagai Biaya kesempatan


Biaya modal merupakan biaya kesempatan. Biaya implisit yang penting pada hampir
semua bisnis adalah merupakan biaya kesempatan dari modal finansial yang diinvestasikan
pada bisnis tersebut. Sebagai contoh, seseorang menggunakan uang tabungannya untuk
membeli pabrik sebesar 800 juta rupiah. Namun jika ia mendepositokan uangnya akan
mendapatkan bunga 5 persen per tahun. Jika uangnya untuk membeli pabrik, maka ia
kehilangan 40 juta rupiah dari pendapatan bunganya setiap tahun. Pendapatan yang hilang ini
merupakan biaya kesempatan implisit.
Terdapat perbedaan antara ahli ekonomi dengan akuntan dalam menyikapi biayamodal
ini. Ahli ekonomi memandang 40 juta rupiah merupakan pendapatan yang hilang setiap
tahunnya sebagai biaya implisit. Namun Akuntan tidak memandang sebagai biaya, karena tidak
ada uang yang dikeluarkan dari bisnis tersebut untuk membayar jumlah tersebut.

4.2.3. Keuntungan Ekonomis dan Keuntungan Akuntansi


Keuntungan ekonomis merupakan pendapatan total dikurangi biaya total termasuk
biaya eksplisit dan implisit. Sedangkan keuntungan akuntansi merupakan pendapatan total
dikurangi biaya eksplisit total.

Business Economics – R1
Biaya produksi dalam penjelasan di sini merupakan biaya jangak pendek. Tabel 4.2.
menjelaskan berbagai ukuran biaya jangka pendek.

Tabel 4.2. Berbagai ukuran biaya

Gambar 4.2. Kurva biaya total, biaya marjinal dan biaya rata-rata

Business Economics – R1
4.2.4. Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya Tetap (Fixed Cost = FC) adalah biaya yang tidak berubah berapapun jumlah barang
yang diproduksi. Misalnya: penyusutan, sewa gedung, dsb. Pada Tabel 4.2, besarnya biaya
tetap adalah $3.00.
Biaya Variabel (Variable Cost = VC) adalah biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya
jumlah produksi. Misalnya: biaya bahan baku, upah, biaya angkut, dsb.
Biaya Total (Total Cost = TC) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan output. TC merupakan penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel total.

4.2.5. Biaya rata-rata dan biaya marginal


Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC) adalah biaya tetap yang dikeluarkan
untuk membuat satu satuan output. AFC diperoleh dari biaya tetap dibagi jumlah produksi.
Karena TFC konstan, maka nilai AFC akan semakin kecil jika produk yang dihasilkansemakin
bertambah.
TFC
AFC =
Q
Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost = AVC) adalah rata-rata biaya variabel
yang dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk. AVC diperoleh dari membagi biaya
variabel total dengan jumlah produk.
TVC
AVC =
Q
Biaya Total Rata-rata (Average Cost = AC) adalah besarnya biaya rata-rata yang
dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk. AC diperoleh dengan membagi biaya total
dengan jumlah produk.
TC
AC =
Q
Biaya Marginal (Marginal Cost = MC) menunjukkan perubahan pada biaya total sebagai
akibat perubahan jumlah output sebanyak satu satuan, sehingga dapat dituliskan sebagai:
TC
MC =
Q

Business Economics – R1
4.2.6. Bentuk kurva biaya
Kurva-kurva biaya yang umum pada kebanyakan perusahaan akan berbentuk seperti
Gambar 4.2, yang menunjukkan penurunan produk marginal tidak langsung muncul segera
setelah pekerja pertama dipekerjakan. Hal ini tergantung pada proses produksinya, pekerja
kedua atau ketiga mungkin memiliki produk marginal yang lebih tinggi dari pekerja pertama
karena dengan bersama-sama pekerjaan dapat menjadi lebih produktif. Perusahaan seperti ini
akan lebih dulu mengalami kenaikan produk marginal sementara waktu sebelum mengalami
penurunan produk marginal

Business Economics – R1
4.2.7. Hubungan antara biaya marginal dan biaya total rata-rata
Ada beberapa hubungan yang perlu diperhatikan:
a. AVC adalah minimum bila garis singgung kurva TVC melalui titik origin.
( AVC)
AVC minimum bila = 0 atau pada saat MC = AVC
Q

b. ATC adalah minimum bila garis singgung TC melalui titik origin.


( ATC)
ATC minimum bila = 0 atau pada saat MC = ATC
Q

Business Economics – R1
c. AVC dan ATC adalah minimum bila keduanya memotong MC.

Dari contoh perhitungan pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa:


a. apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti jika kurva MC di bawah kurva
AVC, maka kurva AVC sedang menurun)
b. Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti jika kurva MC di atas
AVC maka kurva AVC sedang menaik).
Sebagai akibat keadaan yang dinyatakan dalam (a) dan (b) maka kurva AVC dipotong oleh
kurva MC di titik terendah dari kurva AVC. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa
kurva AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah kurva AC.

4.2.8. Hubungan antara biaya total rata-rata jangka pendek dan jangka panjang
Dalam jangka panjang semua input adalah variabel, sehingga hanya terdapat satu
kurva biaya total yang disebut dengan biaya total jangka panjang (Long-run Total Cost =
LTC). Untuk biaya rata-rata nya juga ada satu, yaitu biaya rata-rata jangka panjang (Long-
runAverage Cost = LAC).
Kurva LAC didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan biaya rata-rata minimum untuk
berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu merubah kapasitas produksinya.
Kurva LAC dibentuk oleh kurva AC yang tak terhingga banyaknya. Kurva LAC merupakan
kurva yang menyinggung kurva AC. Titik-titik persinggungan tersebut merupakan biaya
produksi yang paling optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai

Business Economics – R1
pengusaha dalam jangka panjang. Kurva LAC dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Kurva Biaya Total Rata-rata Jangka Panjang

Apakah jika kurva LAC yang pada umumnya tidak menyinggung pada kurva-kurva SAC
pada bagian SAC terendah akan bertentangan dengan pernyataan bahwa titik persinggungan
di antara LAC dan SAC menunjukkan biaya yang paling minimum untuk memproduksi
sejumlah produksi tertentu? Jawabannya adalah sama sekali tidak. Di dalam jangka panjang,
titik terendah dari suatu SAC tidak menggambarkan biaya yang paling minimum untuk
memproduksi pada satu tingkat produksi. Terdapat kapasitas produksi lain (SAC lain) yang
dapat meminimumkan biaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan kurva SAC 1
dan SAC2. Titik A1 adalah titik terendah pada SAC1. Dengan demikian dalam jangka pendek,
produksi sebesar Qa dapat diproduksi dengan biaya yang lebih rendah dari titik manapun pada
SAC1. Tetapi dalam jangka panjang biaya tersebut belum yang paling minimum, karena jika
kapasitas produksi yang berikut digunakan (AC2), produksi sebesar Qa dapat diproduksi
dengan biaya yang lebih rendah lagi, yaitu seperti yang ditunjukkan oleh titik A pada SAC2.
Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kurva LAC menggambarkan biaya minimum
perusahaan dalam jangka panjang.

Business Economics – R1
4.2.9. Economies Of Scale Dan Diseconomies Of Scale
Kurva AC dan LAC bentuknya hampir sama, yaitu sama-sama berbentuk U, tetapi
dengan alasan yang berbeda. Dalam jangka pendek kurva AC disebabkan oleh the law of
diminishing marginal return. Dalam jangka panjang bentuk U dari kurva LAC ditentukan
oleh returns to scale, yaitu perubahan output yang disebabkan oleh perubahan pemakaian
seluruh input dalam proporsi yang sama.
Pada teori produksi telah dijelaskan bahwa increasing returns to scale terjadi pada saat
tingkat output rendah, sementara decreasing returns to scale biasanya terjadi pada saattingkat
output tinggi. Hal inilah yang menyebabkan kurva LAC berbentuk U.
Gambaran berikut akan dapat menjelaskan mengapa increasing returns to scale berarti
penurunan biaya rata-rata (a decreasing average cost). Misalkan satu unit Modal dan enam unit
tenaga kerja dapat menghasilkan tiga output. Dengan increasing returns to scale, persentase
kenaikan output lebih besar dari persentase kenaikan input. Jika input dinaikkan dua kali, maka
output naik lebih dari dua kali. Misalkan tenaga kerja yang dipakai adalah 12 unit dan modal 2
unit, akan dihasilkan 8 unit output. Pada saat output sebesar 3, jumlah modal rata-rata per unit
output adalah 0,33 dan rata-rata tenaga kerja per unit output adalah 2. Pada tingkat output
sebesar 8, jumlah modal rata-rata per unit output turun menjadi 0,25 dan rata-rata tenaga kerja
per unit outputnya adalah 0,67. Jadi increasing returns to scale dapat diartikan pada tingkat
output yang lebih tinggi, rata-rata jumlah input per unit output yang diperlukan semakin kecil.
Dengan asumsi bahwa harga input adalah tetap, maka penurunan rata-rata jumlah input yang
diperlukan berarti juga penurunan biaya rata-rata per unit output. Jadi increasing returns to
scale berarti penurunan biaya rata-rata per unit output.
Dengan alasan yang sama, constant returns to scale berarti biaya rata-rata konstan, dan
decreasing returns to scale berarti kenaikan biaya rata-rata. Dengan demikian karena returns
to scale meningkat pada awalnya, kemudian menurun, maka biaya rata-rata jangka panjang
akan turun pada awalnya kemudian naik, dengan kata lain akan berbentuk U.
Di dalam ekonomi digunakan istilah economies of scale yang menunjukkan kondisi
dimana perusahaan dapat meningkatkan outputnya dengan proporsi yang lebih besar daripada
proporsi kenaikan biaya inputnya. Pada kurva LAC keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva
LAC yang semakin menurun apabila produksi bertambah. Dalam Gambar 4.3 keadaan ini
berlaku di antara produksi sebesar 0 sampai Qb. Sebaliknya diseconomies of scale terjadi

Business Economics – R1
jika proporsi kenaikan output lebih kecil daripada proporsi kenaikan biaya inputnya. Keadaan
ini diperlihatkan oleh kegiatan produksi yang menurun efisiensinya. Pada kurva LAC dalam
Gambar 4.3 kondisi ini ditunjukkan pada bagian kurva LAC yang semakin bertambah tinggi,
yaitu setelah produksi melebihi Qb. Oleh karen itu increasing returns to scale juga berarti
economies of scale sedangkan decreasing returns to scale juga berarti diseconomies of scale.
Diseconomies of scale terutama diakibatkan oleh organisasiperusahaan yang sudah semakin
sangat besar, sehingga menimbulkan kerumitan di dalam mengaturnya dan memimpinnya.

4.3. Isoquant dan isocost


Layaknya seperti konsumen yang perilakunya memiliki acuan dalam melakukan aktivitas
perekonomiannya yakni hukum Gossen. Begitu juga produsen memiliki sebuah perilaku yang
harus memiliki acuan, dalam ilmu ekonomi ada dua acuan dalam perilaku produsen yakni kurva
isoquant dan isocost. Kurva Isocost analog dengan kurva indiferen dan kurva isocost analog
dengan kurva budget line pada perilaku konsumen

4.3.1. Isoquant
Isoquant merupakan salah satu kurva dalam perilaku produsen yang menunjukkan
kombinasi antara dua faktor produksi yang menghasilkan jumlah produk yang sama. Dalam
dunia perekonomian atau dalam suatu perusahaan pasti ada banyak faktor produksi yang ada
dan di sini kurva isoquant berusaha mencari kombinasi antar dua faktor produksi diantara
banyak faktor untuk menghasilkan sebuah produk yang berkualitas dalam jumlah yang sama.
Kurva isoquant juga disebut dengan kurva produksi sama.
Kurva isoquant memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki kemiringan negatif
2. Jumlah output atau hasil produk ditunjukkan dengan garis kurva yang semakin ke kanan.
3. Antara garis isoquant satu dan yang lainnya tidak pernah mengalami perpotongan.
4. Arah kurva isoquant cembung menuju titik origin atau titik asal.
Contoh sederhana dari kombinasi antara dua faktor produksi adalah kombinasi antara
tenaga kerja dan modal.

Business Economics – R1
Misalkan seorang pengusaha pizza ingin memproduksi pizza sebanyak 600 unit. Untuk
memproduksi pizza, ia menggunakan tenaga kerja dan modal yang penggunaannya dapat
dipertukarkan. Untuk tingkat output Q = 600, 4 unit mesin dan 1 unit tenaga kerja dapat
menghasilkan 600 pizza atau dengan kombinasi 2 unit mesin dan 2 unit tenaga kerja. Untuk
produksi 900 pizza digunakan 5 unit mesin dan 5 unit tenaga kerja; atau kombinasi 2 unit mesin
dan 10 unit tenaga kerja juga bisa menghasilkan 900 pizza. Kombinasi serupa juga dilakukan
untuk jika produksi pizza sebesar 750 pizza, dan 1050 pizza. Gambar 4.4(a)menunjukkan kurva
isoquant dari produksi pizza yang berhubungan dengan kombinasi tenaga kerja dan modal
(mesin) diberbagai tingkat produksi.

(a) (b)
Gambar 4.4. Isoquant
Gambar 4.4(b) merupakan kurva isoquant secara umum. Berdasarkan gambar 4.4 dapat
dikatakan bahwa makin ke kanan suatu isoquant, maka makin tinggi jumlah yang dapat
diproduksi. Isoquant cembung terhadap titik asal (convex to origin) sehingga slope antara
satu titik ke titik lain tidaklah sama. Slope isoquant dinamakan Marginal Rate of Technical
Substitution (MTRS) yang menunjukkan secara teknis berapa modal dan tenaga kerja dapat
saling diubah untuk menghasilkan output yang sama. MTRS dapat dituliskan sebagai :

K Q
MTRS = = L ;K  K  K ; atau MTRS = MPL

L Q 1 2 3
MPK
K

Business Economics – R1
4.3.2. Isocost
Isocost adalah sebuah kurva yang menunjukkan kombinasi dua faktor produksi dengan
biaya yang sama. Inilah yang membedakan antara isoquant dan isocost. Jika isoquant yang
sama adalah jumlah output yang sama namun dalam isocost yang dibahas adalah biaya yang
sama. Kurva isocost ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan dengan garis anggaran yang
dimiliki oleh perilaku konsumen.
Persamaan isocost: C = wL + rK
Dimana C = biaya; w = harga tenaga kerja; r = harga sewa modal; L = tenaga kerja dan K =
Modal.
Kemiringan isocost merupakan hasil rasio negatif antara upah dibagai dengan biaya
sewa. Garis isocost ini akan dikombinasikan dengan garis isoquant dalam uoaya mencari dan
menentukan titik produksi yang optimal (pada tingkat output tertentu).
Contoh :
Tabel 4.3 menunjukkan kombinasi faktor modal dan tenaga kerja dengan persamaan K = 7.5
– 0.5L. dan Gambar 4.5 merupakan kurva isocost berdasarkan tabel 4.3.
Tabel 4.3. Kombinasi Faktor modal dan tenaga kerja

Gambar 4.5. Isocost


4.3.3. Keseimbangan produsen
Keseimbangan produksi terjadi pada saat isoquant = isocost yaitu ditunjukkan dengan slope
isoquant = slope isocost yang dapay dinyatakan sebagai:

Business Economics – R1
Keseimbangan produsen dapat dijelaskan melalui Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Keseimbangan produsen


4.4. Business Goals (Tujuan bisnis )
4.4.1. Keuntungan maksimum
Rumus keuntungan,  = Total Revenue – Total Cost
Ada beberapa konsep revenue yang penting untuk analisis perilaku produsen.
a. Total Revenue adalah penerimaan perusahaan (produsen) dari hasil penjualan outputnya.
Atau TR = PQ x Q.
b. Penerimaan Rata-rata (Average Revenue = AR)
Yaitu besarnya penerimaan produsen per unit output yang ia jual.
AR = TR/Q = Q.PQ/Q = PQ
Jadi AR merupakan harga jual output per unit = PQ.
c. Penerimaan marginal (Marginal Revenue = MR)
Yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output.
MR = TR/Q
Hubungan antara TR, AR dan MR dapat dijelaskan melalui tabel 4.4. Data pada Tabel 4.4.
merupakan gambaran pada pasar persaingan sempurna, dimana faktor harga besarannya sama
di setiap jumlah produknya.

Business Economics – R1
Tabel 4.4. TR, AR dan MR pada pasar persaingan sempurna

Biaya Marginal memegang peranan yang sangat penting bagi seorang produsen untuk
menentukan jumlah produksi yang akan dihasilkan. Kita tahu bahwa tujuan setiap produsen
adalah memaksimumkan keuntungannya. Bila produsen telah mencapai posisi keuntungan
maksimum maka dapat dikatakan ia telah berada pada posisi equilibrium atau keseimbangan.
Pada tingkat produksi yang manakah keuntungan maksimum dicapai ? Ada dua cara yang dapat
digunakan untuk menentukannya, yaitu :
a. Dengan memproduksi barang pada tingkat dimana perbedaan di antara hasil penjualan
total dengan biaya total adalah yang paling maksimum. Jadi keuntungan total adalah
(TR – TC) yang maksimum.
b. Dengan memproduksi barang pada tingkat dimana hasil penjualan marginal = biaya
marginal.
Untuk menjelaskan dapat digunakan data pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hubungan TR, MR, TC, AC, MC untuk mendapatkan Keuntungan Maksimum

MR > MC

MR = MC

MR< MC

Berdasarkan data pada Tabel 4.5. dapat ditunjukkan keuntungan maksimum melalui
Gambar 4.6.

Business Economics – R1
Gambar 4.6. Keuntungan Maksimum

Hal-hal yang bisa disimpulkan dari Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 adalah:
a. Keuntungan total (TR-TC) yang maksimum adalah dimana jarak vertikal antara kurva TR
dan kurva TC adalah paling lebar. Posisi ini adalah dimana slope dari garis singgung TR
sama dengan slope dari garis singgung TC
b. Slope dari garis singgung TR adalah TR/Q, yang tidak lain adalah MR. Sedangkan
slope dari garis singgung TC adalah TC/Q, yang tidak lain adalah MC. Jadi posisi Q
yang menghasilkan keuntungan maksimum adalah dimana MR = MC atau kurva MR
berpotongan dengan kurva MC.
c. Posisi TR yang maksimum tidak berarti posisi keuntungan maksimum. Demikian pula
posisi AC minimum bukan berarti posisi keuntungan yang maksimum.
Contoh Kasus :
Diketahui invers dari fungsi permintaan adalah P = 230 – Q dan fungsi biaya, TC = 40 + Q2
Maka keuntungan maksimum adalah :
TR = P x Q → TR = (230 – Q) x Q
TR = 230Q – Q2
MR = 230 – 2Q sedangkan MC = 2Q
Keuntungan maksimum : MR = MC, jadi :
230– 2Q = 2Q → 4Q = 230 → Q = 57.5

4.4.2. Analisis impas (Break even)


Break Even merupakan suatu kondisi perusahaan yang mana dalam operasionalnya
tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, antara

Business Economics – R1
pendapatan dan biaya pada kondisi yang sama, sehingga labanya adalah nol. Atau dapat
dituliskan TR = TC. Kondisi break even dapat dijelaskan melalui Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Break even

Pada tingkat output di atas QBE, misalnya Q1, TR perusahaan, yang ditunjukkan oleh
R2, lebih besar daripada TC-nya, ditunjukkan oleh C2 dan sebagai hasilnya ia membuat
keuntungan pada output ini. Jumlah keuntungan yang dihasilkan pada output Q1 diwakili oleh
segitiga berarsir B.
Jika perusahaan beroperasi di Q1 maka bisa mengalami penurunan penjualan dan masih
menghasilkan laba asalkan penjualan tidak jatuh di bawah titik impas output QBE. Jarak antara
output impas dan produksi pada Gambar 4.7 di mana TR lebih besar dari TC disebut margin of
safety.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Fungsi produksi (production function) menggambarkan hubungan antara jumlah input dan
jumlah output. Biaya produksi dapat dibedakan menjadi biaya produksi jangka pendek dan
jangka panjang. Perbedaan biaya produksi jangka pendek dan jangka panjang bukanlah
ditentukan oleh waktu, tetapi ditentukan pada fungsi produksi. Dalam jangka pendek satu atau
lebih input perusahaan dianggap tetap yang dikenal dengan biaya tetap (fixed cost), sedangkan
pada jangka panjang semua input pada proses produksi adalah variabel (variable cost).

Biaya Produksi merupakan segala macam bentuk pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk membeli faktor-faktor produksi termasuk bahan-bahan mentah yang akan digunakan
(sebagai input) untuk memproduksi barang produksinya. Biaya produksi disebut juga dengan
Biaya total (total cost).

Pendapatan Total (Total revenue) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh penjual sebagai
hasil penjualan produknya. Sedangkan selisih dari pendapatan total dikurangi biaya total
merupakan keuntungan (profit).

Isoquant merupakan salah satu kurva dalam perilaku produsen yang menunjukkan kombinasi
antara dua faktor produksi yang menghasilkan jumlah produk yang sama. Isocost adalah sebuah
kurva yang menunjukkan kombinasi dua faktor produksi dengan biaya yang sama. Inilah yang
membedakan antara isoquant dan isocost. Jika isoquant yang sama adalah jumlah output yang
sama namun dalam isocost yang dibahas adalah biaya yang sama. Kurva isocost ini memiliki
fungsi yang hampir sama dengan dengan garis anggaran yang dimiliki oleh perilaku konsumen.

Break Even merupakan suatu kondisi perusahaan yang mana dalam operasionalnya tidak
mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, antara pendapatan
dan biaya pada kondisi yang sama, sehingga labanya adalah nol. Atau dapat dituliskan TR =
TC.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning:


United Kingdom. ISBN: 9789814915342.

2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-292-44020-0.

Business Economics – R1
Business Economics – R1
LECTURE NOTES

ECON6095038

Business Economics

Week 5

Market Structures
LEARNING OUTCOMES

LO.2. Menerapkan perilaku konsumen, perilaku produsen, dan memberikan contoh


berbagai struktur pasar.

OUTLINE MATERI :

5.1. Perfect Competition Market


5.2. Monopoly
5.3. Monopolistic
5.4. Oligopoly

Business Economics – R1
ISI MATERI

5.1. Perfect Competition Market (Pasar Persaingan Sempurna)

Pasar Persaingan Sempurna didefinisikan sebagai pasar di mana terdapat sejumlah besar
pembeli dan penjual yang bertransaksi produk yang identik, sehingga setiap entitas tersebut
menjadi penerima harga.

5.1.1. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna


Pasar persaingan sempurna, yang juga dikenal sebagai pasar kompetitif sempurna,
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Terdapat banyak perusahaan di pasar. Hal inilah yang menyebabkan perusahaan tidak
mempunyai kekuasaan untuk mengubah harga. Sifat ini menyebabkan apa pun yang
dilakukan perusahaan, seperti menaikkan atau menurunkan harga dan menaikkan atau
menurunkan produksi, sedikit pun ia tidak memengaruhi harga yang berlaku dalam
pasar/industri tersebut. Oleh karena itu perusahaan harus menerima harga yang ditentukan
pasar atau disebut penerima harga (price taker).
2. Karena perusahaan kompetitif sebagai penerima harga, maka pendapatannya sebanding
dengan jumlah barang yang diproduksinya. Harga barang sama dengan pendapatan rata-
ratanya dan pendapatan marjinalnya. ( P = AR = MR)
3. Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk pasar tanpa hambatan.
4. Barang yang diperjual-belikan bersifat homogen (tidak mudah untuk dibeda-bedakan),
sehingga para pembeli tidak dapat membedakan yang mana dihasilkan produsen A atau B
atau produsen yang lainnya.
5. Jumlah pembeli sangat banyak dan pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna
mengenai pasar.
Contoh : pasar barang-barang pertanian. Misalkan cabe. Tidak ada pembeli atau penjual yang
dapat memengaruhi harga cabe.

5.1.2. Pendapatan perusahaan dalam pasar persaingan sempurna


Pendapatan pada pasar persaingan sempurna meliputi :
a. Pendapatan rata-rata (average revenue/ AR)

Business Economics – R1
Total revenue
Average Revenue =
Quant

Jadi P = AR
b. Pendapatan marginal (marginal revenue/MR)
Pendapatan marginal adalah perubahan pendapatan total dari penjualan setiap unit
produk tambahan
MR = TR / Q
Dalam pasar persaingan sempurna harga MR = P

Karena P = AR, maka MR = AR = P


Tabel 5.1. Pendapatan Total, Rata-rata dan Marginal suatu perusahaan kompetitif

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa AR = MR = P = $6

5.1.3. Maksimalisasi Keuntungan


Rumus umum keuntungan adalah  = TR – TC sedangkan keuntungan maksimum
adalah MR = MC. Karena MR = P, maka perusahaan akan memilih jumlah tertentu dimana P
= MC. Kurva biaya marginal merupakan kurva penawannya. Contoh keuntungan maksimum
digunakan tabel 5.2. Tabel 5.2 memperlihatkan keuntungan maksimum terletak pada MR =
MC atau MR – MC = 0. Hasilnya adalah bahwa perusahaan tidak akan memproduksi lebih dari
5 unit. Pada kondisi tersebut total penerimaan sebesar $30 dan total biaya sebesar $23, sehingga
laba maksimal adalah $7.

Business Economics – R1
Tabel 5.2. Memaksimalkan keuntungan: suatu contoh numerik

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat digambarkan kurva biaya marginal (MC), biaya rata-rata (AC)
dan Biaya variable rata-rata (AVC)

Gambar 5.1. Maksimalisasi keuntungan untuk perusahaan pada pasar persaingan sempurna
Gambar 5.1 menunjukkan kurva biaya marginal (MC), kurva biaya total rata-rata
(ATC), harga pasar (P) yang sama dengan pendapatan marginal (MR) dan pendapatan rata-
rata (AR). Jumlah yang dapat memaksimalkan keuntungan adalah Q terletak dimana garis
harga horizontal memotong kurva biaya marginal. Kurva biaya marginal dari suatu perusahaan
menentukan jumlah barang yang rela dijualnya pada tingkat harga berapapun. Kurva ini yang
menjadi kurva penawaran perusahaan pada pasar persaingan sempurna.

Business Economics – R1
5.1. Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah bentuk pasar di mana hanya ada satu penjual atau perusahaan yang
mendominasi penawaran barang atau jasa tertentu. Dalam pasar monopoli, perusahaan tunggal
ini memiliki kendali penuh atas penentuan harga karena tidak ada pesaing yang signifikan. Ini
berbeda dengan pasar persaingan sempurna, di mana terdapat banyak penjual dan tidak ada
satu penjual yang dapat memengaruhi harga pasar. Dalam pasar monopoli, perusahaan
memiliki kekuatan pasar yang tinggi dan mampu menetapkan harga tanpa harus merespons
persaingan. Hal ini dapat menghasilkan keuntungan ekonomi yang tinggi bagi perusahaan
monopoli, tetapi juga dapat mengakibatkan kekurangan dalam hal inovasi dan pilihan bagi
konsumen. Monopoli sering kali memerlukan regulasi pemerintah untuk mencegah
penyalahgunaan kekuatan pasar.

