Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM KESELAMATAN PASIEN MELALUI PENERAPAN

MANAJEMEN RISIKO DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT

1)
Arif Rahmat 2) Felicia Hardinata 3) Grace krisdayanti Sinaga, 4) I putu Arya Winata
5)
Muhammad Arief Kusuma 6) Muhammad Randi Muslimin 7) Venda Happy Pinesa
Program Studi Magister Manajemen Konsentrasi Manajemen Rumah
Sakit; Universitas Adhirajasa Reswana Bandung

Abstrak: Keselamatan pasien Rumah Sakit (KPRS) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman dalam upaya mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan
Keselamatan Pasien melalui sistem pembentukan sistem pelayanan yang menerapkan standar
Keselamatan Pasien, sasaran Keselamatan Pasien, dan tujuh langkah menuju Keselamatan
Pasien. (Kemenkes RI, 2017). Metode yang digunakan ialah metode deskriptif yaitu
menjelaskan, menggambarkan, dan menganalisis program keselamatan pasien di poliklinik
rawat jalan Rumah Sakit melalui penerapan manajemen risiko dengan menggunakan sumber
referensi dari buku teks, jurnal, e-book yang diterbitkan 10 tahun terakhir. Pengaturan
Keselamatan Pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit melalui
penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh Rumah
Sakit. Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan pasien dan
keselamatan kerja di rumah sakit dan berdampak kepada pencapaian mutu rumah sakit.

Kata Kunci: keselamatan pasien, manajemen resiko rumah sakit, kejadian tidak
diharapkan
PATIENT SAFETY PROGRAM THROUGH IMPLEMENTATION RISK
MANAGEMENT IN HOSPITAL POLYCLINICS

Abstract: Patient Safety is a system by which hospitals make patient care safer in an effort to
prevent injuries caused by errors in performing an action or failing to perform an action that
should be performed. Every health facility must implement patient safety through a system of
establishing a service system that implements patient safety standards, patient safety goals,
and seven steps to patient safety (Indonesian Ministry of Health, 2017). The method used is a
descriptive method that explains, describes, and analyzes the patient safety program in the
hospital outpatient polyclinic through the implementation of risk management using reference
sources from textbooks, journals, and e-books published in the past 10 years. Patient safety
arrangements aim to improve the quality of hospital services through the application of risk
management in all aspects of services provided by the hospital. Risk management is closely
related to the implementation of patient safety and occupational safety in hospitals and has an
impact on the achievement of hospital quality.

