Catatan 1 Kurikulum
Catatan 1 Kurikulum
Kurikulum sebagai
Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial merupakan kurikulum
yang dibuat dengan menyesuaikan permasalahan
yang ada dimasyarakat. Dimana kurikulum ini
menitik beratkan pembelajaran pada model
interaksional yang menekankan pada interaksi antar
individu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa setiap manusia tidak
dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain.
Oleh karena itu sangat penting bagi para penyusun
kurikulum untuk mempertimbangkan salah satu bentuk
kurikulum yang dapat meningkatkan interaksi sosial antar
individu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
atau modal sosial individu yang mengikuti proses
pendidikan melalui kurikulum rekonstruksi sosial.
(petrusistampubolon, 2015)
Kurikulum ini merupakan proses pendidikan yang diselenggarakan agar
peserta didik mampu menghayati pentingnya pengetahuan, moral, sikap,
dan nilai-nilai luhur yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Hal ini
karena kultur atau budaya mengandung cara berpikir, tata laku atau
sikap, dan nilai-nilai luhur masyarakat yang mencakup pengetahuan serta
kebiasaan kelompok masyarakat yang menjadikan satu-kesatuan sosial.
Salah satu elemen penting dalam budaya atau kultur adalah
keterampilan hidup (survival skills) untuk diajarkan kepada generasi
penerus sebagai bekal di masa depan. Selain mempelajari muatan
budaya tersebut, generasi penerus diharapkan dapat pula memelihara,
meneruskan, mengembangkan nilai-nilai kebudayaan luhur yang
diwariskan oleh para pendahulu. (Eprints UNY)
Hal ini sebagaimana definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem PendidikanNasional Pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: "kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikanatertentu. (Fauzan & Arifin, 2022:55)
Dualistic model
Pada model ini kurikulum dan pengajaran terpisah. Keduanya tidak bertemu.
Kurikulum yang seharusnya menjadi imput dalam menata sistem pengajaran
tidak tampak. Demikian juga pengajaran yang semestinya memberikan
balikan dalam proses penyempurnaan kurikulum tidak terjadi, karena
kurikulum dan pengajaran berjalan sendiri.
Interlocking model
Concentric model
Ciclical model
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi aksara, 2006), cet. VII, ed II, hal. 7.
Fauzan & Fatkhul Arifin, Desain Kurikulum dan Pembelajaran Abad 21, 2022, hal. 55
http://durrohiem.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/1973/2015/09/RESUME-
DASAR-KURIKULUM.pdf