Struktur pasar monopoli murni merujuk pada pasar di mana hanya terdapat satu penjual,
sehingga tidak ada substitusi yang dapat sepenuhnya menggantikan komoditas yang
ditawarkan oleh pihak pengusaha monopolis.
Sebagai pembuat harga (price-maker), seorang monopolis memiliki kekuasaan untuk
menaikkan atau menurunkan harga dengan mengatur jumlah barang yang akan diproduksi;
semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin tinggi harga barang tersebut, demikian pula
sebaliknya. Meskipun demikian, ada batasan dalam menetapkan harga. Jika harga ditetapkan
terlalu tinggi, konsumen mungkin akan menunda pembelian atau mencari barang pengganti
atau, yang lebih buruk, mencarinya di pasar ilegal (black market).

5.1.1. Monopoli versus Kompetisi


Perbedaan utama antara perusahaan kompetitif/ persaingan sempurna dan pelaku
monopoli adalah kemampuan pelaku monopoli untuk memengaruhi biaya produknya.
Perusahaan kompetitif relative lebih kecil dibandingkan dengan pasar tempatnya beroprasi
sehingga penetapan harga produknya disesuaikan dengan kondisi pasar. Sebaliknya, karena
merupakan produsen tunggal dalam pasarnya, pelaku monopoli dapat mengubah harga
barangnya dengan menyesuaikan jumlah yang dipasok untuk pasar. Satu cara untuk melihat
perbedaan antara perusahaan kompetitif dan pelaku monopoli adalah dengan mengamati kurva
permintaan yang dihadapai oleh masing-masing perusahaan. Dengan menggunakan Gambar
5.2 tentang kurva permintaan untuk perusahaan monopoli dan kompetitif dijelaskan bahwa,
perusahaan kompetitif menghadapi kurva permintaan horizontal, seperti tergambar pada
diagram (a). Akibatnya, karena perusahaan kompetitif menjual produk

Business Economics – R1
yang memiliki banyak barang substitusi (yang) sempurna (produk semua perusahaan
lain di pasarnya), kurva permintaan yang dihadapi oleh setiap perusahaan bersifat elastis
sempurna. Sebaliknya, karena pelaku monopoli merupakan produsen tunggal dalam pasarnya,
kurva permintaannya merupakan kurva permintaan pasar. Oleh karena itu, kurva permintaan
.
pelaku monopoli miring ke bawah karena semua alasan seperti dilihatkan pada diagram (b).
Jika pelaku monopoli menaikan harga barangnya, konsumen membeli lebih sedikit. Dari
sudut pandang lain, jika pelaku monopoli menurunkan jumlah produk yang dijualnya, harga
produknya pun meningkat

Gambar 5.2. Kurva permintaan untuk perusahaan monopoli dan kompetitif

5.1.1. Pendapatan Pelaku Monopoli


Untuk menjelaskan pendapatan monopolis digunakan ilustrasi Tabel 5.2. yang
menggambarkan pendapatan produsen.

Tabel 5.2. Pendapatan Total, Rata-rata dan Marginal dari monopolis

Business Economics – R1
Pendapatan marginal untuk monopoli sangat berbeda dengan pendapatan marginal
perusahaan kompetitif. Pada saat perusahaan monopoli menaikkan jumlah penjualan
barangnya, dampak yang terjadi pada pendapatan total (P x Q) adalah:
Efek output: lebih banyak barang yang dijual, maka Q lebih tinggi

Efek harga: Harga akan turun, P lebih rendah


Rumus-rumus pendapatan monopoli adalah:
Total Revenue: TR = P  Q
Average Revenue: AR = TR/Q = P
Marginal Revenue: MR = ∆TR/∆Q
Kurva permintaan dan marginal revenue dari perusahaan monopoli dapat dijelaskan pada
Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Kurva permintaan dan kurva pendapatan marginal perusahaan monopoli

Average revenue dan marginal revenue (AR dan MR) perusahaan monopoli dapat
diperoleh dari kurva permintaan pasar. Jika perusahaan monopoli menarik harga yang sama
untuk semua unit yang dijualnya, maka AR per unit adalah identik dengan harga. Jadi kurva
permintaan pasar juga merupakan AR perusahaan. Karena kurva permintaan (D curve) slopenya
negatif, maka perusahaan monopoli harus menurunkan harga untuk semua unit untuk dapat
menjual unit tambahan (an extra unit).

Business Economics – R1
Berarti bahwa tambahan pada penerimaannya karena penjualan satu tambahan ekstra adalah
kurang dari harga yang dia terima untuk unit tersebut (berkurang dengan jumlah yang hilang
sebagai akibat dari pemotongan harga pada semua unit yang ia jual).

5.1.2. Maksimalisasi Keuntungan


Untuk mengetahui keuntungan pelaku monopoli, ingat bahwa keuntungan sama dengan
pendapatan total (TR) dikurangi biaya total (TC):
Keuntungan = TR – TC

Kita dapat menyatakan persamaan ini menjadi:


Keuntungan = (TR/Q-TC/Q) x Q
TR/Q adalah pendapatan rata-rata, yang sama dengan harga P, dan TC/Q adalah biaya total
rata-rata ATC. Maka,
Keuntungan = (P – ATC) x Q
Persamaan keuntunan ini (yang sama dengan persamaan keuntungan perusahaan kompetitf)
mungkin kita mengukur keuntungan pelaku monopoli dalam grafik yang kita buat.

Gambar 5.4. Maksimalisasi keuntungan Monopoli

Business Economics – R1
Gambar 5.4. menunjukkan kurva permintaan, kurva pendapatan marginal dan kurva
biaya untuk perusahaan monopoli. Perusahaan akan membuat tingkat produksinya sedemikian
rupa hingga mencapai Qmax, dimana pendapatan marginal (MR) sama dengan biaya marginal
(MC). Jumlah keuntungan maksimal ditentukan oleh perpotongan antara kurva MR dan MC,
yaitu pada titik A Gambar 5.4. Hal ini sama dengan yang dikemukakan pada perusahaan
kompetitif, bahwa keuntungan maksimal berada pada MR = MC juga. Namun perbedaannya
adalah bahwa MR dari perusahaan kompetitif sama dengan harganya (MR = P), sedangkan MR
untuk monopoli kurang dari harganya.

Untuk perusahaan kompetitif: P = MR = MC


Untuk perusahaan monopoli: P > MR = MC

Besar keuntungan maksimum merupakan daerah DCBE pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Keuntungan monopolis

5.2. Monopolistik
Pada pasar monopolistik masing-masing perusahaan memiliki monopoli atas barang yang
diproduksinya, tetapi perusahaan-perusahaan lainnya juga membuat barang yang mirip yang
bersaing untuk mendapatkan konsumen yang sama.

Secara garis besar, pasar monopolistik memiliki ciri-ciri :

- Banyak penjual, yang bersaing untuk mendapatkan konsumen yang sama


- Diferensiasi produk, masing-masing perusahaan memproduksi barang yang mirip/
sedikit berbeda dengan perusahaan lain, sehingga perusahaan menghadapi kurva

Business Economics – R1
permintaan yang menurun
- Bebas keluar masuk pasar, tanpa adanya batasan. Jumlah perusahaan di pasar ini
akan selalu berubah sampai pada keuntungan ekonomisnya menjadi nol.

5.2.1. Keseimbangan Perusahaan Monopolistik dalam Jangka Pendek


Masing-masing perusahaan dalam pasar monopolistik adalah seperti monopoli. Karena
produknya berbeda dengan yang ditawarkan oleh perusahaan lain, maka kurva permintaan
yang dihadapi memiliki kemiringan negatif atau menurun seperti halnya pada monopoli.
Sedangkan kurva permintaan yang dihadapi oleh pasar persaingan sempurna berbetuk
horisontal pada harga pasar. Dengan demikian, untuk memaksimalkan keuntungan
pada pasar monopolistik mengikuti aturan monopoli, yaitu dengan memilih jumlah yang
membuat pendapatan marginal (MR) sama dengan biaya marginal (MC) dan kemudian
menggunakan kurva permintaan untuk menemukan harga yang sesuai dengan jumlah tersebut.
Kurva-kurva biaya, permintaan dan pendapatan marginal untuk perusahaan monopolistik dapat
dilihat pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6. Perusahaan pada pasar kompetitif Monopolistik Jangka Pendek


Pada gambar 5.6(a) menunjukkan keadaan pasar monopolistik mendapatkan keuntungan.
Jumlah yang memaksimalkan keuntungan berada pada perpotongan kurva pendapatan
marginal (MR) dan kurva biaya marginal, dimana harga melebihi biaya total rata-rata (ATC),
sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan. Sedangkan pada Gambar 5.6(b), harga di
bawah biaya total rata-rata (ATC), sehingga perusahaan dalam keadaan meminimalkan
kerugian. Jadi dalam jangka pendek perusahaan monopolistik dan monopoli serupa.

Business Economics – R1
5.2.2. Keseimbangan Perusahaan Monopolistik dalam Jangka Panjang
Keuntungan yang diperoleh monopolistik mendorong perusahaan-perusahaan lain
untuk masuk pasar. Masuknya perusahaan baru akan meningkatkan jumlah produk yang dapat
dipilih konsumen, sehingga mengurangi permintaan yang dihadapi oleh setiap perusahaan
yang sudah ada di dalam pasar monopolistik. Proses masuk-keluarnya perusahaan akan
berlangsung terus hingga jumlah perusahaan yang ada di pasar dapat membuat

keuntungan ekonomisnya nol. Gambar 5.7 menunjukkan keseimbangan jangka panjang, hasil
pergeseran kurva demand dan kurva MR pada gambar 5.6(a).

Gambar 5.7 Perusahaan monopolistik dalam jangka panjang

Gambar 5.7 menunjukkan bahwa pada saat pasar mencapai keseimbangan, perusahaan-
perusahaan baru tidak memiliki insentif untuk masuk pasar dan perusahaan- perusahaan lama
tidak mempunyai insentif untuk keluar. Kurva permintaan pada Gambar ini hampir tidak
menyentuh kurva biaya biaya total rata-rata (ATC). Secara matematis disebut bahwa kedua
kurva ini saling tangensial. Kedua kurva ini harus menjadi tangensial setelah proses masuk-
keluarnya perusahaan membuat keuntungan menjadi nol. Karena keuntungan per unit yang
terjual adalah perbedaan antara harga (yang diperoleh dari kurva permintaan) dan biaya total
rata-rata, maka keuntungan maksimal sebesar nol hanya terjadi jika kedua kurva ini saling
bersinggungan tetapi tidak berpotongan.

Business Economics – R1
5.3. Oligopoli
Suatu pasar oligopoli hanya memiliki sedikit penjual, sehingga salah satu ciri oligopoli
adalah ketegangan yang tercipta antara kerjasama dan kepentingan pribadi.

Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri-industri yang memiliki capital
intensive yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil, dan industri kertas.
Karakteristik pasar oligopoli secara lengkap adalah sebagai berikut :
1. Terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar, dan salah satu
diantaranya merupakan market leader
2. Barang yang diproduksikan adalah barang “standart” atau barang berbeda corak.
3. Kekuatan menentukan harga adakalanya lemah dan ada kalanya sangat tangguh
4. Terdapat halangan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di luar pasar untuk masuk
ke dalam pasar.
5.3.1. Duopoli
Duopoli adalah jenis oligopoli yang paling sederhana. Duopoli adalah suatu pasar di
mana penawaran suatu jenis barang dikuasai oleh dua perusahaan.
Untuk menjelaskan pasar duopoli digunakan contoh tentang permintaan air minum.
Skedul permintaan air minum ditunjukkan pada Tabel 5.3. Untuk membahas bagaimana
organisasi industry air minum di kota tersebut dapat memengaruhi harga air dan jumlah air
yang terjual, maka perlu melihat tentang kompetisi, monopoli dan kartel.

Tabel 5.3. Skedul permintaan air minum

Business Economics – R1
5.1.1. Kompetisi, Monopoli dan Kartel

Jika kita anggap kasus di atas terjadi di pasar kompetitif sempurna, maka keputusan-
keputusan produksi dari masing-masing perusahaan membuat harga sama dengan biaya
marginal (P = MC). Karena diasumsikan bahwa biaya marginal adalah nol, maka dalam pasar
persaingan sempurna harga keseimbangan air adalah nol, dan jumlah keseimbangan adalah 120
galon. (Tabel 5.3). Harga air akan mencerminkan biaya produksinya dan jumlah yang efisien
akan diproduksi dan dikonsumsi.

Jika kita anggap kasus di atas terjadi di pasar monopoli, tabel 9.1 menunjukkan
keuntungan total dapat dimaksimalkan pada jumlah 60 galon air dengan harga $60 per gallon.
Dengan keuntungan maksimal = $3.600. Dalam pasar monopoli, harga akan melebihi biaya
marginal. Hasilnya adalah ketidakefisienan, karena jumlah air yang diproduksi dan dikonsumsi
akan kurang dari tingkat efisiensinya secara sosial, yaitu 120 galon.

Jika kasus tersebut terjadi di duopoly (2 penjual), kemungkinan 2 penjual akan bersatu
untuk menentukan berapa jumlah air yang akan diproduksi dan berapa harganya. Suatu
persetujuan tentang jumlah produksi dan harga antara perusahaan-perusahaan tersebut
dinamakan kolusi (collusion), dan sekelompok perusahaan yang bergerak dalam keseragaman
disebut kartel (cartel). Jika suatu kartel telah terbetuk, maka pasar pada dasarnya dilayani oleh
suatu monopoli dan analisis dapat digunakan sama seperti analisis pada pasar monopoli. Jadi
dari skedul tabel 5.3, kedua produsen akan memproduksi sebanyak 60 galon dengan harga jual
$60 per gallon. Atau dapat diputuskan bahwa masing-masing produsen akan memproduksi 30
galon dengan keuntungan sebesar $1.800. Sekali lagi, bahwa harga melebihi biaya marginal,
sehingga hasilnya tidak efisien secara social.

5.1.2. Keseimbangan oligopoly

Meskipun beberapa oligopoly cenderung membentuk kartel untuk mendapatkan


keuntungan monopoli, namun seringkali tidak mungkin dilakukan. Masing-masing perusahaan
akan berusaha secara terpisah untuk merebut pasar dengan menaikkan produksinya. Hal ini
muncul konflik antara kerjasama dengan kepentingan diri sendiri. Oligopoli akan lebih baik
bekerjasama dan mencapai hasil monopoli, namun karena mereka semua mengejar
kepentingan masing-masing, hasil monopoli tidak dapat mereka capai dan keuntungan
maksimal tidak juga tercapai. Keseimbangan yang diperoleh disebut Keseimbangan Nash
(Nash Equilibrium).

Business Economics – R1
Keseimbangan Nash adalah situasi di mana semua pelaku ekonomi yang berinteraksi
satu sama lain, masing-masing memilih strategi terbaik mereka dengan mempertimbangkan
strategi yang telah dipilih oleh pihak lain. Dalam contoh ini, keseimbangan Nash terjadi ketika
kedua perusahaan masing-masing memproduksi 40 galon dengan harga $50. Keuntungan yang
didapatkan setiap perusahaan adalah $2.000.

5.1.3. Bagaimana Ukuran Oligopoli memengaruhi Hasil Pasar


Anda mungkin ingin menunjukkan bahwa ekuilibrium Nash akan (n/n + 1) dari output
kompetitif. Oleh karena itu, dengan dua pemasok, output gabungan (80 unit) akan ada dua-
pertiga dari ekuilibrium kompetitif (120 unit). Ini menjelaskan bahwa jumlah perusahaan dalam
pasar meningkat, output pasar dengan cepat mendekati hasil kompetitif.
Ketika suatu perusahaan dalam oligopoli secara individu memilih untuk memproduksi
suatu jumlah yang memaksimalkan keuntungan, mereka memproduksi jumlah yang lebih besar
daripada jumlah yang diproduksi oleh monopoli dan lebih sedikit dari pada jumlah yang
diproduksi oleh pasar kompetitif. Harga oligopoli lebih rendah daripada harga monopoli, tetapi
lebih tinggi dari pada harga kompetitif (yang sama dengan biaya marginal). Akan tetapi jika
mereka tidak membentuk kartel karena undang-undang antitrust melarangnya, maka setiap
perusahaan harus menentukan berapa banyak produk yang diproduksi.

Dalam menentukan keputusan ini mereka harus memperhatikan dua efek, yaitu:

1. Efek output: karena harga di atas biaya marginal, menjual 1 produk tambahan pada
harga yang berlaku di pasar akan meningkatkan keuntungan.
2. Efek harga: meningkatkan produksi akan meningkatkan jumlah penjualan secara
keseluruhan, sehingga harga produk akan turun dan keuntungan produk lain yang
terjual akan turun.

Pasar oligopoli yang besar pada intinya adalah sekelompok perusahaan kompetitif.
Perusahaan kompetitif hanya mempertimbangkan efek output saat memutuskan berapa banyak
barang yang akan diproduksi, karena suatu perusahaan kompetitif adalah price taker, efek
harga tidak ada. Jadi ketika jumlah penjual dalam oligopoli tumbuh lebih besar, sebuah

Business Economics – R1
pasar oligopoli kelihatan semakin mendekati pasar kompetitif. Harga mendekati biaya
marginal, dan kuantitas yang diproduksi mendekati tingkat efisiensi sosial.

5.1.4. Teori Permainan dan Ilmu Ekonomi Kerjasama

Teori permainan (game theory) merupakan salah satu solusi dalam merumuskan keadaan
persaingan antara berbagai pihak dan berbagai kepentingan. Pendekatan dalam teori permainan
akan memberikan suatu gambaran yang sistematis dari para pelaku persaingan atau kita sebut
para pemain, dalam memaksimumkan usaha untuk mencapai tujuannya.

5.1.5. Dilema tahanan (Prisoner’s dilemma)


Sebuah “permainan” khusus yang penting adalah dilemma tahanan (prisoner’s
dilemma). Permainan ini memberikan pengetahuan kepada kita tentang sulitnya menjaga
kerjasama. Sering kali dalam hidupnya, orang-orang gagal bekerjasama antara satu sama lain,
bahkan ketika kerja sama dapat membuat keadaan lebih baik. Dalam teori permainan, suatu
strategy disebut strategi dominan (dominant strategy) jika strategi tersebut adalah strategi ynag
terbaik yang dapat diikuti oleh setiap pemain, apa pun strategi yang dikejar oleh pemain yang
lain.
Masalah lain dalam keseimbangan Nash adalah jika posisi keseimbangan yang tercapai
membuat kedua belah pihak mengambil pilihan yang bukan paling optimal. Kondisi ini
dikenal dengan dilema tahanan (prisoner’s dilemma). Kita bayangkan, ada 2 tahanan
(tersangka) yaitu Mr Blue dan Mr Green yang diselidiki secara terpisah tanpa saling bisa
menebak pilihan tindakan satu sama lain. Masing-masing tahanan mempunyai pilihan untuk
mengaku atau diam, dengan implikasi seperti tergambar pada matriks Gambar 5.8.

Gambar 5.8. Dilema Tahanan

Business Economics – R1
Jika Mr Blue mengaku, dia bisa bebas dan Mr Green akan menanggung hukuman 20 tahun.
Jika kedua tahanan sama-sama mengaku, keduanya akan ditahan selama 8 tahun. Jika keduanya
diam, mereka akan ditahan 1 tahun.

Mr Blue akan memilih untuk mengaku. Alasannya, bila Mr Green diam, Mr Blue akan bebas.
Kalaupun Mr Green mengaku, Mr Green masih akan lebih baik, yakni ditahan 8 tahun daripada
20 tahun. Dengan demikian, bukan saja fenomena keseimbangan Nash, melainkan
keseimbangan strategi dominan dapat terjadi di sini, yaitu saat kedua tahanan akan memilih
mengaku (tanpa mengetahui strategi tahanan lain). Pada akhirnya, kedua tahanan berada pada
kondisi “Mr Blue mengaku” dan “Mr Green mengaku” (8, 8). Akan tetapi, keseimbangan ini
ternyata bukan kondisi terbaik karena kedua tahanan bisa mendapatkan hasil lebih baik jika
keduanya sama-sama diam, karena masing-masing hanya dipenjara selama 1 tahun (1, 1). Tentu
saja ini hanya bisa terjadi jika keduanya dapat berkoordinasi. Karena masing-masing mengejar
kepentingannya sendiri, maka keduanya mencapai suatu hasil yang lebih buruk bagi keduanya.

5.1.6. Oligopoli Sebagai Bentuk Dilema Tahanan

Apakah hubungan dilema tahanan dengan pasar dan kompetisi tidak sempurna? Ternyata
permainan yang dilakukan para oligopoly dalam mancapai hasil monopoli mirip dengan
permainan yang dimainkan oleh kedua tahanan dalam dilema tahanan. Dalam permainan antara
dua anggota oligopoly, keuntungan yang akan diperoleh masing-masing bergantung pada
keputusan produksinya maupun keputusan produksi anggota oligopoli lainya.

Contoh :
Dua perusahaan minyak mentah berada pada pasar oligopoli, yaitu BP dan Shell, yang
keduanya menjual minyak mentah. Setelah bernegosiasi, kedua perusahaan sepakat untuk
menjaga produksi minyak mentah rendah agar harga minyak dunia tetap tinggi. Setelah mereka
menyetujui berapa yang akan diproduksi, masing-masing perusahaan harus memutuskan
apakah akan bekerja sama dan memenuhi perjanjian ini atau mengabaikannya dan berproduksi
pada tingkat yang lebih tinggi. Gambar 5.9 menunjukkan bagaimana keuntungan kedua
perusahaan bergantung pada strategi yang mereka pilih.

Business Economics – R1
Misalkan Anda adalah CEO BP. Anda mungkin berpikir seperti ini :
“Saya bisa saja menjaga produksi minyak mentah tetap rendah sebagaimana disepakati,
atau saya dapat meningkatkan produksi dan menjual lebih banyak minyak di pasar dunia. Jika
Shell mematuhi perjanjian dan menjaga produksinya tetap rendah, maka perusahaan saya
mendapat keuntungan $ 6 miliar dengan produksi tinggi, dan $ 5 miliar jika produksi rendah.

Gambar 5.9. Suatu permainan oligopoli

Dalam kasus ini, perusahaan BP lebih baik memproduksi lebih banyak. Jika Shell tidak
mematuhi kesepakatan dan berproduksi lebih banyak, maka perusahaan saya menghasilkan $
4 miliar jika produksi tinggi dan $ 3 miliar jika produksi rendah. Sekali lagi, BP lebih baik
dengan produksi tinggi. Jadi, terlepas dari apa yang dipilih Shell untuk dilakukan, perusahaan
saya lebih baik mengabaikan kesepakatan dan memproduksi minyak lebih banyak.
Memproduksi lebih banyak adalah strategi dominan untuk BP. Tentu saja, Shell akan
berpikiran yang sama, dengan cara yang persis sama, sehingga keduanya meningkatkan
produksinya. Akibatnya tercapai hasil yang kurang baik (dari sudut pandang BP dan Shell)
karena keuntungan bagi mereka rendah.
Contoh ini menggambarkan mengapa oligopoli kesulitan dalam mempertahankan agar
keuntungan monopoli dapat tercapai. Hasil monopoli secara bersama-sama adalah masuk akal
bagi seluruh oligopoli, tetapi setiap oligopoli memiliki insentif untuk berbuat curang. Sama
seperti kepentingan pribadi yang mendorong para tahanan dalam dilema tahanan untuk
memilih mengaku, begitu juga hal ini membuat oligopoli sulit untuk mempertahankan hasil
kerja sama dengan produksi yang rendah, harga tinggi, dan keuntungan seperti pada monopoli.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Pasar Persaingan Sempurna didefinisikan sebagai pasar di mana terdapat sejumlah besar
pembeli dan penjual yang bertransaksi produk yang identik, sehingga setiap entitas tersebut
menjadi penerima harga. Sebaliknya, pasar monopoli ditandai dengan hanya ada satu penjual
dan sejumlah besar pembeli. Perbedaan utama antara perusahaan kompetitif/ persaingan
sempurna dan pelaku monopoli adalah kemampuan pelaku monopoli untuk memengaruhi
biaya produknya. Perusahaan kompetitif relative lebih kecil dibandingkan dengan pasar
tempatnya beroprasi sehingga penetapan harga produknya disesuaikan dengan kondisi pasar.
Sebaliknya, karena merupakan produsen tunggal dalam pasarnya, pelaku monopoli dapat
mengubah harga barangnya dengan menyesuaikan jumlah yang dipasok untuk pasar.

Situasi persaingan sempurna dan monopoli yang sering muncul mencerminkan sejumlah
konsep kunci terkait mekanisme pasar. Sebagian besar pasar dalam struktur perekonomian
menunjukkan ciri-ciri dari kedua skenario ini, sehingga tidak dapat sepenuhnya dijelaskan
hanya dengan salah satu dari keduanya. Perusahaan yang biasanya beroperasi dalam ekonomi
yang kompetitif tetap menghadapi tingkat persaingan, meskipun tidak seketat untuk terikat
pada harga pasar. Perusahaan-perusahaan umum ini juga memiliki sejumlah kekuatan di pasar,
meskipun tidak sebesar yang dimiliki oleh perusahaan monopoli. Dengan kata lain,
perusahaan-perusahaan besar dalam perekonomian kita bisa dianggap sebagai perusahaan yang
beroperasi dalam kerangka kompetisi yang tidak sempurna.

Ada dua bentuk pasar yang tidak bersifat sempurna secara kompetitif, yaitu pasar oligopoli
dan pasar persaingan monopolistik. Oligopoli adalah pasar di mana hanya ada beberapa
penjual, dan masing-masing perusahaan menjual barang yang serupa satu sama lain. Contoh
dari jenis pasar ini adalah pasar minyak dunia. Sementara itu, persaingan monopolistik
menggambarkan struktur pasar di mana banyak perusahaan menjual barang yang mirip, namun
tidak identik satu sama lain.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

▪ N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning:


United Kingdom. ISBN: 9789814915342.

▪ John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-292-44020-0.

Business Economics – R1
Business Economics – R1
LECTURE NOTES

Business Economics

Week 6

The Macroeconomic
Environment of Business
LEARNING OUTCOMES

LO 3. Menerapkan prinsip-prinsip makroekonomi

OUTLINE MATERI:

• The Circular Flow of Income and Expenditure


• Gross Domestic Product (GDP) And Gross National Product (GNP)
• The Components Of GDP
• Real Versus Nominal GDP
• The consumer prices index
• GDP and Economic Well-Being

Business Economics – R1
ISI MATERI

6.1. The Circular Flow of Income and Expenditure (Arus Sirkuler Pendapatan dan
Pengeluaran

6.1.1. Pendapatan dan Pengeluaran Ekonomi

Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang akhir dan jasa yang
diproduksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Gross Domestic Product (GDP) atau
Produk Domestik Bruto (PDB) sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja
perekonomian suatu negara. GDP mengukur dua hal sekaligus, yaitu total pendapatan setiap
orang dalam perekonomian dan total pengeluaran untuk output barang dan jasa ekonomi. Jadi
suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan total harus sama dengan pengeluaran
total. Hal ini dapat dijelaskan diagram aliran sirkuler yang digambarkan melalui Gambar 6.1.