Keywords: patient safety, risk management hospital, adverse event


PENDAHULUAN yang benar sebelum dilakukan tindakan
Penyelenggaraan Keselamatan Pasien pembedahan, pengurangan risiko infeksi, dan
dilakukan melalui pembentukan sistem pengurangan risiko pasien cedera akibat
pelayanan yang menerapkan standar jatuh (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Keselamatan Pasien, sasaran Keselamatan Insiden keselamatan pasien merupakan
Pasien, dan tujuh langkah menuju setiap kejadian yang tidak disengaja dan
Keselamatan Pasien. Keselamatan pasien kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
(patient safety) merupakan suatu sistem yang mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
membuat asuhan pasien menjadi lebih aman, pada pasien. Menurut Panesar & Salvilla
yang terdiri dari asesmen risiko, identifikasi (2017) dasar-dasar keselamatan pasien terdiri
dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan dari 5 aspek penting, yaitu :
analisis insiden, kemampuan belajar dari a. Cedera (Harm) Segala bentuk cedera
insiden dan tindak lanjutnya, serta atau gangguan fisik atau psikologis
implementasi solusi untuk meminimalkan terhadap kesehatan seorang yang bersifat
timbulnya risiko dan mencegah cedera yang sementara maupun permanen. Cedera
disebabkan oleh kesalahan akibat melakukan biasanya diklasifikasikan sebagai tidak
suatu tindakan atau tidak mengambil ada cedera, cedera ringan, cedera sedang,
tindakan yang seharusnya diambil. Standar cedera berat, atau kematian.
Keselamatan Pasien meliputi standar sebagai b. Kejadian Nyaris Cedera Segala bentuk
berikut: insiden keselamatan pasien yang
a. hak pasien; berpotensi menyebabkan cedera tetapi
b. pendidikan bagi pasien dan keluarga; berhasil dicegah sehingga menghasilkan
c. Keselamatan Pasien dalam kejadian ‘tanpa cedera’.
kesinambungan pelayanan; c. Kejadian Tidak Diharapkan Suatu
d. penggunaan metode peningkatan kinerja kejadian yang melibatkan cedera yang
untuk melakukan evaluasi dan tidak disengaja pada pasien yang
peningkatan Keselamatan Pasien; disebabkan oleh pelayanan medis. Secara
e. peran kepemimpinan dalam meningkatkan tradisional, istilah yang digunakan untuk
Keselamatan Pasien; suatu kejadian yang tidak diharapkan
f. pendidikan bagi staf tentang Keselamatan adalah ‘iatrogenesis’.
Pasien; dan d. Kejadian yang Tidak Diharapkan dapat
g. komunikasi merupakan kunci bagi staf Dicegah Suatu kejadian dimana pasien
untuk mencapai Keselamatan Pasien. mengalami cedera sebagai akibat dari
Dalam upaya meminimalisir tindakan yang salah atau tidak tepat
terjadinya insiden keselamatan pasien, maka (kesalahan pelaksanaan) atau kegagalan
disusunlah sasaran keselamatan pasien yang untuk melakukan hal yang tepat
bertujuan untuk mendorong perbaikan (kesalahan akibat kelalaian).
spesifik dalam keselamatan pasien (Najihah, e. Insiden Keselamatan Pasien Segala
2018). Sasaran keselamatan pasien memiliki bentuk insiden yang tidak disengaja atau
enam poin tindakan yang harus dilakukan tidak diduga yang bias saja mencederai
dengan baik dan benar,meliputi ketepatan
atau sudah mencederai pasien. Insiden
dalam mengidentifikasi pasien, komunikasi
ini meliputi ‘kejadian nyaris cedera’.
yang efektif, peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai, memastikan tepat Istilah ‘insiden keselamatan pasien’ lebih
lokasi, pasien, dan prosedur pada pasien dipilih dibandingkan ‘kesalahan (error)’,
karena istilah ‘kesalahan (error)’ risiko berupa risiko klinis dan non
memiliki konotasi yang lebih negatif. klinispasien.
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2017
insiden di fasilitas kesehatan meliputi: METODE
a. Kondisi Potensial Cedera (KPC) Metode yang digunakan ialah metode
merupakan kondisi yang sangat deskriptif, yaitu metode dengan cara
menjelaskan, menggambarkan, dan
berpotensi untuk menimbulkan cedera,
menganalisis program keselamatan pasien di
tetapi belum terjadi insiden. poliklinik rawat jalan Rumah Sakit melalui
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) penerapan manajemen resiko dengan
merupakan terjadinya insiden yang menggunakan sumber referensi dari buku
belum sampai terpapar ke pasien. teks, jurnal, e-book yang diterbitkan 10 tahun
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) terakhir.
merupakan insiden yang sudah terpapar
ke pasien namun tidak menimbulkan HASIL DAN PEMBAHASAN
cedera. Hasil
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Manajemen risiko adalah pendekatan
merupakan insiden yang mengakibatkan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
cedera pada pasien. menyusun prioritas risiko, dengan tujuan
Kejadian Sentinel merupakan suatu untuk menghilangkan atau meminimalkan
kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit
mengakibatkan kematian, cedera permanen, adalah kegiatan berupa identifikasi dan
atau cedera berat yang temporer dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan
membutuhkan intervensi untuk kerugian pada pasien, karyawan rumah
mepertahankan kehidupan, baik fisik sakit, pengunjung dan organisasinya
maupun psikis, yang tidak terkait dnegan sendiri (The Joint Commission on
perjalanan penyakit atau keadaan pasien
Accreditation of Healthcare
Tujuan utama pengembangan
Organizations/JCAHO (Nurzakiah, 2016).
program keselamatan pasien melalui
penerapan manajemen resiko di rumah sakit Risiko adalah “fungsi dari probabilitas
adalah terciptanya budaya keselamatan (chance, likelihood) dari suatu kejadian yang
pasien di rumah sakit, meningkatnya tidak diinginkan, dan tingkat keparahan atau
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan besarnya dampak dari kejadian tersebut.
masyarakat, menurunnya Kejadian Tidak Identifikasi risiko adalah usaha
Diharapkan (KTD) di rumah sakit, dan mengidentifikasi situasi yang dapat