Gambar 6.1. Diagram Aliran Sirkuler.

Source: Principle of Economics – Gregory Mankiw


Gambar 6.1. menunjukkan seluruh transaksi antara rumah tangga dan perusahaan dalam
ekonomi sederhana. Pada diagram aliran sirkuler ini rumah tangga membeli barang dan jasa
dari perusahaan, dan perusahaan menggunakan pendapatannya dari penjualan untuk membayar
upah pekerja, sewa kepada pemilik tanah, dan keuntungan bagi pemilik perusahaan. PDB sama
dengan jumlah total pengeluaran rumah tangga di pasar barang dan jasa.

Business Economics – R1
Ini juga sama dengan total upah, sewa, dan keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan di
pasar untuk faktor-faktor produksi.

Dalam ekonomi ini, uang mengalir dari rumah tangga keperusahaan dan kemudian kembali ke
rumah tangga.
Untuk menghitung PDB dapat dilakukan dua cara:
1. dengan menjumlahkan total pengeluaran oleh rumah tangga
2. dengan menjumlahkan total pendapatan (upah, sewa, dan laba) yang dibayarkan oleh
perusahaan.

6.2. The Measurement of GDP


6.2.1. Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB)

Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang
diproduksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) dalam periode waktu tertentu.
Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang- barang
yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya
jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun;
termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar
negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah
negara tersebut.
PDB berbeda dari PNB karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri
yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu
negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor
produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal-usul faktor produksi
yang digunakan. (http://www.bps.go.id/)
PNB = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri
Dari perhitungan GNP dapat dihitung juga Net National Product (NDP), NationalIncome
(NI), Personal Income (PI) dan Disposable Income (DI).

Produk nasional bersih (NNP) adalah total pendapatan penduduk suatu negara (GNP) dikurangi
kerugian dari depresiasi. Atau NNP = GNP - Depresiasi

Business Economics – R1
Depresiasi adalah proses mengalokasikan biaya aktiva tetap ke dalam beban selama
masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis. Contoh peralatan produksi,
alat transportasi produksi.
1. Pendapatan nasional (NI) adalah total pendapatan yang diperoleh penduduk suatu
negara dalam produksi barang dan jasa.
NI = NNP – pajak bisnis tidak langsung (seperti pajak penjualan) + subsidi bisnis.
2. Pendapatan pribadi (Personal Income/PI) adalah pendapatan yang diterima rumah
tangga dan bisnis non-perusahaan.
PI = NI – laba ditahan – pajak pendapatan perusahaan – kontribusi asuransi sosial +
pembayaran transfer.
Laba ditahan (deviden) adalah pendapatan perusahaan yang belum dibayarkan kepada
pemiliknya. Pembayaran transfer meliputi pendapatan bunga yang diterima rumah
tangga dari kepemilikan mereka atas utang pemerintah dan pendapatan yang diterima
rumah tangga dari program transfer pemerintah, seperti pembayaran kesejahteraan
dan jaminan sosial.
3. Pendapatan pribadi siap pakai (Disposable Income/DI) adalah pendapatan rumah
tangga dan bisnis non-korporasi setelah memenuhi semua kewajiban mereka kepada
pemerintah. DI = PI – pajak pribadi (pajak langsung) dan pembayaran non-pajak
tertentu (seperti iuran kemasyarakatan, retribusi parkir, dll).
GNP per Kapita
𝐺𝑁𝑃
𝐺𝑁𝑃 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

Hal ini dapat digunakan untuk membandingkan GNP suatu negara dengan ukuran
populasi yang berbeda.

Business Economics – R1
6.2.2. Komponen PDB

Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran,


dilakukan dengan cara menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan oleh empat sektor
dalam perekonomian (4 komponen GDP), yaitu:
GDP = C + I + G + (X – M)
Dimana,

C = Konsumsi rumah tangga


I = Investasi swasta
G = Pengeluaran pemerintah
X = Ekspor
M = Impor

Business Economics – R1
Konsumsi (C)
Pengeluaran konsumsi (C), meliputi semua pengeluaran rumah tangga keluarga dan
perseorangan serta lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang dan jasa
dalam memenuhi kebutuhan.

Investasi (I)
Pengeluaran investasi (I) meliputi semua pengeluaran domestik (dalam negeri) yang
dilakukan oleh swasta untuk mendirikan bangunan, mesin-mesin, perlengkapan, dan
jumlah persediaan perusahaan.

Pengeluaran pemerintah (G)


Pengeluaran pembelian pemerintah (G), terdiri pembayaran pensiun, beasiswa, subsidi
dalam berbagai bentuk, dan transfer pemerintah.

Ekspor Netto (X – M)
Ekspor neto (X–M), meliputi keseluruhan jumlah barang dan jasa yang diekspor dan
diimpor.

6.2.3. PDB Riil Versus PDB Nominal

Pada intinya PDB nominal tidak memperhitungkan inflasi sedangkan GDP riil
memperhitungkan inflasi.
GDP dihitung dengan mengalikan total output nasional suatu negara dengan harga
output.
Contoh: sebuah negara hanya menghasilkan tiga jenis output pada tahun 2019:
A = 1000 unit
B = 2000 unit
C = 3000 unit
Jika harga A, B, dan C masing-masing adalah $100, $200, dan $150, maka GDP negara
tersebut adalah sebesar:
A = 1000 unit x $100 = $100.000

Business Economics – R1
B = 2000 unit x $200 = $400.000
C = 3000 unit x $100 = $300.000
+
Total GDP $800.000

6.2.4. PDB Nominal


PDB Nominal mengukur nilai output selama tahun tertentu menggunakan harga yang
berlaku selama tahun itu. PDB nominal dihitung dengan mengalikan jumlah output dengan
harga pasar output (atau GDP nominal = P x Q).
Contoh: pada tahun 2020 output negara tidak berubah, namun terjadi inflasi sebesar 10%
sehingga harga produk A, B, dan C masing-masing naik sebesar 10%. Maka perhitungan
GDP secara nominal untuk tahun 2019 adalah sebagai berikut:
A = 1000 unit x $110 = $110.000
B = 2000 unit x $220 = $440.000
C = 3000 unit x $110 = $330.000
+
Total GDP $880.000

Melalui perhitungan GDP nominal, perbandingan antara tahun 2019 dan 2020 menunjukkan
adanya pertumbuhan GDP sebesar 10%. Namun perlu diperhatikan bahwa output tidak berubah
(yaitu unit output tetap sama dengan tahun sebelumnya). Pertumbuhan GDP sebesar 10%
terjadi karena ada inflasi (kenaikan harga), bukan karena ada peningkatan jumlah output. Oleh
karena itu, perhitungan GDP secara nominal dapat menimbulkan kesalahan dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi (GDP) suatu negara.

6.2.5. PDB Riil


PDB Riil mengukur nilai output dalam dua tahun atau lebih yang berbeda dengan menilai
barang dan jasa disesuaikan dengan inflasi. PDB riil memperlihatkan bagaimana produksi
barang dan jasa dalam perekonomian berubah seiring berjalannya waktu. Untuk memperoleh
ukuran jumlah produksi yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, digunakan PDB rill
(real GDP), yaitu produksi barang dan jasa yang dinilai pada harga tetap atau harga konstan.
Kita menghitung PDB riil pertama-tama dengan memilih suatu tahun sebagai tahun basis.
Harga pada tahun basis menjadi dasar perbandingan kuantitas pada tahun-tahun yang berbeda.

Business Economics – R1
Rumus untuk menghitung PDB riil pada tahun tertentu adalah:

Misalkan, kita ingin menghitung PDB Riil beras di Negara A pada tahun 2023 dengan
menggunakan harga pada tahun dasar (misalnya tahun 2020) sebagai acuan:

Harga beras di tahun 2020 (harga dasar): $4/kg


Jumlah produksi beras di tahun 2023: 1000 kg

Rumus PDB Riil: PDB Riil = Harga dasar x Jumlah Barang/Jasa saat ini

PDB Riil = $4 x 1000 kg = $4000

Jadi, PDB Riil Negara A untuk produksi beras di tahun 2023 (dengan harga dasar tahun 2020)
adalah $4000.

PDB riil mencerminkan kemampuan perekonomian untuk memenuhi kebutuhan dan


hasrat orang sehingga PDB Riil menjadi ukuran kesehatan ekonomi yang lebih baik daripada
PDB nominal.

6.2.6. PDB Deflator


Dari PDB riil dan PDB nominal, kita dapat menghitung statistik ketiga yang disebut
deflator PDB, yang mencerminkan harga barang dan jasa bukan kuantitas yang diproduksi.
Definisi Deflator GDP memungkinkan kita memisahkan GDP Nominal menjadi dua bagian:
satu bagian mengukur GDP Riil dan yang lain mengukur harga deflator GDP yaitu:

Nominal GDP
GDP Deflator = 100
Real GDP

6.3. GDP and Economic Well-Being


Pada akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa PDB adalah ukuran kesejahteraan
ekonomi yang baik untuk sebagian besar—tetapi tidak semua—tujuan. Penting untuk
mengingat apa itu PDB termasuk dan apa yang tidak dimasukkan. Namun PDB bukanlah
ukuran kesejahteraan yang sempurna.

Business Economics – R1
Beberapa hal yang berkontribusi terhadap kehidupan yang baik tidak dimasukkan dalam PDB.
Salah satunya adalah waktu luang. Misalkan saja, misalnya semua orang di perekonomian tiba-
tiba mulai bekerja setiap hari dalam seminggu daripada menikmati waktu luang di akhir pekan.
Lebih banyak barang dan jasa akan diproduksi, dan PDB akan meningkat. Namun, meskipun
PDB meningkat, kita tidak boleh menyimpulkan hal tersebut semua orang akan menjadi lebih
baik. Kerugian akibat berkurangnya waktu luang akan mengimbangi keuntungannya dari
memproduksi dan mengkonsumsi barang dan jasa dalam jumlah yang lebih besar.

6.3.1. Perhitungan Biaya Hidup : Indeks Harga Konsumen


Indeks Harga Konsumen (IHK – consumer price index [CPI]) adalah ukuran biaya
keseluruhan barang dan jasa yang dibeli konsumen. Ahli statistik pemerintah, atau Biro Pusat
Statistik (BPS) di Indonesia, secara rutin menghitung dan melaporkan indeks harga konsumen.

6.3.2. Menghitung Indeks Harga Konsumen


Pada saat menghitung indeks harga konsumen dan laju inflasi, BPS menggunakan data
tentang harga - harga barang dan jasa. Untuk melihat dengan tepat bagaimana statistika ini
dibangun, kita lihat sebuah ekonomi sederhana dimana konsumen hanya membeli dua barang
dalam satuang uang. Misalnya Hot dog dan Hamberger. Berikut langkah-langkahnya:

1. Tentukan isi keranjangnya


Yaitu menentukan harga – harga mana yang paling penting bagi konsumen tertentu. Jika
konsumen tersebut membeli lebih banyak hot dog daripada hamburger, maka harga hot dog
lebih lebih penting daripada harga hamberger, sehingga harus diberikan bobot dalam biaya
hidup.
2. Tentukan harga – harganya.
Menemukan harga setiap harga barang dan jasa dalam keranjang untuk setiap masawaktu.
3. Menghitung harga seluruh isi keranjang
Menggunakan data harga–harga untuk menghitung jumlah harga keseluruhan isi
keranjang barang dan jasa dari waktu ke waktu.

Business Economics – R1
4. Memilih tahun basis dan menghitung indeksnya.
Memilih satu tahun sebagai tahun basis yang merupakan tolak ukur yang menjadi
bandingan tahun–tahun lainnya. Untuk menghitung indeksnya, harga keranjang barang dan
jasa untuk setiap tahun dibagi dengan harga keranjang pada tahun basis/tahun dasar.
Perbandingan ini kemudian dikalikan 100. Angka hasilnya adalah indeks harga
konsumen.
harga keranjang barang dan jasa tiap tahun
Indeks harga konsumen = 100
harga keranjang pada tahun dasar
5. Menghitung laju inflasi.
Langkah kelima dan langkah terakhir adalah menggunakan indeks harga konsumen untuk
menghitung laju inflasi (inflation rate) yang merupakan perubahan persentase pada indeks
harga dari periode sebelumnya, yaitu laju inflasi antara dua tahun yang berurutan dihitung
sebagai berikut:
CPI tahun ke 2 - CPI tahun ke 1
Laju inflasi pada tahun ke dua = 100
CPI tahun ke 1

Tabel 6.3 menunjukkan bagaimana dalam menghitung indeks harga konsumen dan laju
inflasi untuk perekonomian dimana konsumen hanya membeli hot dog dan hamburger.

Tabel 6.3. Menghitung CPI dan Laju Inflasi

Business Economics – R1
6.3.3. Masalah – masalah dalam Perhitungan Biaya Hidup
Tujuan dari indeks harga konsumen adalah untuk mengukur perubahan biaya hidup,
atau dengan kata lain, untuk menilai seberapa besar penghasilan yang perlu ditingkatkan agar
dapat menjaga standar hidup yang tetap. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa indeks harga
konsumen tidaklah suatu ukuran biaya hidup yang sempurna. Terdapat tiga permasalahan yang
umumnya dikenal dalam indeks ini, namun, masih sulit untuk diatasi.
1. Bias subtitusi.
Ketika harga–harga berubah dari satu tahun ke tahun yang lain, harga–harga tersebut tidak
berubah secara seimbang. Ada harga yang naik lebih tinggi dari harga–harga lainnya.
Konsumen merespon perubahan harga yang berbeda ini dengan membeli lebih sedikit
barang–barang yang harganya naik tinggi dan membeli barang–barang yang harganya naik
sedikit bahkan yang harganya mungkin turun. Dengan kata lain, konsumen beralih pada
barang–barang yang relative tidak mahal. Jika indeks harga dihitung dengan
mengasumsikan keranjang harga tetap, indeks harga ini menghilangkan kemungkinan
subtitusi (atau penggantian) yang dilakukan oleh konsumen sehingga terlalu melebih–
lebihkan kenaikan biaya hidup dari satu tahun ke tahun berikutnya.

2. Munculnya barang–barang yang baru.


Ketika barang baru diperkenalkan, para konsumen memiliki varietas lebih banyak yang
dapat mereka pilih. Ragam produk yang lebih besar, pada gilirannya, akan membuat uang
lebih bernilai, sehingga konsumen membutuhkan uang lebih sedikit untuk memelihara
standar hidup yang ada. Namun, karena indeks harga konsumen didasarkan pada keranjang
tetap barang dan jasa, indeks harga konsumen tidak mencerminkan perubahan pada daya
beli uang ini.
3. Perubahan kualitas yang tidak terukur.
Jika kualitas barang memburuk dari satu tahu ke tahun berikutnya, nilai uang jatuh, bahkan
jika harga barang tetap sama. Begitu pun juga, jika kualitas naik dari satu tahunke tahun
berikutnya, nilai uang akan naik. Pakar statistik membuat penjelasan untuk perubahan
kualitas ini sebisa mungkin. Ketika kualitas barang di keranjang berubah, misalnya ketika
sebuah model mobil memiliki tenaga kuda lebih besar atau mengkonsumsi bensin lebih
hemat dari satu tahun ke tahun berikutnya. Pakar statistika akan menyesuaikan harga barang
untuk menjelaskan perubahan kualitas. Pada dasarnya, pakar statistika mencoba untuk
menghitung harga keranjang barang yang kualitasnya konstan.

Business Economics – R1
Meskipun usaha yang dilakukan pakar statistik sudah sangat besar, perubahan– perubahan
pada kualitas masih merupakan masalah karena kualitas sangat sulit diukur.

6.3.4. Deflator PDB versus Indeks Harga Konsumen


Deflator PDB adalah perbandingan PDB nominal dengan PDB sebenarnya. Karena
PDB nominal adalah hasil saat ini yang dinilai pada harga saat ini dan PDB sebenarnya
adalah hasil saat ini yang dinilai pada harga tahun basis, deflator PDB mencerminkan tingkat
harga saat ini yang berhubungan dengan tingkat harga pada tahun basis.
Pakar ekonomi dan pemangku kebijakan mengawasi deflator PDB dan indeks harga
konsumen untuk mengukur seberapa cepat harga naik. Biasanya, kedua statistika ini
menunjukkan hal yang sama. Namun, ada dua perbedaan penting yang dapat membuat
keduanya berbeda.
Perbedaan pertama adalah deflator PDB mencerminkan harga semua barang dan jasa
yang diproduksi didalam negeri, sedangkan indeks harga konsumen mencerminkan harga
semua barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Misalnya, anggaplah bahwa kendaraan
lapis baja yang diproduksi oleh pemanufaktur local dan dijual ke angkatan bersenjata harganya
naik. Meskipun kendaraan ini adalah bagian dari PDB, kendaraan ini bukanlah bagian dari
keranjang barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen biasa. Oleh karena itu, kenaikan harga
ini muncul di deflator PDB, tetapi bukan di indeks harga konsumen.
Perbedaan pertama antara indeks harga konsumen dan deflator PDB akan terasa
pentingnya ketika harga minyak berubah dan suatu Negara benar – benar tergantung pada
minyak impor untuk memenuhi kebutuhan energinya. Akibatnya, minyak dan produk miyak
seperti bensin dan minyak terdiri atas bagian belanja konsumen yang jauh lebih besar daripada
bagian PDB. Ketiak harga minyak naik, indeks harga konsumen naik lebih banyak daripada
deflator PDB.
Perbedaan kedua dan yang lebih tidak kentara antara deflator PDB dan indeks harga
konsumen berhubungan dengan bagaimana beragam harga ketimbang untuk menghasilakan
sebuah angka untuk tingkat harga keseluruhan. Indeks harga konsumen membandingkan harga
keranjanag tetap barang dan jasa dengan harga harga keranjang pada tahun basis. Para ahli
statistik hanya sesekali saja mengubah keranjang barang ini. Sebaliknya, deflator PDB
membandingkan harga barang dan jasa yang sekarang ini diproduksi dengan harga barang dan
jasa yang sama pada taun basis. Oleh karena itu, kelompik barang dan jasa yang digunakan

Business Economics – R1
untuk menghitung deflator PDB berubah secara otomatis sepanjang waktu. Perbedaanya tidak
penting ketika semua harga berubah dalam jumlah yang beragam, cara kita menimbang harga–
harga yang beragam ini akan berarti penting bagi laju inflasi keseluruhan.
Tujuan mengukur tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian adalah melakukan
perbandingan antara nilai moneter dari masa waktu yang berbeda. Setelah mengetahui
bagaimana indeks harga dihitung, indeks tersebut dapat digunakan untuk membandingkan
pendapatan dari masa lalu dengan pendapatan saat ini.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Pendapatan nasional merupakan variabel krusial dalam konteks ekonomi makro. Variabel
ini berfungsi sebagai petunjuk tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu perekonomian,
mencerminkan kinerja ekonomi dari waktu ke waktu, memberikan wawasan tentang struktur
ekonomi suatu negara, serta memungkinkan perbandingan antara perekonomian satu negara
dengan negara lain, dan sejenisnya.
Mengestimasi jumlah pendapatan nasional melalui pendekatan pengeluaran dilakukan
dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang terjadi dalam perekonomian oleh keempat
sektor, yang terdiri dari sektor konsumen, sektor perusahaan, sektor pemerintah, dan sektor
perdagangan internasional (4 komponen GDP). Atau dapat dirinci sebagai:

GDP = C + I + G + (X – M)
Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan cara membandingkan
perhitungan pendapatan nasional pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Misalnya
dengan membandingkan GNP tahun tertentu dengan tahun sebelumnya.
Indeks harga konsumen menunjukkan biaya keranjang barang dan jasa yang
berhubungan dengan biaya keranjang yang sama pada tahun basis. Indeks ini digunakan untuk
mengukur keseluruhan tingkat harga dalam perekonomian. Perubahan persentase pada indeks
harga konsumen mengukur laju inflasi harga konsumen mengukur laju inflasi.
Akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa PDB merupakan indikator ekonomi yang
efektif untuk sebagian besar tujuan, meskipun tidak untuk semua. Penting untuk diingat apa
yang termasuk dalam perhitungan PDB dan apa yang tidak. Meskipun PDB memberikan
gambaran tentang kesejahteraan ekonomi, namun tidaklah sempurna. Beberapa faktor yang
berkontribusi pada kehidupan yang berkualitas tidak tercakup dalam PDB. Sebagai contoh,
pertimbangkan situasi di mana semua orang dalam perekonomian mulai bekerja setiap hari
dalam seminggu daripada menikmati waktu luang di akhir pekan. Meskipun produksi barang
dan jasa akan meningkat, dan PDB akan naik, kerugian akibat kehilangan waktu luang tidak
dapat diabaikan. Oleh karena itu, meskipun PDB meningkat, kita tidak dapat menyimpulkan
bahwa semua orang akan mengalami peningkatan kesejahteraan, karena kehilangan waktu
luang dapat menyeimbangkan keuntungan dari produksi dan konsumsi yang lebih tinggi.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning: United
Kingdom. ISBN: 9789814915342.

2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for Business,
9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-292-44020-0.

Business Economics – R1
Business Economics – R1
LECTURE NOTES

Business Economics

Week 7

Aggregate Demand and Aggregate


Supply as A Model to Describe
The Economy
LEARNING OUTCOMES

LO 3: Menerapkan prinsip-prinsip makro ekonomi.

OUTLINE MATERI:

- The Aggregate Demand Curve


- The Aggregate Supply Curve
- Economic Volatility and the Business Cycle
- Long-Term Economic Growth

Business Economics – R1
ISI MATERI

7.1. The Aggregate Demand Curve (AD)


Permintaan agregat (AD) merujuk pada total permintaan terhadap barang dan jasa oleh
konsumen dalam suatu ekonomi. Permintaan agregat mencerminkan korelasi antara
keseluruhan permintaan terhadap berbagai barang dan jasa sejalan dengan tingkat harga. Ini
adalah daftar keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada
berbagai tingkat harga.

7.1.1. Arah Kurva Permintaan Agregat

Empat komponen PDB (Y) berkontribusi pada permintaan agregat untuk barang dan jasa
dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = C + I + G + NX

Kurva permintaan agregat menunjukkan jumlah dari seluruh barang dan jasa yang diminta
dalam suatu perekonomian pada tiap tingkat harga. Artinya, jika hal lain tetap sama, penurunan
tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian cenderung meningkatkan jumlah barang dan
jasa yang diminta. Kurva permintaan agregat mempunyai slope negative atau miring ke bawah..

Gambar 7.1. Kurva Permintaan Agregat

Business Economics – R1
Faktor-faktor yang menyebabkan kemiringan/slope Kurva permintaan agregat negatif
adalah:
1. Tingkat Harga dan Konsumsi : Efek Kekayaan
• Penurunan tingkat harga membuat konsumen merasa lebih kaya, yang pada
gilirannya mendorong mereka untuk berbelanja lebih banyak.
• Peningkatan dalam belanja konsumen berarti jumlah yang lebih besar dari barang dan
jasa yang diminta.
2. Tingkat Harga dan Investasi : Dampak Suku Bunga
Efek suku bunga ditujukan karena perubahan tingkat harga mempengaruhi suku bunga.
Efek ini mempengaruhi produksi & investasi.
• Tingkat harga yang lebih rendah mengurangi tingkat suku bunga, yang mendorong
pengeluaran yang lebih besar pada barang-barang investasi.
• Peningkatan pengeluaran investasi berarti jumlah yang lebih besar dari barang dan jasa
yang diminta.
3. Tingkat Harga dan Ekspor Neto: Efek Nilai Tukar
Ketika penurunan tingkat harga US menyebabkan suku bunga AS turun, nilai tukar riil
terdepresiasi, yang merangsang ekspor neto AS.
Peningkatan pengeluaran ekspor neto berarti jumlah yang lebih besar dari barang dan jasa
yang diminta Jumlah ekspor dan impor dalam suatu ekonomi tergantung pada harga
Domestik dan asing.

7.1.1. Pergeseran Kurva Permintaan Agregat

Kemiringan ke bawah dari kurva permintaan agregat menunjukkan bahwa penurunan


tingkat harga meningkatkan jumlah keseluruhan barang dan jasa yang diminta.
Banyak faktor lain yang mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta pada setiap
tingkat harga tertentu. Ketika salah satu dari faktor-faktor lain ini berubah, kurva permintaan
agregat akan bergeser. Pergeseran kurva permintaan agregat disebabkan oleh perubahan :
• Konsumsi
• Investasi
• Belanja pemerintah
• Ekspor Neto

Business Economics – R1
Gambar 7.2. Pergeseran kurva aggregate demand

7.2. The Aggregate Supply Curve (AS)


Penawaran Agregat (aggregate supply) adalah jumlah barang dan jasa akhir
perekonomian, yang diminta pada berbagai tingkat harga yang berbeda, pada kapasitas
produksi tertentu dan dengan biaya-biaya tertentu.
Penawaran agregat di dalam suatu perekonomian dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
1. Besarnya angkatan kerja
2. Besarnya stok capital
3. Keadaan atau tingkat tekhnologi
4. Tingkat pengangguran alamiah
5. Harga faktor-faktor produksi.

7.2.1. Kurva Penawaran Agregat

Kurva Penawaran Agregat (Aggregate Supply-AS) adalah kurva yang menggambarkan


jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu. Pada
perekonomian terbuka, penawaran agregat meliputi pendapatan nasional-atau barang dan jasa
yang dikeluarkan di dalam negeri, ditambah dengan barang dan jasa yang diimpor.
Perusahaan yang menawarkan barang dan jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka
panjang tetapi harga kaku dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat yang berbeda;

Business Economics – R1
kurva penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate supply) LRAS dan kurva
penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply) SRAS.

7.2.2. Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang


Dalam jangka panjang, produksi barang dan jasa suatu perekonomian tergantung pada
pasokan atas tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam dan teknologi yang tersedia yang
digunakan untuk mengubah faktor-faktor produksi menjadi barang dan jasa.
Tingkat harga tidak mempengaruhi variabel-variabel ini dalam jangka panjang. Bentuk
kurva penawaran agregat dalam jangka panjang adalah vertikal pada tingkat output alamiah.
Tingkat produksi ini juga disebut sebagai output potensial atau output dengan full- employment.

Gambar 7.3. Kurva Penawaran agregat jangka panjang


Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja
dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja
yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga
kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yangmenerangkan
hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan
produksi nasional.
Kurva Penawaran Agregat (AS) memiliki slope menaik ke atas karena perusahaan ingin
menawarkan output lebih banyak pada harga yang lebih tinggi.

Business Economics – R1
Ciri-ciri Kurva AS:
1. Ketika tingkat pengangguran masih tinggi, kurva penawaran agregat relatif landai.
Maksudnya, penambahan produksi nasional dapat dilakukan perusahaan-
perusahaan pada harga yang relatif tetap karena tingkat penggunaan barang modal
belum mencapai kapasitasnya yang optimum dan upah masih relatif tetap.
2. Pada tingkat kesempatan kerja penuh, kurva AS bertambah tingkat kenaiikannya.
Sebabnya ialah: pengangguran semakin merosot dan kapasitas pabrik-pabrikmencapai
optimum.
3. Sesudah tingkat kesempatan keja penuh kurva AS keadaannya semakin tegak.

7.3.2.1. Pergeseran kurva penawaran agregat jangka panjang


Setiap perubahan dalam perekonomian yang mengubah tingkat output alamiah
menggeser kurva penawaran agregat jangka-panjang. Pergeseran tersebut dapat dikategorikan
sesuai dengan berbagai faktor dalam model klasik yang mempengaruhi output.
Pergeseran kurva penawaran agregat jangka panjang berasal dari perubahan:
• Tenaga kerja: Jika jumlah pekerja meningkat, maka jumlah output yang dapat diproduksi
akan meningkat. Kurva penawaran agregat bergeser ke kanan.
• Modal: peningkatan stok modal dalam perekonomian (modal fisik dan modal manusia)
akan meningkatkan produktivitas perekonomian, sehingga output akan meningkat.
Kurva penawaran agregat bergeser ke kanan.
• Sumber Daya Alam: ketersediaan SDA sebagai input produksi yang meningkat akan
menggeser kurva penawana agregat ke kanan sehingga output perekonomian akan
mengalami peningkatan.
• Pengetahuan Teknologi: peningkatan kemajuan teknologi suatu negara merupakanfaktor
yang dapat meningkatkan output potensial suatu negara.

Business Economics – R1
7.3.2.2. Cara Baru untuk Menggambarkan Pertumbuhan Jangka Panjang dan Inflasi

Gambar 7.4. Pertumbuhan Jangka Panjang dan Inflasi dalam Model Permintaan
dan Penawaran Agregat

Gambar 7.4 menggambarkan perubahan yang terjadi dalam perekonomian dari dekadeke
dekade. Perhatikan bahwa kedua kurva bergeser. Meskipun ada banyak kekuatan yang
mengatur ekonomi dalam jangka panjang dan pada prinsipnya dapat menyebabkan perubahan
seperti itu, dua hal yang paling penting dalam praktiknya adalah teknologi dan kebijakan
moneter.
Kemajuan teknologi meningkatkan kemampuan ekonomi untuk berproduksi barang dan
jasa, dan ini terus menggeser kurva penawaran agregat jangka panjang ke kanan. Pada saat
yang sama, karena bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar dari waktu ke waktu, kurva
permintaan agregat juga bergeser ke kanan. Seperti yang diilustrasikan oleh gambar, hasilnya
adalah tren pertumbuhan output (seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan Y) dan inflasi yang
berkelanjutan (seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan P).
Fluktuasi jangka pendek dalam output dan tingkat harga harus dipandang sebagai
penyimpangan dari trend jangka panjang.

Business Economics – R1
7.2.3. Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek

Yang dimaksud ‘jangka pendek’ adalah jangka waktu dimana hanya harga-harga barang
dan harga bahan mentah yang akan mengalami perubahan. Karena upah dan harga memerlukan
waktu untuk menyesuaikan terhadap kondisi perekonomian, suatu proses yang dijelaskan
dengan mengatakan bahwa upah dan harga bersifat kaku (sticky), kurva penawaranagregat (AS)
dalam jangka pendek mempunyai kemiringan ke atas.
7.3.3.1. Kurva Penawaran Aggregat Bergradien Positif pada Jangka Pendek
Dalam jangka pendek, peningkatan tingkat harga dalam perekonomian cenderung
meningkatkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Penurunan tingkat harga cenderung
mengurangi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.

Gambar 7.5. Kurva Penawaran agregat jangka pendek


Gambar 7.5 menunjukkan kurva penawaran yang menunjukkan dalam jangka pendek,
penurunan tingkat harga dari P1 ke P2 mengurangi jumlah output yang ditawarkan dari Y1 ke
Y2. Hubungan positif ini bisa disebabkan oleh upah yang melekat, harga yang melekat atau
kesalahan persepsi. Seiring adanya waktu, upah, harga, dan penyesuaian persepsi, sehingga
hubungan positif ini sifatnya hanya sementara.
Apa yang menyebabkan hubungan positif ini antara tingkat harga dan output?
Makroekonomi telah menyampaikan tiga teori untuk kemiringan kurva penawaran agregat
jangka pendek ke atas. Dalam setiap teori, ketidaksempurnaan pasar tertentu menyebabkan
sisi penawaran ekonomi berperilaku berbeda dalam jangka pendek daripada dalam jangka
panjang.
Ketika tingkat harga naik di atas tingkat yang diharapkan, output naik di atas tingkat
alaminya, dan ketika tingkat harga turun di bawah tingkat yang diharapkan, output turun di

Business Economics – R1
bawah tingkat alaminya.
Karena tujuan perusahaan memaksimumkan keuntungan, jumlah output yang ditawarkan
ditentukan oleh keuntungan yang dibuat atas setiap unit output. Jika keuntungan meningkat,
lebih banyak output agregat yang akan dihasilkan, dan jumah output yang ditawarkan akan
meningkat, jika keuntungan menurun, lebih sedikit output agregat yang akan dihasilkan, dan
jumlah output agregat yang ditawarkan.
Keuntungan atas suatu unit output sama dengan harga untuk unit tersebut dikurangi dengan
biaya produksinya. Dalam jangka pendek, biaya dari banyak faktor yang masuk ke dalam
produksi barang dan jasa adalah tetap. Karena biaya-biaya ini bersifat tetap dalam jangka
pendek, ketika tingkat harga keseluruhan naik, harga untuk suatu unit output akan meningkat
relatif terhadap biaya produksi dan keuntungan per unit akan meningkat. Karena tingkat harga
yang lebih tinggi menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih besar dalam jangka pendek,
perusahaan menaikkan produksi dan jumlah output agregat yang ditawarkan meningkat, yang
menghasilkan kurva penawaran agregat jangka pendek yang memiliki kemiringan ke atas.

7.3.3.2. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek

Jika biaya produksi suatu output meningkat, maka keuntungan atas suatu unit output
menurun, dan jumlah output yang ditawarkan pada setiap tingkat harga menurun.
Dapat disimpulkan bahwa kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri
ketika biaya produksi meningkat dan ke kanan ketika biaya menurun.
Pergeseran kurva penawaran agregat jangka pendek berasal dari:
• tenaga kerja
• Modal
• Sumber Daya Alam.
• Teknologi
• Ekspektasi Tingkat Harga.
• Kenaikan tingkat harga yang diharapkan mengurangi jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan dan menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kiri.
• Penurunan tingkat harga yang diharapkan meningkatkan jumlah barang dan jasa
yang ditawarkan dan menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kanan.

Business Economics – R1
7.3.3.3. Faktor-faktor yang Menggeser Kurva Penawaran Jangka Pendek

Faktor-faktor yang menyebabkan kurva penawaran jangka pendek bergeser adalah factor
yang mempengaruhi biaya produksi, yaitu;
1. tingkat kekakuan pasar tenaga kerja
2. perkiraan inflasi
3. upaya pekerja untuk mendorong upah riil mereka
4. perubahan biaya produksi yang tidak berkaitan dengan upah (seperti biaya energi).
Tiga faktor pertama menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek dengan
mempengaruhi biaya upah, faktor keempat mempengaruhi biaya-biaya produksi lain.

7.3. Economic Volatility and the Business Cycle

Fluktuasi Ekonomi

Aktivitas ekonomi berfluktuasi dari tahun ke tahun. Dalam sebagian besar tahun, produksi
barang dan jasa meningkat. Karena peningkatan tenaga kerja, peningkatan stok modal dan
kemajuan dalam pengetahuan teknologi, ekonomi dapat menghasilkan lebih banyak dan
lebih dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ini memungkinkan setiap orang untuk menikmati
standar hidup yang lebih tinggi. Namun, dalam beberapa tahun, pertumbuhan normal ini
tidak terjadi. Perusahaan menemukan diri mereka tidak mampu menjual semua barang dan
jasa yang mereka tawarkan, sehingga mereka mengurangi produksi.

Pekerja diberhentikan, pengangguran meningkat dan pabrik dibiarkan menganggur.


Dengan ekonomi yang menghasilkan lebih sedikit barang dan jasa, PDB riil dan ukuran
pendapatan lainnya turun. Periode penurunan pendapatan dan meningkatnya
pengangguran disebut resesi jika relatif ringan dan depresi jika lebih parah.

7.3.1. Fakta Fluktuasi

Fakta 1: Fluktuasi Ekonomi Tidak Teratur dan tidak dapat diprediksi

Fluktuasi ekonomi berkaitan dengan perubahan kondisi bisnis. Ketika PDB riil tumbuh pesat,
kondisi bisnis itu baik. Hal ini disebut periode ekspansi. Selama periode ekspansi ekonomi ini,
keuntungan perusahaan berkembang. Di sisi lain, ketika GDP riil turun selama resesi, bisnis
mengalami kesulitan. Kondisi ini disebut kontraksi. Selama periode kontraksi ekonomi banyak
perusahaan mengalami penurunan penjualan dan berkurangnya laba. Resesi terjadi ketika GDP
riil turun untuk dua kuartal berturut-turut. Dari definisi ini dapat diidentifikasi terjadi resesi di

Business Economics – R1
hampir setiap dekade sejak 1960-an di Eropa dan di bagian lain dunia. Resesi global juga terjadi
sekitar tahun 2008 yang telah menyebabkan ketidakpastian besar dan banyak perusahaan yang
gulung tikar atau kesulitan menjalankan bisnis. Resesi kembali terjadi pada tahun 2020 karena
timbulnya wabah virus corona atau covid 19 yang menjadi pandemi.

Fakta 2: Sebagian Besar Jumlah Makroekonomi Berfluktuasi Bersama

GDP riil adalah variabel yang paling umum digunakan untuk memantau perubahan jangka
pendek dalam perekonomian karena merupakan ukuran paling komprehensif dari kegiatan
ekonomi. GDP riil mengukur nilai semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam periode
waktu tertentu. Ini juga mengukur total pendapatan (disesuaikan dengan inflasi) setiap orang
dalam perekonomian.

Namun ternyata, untuk memantau fluktuasi jangka pendek, tidak terlalu penting ukuran
kegiatan ekonomi apa yang dilihat. Sebagian besar variabel ekonomi makro mengukur
beberapa jenis pendapatan, pengeluaran atau produksi berfluktuasi terjadi secara bersamaan.
Ketika GDP riil jatuh dalam resesi, begitu juga terjadi pada pendapatan pribadi, laba
perusahaan, pengeluaran konsumen, pengeluaran investasi, produksi industri, penjualan ritel,
penjualan rumah, penjualan mobil dan sebagainya. Karena resesi adalah fenomena ekonomi,
mereka muncul di banyak sumber data ekonomi makro.

Meskipun banyak variabel ekonomi makro berfluktuasi bersama, mereka berfluktuasi dengan
jumlah yang berbeda. Secara khusus, pengeluaran investasi sangat bervariasi selama siklus
bisnis.

Fakta 3: Ketika Output Turun, Pengangguran Meningkat

Perubahan dalam output barang dan jasa ekonomi sangat berkorelasi dengan perubahan dalam
pemanfaatan tenaga kerja perekonomian. Dengan kata lain, ketika GDP riil menurun, tingkat
pengangguran meningkat. Fakta ini hampir tidak mengejutkan: ketika perusahaan memilih
untuk memproduksi barang dan jasa dalam jumlah yang lebih kecil, mereka memberhentikan
pekerja, yang berakibat menambahnya jumlah pengangguran. Namun, secara umum ada jeda
waktu antara penurunan dalam kegiatan ekonomi dan peningkatan pengangguran dan
sebaliknya. Bahkan ketika pertumbuhan positif dilanjutkan, oleh karena itu, pengangguran
kemungkinan akan terus meningkat untuk beberapa waktu sesudahnya. Pengangguran disebut
sebagai 'indikator tertinggal'.

Business Economics – R1
7.3.2. Model Dasar Fluktuasi Ekonomi

Model fluktuasi ekonomi jangka pendek merupakan perilaku dua variabel, yaitu output barang
dan jasa ekonomi, yang diukur dengan PDB riil dan tingkat harga keseluruhan, yang diukur
dengan CPI atau deflator PDB. Model penawaran agregat (Aggregate Supply/AS) dan
permintaan agregat (Aggregate Demand/AD) seringkali digunakan untuk membantu
menganalisis fluktuasi ekonomi dalam jangka pendek.

Untuk menganalisis fluktuasi ekonomi secara keseluruhan digunakan model permintaan


agregat dan penawaran agregat, yang diilustrasikan dalam Gambar 7.1.

Gambar 7.1. Permintaan dan penawaran agregat

Pada sumbu vertikal adalah tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian. Pada sumbu
horizontal adalah jumlah keseluruhan barang dan jasa. Kurva permintaan agregat menunjukkan
jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli oleh rumah tangga, perusahaan dan pemerintah pada
setiap tingkat harga. Kurva penawaran agregat menunjukkan jumlah barang dan jasa yang
diproduksi dan dijual perusahaan pada setiap tingkat harga.

Menurut model ini, keseimbangan terjadi pada tingkat harga dan jumlah output dari permintaan
agregat dan penawaran agregat yang sama.

7.4. Long-Term Economic Growth

Keseimbangan AD-AS

Ekuilibrium makroekonomi atau keseimbangan makroekonomi (macroeconomic


equilibrium) terjadi ketika penawaran agregat sama dengan permintaan agregat.

Business Economics – R1
Penawaran agregat mewakili total output barang dan jasa, sedangkan permintaan agregat
mewakili jumlah total barang dan jasa yang diminta dalam perekonomian. Perubahan
permintaanagregat atau penawaran agregat mempengaruhi inflasi, PDB riil, dan pengangguran.
Dikenal juga dengan istilah keseimbangan ekonomi makro.
Keseimbangan ekonomi makro dibagi menjadi: keseimbangan jangka pendek dan
keseimbangan jangka panjang.
• Keseimbangan jangka pendek terjadi ketika permintaan agregat sama dengan
penawaran agregat jangka pendek. Pergeseran permintaan agregat atau penawaran
agregat jangka pendek menyebabkan PDB riil aktual berfluktuasi di sekitar PDB
potensial.

• Keseimbangan jangka panjang terjadi ketika permintaan agregat sama dengan


penawaran agregat jangka-pendek pada titik di kurva penawaran agregat jangka-
panjang. Pada titik ini, PDB riil aktual sama dengan PDB potensial dan pengangguran
sama dengan tingkat alaminya.

7.4.1. Keseimbangan AD-AS Jangka Pendek


Pasokan agregat jangka pendek mengasumsikan upah nominal konstan. Perpotongan
antara permintaan agregat dan penawaran agregat jangka pendek menentukan tingkat harga dan
PDB riil aktual dalam perekonomian. Karena upah nominal tidak berubah untuk mencapai
lapangan kerja penuh (full employment), keseimbangan dapat terjadi pada tingkat dibawah, di
atas, tepat pada PDB potensial.
• Jika tingkat harga di atas ekuilibrium, penawaran agregat melebihi permintaan agregat,
menyebabkan kelebihan penawaran. Situasi ini menyebabkan persediaan menumpuk,
memaksa produsen untuk menjual persediaan mereka dengan harga lebih rendah. Harga
yang lebih rendah juga mendorong permintaan. Ini berlanjut sampai keseimbangan baru
tercapai.
• Ketika tingkat harga di bawah harga keseimbangan, ada kelangkaan (shortage) dalam
perekonomian. Produsen sangat ingin menaikkan harga untuk menghasilkan lebih
banyak keuntungan, dan pada saat yang sama, permintaan agregat menurun karena
harga-harga yang lebih tinggi ini. Keseimbangan baru akan tercapai sampai permintaan
agregat cocok dengan penawaran agregat.

Business Economics – R1
Gambar 7.6. Keseimbangan AD-AS Jangka Pendek

7.4.2. Keseimbangan AD-AS Jangka Panjang

Gambar 7.7. Kurva keseimbangan jangka panjang


Bila seluruh Individu dijumlahkan secara horizontal menjadi industri sehingga didapat
kuantitas barang A yang ditawarkan dalam suatu perekonomian, dan jumlah kuantitas barang
A yang diminta dalam suatu perekonomian, maka didapatkan kurva demand agregat industri A
dan kurva supply agregat Industri A. Selanjutnya bila kuantitas barang dan jasa masing- masing
industri dikonversi dalam satuan yang sama, katakan saja output nasional Y, maka didapatkan
kurva Agregat Demand (AD) dan Agregart Supply (AS) nasional. Secara grafis sumbu vertikal
menggambarkan harga-harga umum P, sedangkan sumbu horizontalmenggambarkan output
nasional Y.
Penawaran agregat jangka panjang mewakili output maksimum yang dapat dihasilkan oleh
sebuah perekonomian. Karenanya, ketika ekuilibrium jangka panjang terjadi, perekonomian
beroperasi pada output potensial (lapangan kerja penuh atau full employment). Semua sumber
daya dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga PDB riil aktual akan sama dengan PDB potensial.
Pada kenyataannya, PDB riil aktual jarang menyamai PDB potensial karena permintaan

Business Economics – R1
agregat dan penawaran agregat jangka pendek terus berubah, menyebabkan keseimbangan
jangka pendek berfluktuasi di sekitar kurva penawaran agregat jangka panjang (PDB
potensial). Penyimpangan PDB riil aktual dari PDB potensial (dikenal sebagai kesenjangan
output atau output gap) membentuk fase dari siklus bisnis.

• Jika kesenjangan output positif (PDB riil aktual melebihi PDB potensial), maka disebut
sebagai kesenjangan inflasioner (juga dikenal sebagai kesenjangan ekspansioner).
• Tetapi, jika kesenjangan output negatif, PDB riil aktual lebih rendah dari PDB
potensial, ini menghasilkan kesenjangan deflasioner (juga dikenal sebagai kesenjangan
resesioner).
Penyimpangan PDB riil aktual di sekitar potensinya penting untuk menjelaskan pertumbuhan
ekonomi, inflasi, dan pengangguran dalam perekonomian.

7.4.3. Pergeseran Kurva AD-AS

Misalkan terjadi gelombang pesimisme secara tiba-tiba dalam kondisi ekonomi.


Penyebabnya mungkin adanya skandal pemerintah, kehancuran pasar saham atau pecahnya
perang di luar negeri. Karena peristiwa ini, banyak orang kehilangan kepercayaan di masa
depan dan mengubah rencana mereka. Rumah tangga mengurangi pengeluaran mereka dan
menunda pembelian berskala besar, dan perusahaan menunda membeli peralatan baru.
Apa dampak dari gelombang pesimisme semacam itu terhadap ekonomi? Peristiwa
semacam itu mengurangi permintaan agregat untuk barang dan jasa. Yaitu, untuk setiap tingkat
harga tertentu, rumah tangga dan perusahaan sekarang ingin membeli barang dan jasa dalam
jumlah yang lebih kecil. Seperti yang ditunjukkan Gambar 7.8, kurva permintaan agregat
bergeser ke kiri dari AD1 ke AD2.

Business Economics – R1
Gambar 7.8. Kontraksi pada permintaan agregat

Dalam gambar 7.8 ditunjukkan dampak dari penurunan permintaan agregat. Dalam
jangka pendek, ekonomi bergerak sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek awal
AS1, bergerak dari titik A ke titik B. Ketika ekonomi bergerak dari titik A ke titik B, output
turun dari Y1 ke Y2, dan tingkat harga turun dari P1 ke P2. Turunnya tingkat output menunjukkan
bahwa ekonomi berada dalam resesi. Meskipun tidak ditampilkan dalam gambar, perusahaan
merespon penjualan dan produksi yang lebih rendah dengan mengurangi lapangan kerja.
Dengan demikian, pesimisme yang menyebabkan pergeseran permintaanagregat, sampai batas
tertentu, terpenuhi sendiri: pesimisme tentang masa depan mengarah pada penurunan
pendapatan dan meningkatnya pengangguran.
Apa yang harus dilakukan pembuat kebijakan ketika menghadapi resesi seperti itu? Satu
kemungkinan adalah mengambil tindakan untuk meningkatkan permintaan agregat. Seperti
yang kita tahu sebelumnya, peningkatan pengeluaran pemerintah atau peningkatan jumlah uang
beredar akan meningkatkan jumlah barang dan jasa yang diminta dengan harga berapa pun,
dan oleh karena itu, akan menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Jika pembuat
kebijakan dapat bertindak dengan cepat dan tepat, maka dapat mengembalikan kurva
permintaan agregat kembali ke AD1, dan membawa ekonomi kembali ke titik A.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Permintaan agregat (AD) merujuk pada total permintaan terhadap barang dan jasa oleh
konsumen dalam suatu ekonomi. Permintaan agregat mencerminkan korelasi antara
keseluruhan permintaan terhadap berbagai barang dan jasa sejalan dengan tingkat harga. Ini
adalah daftar keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada
berbagai tingkat harga.

Model permintaan dan penawaran agregat digunakan untuk mengilustrasikan


penentuan tingkat keseimbangan baik dari output maupun harga. Kurva permintaan agregat
(AD) mencerminkan tingkat output pada setiap tingkat harga di mana pasar barang dan pasar
aset mencapai keseimbangan. Ini menggambarkan jumlah output yang diminta pada setiap
tingkat harga. Kemiringan kurva permintaan agregat miring ke bawah disebabkan oleh Efek
kekayaan, Pengaruh tingkat bunga dan Efek nilai tukar. Pergeseran Kurva permintaan agregat
diakibatkan oleh perubahan konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan perubahan ekspor
neto.
Kurva penawaran keynesian adalah horisontal, berimplikasi bahwa perusahaan akan
menawarkan barang sebanyak yang diminta pada tingkat harga yang berlaku. Kurva penawaran
klasik adalah vertikal. Hal ini dapat diterapkan pada perkonomian yang memiliki fleksibilitas
harga dan upah yang tinggi. Pada perekonomian tanpa friksi, pengangguran dan output akan
selalu berada pada kondisi full employment.
Permintaan agregat akan bergeser karena perubahan jumlah uang beredar, pajak,
pengeluaran pemerintah, kepercayaan konsumen dan bisnis, nilai tukar, dan pertumbuhan
ekonomi global. Sementara itu, beberapa faktor yang menggeser pasokan agregat jangka
pendek termasuk upah nominal, biaya input, nilai tukar, pajak bisnis, subsidi, dan ekspektasi
tentang harga di masa depan. Harap diingat, pasokan agregat jangka pendek juga akanbergeser
ketika sumber daya ekonomi (faktor produksi) berubah.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning:


United Kingdom. ISBN: 9789814915342

2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-292-44020-0.

Business Economics – R1
Business Economics – R1
LECTURE NOTES

Business Economics

Week 8

Week 8

Inflation and Unemployment


LEARNING OUTCOMES

LO 3: Menerapkan prinsip-prinsip makroekonomi.

OUTLINE MATERI:

• Money Growth and Inflation


• Measuring Inflation
• Identifying Unemployment
• Minimum Wage Laws
• The Theory of Efficiency Wages
• The Phillips Curve

Business Economics – R1
ISI MATERI

8.1. Money Growth and Inflation (Pertumbuhan uang dan inflasi)

8.1.1. Jumlah Uang Beredar, Permintaan Uang dan Keseimbangan Moneter

Banyak elemen yang memengaruhi jumlah uang yang diminta, termasuk jumlah mata uang
yang dimiliki oleh perusahaan dan individu pada suatu saat. Sebagian besar dipengaruhi oleh
persepsi mereka terhadap masa depan, sejauh mana mereka bergantung pada kredit untuk
transaksi, dan ketersediaan uang tunai yang dapat diakses. Bagi konsumen, ketersediaan mesin
ATM otomatis juga memainkan peran penting. Nilai uang ditentukan oleh interaksi penawaran
dan permintaan. Bank sentral dan sistem perbankan memiliki peran dalam mengatur pasokan
uang. Permintaan terhadap uang mencerminkan seberapa besar kekayaan yang ingin
dipertahankan orang dalam bentuk tunai. Jumlah uang yang diminta tergantung pada tingkat
bunga yang dapat diperoleh perusahaan dan konsumen dengan menggunakan uang itu untuk
membeli sekuritas berbunga daripada menyimpannya di dompet atau rekening bank dengan
bunga rendah.
Walaupun banyak variable yang mempengaruhi permintaan uang, namun ada satu variabel
penting yaitu: tingkat rata-rata harga dalam perekonomian. Salah satu alasan dari seseorang
memegang uang karena uang sebagai alat tukar. Tidak seperti obligasi atau saham, uang dapat
digunakan untuk membeli bahan baku, peralatan dan barang dan jasa. Berapa banyak mereka
ingin memegang uang sebagai alat tukar tergantung pada harga barang dan jasa tersebut.
Semakin tinggi harga, semakin banyak uang yang dibutuhkan oleh transaksi tipikal, dan
semakin banyak uang yang akan dipegang oleh seseorang baik secara tunai atau dalam rekening
bank mereka. Artinya, tingkat harga yang lebih tinggi (nilai uang yang lebih rendah)
meningkatkan jumlah uang yang diminta.
Bagaimana supply uang oleh bank sentral seimbang dengan jumlah permintaan uang?
Dalam jangka panjang, tingkat harga keseluruhan menyesuaikan ke tingkat di mana permintaan
uang sama dengan penawaran. Gambar 8.1 menunjukkan hal ini. Sumbu horizontal
menunjukkan jumlah uang. Sumbu vertikal kiri menunjukkan nilai uang 1/P, dan sumbu
vertikal kanan menunjukkan tingkat harga P. Perhatikan bahwa sumbu tingkat harga di sebelah
kanan terbalik: tingkat harga rendah ditampilkan di dekat bagian atas sumbu ini, dan tingkat
harga tinggi ditampilkan di dekat bagian bawah. Sumbu terbalik ini menggambarkan bahwa
ketika nilai uang tinggi (seperti yang ditunjukkan di dekat bagian atas sumbu kiri), tingkat

Business Economics – R1
harga rendah (seperti yang ditunjukkan di dekat bagian atas sumbu kanan).
Kurva permintaan uang miring ke bawah, menunjukkan bahwa ketika nilai uang rendah
(dan tingkat harga tinggi), orang menuntut jumlah yang lebih besar untuk membeli barang dan
jasa. Pada ekuilibrium, ditunjukkan pada gambar 8.1 pada titik A, jumlah uang yang diminta
menyeimbangkan jumlah uang yang disediakan. Keseimbangan jumlah uang beredar dan
permintaan uang menentukan nilai uang dan tingkat harga.