terlaksananya program pencegahan sehingga menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian
tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak secara finansial. Identifikasi akan
Diharapkan. Manajemen resiko dapat
membantu langkah-langkah yang akan
digambarkan sebagai proses berkelanjutan
dari identifikasi risiko secara sistemik, diambil manajemen terhadap risiko tersebut.
evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan Risiko di Rumah Sakit terbagi menjadi risiko
tujuan mengurangi dampak buruk bagi klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis
organisasi maupun individu, dengan adalah semua isu yang dapat berdampak
penekanan pada perubahan budaya kerja dari terhadap pencapaian pelayanan pasien yang
yang reaksioner dan penanggulangan bermutu tinggi, aman dan efektif. Risiko non
menjadi pencegahan dan pengelolaan.Risiko klinis/corporate risk adalah semua issu yang
yang dicegah dalam pengelolaan manajemen dapat berdampak terhadap tercapainya tugas
pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian
sebagai korporasi. Kategori risiko di rumah dan tenaga kesehatan lainnya.
sakit meliputi: 2. Rumah sakit mengembangkan sistem
a) Patient care care-related risks informasi pencatatan dan pelaporan
b) Medical staff staff-related risks internal tentang insiden Rumah sakit
c) Employee Employee-related risks melakukan pelaporan insiden ke Komite
d) Property Property-related risks Keselamatan Pasien Rumah Sakit
e) Financial risks (KKPRS) secara rahasia.
Manfaat manajemen risiko terintegrasi 3. Rumah sakit memenuhi standar
untuk rumah sakit yaitu: keselamatan pasien rumah sakit dan
1. Informasi yang lebih baik sekitar risiko menerapkan tujuh langkah menuju
sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap keselamatan pasien rumah sakit.
pasien dapat dinilai dengan tepat. 4. Rumah sakit pendidikan
2. Pembelajaran dari area risiko yang satu, mengembangkan standar pelayanan
dapat disebarkan di area risiko yang lain. medis berdasarkan hasil dari analisis akar
3. Pendekatan yang konsisten untuk masalah dan sebagai tempat pelatihan
identifikasi, analisis dan investigasi standar-standar yang baru
untuk semua risiko, yaitu menggunakan dikembangkan.
RCA. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan
4. Membantu RS dalam memenuhi standar- Manajemen Risiko Di Rumah Sakit:
standar terkait, serta kebutuhan clinical A. Identifikasi Risiko
governance. Membantu perencanaan RS Dalam Pelayanan Rawat jalan di
menghadapi ketidakpastian, penanganan Poliklinik rumah sakit dilakukan
dampak dari kejadian yang tidak asesmen risiko, dengan hasil asesmen
diharapkan, dan meningkatkan keyakinan sebagai berikut:
pasien dan masyarakat. a. Area Asesmen berdasarkan tipe
Instrument yang dipakai dalam manajemen insiden
risiko rumah sakit antara lain sebagai berikut: b. Administrasi Klinik
a) Laporan Kejadian- Kejadian (KTD + c. Prosedur Klinik
KNC + Kejadian Sentinel + dan lain-lain) d. Dokumentasi
b) Review Rekam Medik (Penyaringan e. Pencegahan dan control infeksi,
Kejadian untuk memeriksa dan mencari surveilans dan pelaporan
penyimpangan-penyimpangan pada f. Kesalahan Medis dan kejadian
praktik dan prosedur). nyaris cidera
c) Pengaduan (Complaint) pelanggan g. Ketersediaan, isi dan penggunaan
d) Survey/Self Assesment catatan medic
Dalam upaya mewujudkan keselamatan k. Sasaran Keselamatan Pasien
pasien di Rumah sakit maka RS melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Rumah sakit membentuk Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
dengan susunan organisasi sebagai
berikut : Ketua : dokter, Anggota : dokter,
Tabel.1 Identifikasi Risiko Administrasi Klinik Tabel.4 Identifikasi Risiko Infeksi Nosokomial
Identifikasi Risiko Identifikasi Risiko
Proses A. Serah terima Tipe 1. Bakteri
B. Perjanjian Mikoorganisme 2. Virus
C. Daftar tunggu 3. Jamur
D. Rujukan/ konsultasi 4. Parasit
E. Penerimaan pasien rawat 5. Protozoa
inap
Tipe/ bagian 1. Bagian yang dioperasi
F. Keluar/ pulang dari Rawat
infeksi 2. Abses
inap RS
G. Pindah perawatan 3. Kanul iv
4. Drain/ tube urine
H. Identifikasi pasien
5. Jaringan lunak
I. Informed Consent
J. Pembagian tugas Masalah Infeksi
K. Respon terhadap kegawat
daruratan Tabel.5 Identifikasi Risiko : Sasaran
Masalah Data tidak lengkap/ inadekuat Keselamatan Pasien
Salah pasien Identifikasi Risiko
Salah proses/ pelayanan • Ketepatan Tersandung, slip,
identifikasi hilang
pasien keseimbangan
Tabel.2 Identifikasi Risiko Prosedur Klinis
• Komunikasi
Identifikasi Risiko
efektif
Proses 1. Pengkajian
• Keamanan obat
2. Diagnosa
yang perlu
3.Prosedur/pengobatan/intervensi
diwaspadai
4. Pemeriksaan penunjang
• Tepat lokasi,
Masalah Data tidak lengkap/ inadekuat tepat prosedur,
Salah pasien tepat pasien
Salah proses/ pelayanan operasi.
Salah bagian tubuh/ sisi • Pengurangan
risiko operasi
Tabel.3 Identifikasi Risiko Dokumentasi • Risiko jatuh
Identifikasi Risiko Peralatan yang Tempat tidur, kursi,
Proses 1. Order/ permintaan berhubungan dengan stretcher, toilet,
2. Chart / Rekam medik / risiko jatuh peralatan terapi,
assessment / konsultasi tangga,
3. Check list dibawa/dibantu
4. Intruksi / informasi / kebijakan orang lain
/ sop / guideline
Masalah 1. Dokumen hilang/ tidak Tabel.6 Identifikasi Risiko Kecelakaan
tersedia Identifikasi Risiko
2. Salah dokumen/ salah orang Benturan tumpul Kontak dengan
3. Tidak jelas/ benda/binatang
membingungkan/informasi Kontak dengan orang
dalam dokumen tidak lengkap Hancur
Kejadian mekanik 1. Benturan akibat Tabel.9 Skor Dampak
lain ledakan
2. Kontak dengan mesin
Mekanisme panas Panas yang berlebihan
Dingin yang berlebihan
Ancaman pada Ancaman mekanik
pernafasan pernafasan
Pembatasan oksigen
Paparan bahan Keracunan bahan kimia
kimia atau substansi lain
Bahan kimia korosif
Lain lain Paparan listrik/ radiasi
Paparan suara/getaran
Paparan tekanan udara
Paparan karena gravita
rendah