Gambar 8.1. Keseimbangan pasar uang


Secara ringkas, ketika tingkat harga melewati tingkat keseimbangan, baik bisnis maupun
individu akan lebih suka menyimpan lebih banyak uang daripada yang dihasilkan oleh bank
sentral. Oleh karena itu, penurunan tingkat harga diperlukan untuk menyelaraskan penawaran
dan permintaan. Di sisi lain, jika tingkat harga berada di bawah tingkat keseimbangan, orang
cenderung ingin menyimpan jumlah uang yang lebih sedikit daripada yang diciptakan oleh
bank sentral, sehingga diperlukan peningkatan tingkat harga untuk mencapai keseimbangan
antara penawaran dan permintaan. Pada tingkat harga ekuilibrium, jumlah uang yang
diinginkan oleh individu sejajar dengan jumlah uang yang disediakan oleh bank sentral.

8.1.2. Efek Suntikan Moneter


Asumsikan bahwa perekonomian berada dalam ekuilibrium dan kemudian, bank sentral
menggandakan supply uang dengan mencetak uang. Ini dapat dilakukan melalui bank sentral
menyuntikkan uang ke dalam ekonomi dengan membeli beberapa obligasi pemerintah dari
publik dalam operasi pasar terbuka (inilah yang dilakukan pelonggaran kuantitatif dalam
beberapa tahun terakhir di Inggris dan Amerika Serikat). Apa yang terjadi setelah injeksi
moneter semacam itu? Bagaimana keseimbangan baru dibandingkan dengan yang lama?
Gambar 8.2 menunjukkan apa yang terjadi.

Business Economics – R1
Gambar 8.2. Penambahan supply uang

Injeksi moneter menggeser kurva penawaran ke kanan dari MS1 ke MS2, dan
keseimbangan bergerak dari titik A ke titik B. Sebagai hasilnya, nilai uang (ditunjukkan pada
sumbu kiri) menurun dari ½ ke ¼, dan harga keseimbangan (ditunjukkan pada sumbu kanan)
meningkat dari 2 menjadi 4. Dengan kata lain, ketika peningkatan jumlah uang beredar
membuat uang lebih banyak, hasilnya adalah peningkatan tingkat harga yang membuat setiap
harga uang menjadi kurang berharga.

Penjelasan tentang bagaimana tingkat harga ditentukan dan mengapa ia dapat berubah dari
waktu ke waktu disebut teori kuantitas uang. Menurut teori kuantitas, jumlah uang yang
tersedia dalam perekonomian menentukan nilai uang, dan pertumbuhan jumlah uang adalah
penyebab utama inflasi.

8.2. Measuring Inflation

8.2.1. Siklus Inflasi


Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang
berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat maka harga barang di dalam negeri
mengalami kenaikan. Naiknya harga barang sama dengan turunnya nilai mata uang. Dengan
demikian inflasi dapat diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan
jasa secara umum. Sedangkan Tingkat inflasi menunjukkan persentase dari perubahan tingkat
harga rata-rata tertimbang untuk barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara.

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Sedangkan


kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus-menerus, akibatnya
daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi

Business Economics – R1
langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena semakin
berkurangnya daya beli masyarakat. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya
beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan
besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap,
maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif
akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Terdapat dua alasan mengapa ekonom peduli terhadap inflasi:
1. Inflasi dapat memicu distrosi yang lain.
2. Selama periode inflasi, tidak semua harga barang dan upah naik secara proposional,
inflasi mempengaruhi distribusi pendapatan.

8.2.2. Jenis-jenis Inflasi


a. Inflasi Permintaan (demand-pull inflation) adalah jenis inflasi ini biasa dikenal sebagai
Philips Curve inflation, yaitu merupakan inflasi yang dipicu oleh interaksi permintaan
dan penawaran domestik jangka panjang. Contohnya jika terjadi peningkatan
permintaan masyarakat atas barang (peningkatan aggregate demand). Contoh lain
bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau
kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya
pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, dll.
b. Inflasi Penawaran (cost-push inflation) atau juga bisa disebut supply-shock inflation
merupakan inflasi penawaran yang disebabkan oleh kenaikan pada biaya produksi atau
biaya pengadaan barang dan jasa. misalnya karena kenaikan harga sarana produksi
yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak).
Ekspektasi Inflasi berasal dari faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat yang dapat bersikap adaptif atau forward looking.

Dampak yang ditimbulkan demand pull inflation tidak menyebabkan berkurangnya


kesejahteraan masyarakat karena kenaikan harga diiringi dengan kenaikan jumlah barang.
Sedangkan pada Cost Push Inflation kenaikan harga menyebabkan penurunan kesejahteraan
masyarakat karena mengurangi jumlah output.

a. Inflasi fiskal: terjadi ketika ada pengeluaran pemerintah berlebih. Ini juga dapat
dianggap sebagai versi lain dari inflasi demand pull.

b. Inflasi Moneter: terjadi ketika pemerintah meningkatkan penawaran uang.

Business Economics – R1
c. Pricing power inflation: terjadi ketika perusahaan menaikkan harga untuk
memaksimalkan keuntungan mereka.

d. Protective measure: terjadi ketika suatu negara, misalnya meningkatkan tarif untuk
melindungi industri dalam negeri.

2. Dampak Inflasi
Inflasi mempunyai dampak terhadap individu maupun bagi kegiatan perekonomian secara
luas. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat negatif atau pun positif, tergantung padatingkat
keparahannya.

8.2. Identifying Unemployment (Pengangguran)


8.2.1. Pengertian Pengangguran
Mengapa angka pengangguran sedemikian penting? Salah satu jawabannya adalah karena
indikator ini merupakan tolak ukur keberhasilan pemerintah terkait penciptaan atau penyediaan
lapangan kerja, hak bagi setiap penduduk yang termasuk dalam usia kerja.
Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan
kerja (Usia 15-64 tahun) ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong ke
dalam kategori pengangguran.
Menurut definisi BPS pengangguran adalah:

1. mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan;


2. mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha;
3. mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan; dan
4. mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja,
tetapi belum mulai bekerja.

Berdasarkan penjelasan di atas, nampak jelas bahwa mereka yang dianggap pengangguran
hanyalah kelompok penduduk yang termasuk angkatan kerja, yakni kelompok penduduk usia
kerja (15 tahun ke atas tanpa batas atas) yang tidak bekerja dengan berbagai kondisi (4 kondisi)
yang disebutkan di atas. Angkatan kerja juga tidak mencakup merekayang bersekolah,
mengurus rumah tangga, dan melaksanakan kegiatan lainnya.

Business Economics – R1
8.2.2. Macam-macam pengangguran
1. Pengangguran berdasarkan jam kerja
a. Pengangguran Terbuka (open unemployment)
Pengangguran terbuka adalah salah satu jenis pengangguran dimana tenaga kerja
benar-benar tidak memiliki pekerjaan atau tenaga kerja tidak bekerja sama sekali.
Biasanya pengangguran ini terjadi karena lapangan pekerjaan yang tidak tersedia
atau karena adanya ketidaksesuaian antara lapangan kerja dengan keahlian tenaga
kerja dan pendidikan.
Menurut konsep ILO (International Labor organization), pengangguran terbuka
dikenal dengan istilah pengangguran. Pengangguran ini mencakup penduduk yang
mencari pekerjaan, penduduk yang mempersiapkan usaha, penduduk yang tidak
mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja.
Menurut BPS tingkat pengangguran terbuka adalah ukuran yang menunjukkan
berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif. Untuk mengetahui
tingkat pengangguran terbuka dapat dihitung menggunakan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛


𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑎 = ∗ 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah bagian dari angkatan kerja


yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.
b. Setengah Pengangguran (under unemployment)
Setengah pengangguran adalah kondisi pengangguran dimana seseorang yang
sudah bekerja namun belum optimal jika diukur berdasarkan jam kerjanya, yaitu
kurang dari 35 jam seminggu.
Contoh: Pekerja paruh waktu (part time) seperti penjaga toko baju, penjaga konter
hp, pengasuh anak, kurir, dll.
c. Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment)
Pengangguran terselubung adalah kondisi pengangguran dimana seseorang yang
telah bekerja tetapi pekerjaannya tersebut belum sesuai dengan keahlian dan bakat
orang tersebut.

Business Economics – R1
2. Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya
a. Pengangguran Teknologi (Technological Unemployment)
Pengangguran teknologi adalah jenis pengangguran yang terjadi disebabkan oleh
penggunaan teknologi modern yang akan menggeser tenaga kerja manusia
b. Pengangguran Siklus (Cyclical Unemployment)
Pengangguran siklus adalah jenis pengangguran yang terjadi disebabkan oleh siklus
konjungtur suatu negara yang mengalami resesi atau depresi perekonomian yang
menyebabkan penghentian tenaga kerja akibat menurunnya permintaan barang dan
jasa.
Apabila permintaan barang dan jasa menurun maka pengusaha akan memperkecil
jumlah produknya sehingga menyebabkan banyak tenaga kerja yang dikeluarkan.
c. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi disebabkan oleh
perubahan struktur perekonomian di suatu negara.
Jenis pengangguran ini biasanya terjadi pada saat revolusi industri dan diprediksi
akan terjadi lagi pada beberapa tahun mendatang.
Contoh: Perubahan struktur perekonomian yang awalnya struktur pertanian
menjadi struktur perindustrian
d. Pengangguran Sementara (Frictional Unemployment)
Pengangguran friksional adalah jenis pengangguran yang terjadi hanya sementara
waktu, misalnya sementara untuk menunggu panggilan kerja atau mogok kerja.
Contoh: Seorang pekerja yang bekerja pada pabrik tekstile yang ingin pindah
pekerjaan pada pabrik plastik, dengan harapan agar bisa mendapatkan yang lebih
baik.

8.2.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) didefinisikan sebagai persentase
perbandingan antara angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja. Atau dalam
rumus:

𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑇𝑃𝐴𝐾 = ∗ 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

Business Economics – R1
TPAK mengukur besarnya partisipasi angkatan kerja dalam dunia kerja. TPAK dapat
digunakan sebagai indicator tingkat kesulitan angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan.
Angka TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya kesempatan kerja yang tersedia bagi
penduduk usia kerja. Sebaliknya, angka TPAK yang tinggi menunjukkan besarnya
kesempatan kerja yang tersedia.

8.3. Minimum Wage Laws (Peraturan Upah Minimum (UM))


8.3.1. Definisi UM
Definisi Upah minimum menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas
upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring pengaman.
Nilai upah minimum wajib menjadi acuan utama pengusaha dan pelaku industrisebagai
standar minimal dalam memberikan upah karyawan yang dimilikinya. Ada pendapat bahwa
undang-undang upah minimum dapat menyebabkan pengangguran, yang besarnya tergantung
pada elastisitas relatif dari permintaan tenaga kerja dan sifat industri. Namun, mengapa undang-
undang upah minimum bukanlah alasan utama dikatakan sebagai pengangguran struktural?
Sebagian besar pekerja dalam perekonomian memiliki upah jauh di atas minimum legal.
Peraturan upah minimum mengikat bagi angkatan kerja yang kurang terampil dan tidak
berpengalaman, seperti remaja. Dari kalangan inilah undang-undang upah minimum
menunjukkan adanya pengangguran.
Penghitungan besaran jumlah upah minimum mempertimbangkan beberapa hal,
diantaranya adalah upah minimum tahun berjalan, inflasi yang dihitung dari bulan September
tahun sebelumnya, dan pertumbuhan produk domestik bruto pada periode kuartal III dan
kuartal IV tahun sebelumnya dan kuartal I dan kuartal II tahun berjalan. Rumusnya adalah
sebagai berikut:
UMn = UMt + {UMt x (Inflasi + pertumbuhan PDB)}

8.3.2. Komponen Upah Minimum


Upah Minimum = Gaji Pokok + Tunjangan Tetap
Dalam Undang-Undang, ada 3 (tiga) komponen upah yaitu gaji pokok, tunjangan tetap dan
tunjangan tidak tetap.

Business Economics – R1
Berikut adalah pengertian dari gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap menurut
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-07/Men/1990 tentang Pengelompokan Upah dan
Pendapatan Non Upah:

a. Gaji Pokok
Gaji pokok adalah adalah imbalan dasar (basic salary) yang dibayarkan kepada pekerja
menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
b. Tunjangan Tetap
Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara teratur dan
tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau pencapaian prestasi kerja tertentu
(penjelasan pasal 94 UU No. 13/2003). Tunjangan tetap tersebut dibayarkan dalamsatuan
waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok, seperti tunjangan isteri dan/atau
tunjangan anak, tunjangan perumahan, tunjangan daerah tertentu.
c. Tunjangan Tidak Tetap
Tunjangan Tidak Tetap adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tidak tetap dan dibayarkan menurut
satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok, seperti tunjangan
transpor dan/atau tunjangan makan yang didasarkan pada kehadiran.
Jadi, apakah besarnya gaji yang diterima pekerja setiap bulan (gaji pokok + tunjangan tetap
+ tunjangan tidak tetap) setara dengan Upah Minimum? TIDAK.
Apabila kita merujuk ke Pasal 94 Undang-Undang (UU) no.13 tahun 2003 tentangTenaga
Kerja, komponen Upah Minimum hanya terdiri dari gaji pokok dan tunjangan tetap. Tunjangan
tidak tetap tidak termasuk dalam komponen Upah Minimum. Besarnya gaji pokok sekurang-
kurangnya harus sebesar 75 % dari jumlah Upah Minimum (UM).

UM = GAJI POKOK (75% UM) + TUNJANGAN TETAP (25% UM)

8.3.3. Serikat Pekerja dan collective bargaining


Serikat pekerja (union) adalah asosiasi pekerja yang melakukan tawar-menawar dengan
pemberi kerja mengenai upah, dan kondisi kerja. Serikat pekerja merupakan sejenis kartel,
yaitu sekelompok penjual yang bekerja sama dengan harapan menggunakan daya pasar
bersama mereka. Banyak pekerja dalam perekonomian membahas upah, tunjangan, dan
kondisi kerja mereka dengan perusahaan secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Proses
disepakatinya syarat-syarat kerja antara serikat pekerja, dan perusahaan disebut dengan tawar-
menawar kolektif (collective bargaining).

Business Economics – R1
8.4. The Theory of Efficiency Wages ( Teori Upah Efisiensi )

Alasan mengapa ekonomi selalu mengalami pengangguran -selain mencari pekerjaan,


undang-undang upah minimum dan serikat pekerja- maka disarankan menggunakan teori upah
efisiensi.
Menurut teori upah efisiensi, perusahaan akan beroperasi lebih efisien jika upah berada di
atas ekuilibrium, jadi akan lebih menguntungkan jika perusahaan tetap mempertahankan upah
tetap tinggi meskipun penawaran tenaga kerja berlebih. Menurut teori upah efisiensi membayar
upah yang tinggi mungkin akan menguntungkan perusahaan karena bisa menaikkan efisiensi
para pekerja. Teori upah efisiensi yang dikembangkan oleh Cafferty1990 menjelaskan
bahwa apabila upah pekerja tinggi maka dia dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum
hidupnya, sehingga pekerja akan berangkat ke tempat pekerjaannya dengan tenang, dan pekerja
akan berkonsentrasi penuh dan dapat mencurahkan pikiran dan tenaganya secara maksimal
selama dia berada di tempat pekerjaannya.
Dampak secara ekonomi yang dimunculkan bagi perusahaan adalah tingginya tingkat
produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya akan memacu tingkat pertumbuhan ekonomi.
Dengan upah yang tinggi maka pekerja pun akan selalu berusaha untuk meningkatkan
kemampuan dengan hasil yang lebih memuaskan sehingga dengan demikian pekerja akan
merasa lebih puas dengan hasil pekerjaannya sedangkan bagi perusahaan merasa tidak
mengalami kerugian dengan mempekerjakan tenaga kerja yang terampil dan selalu giat dalam
meningkatkan hasil produktivitas kerjanya.
Ada beberapa jenis teori upah efisiensi untuk menjelaskan mengapa perusahaan mau
membayar upah yang lebih tinggi kepada pekerja, diantaranya:
1. Kesehatan Pekerja.
Teori upah efisiensi yang berkaitan dengan kesehatan pekerja. Para pekerja yang
memperoleh upah yang lebih tinggi dapat mengkonsumsi lebih banyak nutrisi, dan
dengan demikian akan lebih sehat dan lebih produktif. Sebuah perusahaan mungkin lebih
menguntungkan jika membayar upah tinggi dan memiliki tenaga kerja yangsehat dan
produktif, daripada membayar upah yang rendah tetapi memiliki pekerjaan yang tidak
sehat dan kurang produktif.

Business Economics – R1
Jenis teori upah efisiensi ini tidak relevanuntuk negara maju karena bagi Negara yang
sudah maju dan kaya keseimbangan upah sebagian besar di atas tingkat untuk
mengkonsumsi nutrisi yang berkecukupan, di sini perusahaan tidak perlu ada
kekawatiran jika mereka membayar upah ekuilibriumkesehatan para pekerja mereka
akan menurun. Jenis teori upah ini lebih relevan untuk negara berkembang karena
sebagian besar pekerja di Negara berkembang kekurangan nutrisi merupakan masalah
yang umum, di negara-negara yang belum majuperusahaan mungkin merasa takut
bahwa jika upah dipotong, kesehatan dan produktivitas kerja akan menurun.
2. Perputaran Pekerja.
Jenis teori upah efisiensi ini menjelaskan hubungan antara upah dengan perputaran
kerja. Pekerja berhenti bekerja karena beberapa alasan pindah ke tempat pekerjaan lain,
pindah ke kota lain, dan alasan lainnya. Frekuensi perputaran ini tergantung pada
insentif-insentif yang mereka hadapi yaitu manfaat terus bekerja versus manfaat
berhenti kerja. Semakin tinggi upah yang dibayar kepada tenaga kerja semakin rendah
kemungkinan pekerja akan berhenti dari pekerjaannya. Jadi sebuah perusahaan dapat
mengurangi perputaran pekerja dengan membayar upah yang lebih tinggi. Alasannya
kekhawatiran perputarn pekerja tersebut adalah akan lebih mahal bagi perusahaan untuk
merekrut dan melatih pekerja-pekerja baru. Selain itu mereka telah dilatih para pekerja
baru tidak seproduktif pekerja yang berpengalaman, perusahaan memilikiperputaran
pekerjaan yang tinggi dengan demikian akan memiliki biaya produksi yang tinggi pula.
Bagi perusahaan mungkin akan lebih menguntungkan apabila membayar upah pekerja
di atas tingkat ekuilibrium dalam rangka mengurangi perputaran pekerja.

3. Kerja Keras Pekerja.


Jenis teori upah efisiensi ini menjelaskan bagaimana keterkaitan antara upah dengan
kerja keras pekerja. Dalam banyak pekerjaan, pekerja bekerja secara bebas, akibatnya
perusahaan harus memantau kinerja pekerja tersebut, dan bagi para pekerja yang
terbukti melalaikan tanggung jawab mereka akan dipecat. Tetapi tidak semua yang lalai
bisa tertangkap secara langsung karena pemantauan pekerja mahal dan dan tidak
efisien. Sebuah perusahaan dapat menanggulangi masalah ini dengan membayar upah
di atas tingkat ekuilibrium. Upah yang lebih tinggi akan membuat pekerja lebih setia,
dan dengan demikian memberikan insentif kepada pekerja untuk mencurahkan upaya
dan pikiran mereka semaksimal mungkin.

Business Economics – R1
4. Kualitas Pekerja.
Jenis teori upah efisiensi ini menjelaskan bagaimana hubungan antara upah dengan
kualitas pekerja. Saat merekrut tenaga kerja baru, sebuah perusahaan tidak bisa secara
tepat mengukur kualitas dari para pekerja. Dengan membayar upah yang tinggi,
perusahaan dapat menarik kelompok pelamar yang lebih berkualitas. Dalam teori
upah efisiensi ini ketika sebuah perusahaan menghadapi supply pekerja yang
berlebihan, mungkin tampak masuk akal dan menguntungkan untuk menurunkan upah
yang ditawarkan. Tetapi dengan menurunkan upah, perusahaan beresiko kehilangan
pekerja yang berkualitas.

8.5. The Phillips Curve (Kurva Philips)

A.W Phillips seorang ekonom yang berasal dari London, melakukan pengamatan pada
kondisi perekonomian di Inggris terutama mengenai upah pekerja dan tingkat pengangguran
Inggris. Berdasarkan pengamatan tersebut, Phillip menemukan kenyataan bahwa perubahan
tingkat upah akan berbanding terbalik dengan perubahan tingkat pengangguran. Semakin tinggi
upah maka pengangguran menjadi semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah upah, maka
pengangguran juga semakin bertambah.
Kurva Philips adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat pengangguran
dengan tingkat inflasi di sebuah negara. Menurut Kurva Philips, hubungan keduanya adalah
berbanding negatif. Jadi ketika inflasi naik, maka pengangguran turun. Dan ketika inflasi turun,
maka pengangguran naik jumlahnya.

Gambar 8.3. Hubungan antara inflasi dan pengangguran pada kurva Phillips

Kurva Phillip bukanlah trade-off yang sudah tetap. Saat tingkat inersia dari inflasi berubah,
kurva Phillip juga ikut berubah. Edmund Phelps dan Milton Friedman kemudian melakukan
modifikasi pada teori kurva Phillips dan menemukan bahwa kurva Phillips pada gambar 8.3

Business Economics – R1
hanya menggambarkan situasi jangka pendek. Pada kondisi jangka panjang,terdapat tingkat
pengangguran minimum pada inflasi yang tetap.

Gambar 8.4. Hubungan antara inflasi dan pengangguran pada kurva Phillips jangka
panjang (LRPC)

Gambar 8.4. menunjukkan curva Philips jangka panjang. LRPC vertical pada tingkat
pengangguran alamiah. Kurva LRPC akan memotong kurva SRPC pada tingkat inflasi yang
diharapkan. Kurva SRPC bergeser akibat tingkat pengangguran alamiah naik atau turun.
SRPC bergeser ke atas/ bawah menunjukkan ekspektasi inflasi naik/ turun.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Inflasi mencakup peningkatan berkelanjutan dalam harga-harga umum, sementara


deflasi adalah penurunan harga yang berlangsung terus-menerus. Dampaknya adalah
peningkatan daya beli masyarakat, yang awalnya menyebabkan kelangkaan barang, tetapi
kemudian menyebabkan peningkatan jumlah barang karena menurunnya daya beli
masyarakat. Pengangguran merujuk pada situasi di mana seseorang dalam kelompok usia kerja
(15-64 tahun) berkeinginan untuk bekerja tetapi belum dapat mendapatkan pekerjaan. Mereka
yang tidak bekerja dan tidak aktif mencari pekerjaan tidak dianggap sebagai pengangguran.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah Persentase jumlah angkatan kerja terhadap
penduduk usia kerja. TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) adalah persentase jumlah
pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Upah minimum menjadi acuan utama bagi
pengusaha dan pelaku industri sebagai standar minimal dalam menentukan gaji bagi karyawan
yang mereka miliki.
Kurva Philips adalah representasi grafis yang menggambarkan hubungan antara tingkat
pengangguran dan tingkat inflasi di suatu negara. Konsep ini menekankan hubungan
berbanding negatif antara keduanya. Dengan kata lain, menurut Kurva Philips, ketika tingkat
inflasi meningkat, tingkat pengangguran akan cenderung menurun. Sebaliknya, ketika tingkat
inflasi menurun, tingkat pengangguran akan cenderung meningkat.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage


Learning: United Kingdom. ISBN: 9789814915342.

2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-292-44020-0.

Business Economics – R1
Business Economics – R1
LECTURE NOTES

Business Economics

Week 9

Week 9

Government Economic Policy


LEARNING OUTCOMES

LO 4 : Menganalisis kebijakan makroekonomi dan keadaan perekonomian global.

OUTLINE MATERI :

• The Banking System and Monetary Policy

• Fiscal Policy

• Supply Side Policies

• Fiscal and Monetary Policy Mix

Business Economics – R1
ISI MATERI

9.1. The Banking System and Monetary Policy (Sistem Perbankan dan Kebijakan
Moneter)
Di Indonesia, tujuan kebijakan moneter sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 (Undang-Undang Bank Indonesia) Pasal 7 adalah untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Tujuan menetapkan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun
2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara
lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.

Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (bank
sentral) dalam rangka mengendalikan variabel-variabel moneter (uang beredar, uang primer,
kredit dan suku bunga) agar berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah
uang yang beredar. Atau secara sederhana, kebijakan moneter dapat diartikan sebagai
kebijakan yang diambil oleh bank sentral untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang
beredar. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan. Pengaturan jumlah uang yang beredar dilakukan oleh
otoritas moneter yaitu Bank Sentral (di Indonesia Bank Indonesia atau BI).
Secara umum dikenal dua jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter ekspansif
dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter
yang ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui
peningkatan jumlah uang beredar.
Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk
memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui penurunan jumlah uang
beredar.
Tujuan kebijakan moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena selalu disesuaikan
dengan kebutuhan perekonomian suatu negara. Akan tetapi, kebanyakan negara menetapkan
empat hal yang menjadi tujuan dari kebijakan moneter, yaitu:

Business Economics – R1
1. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.
2. Kesempatan kerja.
3. Kestabilan harga.
4. Keseimbangan neraca pembayaran.

9.1.1. Teori kuantitas uang


Dasar hubungan antara jumlah uang beredar dan inflasi diatur dalam teori kuantitas
klasik uang dirumuskan sebagai :
MV = PY
Dimana,
M = jumlah uang beredar (penawaran uang). M ditentukan jumlahnya oleh otoritas moneter
dan dianggap sebagai variabel konstan (eksogen)
V = kecepatan (velocity) perputaran uang. V menunjukkan berapa kali satu mata uang
berpindah tangan dalam satu periode
P = harga satu unit barang dan jasa. P merupakan deflator GDP
Y = jumlah output/ pendapatan (GDP Riil)
PY = nilai uang dari output (GDP nominal)
Rumus tersebut dapat dinyatakan juga sebagai :
Md = kPY
di mana,
P = tingkat harga
Y = tingkat pendapatan nasional riil
Md = permintaan uang untuk keperluan transaksi (uang yang dipegang masyarakat)
k = konstanta yang menyatakan persentase jumlah uang tunai yang dipegang terhadap
pendapatan.
Pada kondisi keseimbangan : Md = Ms, maka P = (1/kY) x Ms. Ini menunjukkan bahwa
kenaikan Ms akan menyebabkan kenaikan proporsional pada P.

Business Economics – R1
Teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral adalah yang mengawasi jumlah
uang yang beredar dan memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi. Jika bank sentral
mempertahankan jumlah uang beredar tetap stabil maka tingkat harga akan stabil. Jika bank
sentral meningkatkan jumlah uang beredar dengan cepat maka tingkat harga akan meningkat
dengan cepat.
Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang
kemudian ditransfer pada sektor riil. Alat utama yang digunakan untuk mengendalikan jumlah
uang beredar adalah suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral.

9.1.2. Pengendalian Moneter oleh Bank Sentral


Bank sentral bertanggung jawab untuk mengendalikan penawaran uang dalam
perekonomian. Pada saat bank sentral memutuskan untuk mengubah jumlah uang beredar, ia
harus mempertimbangkan bagaimana tindakannya akan bekerja melalui sistem perbankan.
Secara umum, bank sentral memiliki tiga alat utama dalam pengendalian moneternya,
yaitu : operasi pasar terbuka, suku bunga refinancing/kebijakan diskonto, dan persyaratan
cadangan minimum.
1. Operasi pasar terbuka
Operasi pasar terbuka adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi
jumlah uang beredar dengan menjual atau membeli surat-surat berharga di pasar modal.
Ada 6 hal yang dapat dilakukan Bank Indonesia ketika menggunakan instrumen operasi
pasar terbuka, yaitu:
- Menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS)
- Menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI)
- Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Negara (SBN)
- Penempatan berjangka (Term Deposit) dalam rupiah di Bank Indonesia
- Menjual Valuta Asing terhadap Rupiah (dalam bentuk spot, forward atau swap)
Apabila bank sentral menjual surat berharga (open market selling) kepada bank-bank
umum berarti bank sentral bermaksud mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat.
Penjualan SBI dan SBIS dilakukan oleh bank sentral apabila perekonomian mengalami
gejala-gejala inflasi. Pada situasi seperti ini maka instrumen kebijakan ini akan

Business Economics – R1
berdampak pada berkurangnya jumlah uang beredar dan turunnya angka inflasi.
Sebaliknya, apabila bank sentral membeli kembali surat berharga (open market buying
atau open market purchase) berarti bank sentral bermaksud untuk menambah jumlah uang
beredar di masyarakat. Situasi ini berdampak bertambahnya jumlah uang beredar dan
meningkatnya transaksi ekonomi masyarakat.
Contoh : Bank Indonesia menjual surat berharga (misal: SBI, SBSI dan SBN) kepada
masyarakat, maka masyarakat akan mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli surat
berharga tersebut. Kemudian Bank Indonesia akan menerima sejumlah uang yang akan
disimpan dan masyarakat akan memiliki surat berharga yang telah dibelinya. Karena
masyarakat telah mengeluarkan sejumlah uang, maka jumlah uang beredar di masyarakat
akan semakin berkurang.
2. Kebijakan Diskonto
Fasilitas diskonto yaitu fasilitas yang diberikan kepada perbankan dalam bentuk pinjaman
dengan menggunakan surat-surat berharga yang dimiliki sebagai jaminan. Di sini
pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang beredar dengan cara mengubah
diskonto bank umum. Jika bank sentral memperhitungkan jumlah uang beredar telah
melebihi kebutuhan (gejala inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk
menaikkan suku bunga. Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang
untuk menabung.
Jika Bank Sentral ingin menambah jumlah uang beredar yang ada di masyarakat, maka
Bank Sentral menurunkan tingkat diskonto dan suku bunga pinjaman yang diberikan
kepada bank-bank umum, sehingga biaya atau bunga yang harus dibayar oleh bank-bank
umum menjadi lebih murah.
Sebaliknya, jika Bank Sentral ingin mengurangi jumlah uang beredar yang ada di
masyarakat, maka Bank Sentral akan menaikkan tingkat diskonto dan suku bunga
pinjaman yang diberikan kepada bank-bank umum. Sehingga biaya atau bunga yang harus
dibayar oleh bank-bank umum menjadi lebih mahal.
3. Giro Wajib Minimum
Cadangan minimum (giro wajib minimum) adalah dana atau simpanan minimum yang
harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro yang ditempatkan di Bank

Business Economics – R1
Indonesia. Besaran GWM ditetapkan oleh bank sentral berdasarkan persentase dana pihak
ketiga yang dihimpun perbankan.
Semakin kecil persentase tersebut, semakin besar kemampuan bank memanfaatkan
likuiditasnya (reserve-nya) untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar.
Sebaliknya, semakin besar persentasenya, maka semakin berkurang kemampuan bank
untuk memberikan pinjaman.
Jika bank sentral menurunkan GWM, maka daya ekspansi kredit bank umum akan
meningkat, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya, jika persentasenya
dinaikkan, maka daya ekspansi kredit bank umum menurun dan jumlah uang beredar
berkurang.
Jumlah uang yang dihasilkan oleh sistem perbankan dengan setiap satuan mata uang
cadangan disebut pengganda uang (money multiplier). Jadi, Pengganda uang adalah jumlah
uang yang dihasilkan oleh sistem perbankan dengan masing-masing unit cadangan.

9.2. Fiscal Policy (Kebijakan Fiskal)


Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi suatu negara untuk mencapai
kestabilan ekonomi dan bisnis dengan memengaruhi tingkat kegiatan ekonomi (pengeluaran
agregat ekonomi) melalui manipulasi pendapatan (dari pajak) dan pengeluaran pemerintah. Ia
bekerja melalui pengaruh variabel-variabel kunci dalam permintaan agregat (agreggate
demand), konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah. Hal ini dikarenakan kebijakan
tersebut mampu menyesuaikan pengeluaran negara dengan pendapatan yang diterima dari
pajak. Kebijakan fiskal dapat berupa kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal
kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan fiskal yang bertujuan meningkatkan
output perekonomian. Sebaliknya, kebijakan fiskal kontraktif bertujuan mengurangi output
perekonomian. Oleh karena itu, kebijakan fiskal juga merupakan instrumen stabilisasi
pemerintah.
Inti dari kebijakan fiskal adalah sebagai upaya pengelolaan dana yang diterima dari pajak
untuk memenuhi keperluan masyarakat dalam skala yang lebih luas. Dengan begitu, tujuan dari
strategi ini dapat tercapai sesuai dengan harapan. Seperti tersedianya fasilitas publik dan
pelayanan kesehatan yang mumpuni. Kebijakan fiskal dapat digunakan bersamaan

Business Economics – R1
dengan kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral, dan memengaruhi perekonomian
dengan menggunakan kebijakan jumlah uang beredar dan suku bunga.
9.2.1. Inflationary gap dan deflationary gap
Kesenjangan perekonomian akan terjadi apabila output nasional keseimbangan berbeda dengan
output nasional pada tingkat tenaga kerja penuh (full employment). Full employment
merupakan kondisi bahwa seluruh tenaga kerja digunakan untuk menghasilkan output nasional.

(a) Deflationary gap (b) Inflationary gap

Gambar 9.1. Inflationary gap dan deflationary gap

Dalam bagian (a) dan (b), garis 45° menghubungkan semua titik di mana pengeluaran konsumsi
akan sama dengan pendapatan nasional. Garis ini dapat dianggap setara dengan kapasitas
ekonomi -kurva penawaran agregat (AS). Keseimbangan ekonomi berada pada garis C + I +
G + (X - M) yang memotong garis 45° (Y1). Pada bagian (a) keseimbangan yang terjadi (Y1)
berada di bawah keseimbangan tenaga kerja penuh ( full employment, Yf). Pada ekuilibrium ini
ada kapasitas cadangan dalam perekonomian dan terjadi pengangguran. Perbedaan antara
output Yf dan Y1 disebut kesenjangan deflasi (deflationary gap). Pemerintah perlu
menggeser garis pengeluaran ke C + I + G + (X - M)1 untuk menghilangkan kesenjangan deflasi
seperti yang ditunjukkan pada gambar (a).
Pada bagian (b) ekuilibrium berada di atas output tenaga kerja penuh (Yf) dan dalam
hal ini ekonomi tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi permintaan. Ini akan memicu
tekanan inflasi dalam perekonomian. Perbedaan antara output pekerjaan penuh dan garis

Business Economics – R1
pengeluaran ini disebut kesenjangan inflasi (inflationary gap). Dalam hal ini pemerintah
perlu menggeser garis C + I + G + (X – M) ke C + I + G + (X – M)2 untuk menghilangkan
kesenjangan inflasi.
9.2.2. Bagaimana Kebijakan Fiskal Memengaruhi Dunia Bisnis?
Dunia Bisnis berdampak langsung pada kebijakan ini, baik dalam bentuk pembelanjaan
atau perpajakan. Para pebisnis harus pintar melihat peluang investasi dari belanja pemerintah
maupun investasi swasta. Hal ini biasanya terjadi selama kebijakan fiskal ekspansif, ketika
lebih banyak uang mengalir dari pemerintah dan dari sumber lain yang berimbas pada
perpajakan yang rendah. Ketika keseimbangan antara harga dan permintaan terpenuhi, maka
diharapkan bisnis dapat berkembang.
Kebijakan fiskal kontraktif dapat mendorong inflasi lebih parah ketika keseimbangan
itu rusak dan permintaan serta harga jatuh. Bisnis yang biasanya sedang dalam masa
pengembangan dan pertumbuhan akan mengambil langkah penghematan anggaran dan hal ini
tentunya akan membuat aliran uang untuk pembelanjaan lebih sedikit.
Kebijakan fiskal juga memengaruhi jumlah pajak bagi generasi individu dan bisnis di
masa depan. Pengeluaran pemerintah yang mengarah pada defisit yang lebih besar menunjukan
bahwa perpajakan pada akhirnya harus meningkat untuk membayar bunga. Sebaliknya, ketika
pemerintah menjalankan surplus, besaran pajak akhirnya harus diturunkan.
9.2.3. Efek pengganda
9.2.3.1. Pengertian
Efek pengganda (Multiplier effect) adalah perubahan tambahan dalam permintaan
agregat yang dihasilkan ketika kebijakan fiskal ekspansif meningkatkan pendapatan dan
dengan demikian meningkatkan pengeluaran konsumen. Jadi peningkatan pengeluaran
nasional akan memengaruhi pendapatan dan konsumsi menjadi lebih tinggi dibanding dengan
jumlah sebelumnya. Efek pengganda disampaikan oleh John Maynard Keynes yang merupakan
salah satu pemikir berpengaruh dalam ekonomi modern. Istilah angka pengganda disebut juga
Pengganda Keynesian (Keynesian multiplier) atau pengganda fiskal.
9.2.4. Menghitung nilai multiplier
Angka pengganda Keynes mewakili besarnya dampak stimulus fiskal terhadap output
ekonomi. Stimulus awal untuk pengeluaran biasanya menghasilkan peningkatan akhir yang

Business Economics – R1
lebih tinggi dalam produk domestik bruto (PDB). Misalnya, ketika konsumsi meningkat
sebesar 1%, PDB akan meningkat lebih dari 1%.
Multiplier adalah faktor pelipat ganda (angka pengganda) sebagai akibat perubahan
(tambahan atau pengurangan) salah satu faktor penyusun variabel GDP atau Pendapatan
Nasional (Y). Oleh karena besar kecilnya GNP atau Y dipengaruhi oleh tingkat konsumsi (C);
Investasi (I); pengeluaran pemerintah (G); serta selisih ekspor dan impor (X-M) atau Ekspor
Neto, maka jika salah satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut berubah maka secara otomatis
Y akan berubah. Dalam persamaan : Y = C + I + G + X – M
Keynes menggunakan konsep perubahan permintaan agregat untuk mengembangkan
efek berganda pada perekonomian. Keynes menunjukkan bahwa nilai pengganda tergantung
pada porsi uang ekstra yang dihabiskan untuk konsumsi barang dan jasa. Dengan kata lain, itu
tergantung pada kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume
atau MPC). Kecenderungan mengkonsumsi marjinal adalah bagian dari tambahan pendapatan
rumah tangga (Y) yang dihabiskan untuk konsumsi barang dan jasa (C). Secara matematis,
rumusnya adalah: MPC = ΔC/ΔY
Efek pengali MPC menunjukkan ketika konsumsi meningkat, produsen akan meningkatkan
produksi untuk memenuhi permintaan. Mereka akan mempekerjakan lebih banyak pekerja.
Peningkatan penciptaan lapangan kerja berkontribusi pada peningkatan pendapatan rumah
tangga. Ketika pendapatan rumah tangga naik, konsumsi barang dan jasa juga akan semakin
meningkat. Produsen akan kembali merespon dengan meningkatkan produksi. Peningkatan
produksi berarti lebih banyak lapangan kerja dan peningkatan pendapatan rumah tangga. Proses
berlanjut. Dan, akibatnya, peningkatan konsumsi akan merangsang pertumbuhan produksi
dan pendapatan dalam perekonomian beberapa kali. Itulah yang kita sebut pengganda
Keynesian.
Secara matematis, Keynes merumuskan pengganda sebagai berikut:
Pengganda Keynesian = 1/(1 – MPC)
Kita tahu bahwa MPC + MPS = 1, dimana MPS adalah kecenderungan menabung marjinal
(marginal propensity to saving). Sehingga angka penganda dapat dituliskan sebagai 1/MPS.

Business Economics – R1
9.2.5. Efek multiplier akibat perubahan variabel lain
Perubahan pajak tidak langsung mengakibatkan perubahan pengeluaran agregat (AE)
dan pendapatan nasional (Y). Peningkatan pajak akan menurunkan pendapatan disposabel (Yd)
yang kemudian akan mengurangi konsumsi rumah tangga. Baru pada tingkat ini akan
menurunkan pengeluaran agregat dan sebaliknya. Rumus pendapatan disposabel adalah :
Yd = Y – Tax
Selanjutnya perubahan dalam Investasi dan Belanja Pemerintah yang dilambangkan
dalam variabel I dan G. Hal ini terlihat bahwa pertambahan Investasi dan Pengeluaran
Pemerintah akan meningkatkan pendapatan nasional begitupun sebaliknya.
Selanjutnya, kita memiliki rumus pendapatan nasional sebagai berikut:
Y=C+I+G+X–M
Selanjutnya, kita juga memiliki fungsi konsumsi : C = a + b(Yd)
Dimana C adalah konsumsi, a adalah konsumsi saat pendapatan = 0, b adalah MPC, dan Yd
adalah disposable income yang didapat dari Pendapatan dikurangi Pajak (Yd = Y – T).
Sehingga Fungsi Konsumsi menjadi : C = a + b(Y – T)
Bentuk hubungan antara pendapatan nasional dengan impor adalah: M = M0 + mY, Dengan
M0 merupakan besarnya impor otonom, artinya nilai impor yang tidak dipengaruhi oleh
pendapatan nasional ; m = marginal propensity to impor = ∆𝑀 atau MPM
∆𝑌

Setelah mendapatkan rumus-rumus di atas, kita substitusikan pada rumus Pendapatan


Nasional di mana:
Y=C+I+G+X–M
Y = a + b (Y – T) + I + G + X – mY
Y= a + bY – bT + I + G + X – mY
Y – bY + mY = a –bT + I + G+ X
Y(1- b + m) = a –bT + I + G+ X
Rumus terakhir :
Y = (a /(1 – b + m)) – (b/b –1 + m) T + ( 1/(1 – b + m))I + (1/(1–b + m))G + (1/(1–b + m))X
Setelah mendapatkan rumus terakhir ini, maka diperoleh rumus pengganda pajak:
Pengganda Pajak = –MPC/(1–MPC + MPM)

Business Economics – R1
Artinya, setiap penambahan 1 rupiah dalam pajak, akan menurunkan pendapatan nasional
sebesar MPC/(1–MPC+MPM). Misalkan MPC sebesar 0,8 maka penambahan pajak sebesar 1
rupiah akan menyebabkan penurunan pendapatan nasional sebesar 4 rupiah.
Sama halnya dengan pengganda Investasi dan pengganda pengeluaran pemerintah, tanpa
melihat variabel lain berubah, didapatkan :
Pengganda investasi, ∆𝑌 = 1/(1 – MPC + MPM)
∆𝐼

Pengganda Pengeluaran Pemerintah, ∆𝑌 = 1/(1 – MPC – MPM)


∆𝐺

Pengganda Impor, ∆𝑌 = 1 / (1 – MPC + MPM)


∆𝑀

Contoh :
Asumsikan bahwa MPC sebesar 0,5. Jadi tiap investasi bertambah sebesar 1 rupiah, maka akan
terjadi penambahan pendapatan nasional sebesar 5 rupiah. Tiap penambahan 1 rupiah dalam
pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pendapatan nasional sebesar 5 rupiah.
Secara kolektif angka pengganda (k) adalah :
1
𝑘= atau
𝑀𝑃𝑆+𝑀𝑃𝑇+𝑀𝑃𝑀

1
𝑘= dimana MPW adalah Marginal Propensity to Withdraw
𝑀𝑃𝑊

9.3. Supply Side Policies

9.3.1. Supply Side Problems

Kebijakan sisi penawaran bertujuan untuk menggeser penawaran agregat melengkung ke


kanan, sehingga meningkatkan output pada tingkat tertentu harga (atau mengurangi tingkat
harga untuk tingkat tertentu keluaran). Dengan melakukan hal ini, mereka meningkatkan
tingkat perekonomian output potensial: output perekonomian ketika perusahaan beroperasi
pada tingkat pemanfaatan kapasitas normal . Jika berhasil, inisiatif sisi pasokan tidak hanya
akan berhasil meningkatkan tingkat output potensial tetapi tingkat di mana potensi output
tumbuh seiring waktu. Dengan demikian mereka meningkatkan tingkat pergeseran kurva
penawaran agregat ke kanan. Gambar 9.2. di bawah ini dapat membantu mengilustrasikan hal
ini dengan menerapkan AD/AS model.

Business Economics – R1
Gambar 9.2. Supply-side policies and long-term growth

Source: Economics for Business 9th ed John Sloman

Asumsikan, pada awalnya, perekonomian berada pada keseimbangan dengan output


(pendapatan nasional riil) pada tingkat potensial (YP1) dan tingkat harga perekonomian di P1.
Sekarang asumsikan potensi itu output meningkat dari YP1 ke YP2 sebagai akibat dari
kebijakan sisi penawaran. Kurva AS jangka pendek dan jangka panjang bergerak ke kanan –
katakanlah menjadi SRAS2 dan LRAS2. Besarnya pergeseran akan mencerminkan
peningkatan kemampuan produktif perekonomian. Jika kebijakan sisi penawaran berhasil,
maka semakin besar kebijakan sisi kanan pergerakan kurva penawaran agregat. Jika
perekonomian ekstra kapasitas yang digunakan mempunyai efek meningkatkan riil pendapatan
nasional negara; orang sekarang dapat membuatnya lebih banyak pembelian.

Mungkin juga terdapat pergeseran ke kanan pada kurva AD. Jika tambahan pendapatan
riil yang dihasilkan oleh peningkatan output potensial menghasilkan jumlah tambahan belanja
riil yang setara, kurva AD₁ akan bergeser ke AD2. Dalam kasus seperti itu, sebenarnya output
akan meningkat dengan jumlah yang sama dengan output potensial: yaitu YP2 - YP1. Namun,
jika peningkatan output potensial tidak terjadi jika belanja ekstra mencukupi, kurva AD tidak
akan bergeser cukup ke kanan untuk memberikan keseimbangan baru di YP2 – a kesenjangan
output negatif akan muncul. Dalam kasus seperti ini, peningkatan belanja pemerintah dan/atau
pemotongan pajak akan dilakukan secara diskresi (kebijakan fiskal) atau pemotongan suku
bunga atau kenaikan jumlah uang beredar (kebijakan moneter) mungkin diperlukan untuk
menggeser Kurva AD₁ ke AD2. Namun secara umum, dalam kurun waktu beberapa tahun,

Business Economics – R1
periode kekurangan permintaan kemungkinan besar akan diimbangi dengan periode kelebihan
permintaan. Oleh karena itu, dalam jangka panjang, pergeseran kurva AS ke kanan akan
diimbangi dengan pergeseran kurva AD ke kanan. Dengan kata lain, di dalam jangka panjang,
perekonomian cenderung menuju keseimbangan pada tingkat yang sama potensi tingkat
pendapatan nasional seiring dengan penyesuaian pasar dan ekspektasi.

Types of supply-side policy. Kebijakan sisi penawaran umumnya dikelompokkan dalam


dua tipe umum: berorientasi pasar dan intervensionis. Kebijakan yang berorientasi pasar fokus
pada cara-cara ‘membebaskan’ pasar, seperti mendorong perusahaan swasta, pengambilan
risiko dan persaingan: kebijakan yang memberikan insentif untuk inovasi, kerja keras dan
produktivitas. Kebijakan intervensionis fokus pada cara mengatasi kelemahan pasar bebas dan
biasanya melibatkan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan pelatihan serta dukungan
finansial untuk investasi.

Namun, beberapa kebijakan mungkin menggunakan kedua jenis elemen tersebut:


misalnya, dengan memberikan dukungan keuangan (intervensionis) melalui penggunaan
keringanan pajak (berorientasi pasar).Kebijakan-kebijakan seperti ini terkadang digambarkan
sebagai kebijakan sisi penawaran ‘cara ketiga’.

Ketidakseimbangan regional. Kebijakan dan inisiatif dari sisi penawaran tidak boleh
dilihat hanya dari segi pencapaian tujuan nasional. Seringkali terdapat perbedaan yang
mencolok dalam hal ini pendapatan, tingkat pengangguran dan ukuran kesejahteraan ekonomi
dan sosial lainnya di suatu negara.

Oleh karena itu, baik pemerintah nasional maupun badan internasional, seperti UE, dapat
mengadopsi proyek dan inisiatif sisi penawaran yang membantu mengatasi kesenjangan
regional.

9.3.2. Market-Orientated Supply-Side Policies

Mengurangi Pengeluaran Pemerintah. Keinginan banyak negara untuk memangkas


pengeluaran pemerintah bukan hanya untuk mengurangi besarnya defisit sektor publik; hal ini
juga merupakan unsur penting dalam strategi sisi penawaran mereka. Sektor publik
digambarkan oleh sebagian orang sebagai sektor yang lebih birokratis dan kurang efisien
dibandingkan sektor swasta. Terlebih lagi, terdapat klaim bahwa semakin banyak uang negara
yang dibelanjakan untuk administrasi dan kegiatan-kegiatan ‘non-produktif’ lainnya. kegiatan,

Business Economics – R1
bukan pada penyediaan barang dan jasa secara langsung. Ada dua hal yang diperlukan,
demikian argumennya: penggunaan sumber daya yang lebih efisien dalam sektor publik dan
pengurangan ukuran sektor publik. Hal ini akan memungkinkan investasi swasta meningkat
tanpa adanya kenaikan agregat secara keseluruhan permintaan. Dengan demikian sisi
penawaran manfaat investasi lebih tinggi dapat dicapai tanpa biaya sisi permintaan yang lebih
tinggi inflasi. Dalam praktiknya, pemerintah merasa sangat sulit untuk melakukan pemotongan
pengeluaran mereka relatif terhadap PDB, terutama setelah krisis pertama krisis keuangan dan
kemudian pandemi COVID-19, ketika paket dukungan pemerintah (lihat Gambar di bawah )
meningkat defisit anggaran secara signifikan. Oleh karena itu, kekhawatiran terhadap
keberlanjutan keuangan publik sering kali mengakibatkan sulitnya mengambil pilihan fiskal.

Gambar 9.2. General government expenditure (% of GDP)

Source: Economics for Business 9th ed John Sloman

9.4. Fiscal and Monetary Policy Mix

9.4.1. Bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi permintaan agregat

Kurva permintaan agregat menunjukkan jumlah permintaan barang dan jasa dalam
perekonomian untuk sembarang tingkat harga. Kemiringan kurva permintaan agregat bergerak
menurun karena tiga alasan sebagai berikut :

Business Economics – R1
1. Pengaruh kekayaan : tingkat harga yang lebih rendah menaikkan nilai riil uang yang
dipegang oleh rumah tangga, sedangkan kesejahteraan yang lebih tinggi ini mendorong
belanja konsumen.
2. Pengaruh suku bunga : tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga karena
orang berusaha untuk meminjamkan kelebihan uang yang mereka pegang, sedangkan suku
bunga yang lebih rendah mendorong pengeluaran untuk investasi.
3. Pengaruh nilai tukar : apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan tingkat suku
bunga, investor memindahkan sebagian dari dana mereka ke luar negeri dan menyebabkan
mata uang domestik mengalami depresiasi relatif dengan mata uang asing.

Business Economics – R1
Depresiasi ini membuat barang-barang di dalam negeri menjadi lebih murah dibandingkan
dengan barang-barang luar negeri dan, akibatnya mendorong belanja ekspor neto.
Ketiga pengaruh ini seharusnya tidak dianggap sebagai teori alternatif. Sebaliknya
ketiganya terjadi secara bersamaan untuk meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa
ketika tingkat harga turun dan untuk menurunkannya ketika tingkat harga naik. Meskipun
sama-sama menjelaskan bentuk kurva permintaan agregat yang miring ke bawah, ketiga
pengaruh tersebut tidak sama pentingnya dan berbeda-beda menurut jenis perekonomian.
Untuk memahami bagaimana kebijakan memengaruhi permintaan agregat, maka perlu
mempelajari pengaruh suku bunga secara lebih mendalam. Di sini, kita mengembangkan teori
tentang bagaimana suku bunga ditentukan yang disebut dengan teori preferensi likuiditas
(theory of liquidity preference). Setelah kita mengembangkan teori ini, kita menggunakannya
untuk memahami kemiringan kurva permintaan agregat yang menurun serta bagaimana
kebijakan moneter mengubah kurva ini.
9.4.2. Teori Preferensi Likuiditas
Dalam buku klasiknya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and
Money, John Maynard mengajukan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan faktor- faktor
yang menentukan suku bunga dalam perekonomian. Teori tersebut, pada dasarnya, tidak lebih
dari penerapan penawaran dan permintaan. Menurut Keynes, suku bunga berubah- ubah untuk
menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang.
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang umum dilaporkan dan suku bunga riil
adalah suku bunga yang telah dikoreksi dengan pengaruh inflasi. Dalam analisis yang akan kita
pelajari, diasumsikan bahwa harapan tingkat inflasi adalah konstan. Oleh karena itu, apabila
suku bunga nominal naik atau turun, suku bunga riil yang diinginkan oleh orang juga naik atau
turun.
9.4.3. Permintaan dan Penawaran Uang.
9.4.3.1. Permintaan uang
Uang merupakan alat pertukaran dalam perekonomian sehingga sesuai dengan
definisinya merupakan asset paling likuid yang tersedia. Likuiditas yang menjelaskan
permintaan uang. Orang lebih memilih untuk memiliki uang daripada asset lain yang

Business Economics – R1
memberikan tingkat hasil lebih tinggi karena uang dapat digunakan untuk membeli barang dan
jasa. Faktor yang digarisbawahi oleh teori preferensi adalah suku bunga. Alasannya adalah
suku bunga merupakan biaya kesempatan untuk memiliki uang.
9.4.3.2. Penawaran Uang/Jumlah Uang yang Beredar
Bank sentral biasanya mengubah jumlah uang yang beredar terutama dengan mengubah
jumlah cadangan dalam sistem perbankan melalui pembelian dan penjualan obligasi
pemerintah dalam operasi pasar terbuka. Apabila bank sentral membeli obligasi pemerintah,
uang yang dibayarkan untuk obligasi tersebut biasanya disimpan di bank-bank dan
ditambahkan ke dalam cadangan bank. Apabila bank sentral menjual obligasi pemerintah,
uang yang diterima dari obligasi tersebut ditarik dari sistem perbankan dan cadangan bank
berkurang. Perubahan cadangan bank ini kemudian akan menimbulkan perubahan kemampuan
bank untuk memberikan pinjaman dan menciptakan uang.
Karena ditetapkan oleh kebijakan bank sentral, jumlah uang yang beredar tidak
bergantung pada variabel–variabel ekonomi lainnya. Secara khusus jumlah uang yang beredar
tidak bergantung pada suku bunga. Setelah bank sentral memutuskan kebijakannya, jumlah
uang yang beredar tidak berubah, tanpa memandang suku bunga yang berlaku.
9.4.3.3. Keseimbangan dalam Pasar Uang
Ada jenis suku bunga yang disebut dengan suku bunga keseimbangan yang
menyebabkan jumlah permintaan uang tepat seimbang dengan jumlah uang yang beredar.
Apabila suku bunga berada di tingkat lain, orang akan berusaha menyesuaikan portofolio asset
mereka sehingga mendorong suku bunga ke titik keseimbangannya.
Misalkan suku bunga berada di atas titik keseimbangan, misalnya r1 pada gambar 9.2.
Jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat, Md1, lebih kecil daripada jumlah uang
yang ditetapkan oleh bank sentral. Mereka yang memiliki bunga surplus uang akan berusaha
untuk menghabiskannya dengan membeli obligasi berbunga atau dengan menyimpannya untuk
memperoleh bunga. Karena pihak yang menerbitkan surat berharga dan bank-bank lebih suka
untuk membayar suku bunga yang lebih rendah, maka mereka merespons surplus uangnya
dengan menurunkan suku bunga yang mereka tawarkan.

Business Economics – R1
Gambar 9.2. Keseimbangan pasar uang
Pada saat suku bunga turun, biasanya masyarakat menjadi lebih bersedia untuk memegang
uang sampai ketika suku bunga keseimbangan, mereka puas karena memiliki uang yang dibuat
oleh bank sentral dengan jumlah yang tepat. Sebaliknya, pada saat suku bunga di bawah titik
keseimbangan seperti r2 pada Gambar 9.2, jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat,
Md2 lebih besar daripada jumlah penawaran oleh bank sentral.
9.4.3.4. Kemiringan ke Bawah Kurva Permintaan Agregat
Secara khusus, kita anggap bahwa tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian
mengalami kenaikan. Apa yang terjadi dengan suku bunga yang menyeimbangkan penawaran
dan permintaan uang, dan bagaimana perubahan itu mempengaruhi jumlah permintaan barang
dan jasa? Tingkat merupakan satu penentu jumlah permintaan uang. Pada harga lebih tinggi,
uang yang dipertukarkan semakin banyak setiap kali barang atau jasa dijual. Akibatnya, orang
akan memilih untuk memiliki lebih banyak uang. Artinya, tingkat harga yang lebih tinggi
menaikkan jumlah permintaan pada setiap suku bunga yang berlaku. Oleh karena itu, kenaikan
tingkat harga dari P1 menjadi P2 menggeser kurva permintaan ke kanan dari MD1 menjadi MD2,
seperti terlihat pada Gambar 9.3 panel (a).
Agar jumlah uang yang beredar tidak berubah, suku bunga harus naik untuk
menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang. Tingkat harga yang lebih
tinggi menaikkan jumlah uang yang ingin dimiliki oleh masyarakat dan menggeser kurva
permintaan uang ke kanan. Namun, karena jumlah uang yang beredar tidak berubah sehingga
suku bunga harus naik dari r1 menjadi r2 untuk mencegah permintaan tambahan.

Business Economics – R1
Gambar 9.3. Perubahan pada permintaan uang
Kenaikan suku bunga ini tidak hanya mempengaruhi pasar uang, tetapi juga jumlah permintaan
barang dan jasa, seperti terlihat pada panel (b). Kurva permintaan uang naik dari MD1 menjadi
MD2 dan suku bunga dari r1 menjadi r2, jumlah permintaan barang dan jasa turun dari Y1
menjadi Y2.
Dengan demikian analisis penggaruh suku bunga dapat dirangkum menjadi 3 langkah, yaitu :
1. Tingkat harga yang lebih tinggi menaikan permintaan uang,
2. Permintaan uang lebih tinggi menyebabkan suku bunga menjadi lebih tinggi.
3. Suku bunga yang lebih tinggi mengurangi permintaan barang dan jasa.
dan tentu saja, logika yang sama berlaku untuk kondisi sebaliknya. Tingkat harga yang lebih
rendah menurunkan permintaan uang yang menyebabkan menjadi lebih rendah dan kemudian
meningkatkan jumlah barang dan jasa. Hasil akhir analisis ini adalah hubungan negatif antara
tingkat harga dan jumlah permintaan barang dan jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan
agregat yang miring ke bawah.
9.4.3.5. Perubahan Jumlah Uang yang Beredar
Kita telah menggunakan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan bagaimana jumlah
keseluruhan permintaan barang dan jasa dalam perekonomian berubah seiring dengan
berubahnya tingkat harga. Artinya, kita mengamati pergerakan di sepanjang kurva permintaan
agregat yang miring ke bawah. Namun, teori ini juga menjelaskan beberapa

Business Economics – R1
peristiwa lain yang mengubah jumlah permintaan barang dan jasa. Setiap jumlah permintaan
barang dan jasa berubah pada tingkat harga tertentu, kurva permintaan agregat pun bergeser.
Satu variabel penting yang menggeser kurva permintaan agregat adalah kebijakan
moneter. Seperti diperlihatkan pada panel (a) Figur 9.4, kenaikan jumlah uang yang beredar
menggeser kurva jumlah uang yang beredar ke kanan dari MS1 menjadi MS2. Karena kurva
permintaan uang belum berubah, suku bunga turun dari r1 menjadi r1 untuk menyeimbangkan
penawaran dan permintaan uang. Artinya, suku bunga harus turun agar orang memiliki uang
tambahan yang dibuat oleh bank sentral.

Gambar 9.4. Perubahan penawaran uang


Jadi, suku bunga mempengaruhi jumlah permintaan barang dan jasa, seperti terlihat pada panel
(b) Figur 9.4. Suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya pinjaman dan tingkat
pengembalian dari tabungan. Perusahaan-perusahaan mengeluarkan biaya lebih banyak untuk
membangun pabrik dan peralatan baru yang mendorong investasi bisnis. Akibatnya, jumlah
permintaan barang dan jasa pada tingkat harga tertentu, P, naik dari Y1 menjadi Y2. Oleh karena
itu, kurva permintaan agregat secara keseluruhan bergeser ke kanan.
Dapat disimpulkan, apabila bank sentral menaikkan jumlah uang yang beredar, suku
bunga turun dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu naik yang
menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan. Sebaliknya, apabila bank sentral
menurunkan jumlah uang yang beredar, suku bunga naik dan jumlah permintaan barang dan
jasa untuk tingkat harga tertentu turun, yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser
ke kiri.

Business Economics – R1
9.4.4. Bagaimana Kebijakan Fiskal Memengaruhi Permintaan Agregat
Pemerintah dapat memengaruhi perilaku ekonomi tidak hanya melalui kebijakan moneter
tetapi melalui kebijakan fiskal. Dalam jangka pendek, pengaruh utama kebijakan fiskal adalah
terhadap permintaan agregat barang dan jasa.
9.4.5. Perubahan-Perubahan dalam Pembelanjaan Negara
Ketika mengubah jumlah uang yang beredar atau tingkat pajak, pemerintah mengubah kurva
permintaan agregat dengan memengaruhi keputusan belanja perusahaan atau rumah tangga.
Sebaliknya, ketika mengubah belanja barang dan jasanya sendiri pemerintah mengubah kurva
permintaan agregat secara langsung.
9.4.6. Efek Pembatasan Paksa (Crowding out effect)
Penurunan permintaan agregat yang terjadi apabila ekspansi fiskal menaikan suku bunga
disebut dengan efek pembatasan paksa (crowding-out effect).

Gambar 9.5. Efek pembatasan paksa (crowding-out)


Pengaruh peningkatan permintaan uang diperlihatkan pada panel (a) Gambar 9.5. Karena bank
sentral belum mengubah jumlah uang yang beredar, kurva penawaran vertikal tidak berubah.
Apabila tingkat pendapatan yang lebih tinggi menggeser kurva permintaan uang kekanan dari
MD1 ke MD2 suku bunga harus naik dari r1 ke r2 untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan. Sebaliknya, kenaikan suku bunga ini menurunkan jumlah permintaan barang dan
jasa. Khususnya, karena pinjaman lebih mahal, permintaan rumah baru dan barang–barang
investasi untuk keperluan bisnis menurun. Artinya, kenaikan belanja pemerintah
meningkatkan permintaan barang dan jasa, dan secara bersamaan mendesak

Business Economics – R1
investasi. Efek crowding-out ini sebagian mengimbangi dampak belanja pemerintah terhadap
permintaan agregat, seperti diilustrasikan pada Gambar 9.5 panel (b). Dampak awal kenaikan
belanja pemerintah mengeser kurva permintaan agregat dari AD1 ke AD2, namun setelah
muncul efek crowding-out, kurva permintaan agregat kembali turun ke AD3.
Sebagai rangkuman: apabila negara menaikan belanjanya sebesar $20 miliar, permintaan
agregat barang dan jasa dapat naik sebesar lebih atau kurang dari $20 miliar, tergantung apakah
efek pengandaan atau efek crowding-out lebih besar.
9.4.7. Perubahan–Perubahan Dalam Perpajakan
Perangkat kebijakan fiskal penting lainnya, selain tingkat belanja pemerintah, adalah
tingkat perpajakan. Apabila pemerintah menurunkan pajak pendapatan perseorangan,
misalnya, pendapatan bersih rumah tangga pun menjadi meningkat. Rumah tangga akan
menabung dari pendapatan tambahan ini, namun mereka juga akan membelanjakan sebagian
untuk barang-barang konsumsi. Karena meningkatkan belanja konsumen, penurunan pajak
mengeser kurva permintaan agregat ke kanan. Serupa dengan hal itu, kenaikan pajak menekan
belanja konsumen dan mengeser kurva permintaan agregat ke kiri.
Besarnya pergeseran permintaan agregat yang ditimbulkan oleh perubahan pajak juga
dipengaruhi oleh efek penggandaan dan pembatasan paksa. Ketika pemerintah menurunkan
pajak dan mendorong belanja konsumen, pernghasilan dan keuntungan meningkat yang juga
mendorong belanja konsumen. Ini merupakan efek pengandaan. Pada saat yang bersamaan,
pendapatan lebih tinggi meningkatkan permintaan uang yang cenderung menaikan suku bunga.
Suku bunga yang lebih tinggi membuat pinjaman lebih mahal sehingga menurunkan belanja
investasi. Ini merupakan efek pembatasan paksa. Tergantung besar efek pengandaan dan efek
pembatasan paksa, pergeseran permintaan agregat dapat lebih besar atau lebih kecil dari pada
pajak perubahan yang menyebabkannya.
Penentu besar pergeseran permintaan agregat penting lainnya yang ditimbulkan oleh
perubahan pajak, yakni persepsi rumah tangga tentang apakah perubahan pajak bersifat
semetara atau permanen.
Contoh, pemerintah mengumunkan penurunan pajak sebesar $1.000 per rumah tangga.
Dalam memutuskan bagaimana jumlah sebesar $1.000 tersebut akan dibelanjakan, rumah
tangga harus bertanya berapa lama pendapatan ekstra ini dapat bertahan. Jika rumah tangga

Business Economics – R1
memperkirakan bahwa penurunan pajak itu bersifat permanen maka mereka akan
menganggapnya sebagai tambahan besar bagi sumber keuangan mereka sehingga
meningkatkan belanja mereka sebesar jumlah itu. Penurunan pajak tersebut akan berdampak
besar terhadap permintaan agregat. Sebaliknya, jika rumah tangga memperkirakan bahwa
perubahan pajak tersebut bersifat sementara, mereka akan memandangnya sebagai tambahan
kecil bagi sumber keuangan mereka sehingga akan meningkatkan belanja mereka sedikit saj

Business Economics – R1
SIMPULAN

Tujuan menetapkan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun
2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara
lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
Sebelum mengimplementasikan perubahan kebijakan, maka pemerintah perlu
mempertimbangkan segala konsekuensi dari keputusan mereka. Pada bagian awal buku ini,
telah dibahas model ekonomi klasik yang menjelaskan dampak jangka panjang dari kebijakan
moneter dan fiskal. Dalam konteks tersebut, kita telah mengeksplorasi bagaimana kebijakan
fiskal dapat memengaruhi tabungan, investasi, dan pertumbuhan jangka panjang, serta
bagaimana kebijakan moneter dapat memengaruhi tingkat harga dan inflasi.
Pada bagian ini, kita telah mengamati dampak jangka pendek dari kebijakan moneter dan
fiskal. Diperlihatkan bagaimana kedua jenis kebijakan ini dapat mengubah permintaan agregat
terhadap barang dan jasa, sehingga mempengaruhi produksi dan lapangan kerja dalam
perekonomian jangka pendek. Jika pemerintah mengurangi belanja untuk mencapai
keseimbangan anggaran, perlu mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang terhadap
tabungan dan pertumbuhan, serta konsekuensi jangka pendek terhadap permintaan agregat dan
lapangan pekerjaan. Apabila pemerintah memperlambat pertumbuhan jumlah uang yang
beredar, perlu mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang terhadap tingkat inflasi dan
juga efek jangka pendek terhadap produksi.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning:


United Kingdom. ISBN: 9789814915342.
2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-292-44020-0.

Business Economics – R1
LECTURE NOTES

Business Economics

Week 10

Week 10

The Global Economy


LEARNING OUTCOMES

LO 4: Menganalisis kebijakan ekonomi makro dan ekonomi global

OUTLINE MATERI:

• How Global Markets Work

• International Trade

• The Balance of Payments and Exchange Rate

• Equilibrium in an Open Economy

Business Economics – R1
ISI MATERI

10.1. How Global Markets Work (Bekerjanya pasar Global)

Pasar global mencakup aktivitas pemasaran yang melibatkan seluruh dunia internasional
dan terbuka bagi semua pelaku usaha. Peluang di pasar selalu tersedia untuk semua pihak,
termasuk di pasar ekspor. Keberhasilan di pasar sangat bergantung pada kemampuan untuk
bersikap kreatif dan berinovasi dalam mengembangkan pasar. Pelaku bisnis yang memiliki
kekuatan tidak mudah dipengaruhi oleh setiap perubahan atau tantangan bisnis, bahkan ketika
tantangan semakin rumit.

Gambar 10.1. Sirkulasi Aliran Internasional


Keterangan :
A = warga Negara AS membeli barang dan jasa buatan luar negeri (impor)
B = Produsen AS menjual barang dan jasa mereka ke luar negeri (ekpor)
C = produsen AS merekrut pekerja asing atau meng-outsourching pekerjaan
D = Produsen AS mendanai investasi dengan tabungan asing – meminjam dari bank asing
E = Warga Negara AS menawarkan tenaga kerja ke perusahaan asing atau Negara asing

Business Economics – R1
F = Warga Negara AS mengirim tabungan ke luar negeri – membeli saham dan obligasi
asing, meletakkan uang di bank-bank asing
G = Warga Negara asing menawarkan tenaga kerja ke pasar tenaga kerja AS
H = Warga Negara asing menabung di AS – membeli saham dan obligasi AS, menyimpan
dana di bank-bank AS
I = Produsen asing merekrut pekerja di AS
J = Produsen asing mendanai investasi dengan tabungan AS

Pasar global mengalami perkembangan yang pesat belakangan ini karena beberapa faktor,
antara lain:
• Adanya beberapa negara industri yang mampu menghasilkan produk berkualitas
dengan harga murah, misalnya China dan Taiwan
• Semakin banyak orang yang melakukan perjalanan antar negara yang secara langsung
menjadi konsumen global
• Semakin banyaknya transportasi antar negara yang mempermudah distribusi produk
• Perdagangan dunia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
pasar dunia
10.2. International Trade (Perdagangan Internasional)
Secara sederhana, perdagangan internasional adalah kegiatan perdagangan yang terjadi
antara dua belah pihak yang berasal dari negara yang berbeda. Perdagangan ini tidak hanya
terbatas pada tingkat antarnegara, tetapi juga melibatkan individu atau perusahaan yang terlibat
dalam transaksi dengan pihak dari negara lain. Biasanya, pembeli dan penjual perlu melakukan
diskusi terkait transaksi ini dengan mempertimbangkan perbedaan negara yang terlibat.

10.2.1. Apa yang mendorong terjadinya perdagangan internasional?

Setiap negara pasti memiliki sumber daya yang berbeda-beda yang menjadi kekayaan dari
negaranya. Kemudian sumber daya–sumber daya tersebut menjadi keunggulan dari negaranya
yang membedakannya dari negara–negara yang lain. Karena hal tersebut maka ada sifat saling
membutuhkan diantara negara–negara tersebut sehingga diperlukan adanya pertukaran untuk
melengkapi kebutuhan yang ada, sebab seperti yang kita ketahui bahwa kebutuhan manusia itu
tidak terbatas.
Pada awalnya motif untuk melakukan pertukaran karena adanya manfaat dari perdagangan
itu sendiri. Sumber yang utama dari manfaat itu adalah adanya perbedaan– perbedaan di antara
tiap–tiap individu di dunia ini, misalnya saja perbedaan selera dan pola

Business Economics – R1
konsumsi. Untuk itu tiap–tiap negara saling melengkapi kebutuhan tersebut sehingga hal ini
menyebabkan adanya perdagangan internasional. Tetapi secara fundamental sebenarnya
perdagangan terebut tercipta karena suatu negara dapat menghasilkan barang tertentu secara
lebih efisien dari pada negara lain. Dengan demikian berarti suatu negara dapat memproduksi
suatu barang dengan lebih banyak dan lebih cepat serta menggunakan sumber daya yang ada
secara tepat dibandingkan dengan negara lain.

Kekuatan fundamental yang menghasilkan perdagangan antara negara-negara disebut


keunggulan komparatif. Dasar keunggulan komparatif adalah biaya kesempatan yang berbeda
antar negara. Keunggulan komparatif nasional adalah kemampuan suatu bangsa untuk
melakukan suatu kegiatan atau menghasilkan barang atau jasa dengan biaya peluang yang lebih
rendah daripada bangsa lain.

Karena adanya kemajuan teknologi, mesin-mesin yang canggih serta tenaga kerja yang
terampil terkadang suatu negara dapat memproduksi semua barang secara efisien sehingga
menurut David Ricardo dalam hal ini maka negara tersebut hanya akan mengekspor barang
yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang mempunyai
keunggulan komparatif rendah, maka dengan demikian suatu negara tidak akan mengalami
kerugian.

10.2.2. Teori Perdagangan Internasional


Teori perdagangan internasional dapat terlaksana dan saling menguntungkan melalui
teori-teori:
1. Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantages)
Teori ini diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nation. Teori ini
menyatakan bahwa perdagangan internasional akan memberikan keuntungan pada negara
yang dapat memproduksi barang secara lebih efisien dibanding negara lain. Negara yang
melakukan perdagangan akan melakukan ekspor terhadap barang-barang yang memiliki
keunggulan mutlak atau memiliki keistimewaan.
Contoh: Keuntungan absolut produksi negara A dan B.

Business Economics – R1
Tabel 10.2. Keuntungan Absolut (Produksi 1 orang dalam 1 hari kerja)

Hari kerja per satuan output


Negara Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD)
Beras Elektronik
A 100 kg/hari 100 unit/hari 1 kg beras = 1 unit elektronik
B 40 kg/hari 160 unit/hari 1 kg beras = 4 unit elektronik

Dari tabel 10.2 terlihat bahwa Negara A lebih unggul dalam memproduksi beras
dibandingkan dengan Negara B. Sebaliknya, B lebih unggul memproduksi elektronik
daripada A. Berdasarkan data tersebut, seharusnya negara A melakukan spesialisasi pada
produk beras, sedangkan negara B pada produk elektronik. Jika kedua negara tersebut
melakukan perdagangan internasional, maka masing-masing dapat memperoleh
keuntungan.
Untuk Negara A, diketahui DTD 1 kg beras akan mendapatkan 1 unit elektronik,
sedangkan negara B, 1 kg beras sebanding dengan 4 unit elektronik. Apabila A
menukarkan beras dengan produk elektronik B, maka akan mendapatkan keuntungan
sebesar 3 unit elektronik yang diperoleh dari 4 unit elektronik dikurangi 1 unit elektronik.
Sementara keuntungan untuk B dengan DTD 1 unit elektronik sebanding dengan 0,25 kg
beras, sedangkan di negara A, 1 unit elektronik sebanding dengan 1 kg beras. Jika B
melakukan barter dengan A, maka akan memperoleh keuntungan sebesar 0,75 kg beras
yang diperoleh dari 1 kg beras dikurangi 0,25 kg beras.
2. Teori Keunggulan Komparatif
Teori ini diutarakan oleh David Ricardo yang menyatakan bahwa meskipun suatu negara
tidak memiliki keunggulan mutlak dalam produksi suatu barang, negara tersebut tetap
dapat melakukan perdagangan internasional untuk barang yang paling efisien untuk
diproduksi.
Asumsi Teori keunggulan komparatif:
1. Perdagangan Internasional hanya dilakukan di antara dua negara.
2. Objek barang atau komoditi yang diperdagangkan hanya ada dua jenis saja.
3. Setiap negara hanya memiliki dua unit faktor produksi saja.

Business Economics – R1
4. Skala produksi bersifat content return to scale, yang artinya harga relatif barang-
barang komoditas tersebut sama pada berbagai kondisi produksi.
5. Berlaku teori nilai tenaga kerja (labor theory of value) yang menyatakan harga
barang sama dengan atau dapat dihitung dari jumlah jam kerja tenaga kerja yang
digunakan dalam proses produksi barang tersebut.
Dari berbagai asumsi tersebut, keunggulan komparatif terjadi apabila suatu negara mampu
melakukan proses produksi barang dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah
dibandingkan dengan biaya tenaga kerja di negara lain.
Contoh:
Biaya kesempatan (opportunity cost) dari memproduksi T-shirt lebih rendah di Cina
daripada di Amerika Serikat, sehingga China memiliki keunggulan komparatif dalam
memproduksi T-shirt.
Biaya kesempatan dari memproduksi pesawat terbang lebih rendah di Amerika Serikat
daripada di Cina, sehingga Amerika Serikat memiliki keunggulan komparatif dalam
memproduksi pesawat terbang.
Kedua negara dapat menghasilkan keuntungan dari perdagangan dengan mengkhususkan
diri dalam produksi, di mana mereka memiliki keunggulan komparatif dan kemudian
diperdagangkan. Cina memproduksi T-shirt dan AS memproduksi pesawat terbang.
Contoh Lain:
Tabel 10.3. Keunggulan Komparatif (Jam kerja per satuan output)
Hari kerja per satuan output
Negara Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD)
Beras Elektronik
A 100 kg/hari 100 unit/hari 1 unit elektronik = 1 kg beras
B 120 kg/hari 160 unit/hari 1 unit elektronik = 0.75kg beras

Berdasarkan data tabel 10.3, negara B unggul atas dua jenis produk, baik beras maupun
elektronik dibandingkan negara A. Namun, keunggulan tertinggi B pada produksi
elektronik. Sementara, A lemah baik pada produksi beras maupun elektronik, akan tetapi
kelemahan terkecilnya pada produksi beras. Oleh sebab itu, sebaiknya B berspesialisasi
pada produk elektronik, sedangkan A pada produk beras. Apabila kedua negara melakukan
perdagangan, maka keduanya akan sama-sama memperoleh keuntungan.

Business Economics – R1
Besar keuntungan yang bisa diperoleh A dengan DTD 1 kg beras sebanding dengan 1 unit
elektronik, sedangkan B, 1 kg beras sebanding dengan 1,3 unit elektronik. Apabila A barter
beras dengan elektronik B, maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,3 yang
diperoleh dari 1,3 unit elektronik – 1 unit elektronik.
Sebaliknya B juga akan mendapatkan keuntungan. Dengan DTD B, 1 unit elektronik
sebanding dengan 0,75 kg beras, sedangkan A, 1 unit elektronik sebanding dengan 1 kg
beras. Nah, jika B barter elektroniknya dengan beras A, maka akan mendapatkan
keuntungan sebesar 0,25 yang diperoleh dari 1 kg beras dikurangi 0,75 kg beras.

10.2.3. Perkembangan Perdagangan Internasional di Indonesia

Perkembangan perdagangan Internasional negara Indonesia dari tahun 2015 hingga


2019 dapat dijelaskan melalui Tabel 10.1. dan Skema pada Gambar 9.2.
Tabel 10.1. Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2020-2022

Sumber: BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan, 2023

Business Economics – R1
Gambar 10.2. Perkembangan Perdagangan Luar Negeri, 2023.

10.2.4. Hambatan Perdagangan Internasional

Hambatan perdagangan internasional antara lain bertujuan untuk melindungi neraca


pembayaran dan produksi dalam negeri terhadap persaingan barang impor di dalam negeri atau
dikenal dengan sebutan proteksi. Bentuk hambatan proteksionis dalam perdagangan luar negeri
tersebut, yaitu:

1. Tarif
Tarif adalah sebuah pajak atas barang atau jasa impor yang dibawa masuk ke dalam suatu
negara, dan dipungut oleh petugas bea dan cukai pada saat barang tersebut melewati pintu
masuk negara yang bersangkutan. Dampak dari tarif akan meningkatkan biaya pengiriman
barang ke suatu negara.Tarif yang paling umum adalah tarif atas barang- barang impor atau
yang biasa disebut bea impor. Tujuan dari bea impor adalah membatasi permintaan
konsumen terhadap produk-produk impor dan mendorong konsumen menggunakan produk
domestik. Semakin tinggi tingkat proteksi suatu negara terhadap produk domestiknya,
semakin tinggi pula tarif pajak yang dikenakan. Perbedaan

Business Economics – R1
utama antara tarif dan proteksi lainnya adalah bahwa tarif memberikan pemasukan kepada
pemerintah sedangkan kuota tidak.

Contoh: pemerintah Indonesia memberlakukan tarif 100 % pada anggur yang diimpor dari
Amerika Serikat. Jadi, ketika seorang pedagang anggur Indonesia mengimpor anggur dari
AS seharga $10, maka pedagang membayar ke pemerintah Indonesia bea impor sebesar
$10.

2. Kuota
Kuota adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diperdagangkan. Ada tiga macam
kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota ekspor. Kuota impor adalah
pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota produksi adalah pembatasan dalam
jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor adalah pembatasan jumlah barang yang
diekspor. Tujuan dari kuota ekspor adalah untuk keuntungan negara pengekspor, agar dapat
memperoleh harga yang lebih tinggi. Kuota produksi bertujuan untuk mengurangi jumlah
ekspor. Dengan demikian, diharapkan harga di pasaran dunia dapat ditingkatkan.
3. Subsidi ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau perseorangan
yang menjual barang ke luar negeri. Subsidi ekspor dapat berbentuk spesifik (nilai tertentu
per unit barang) atau ad valorem (persentase dari nilai barang yang diekspor). Jika
pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan mengekspor barang sampai batas
selisih harga domestik dan harga luar negeri sama dengan nilai subsidi.
4. Dumping
Dumping adalah keadaan suatu produk dimasukkan ke dalam pasar negara lain dengan
harga yang lebih rendah daripada harga normal. Jenis Dumping:
a. Predatory dumping, yaitu dumping yang dilakukan secara brutal. Dumping ini terjadi
jika perusahaan untuk sementara waktu membuat diskriminasi sehubungan dengan para
pembeli asing dengan tujuan untuk menghilangkan pesaing-pesaingnya, dan setelah
persaingan tidak ada lagi, harga barang dinaikkan.
b. Persistent dumping, yaitu dumping yang bersifat menetap dan dilakukan secara terus-
menerus.

Business Economics – R1
10.3. The Balance of Payments and Exchange Rate ( Neraca Pembayaran dan Nilai Tukar)

10.3.1. Neraca Pembayaran

Kadang kita mengelompokkan semua mata uang asing seperti dolar, euro, franc Swiss, yen
Jepang sebagai valuta asing. Valuta asing adalah semua mata uang asing selain mata uang
asing domestik suatu negara tertentu (dalam hal ini Amerika Serikat, dolar AS).
Neraca Pembayaran (Balance of payment/BOP) adalah sebuah catatan sistematis dari
semua tansaksi ekonomi sebuah negara dengan negara lain, yang meliputi perdagangan,
keuangan, investasi dan pinjaman sebuah negara pada suatu periode tertentu, biasanya satu
tahun. Dapat juga dikatakan bahwa neraca pembayaran ditunjukkan sebagai laporan arus
pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial
merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan transaksi
dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-entry bookeeping system), yaitu; tiap
transaksi dicatat satu sebagai kredit dan satu lagi sebagai debit.
Rekening neraca pembayaran luar negeri pada umumnya digunakan untuk mengetahui apa
yang sedang berlangsung pada perdagangan internasional. Dengan menggunakan rekening
pembayaran tersebut, maka pemerintah dapat mengawasi transaksi antar negara yang telah
disusun di dalamnya. Pencatatan transaksi pembayaran tersebut muncul dari perdagangan
barang dan jasa serta dari pendapatan berupa bunga, keuntungan, dan deviden dari modal yang
dimiliki di satu negara dan diinvestasikan di negara lain.
10.3.2. Tujuan Neraca Pambayaran
Adapun tujuan dari Neraca pembayaran yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangna bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah di
bidang ekonomi. Bidang ekonomi disini termasuk ekspor dan impor, hubungan utang
piutang, hubungan penanaman modal, dan hubungan lainnya yang menyangkut neraca
pembayaran.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di bidang
moneter dan fiskal.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengetahui pengaruh hubungan
ekonomi internasional terhadap pendapatan nasional.

Business Economics – R1
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di bidang
politik perdagangan Internasional.

10.3.3. Komponen Neraca Pembayaran Luar Negeri


Pada dasarnya neraca pembayaran terdiri dari 2 (dua) komponen. Komponen pertama
adalah neraca perdagangan (balance of trade), merupakan selisih nilai ekspor dan nilai impor
suatu barang. Neraca perdagangan yang mengalami surplus berarti bahwa ekspor barang lebih
besar daripada impor barang. Akan tetapi jika negatif berarti nilai impor barang lebih besar
daripada nilai ekspornya.
Sedangkan komponen kedua adalah neraca jasa yang merupakan selisih antara ekspor jasa
dan impor jasa. Neraca jasa positif menunjukkan bahwa ekspor jasa lebih besar daripada impor
jasa, dan jika bernilai negatif adalah bila impor jasa lebih besar dari ekspornya. Apabila kedua
komponen tersebut,(neraca perdagangan dan neraca jasa) digabung, maka akan diperoleh
neraca transaksi berjalan atau current account.
1. Neraca Transaksi Berjalan (Current Account)
Current account terdiri dari transaksi impor dan ekspor barang dan jasa. Atau gabungan dari
neraca perdagangan dan neraca jasa yang di dalamnya mencatat segenap arus perdagangan
barang dan jasa serta transfer unilateral (satu arah). Pada current account, ekspor dicatat
sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara. Sedangkan impor dicatat sebagai
debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara. Selain ekspor dan impor,
transaksi lain yang termasuk dalam current account adalah pembayaran faktor (factor
payment) dan unilateral transfers.
Kategori utama dari transaksi atau perdagangan jasa adalah transaksi untuk jasa perjalanan
dan transportasi, penerimaan dan pengeluaran atas investasi asing, serta transaksi-transaksi
militer. Transfer unilateral umumnya mengacu pada kiriman atau pemberian dana dari
individu dan pemerintah domestik kepada pihak asing, serta berbagai kiriman dari pihak
asing (pemerintah maupun individu) kepada pihak domestik (pemerintah atau individu)
pendapatan dari ekspor barang dan jasa, serta penerimaan transfer unilateral masuk kedalam
neraca transaksi berjalan sebagai kredit (+) karena transaksi itu membawa penerimaan
pembayaran dari pihak luar negeri. Sebaliknya, pengeluaran untuk impor barang dan jasa
serta pengeluaran transfer unilateral masuk ke dalam neraca transaksi

Business Economics – R1
berjalan sebagai debet (-) karena hal itu mengakibatkan kewajiban pembayaran pihak
domestik kepada pihak luar negeri.
Transaksi ekspor meliputi ekspor barang dan ekspor jasa. Ekspor barang meliputi barang-
barang yang bisa dilihat secara fisik seperti minyak, kayu, tembakau, timah dan sebagainya.
Ekspor jasa misalnya penjualan jasa-jasa angkutan, tourisme, dan asuransi. Dalam transaksi
jasa ini termasuk juga pendapatan dari investasi capital di luar negeri. Impor barang
misalnya barang konsumsi, bahan mentah untuk industri. Sedangkan impor jasa meliputi
pembelian jasa-jasa dari penduduk negara lain. Termasuk dalam impor jasa adalah
pembayaran pendapatan (bunga, deviden, atau keuntungan) untuk modal yang ditanam di
dalam negeri oleh penduduk negara lain.
Transaksi yang sedang berjalan mempunyai arti khusus. Surplus transaksi berjalan
menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Ini berarti bahwa suatu Negara
mengalami akumulasi kekayaan valuta asing, sehingga mempunyai saldo (+) dalam
investasi luar negeri. Sebaliknya defisit transaksi beijalan berarti impor lebih besar daripada
ekspor, sehingga terjadi pengurangan investasi di luar negeri. Dengan demikian transaksi
berjalan sangat erat hubungannya dengan pendapatan nasional, karena ekspor dan impor
merupakan komponen penghasilan nasional.
2. Neraca Modal (Capital Account)
Neraca modal (capital account) juga disebut sebagai financial account. Pada dasarnya
Neraca Modal merupakan bagian dari neraca pembayaran yang khusus mencatat transaksi
aset finansial, transfer pembayaran, piutang maupun utang internasional. Ini mencakup
pencatatan akan FDI (foreign direct investment atau Penanaman Modal Asing/PMA),
pembayaran dividen, cicilan hutang, bunga atau utang, pembelian surat berharga, saham,
dan lain sebagainya.
Capital account mengukur devisa masuk dan ke luar seperti pada current account, dimana
transaksi yang menghasilkan devisa dicatat sebagai kredit (capital inflow). Sebaliknya,
transaksi yang mengakibatkan devisa ke luar dari suatu negara dicatat sebagai debit (capital
outflow).
Neraca modal menunjukkan perubahan dalam harta kekayaan (asset) negara di luar negeri
dan asset luar negeri di negara itu, di luar asset cadangan pemerintah. Kenaikan dalam aset
negara di luar negeri dan pengeluaran dalam aset luar negeri di negara itu (selain daripada

Business Economics – R1
aset pemerintah) merupakan arus ke luar modal (capital outflow) atau debet (-), karena hal
itu menyebabkan pembayaran kepada pihak asing. Di lain pihak penurunan dalam asset
negara tersebut di luar negeri dan kenaikan asset luar negeri di negara itu adalah arus
masukan modal (capital) atau kredit karena hal itu menimbulkan penerimaan dari orang
asing.
Transaksi modal dapat dibagi dua, yaitu:
a. Transaksi modal jangka pendek, meliputi:
- Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit) atau kredit
perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debet).
- Deposito bank di luar negeri (transaksi debet) atau deposito bank didalam negeri
milik penduduk negara lain (transaksi kredit).
- Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (transaksi debet) atau
penjualan surat berharga dalam negeri jangka pendek kepada penduduk negara
lain (transaksi kredit).
b. Transaksi modal jangka panjang, meliputi:
- Investasi langsung di luar negeri (transaksi debet) atau investasi asing di dalam
negeri (transaksi kredit).
- Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk negara lain
(transaksi debet) atau pembelian surat-surat berharga jangka panjang dalam
negeri oleh penduduk asing (transaksi kredit).
- Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada penduduk negara lain
(transaksi debet) atau pinjaman jangka panjang yang diterima dari penduduk
negara lain (transaksi kredit).
Jadi setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan maupun penurunan
kekayaan suatu negara di luar negeri merupakan aliran modal keluar (masuk) atau
merupakan transaksi debet (kredit). Demikian juga setiap transaksi modal yang
menyebabkan kenaikan (penurunan) kekayaan asing di dalam negeri merupakan
aliran modal masuk (keluar) atau merupakan transaksi debet (kredit).
10.3.4. Cadangan Devisa
Cadangan devisa adalah sejumlah valuta asing yang dicadangkan dan dikuasai oleh bank
sentral. Bank Sentral di Indonesia sampai saat ini diberi nama Bank Indonesia. Dana

Business Economics – R1
cadangan devisa ini digunakan untuk membiayai impor dan kewajiban lain kepada pihak asing,
seperti pembayaran pinjaman luar negeri. Besar kecilnya cadangan devisa tergantung pada
neraca pembayaran. Cadangan devisa berasal dari dua sumber, yaitu pendapatan ekspor bersih
atau surplus neraca modal.
1. Devisa dan Valuta Asing
Devisa (foreign exchange) menurut pasal 1 UU No. 32/1964 adalah:
- Saldo bank resmi dari Bank Indonesia
- Valuta asing lainnya tidak termasuk uang logam, yang mempunyai catatan kurs resmi
dari BI
Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian devisa mencakup baik valuta
asing dalam bentuk simpanan dibank maupun valuta asing dalam bentuk uang tunai tidak
termasuk uang logam), yang kedua-duanya mempunyai catatan kurs resmi di Bank
Indonesia.
Menurut UU No. 32/1964 dibedakan tiga jenis devisa :
a. Devisa Ready, yaitu devisa yang belum dikreditkan ke dalam rekening bank dan masih
dalam proses penagihannya atau masih menunggu jatuh tempo untuk dapat
dipergunakan.
b. Devisa tunai, yaitu devisa yang berupa uang kertas asing atau bank note yang
mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Indonesia.
c. Valuta Asing (foreign currency) atau valas tidak lain adalah jenis devisa tunai seperti
dimaksud di atas.
2. Konsep Cadangan Devisa
Sesuai kesepakatan dengan IMF, konsep pencatatan cadangan devisa oleh Bank
Indonesia perlu disesuaikan dengan metode yang dipakai secara internasional, yaitu balance
of payment manual IMF dan program Special Data dissemination Standard (SDDS) IMF.
Maksudnya agar angka cadangan devisa Indonesia mudah dimengerti oleh semua pelaku
pasar internasional dan dapat diperbandingkan dengan data negara-negara lain sehinggga
dapat memberi gambaran yang lengkap kondisi ekonomi Indonesia.
Sejak Januari 1998 Bank Indonesia mengubah konsep cadangan devisa resmi menjadi
konsep aktiva luar negeri bruto (gross foreign assets = GFA). Di samping konsep GFA,

Business Economics – R1
Bank Indonesia juga mengumumkan posisi cadangan luar negeri bersih (net international
reserve = NR).
Pengertian NIR adalah GFA dikurangi kewajiban-kewajiban BI dalam valuta asing,
yaitu:
a. Utang dalam valuta asing dengan masa jatuh tempo sampai dengan 1 tahun (termasuk
penggunaan dana pinjaman IMF)
b. Kewajiban bersih valuta asing dalam rangka transaksi forward (net forward position)
c. Simpanan valuta asing bank-bank di BI dalam rangka pemenuhan ketentuan GWM
dalam valuta asing.

10.3.5. Selisih Perhitungan

Rekening ini merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit


tidak persis sama dengan nilai transaksi-transaksi debit. Dengan adanya rekening selisih
perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran
internasional akan selalu sama (balance).
Contoh dari Balance of Payment di Indonesia adalah:

Tabel 10.2. Neraca Pembayaran Indonesia Ringkasan (Juta USD)

2017 2018 2019


ITEMS
Total Total Total**

I. Transaksi Berjalan -16,196 -30,633 -30,415


A. Barang 1) 18,814 -228 3,513
- Ekspor 168,883 180,725 168,460
- Impor -150,069 -180,953 -164,947
1. Barang Dagangan Umum 17,915 -219 1,651
- Ekspor, fob. 167,002 178,703 164,916
- Impor, fob. -149,087 -178,922 -163,264
a. Nonmigas 25,264 11,186 11,966
- Ekspor, fob 151,429 161,089 152,930
- Impor, fob -126,164 -149,903 -140,964
b. Migas -7,349 -11,405 -10,314
- Ekspor, fob 15,573 17,614 11,986
- Impor, fob -22,922 -29,019 -22,300
2. Barang Lainnya 899 -9 1,861
- Ekspor, fob. 1,881 2,022 3,544
- Impor, fob. -982 -2,032 -1,683

Business Economics – R1
B. Jasa - jasa -7,379 -6,485 -7,784
- Ekspor 25,328 31,207 31,603
- Impor -32,707 -37,692 -39,387
C. Pendapatan Primer -32,131 -30,815 -33,773
- Penerimaan 5,575 9,302 7,372
- Pembayaran -37,706 -40,117 -41,145
D. Pendapatan Sekunder 4,500 6,895 7,629
- Penerimaan 9,967 12,220 12,677
- Pembayaran -5,467 -5,325 -5,048
II. Transaksi Modal 46 97 32
- Penerimaan 46 97 32
- Pembayaran 0 0 0
III. Transaksi Finansial 2) 28,686 25,122 36,339
- Aset -18,410 -19,186 -14,469
- Kewajiban 47,096 44,308 50,808
1. Investasi Langsung 18,502 12,511 20,049
a. Aset -2,008 -6,399 -4,392
b. Kewajiban 20,510 18,910 24,440
2. Investasi Portofolio 21,059 9,312 21,550
a. Aset -3,356 -5,171 441
b. Kewajiban 24,415 14,483 21,108
- Sektor publik 21,877 9,504 14,850
- Sektor swasta 2,537 4,980 6,258
3. Derivatif Finansial -128 34 179
4. Investasi Lainnya -10,747 3,266 -5,438
a. Aset -13,487 -8,233 -11,531
b. Kewajiban 2,740 11,499 6,092
- Sektor publik -1,353 -983 -2,560
- Sektor swasta 4,093 12,482 8,653
IV. Total (I + II + III) 12,536 -5,414 5,956
V. Selisih Perhitungan Bersih -950 -1,717 -1,280
VI. Neraca Keseluruhan (IV + V) 11,586 -7,131 4,676
VII. Cadangan Devisa dan yang terkait 3) -11,586 7,131 -4,676
A. Transaksi Cadangan Devisa -11,586 7,131 -4,676
B. Kredit dan Pinjaman IMF 0 0 0
C. Exceptional Financing 0 0 0

Memorandum:
- Posisi Cadangan Devisa 130,196 120,654 129,183
Dalam Bulan Impor dan Pembayaran Utang
Luar Negeri Pemerintah 8.3 6.4 7.3
- Transaksi Berjalan (% PDB) -1.60 -2.94 -2.72

Business Economics – R1
Catatan:
1)
Dalam free on board (fob).
2)
Tidak termasuk cadangan devisa dan yang terkait.
3)
Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit.
*
Angka - angka sementara
**
Angka - angka sangat sementara

10.3.5. Nilai tukar (Kurs)


Pengertian kurs secara sederhana adalah harga atau nilai satu mata uang dalam mata uang
lain. Kurs biasanya ditetapkan oleh bank sentral suatu negara. Kurs disebut sebagai
perbandingan nilai. Artinya ketika kita menukarkan mata uang satu dengan mata uang lainnya.
Maka akan menghasilkan perbandingan nilai atau harga dari kedua mata uang tersebut.
Nilai tukar satu mata uang mempengaruhi perekonomian apabila nilai tukar mata uang
tersebut terapresiasi atau terdepresiasi. Bila nilai tukar mata uang rupiah terapresiasi, barang
atau jasa luar negeri menjadi relatif lebih murah dibandingkan dengan barang atau jasa
domestik, sebaliknya bila nilai tukar mata uang rupiah terdepresiasi maka barang atau jasa luar
negeri relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang atau jasa domestik. Bila suatu mata
uang nilai tukarnya naik (terapresiasi), dan sebaliknya bila suatu mata uang nilai tukarnya turun
(terdepreasiasi) dapat diketahui dengan menggunakan rumus :

Apresiasi (+), Depresiasi (−)= Et +1− Et


Et
Sedangkan penilaian nilai tukar mata uang luar (USD) adalah :

Apresiasi (+), Depresiasi (−)= 1/ Et +1−1/ Et


1/ Et
Dalam kenyataannya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu valuta asing.
Perbedaan ini timbul karena beberapa hal antara lain perbedaan antara kurs beli dan jual oleh
pedagang valas, perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu
pembayarannya, perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran.
Kurs beli adalah harga beli mata uang yang dipakai oleh bank dalam penukaran uang
asing (money changer), dan para pedagang valuta asing untuk membeli valuta asing. Sebagai
contoh, jika Anda menukarkan uang dolar yang Anda punya dengan rupiah, maka Anda
menggunakan kurs beli. Sedangkan Kurs jual adalah harga jual mata uang yang dipakai oleh

Business Economics – R1
bank yang digunakan dalam penukaran mata uang asing dan yang digunakan oleh para
pedagang valuta asing untuk menjual valuta asing. Contohnya ketika Anda menukarkan rupiah
dengan dolar amerika, maka kurs yang kita gunakan adalah kurs jual.
10.3.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Kurs
1. Tingkat inflasi
Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa
menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam
negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang
mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Contoh: jika Amerika sebagai mitra dagang
Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga
menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap produk relatif mengalami
penurunan.
2. Aktifitas neraca pembayaran
Neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai tukar. Dengan demikian, neraca
pembayaran aktif meningkatkan mata uang nasional dengan meningkatnya permintaan
dari debitur asing. Saldo pembayaran yang pasif menyebabkan kecenderungan penurunan
nilai tukar mata uang nasional sebagai seorang debitur dalam negeri mencoba untuk
menjual semuanya menggunakan mata uang asing untuk membayar kembali kewajiban
eksternal mereka. Ukuran dampak neraca pembayaran pada nilai tukar ditentukan oleh
tingkat keterbukaan ekonomi. Contoh, efek dari perubahan tarif, pembatasan impor, kuota
perdagangan, subsidi ekspor berdampak pada neraca perdagangan.
3. Perbedaan suku bunga di berbagai Negara
Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika melakukan
transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar modal nasional
dan global dengan pandangan yang berasal dari laba. Mereka lebih memilih untuk
mendapatkan pinjaman lebih murah di pasar uang asing, dimana tingkat lebih rendah, dan
tempat mata uang asing di pasar kredit domestik, jika tingkat bunga yang lebih tinggi. Di
sisi lain, kenaikan nominal suku bunga di suatu negara menurunkan permintaan untuk
mata uang domestik sebagai tanda terima kredit yang mahal untuk bisnis. Dalam hal
mengambil pinjaman, pengusaha meningkatkan biaya produk mereka yang, pada
gilirannya, menyebabkan tingginya harga barang dalam negeri. Hal ini relatif mengurangi
nilai mata uang nasional terhadap satu Negara.

Business Economics – R1
4. Tingkat pendapatan relatif
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing
adalah laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan
pendapatan dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan
pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif
dibandingkan dengan supply yang tersedia.
5. Kontrol pemerintah
Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal
termasuk:
a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
b. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.
c. Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang.
Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah :
a. Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang bersangkutan.
b. Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan.
c. Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.
d. Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan tingkat
pendapatan
6. Ekspektasi
Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita
yang memiliki dampak ke depan. Sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya
inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena
memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan
nilai tukar Dollar dalam pasar.

10.4. Equilibrium in an Open Economy (Keseimbangan dalam Perekonomian Terbuka)

Di pasar dana pinjaman, pasokannya berasal dari tabungan dalam negeri dan
permintaannya berasal dari investasi dalam negeri dan aliran modal bersih ke luar negeri.
Di pasar valuta asing, penawaran berasal dari aliran modal neto ke luar negeri dan
permintaan berasal dari ekspor neto. Aliran modal merupakan variabel yang
menghubungkan kedua pasar ini. Agar perekonomian secara keseluruhan berada dalam
keseimbangan,:

Business Economics – R1
NCO(r)=NX(ϵ)

{\displaystyle NCO(r)=NX(\epsilon )}

Keseimbangan simultan di pasar dana pinjaman dan pasar valuta asing. Harga di pasar
pinjaman (r) dan pasar valuta asing (ε) menyesuaikan secara bersamaan untuk
menyeimbangkan permintaan dan penawaran di kedua pasar ini dan menentukan tabungan
nasional, penanaman modal dalam negeri, arus modal bersih dan ekspor bersih.

Gambar 10.3. Equilibrium in an open economy

(NCO) Arus keluar modal bersih merupakan fungsi penurunan tingkat bunga riil dan
ditambahkan pada keputusan investasi dalam negeri dalam menentukan permintaan dana
pinjaman. Ketika tingkat bunga dalam negeri tinggi, hanya proyek-proyek investasi
dengan keuntungan tinggi yang dibiayai (baik di dalam negeri atau di luar negeri) →
rendahnya permintaan dana; sebaliknya ketika biaya pinjaman rendah → permintaan dana
tinggi (juga untuk membiayai proyek investasi di luar negeri). Pada saat yang sama, ketika
tingkat bunga dalam negeri tinggi (rendah), banyak (sedikit) investor asing yang ingin
mengakuisisi sekuritas dalam negeri → modal masuk ↑ (↓).

Ekspor neto suatu negara bergantung pada nilai tukar riil: depresiasi membuat barang-
barang domestik negara tersebut lebih murah dan akibatnya ekspor neto meningkat.
Keseimbangan makroekonomi dalam perekonomian terbuka dicapai dengan nilai tukar riil
sedemikian rupa sehingga pasokan mata uang domestik yang dapat ditukar dengan mata
uang asing untuk investasi di luar negeri sama dengan permintaan bersih mata uang

Business Economics – R1
domestik dari pihak asing yang ingin membeli barang dan jasa dari dalam negeri. (NCO =
NX).

Di pasar dana pinjaman, tingkat bunga riil disesuaikan untuk menyamakan pasokan dana
dari tabungan dengan permintaan dari investasi dalam negeri dan aliran modal bersih ke
luar negeri (S = I+NCO). Kebijakan apa pun yang mengurangi tabungan dalam negeri akan
mengurangi pasokan dana pinjaman, menaikkan tingkat suku bunga, mengurangi modal
bersih yang keluar, mengapresiasi mata uang nasional, dan menurunkan ekspor bersih.
Pembatasan perdagangan bebas meningkatkan ekspor neto, meningkatkan permintaan
mata uang nasional, mengapresiasi mata uang dan mengembalikan neraca perdagangan ke
tingkat semula. Situasi ketidakstabilan politik dapat menyebabkan arus keluar modal
dalam jumlah besar sehingga menyebabkan peningkatan tingkat bunga riil dan penurunan
nilai tukar.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Secara sederhana, perdagangan internasional adalah kegiatan perdagangan yang terjadi


antara dua belah pihak yang berasal dari negara yang berbeda. Perdagangan ini tidak hanya
terbatas pada tingkat antarnegara, tetapi juga melibatkan individu atau perusahaan yang terlibat
dalam transaksi dengan pihak dari negara lain. Biasanya, pembeli dan penjual perlu melakukan
diskusi terkait transaksi ini dengan mempertimbangkan perbedaan negara yang terlibat.
Globalisasi perekonomian dapat terjadi pada sektor swasta dan publik, dalam pasar output
maupun pasar input, dan dalam perusahaan bisnis dan rumah tangga.
Setiap negara pasti memiliki sumber daya yang berbeda-beda yang menjadi kekayaan dari
negaranya. Kemudian sumber daya–sumber daya tersebut menjadi keunggulan dari negaranya
yang membedakannya dari negara–negara yang lain. Teori perdagangan internasional dapat
terlaksana dan saling menguntungkan melalui teori-teori keunggulan absolut dan keunggulan
komparatif. Ketika Negara-negara berspekulasi dalam memproduksi barang yang memiliki
keunggulan komparatif, mereka memaksimalkan kombinasi output mereka dan
mengalokasikan sumber daya mereka dengan lebih efisien.
Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah
dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Neraca pembayaran mencakup
neraca transaksi berjalan (yang terdiri dari neraca perdagangan, neraca jasa dan transfer
payment) dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item-item finansial.
Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam transaksi, yaitu
transaksi debit dan transaksi kredit.
Perbedaan utama antara transaksi international dan transaksi domestik terkait dengan
adanya pertukaran mata uang. Pada saat orang-orang di negara berbeda melakukan jula beli
produk, maka pertukaran uang juga akan terjadi.
Kurs adalah harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Valuta asing
adalah semua mata uang selain mata uang dalam negeri suatu negara. Kurs valuta asing akan
berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan
valuta asing diperlukan guna melakukan pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari
transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional.

Business Economics – R1
Neraca perdagangan, yang juga dikenal sebagai ekspor bersih, harus sejajar dengan
investasi asing bersih. Sebaliknya, hal ini setara dengan perbedaan antara tabungan dan
investasi. Tingkat tabungan dipengaruhi oleh fungsi konsumsi dan kebijakan fiskal, sementara
tingkat investasi dipengaruhi oleh fungsi investasi dan tingkat bunga global. Angka yang
tercatat dalam neraca pembayaran akan mengindikasikan apakah suatu negara sedang
mengalami defisit atau surplus.
Di pasar dana pinjaman, pasokannya berasal dari tabungan dalam negeri dan
permintaannya berasal dari investasi dalam negeri dan aliran modal bersih ke luar negeri. Di
pasar valuta asing, penawaran berasal dari aliran modal neto ke luar negeri dan permintaan
berasal dari ekspor neto. Aliran modal merupakan variabel yang menghubungkan kedua pasar
ini. Agar perekonomian secara keseluruhan berada dalam keseimbanga

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning:


United Kingdom. ISBN: 9789814915342.

2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-292-44020-0.

Business Economics – R1

Anda mungkin juga menyukai