Tabel.7 Identifikasi Risiko : Ketersediaan, Isi


Dan Penggunaan Catatan Medis
Identifikasi Risiko
Catatan Ketersediaan
Medis Kelengkapan
Kecepatan penyediaan catatan
medis
B. Penetapan Prioritas Risiko
Analisis risiko dinilai seberapa sering insiden
kemungkinan terjadi menggunakan
Probability / Likehood seperti yang
Tabel.10 Tabel Matrix Assesment
tergambar dalam tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8 Tabel Probabilitas/Likehood


Level Deskripsi
1 0-5%
Sangat Rendah Hampir tidak mungkin
terjadi
2 6-20%
rendah Jarang tapi bukan tidak
mungkin terjadi
3 21-50%
Medium Mungkin terjadi/ biasa
terjadi
4 51-80%
Tinggi Sangat mungkin
5 81-100%
Sangat Tinggi Hampir pasti akan terjadi
Bentuk kegiatan proses manajemen risiko - Periksa kembali nama pasien,
sebagai berikut: nomor registrasi, jenis
1. Pelatihan internal dan eksternal kelamin, dan tanggal lahir
mengenai keselamatan pasien secara - Jalankan prosedur periksa
berkala ulang (double checking)
2. Sosialisasi SPO yang berkaitan - Pastikan bahwa obat yang
dengan keselamatan pasien. akan didistribusikan adalah
3. Pengawasan terhadap pelaksanaan obat yang sesuai dengan
SPO yang berhubungan dengan instruksi dokter.
Sasaran Keselamatan Pasien - Setiap medication error dan
4. Kebijakan identifikasi pasien near miss didokumentasikan,
menggunakan 3 (tiga) identitas antara disharingkan dan dibuat
lain : rekomendasinya.
nama/ tanggal lahir-umur/nomor MR. 3. Medication error pada tahap
5. Penggunaan gelang identitas pemberian obat:
6. Metode komunikasi SBAR - Saat pasien datang segera
7. Upaya pencegahan pada medication: periksa atau tanyakan apakah
- Kesalahan pada proses pasien alergi terhadap suatu
penulisan obat, kemudian segera
- Menulis resep dengan huruf didokumentasikan.
yang jelas - Pastikan bahwa perawat
- Informasi yang penting memahami secara jelas obat-
dicantumkan dengan jelas obat apa saja (termasuk dosis,
(nama obat, dosis/ukuran rute,jumlah, aturan pakai)
bentuk sediaan, jumlah aturan yang diinstruksikan dokter.
pakai ) - Perawat yang menulis di
- Jumlah obat disesuaikan lembaran jadwal obat adalah
dengan rencana pengobatan perawat yang ikut visit dokter
Upaya pencegahan medication error - Bila ada obat yang digunakan
pada tahap distribusi obat dalam jangka waktu yang
- Pada saat penbacaan resep, panjang, lihat instruksi obat
setiap keraguan-raguan segera dari dokter pada lembar
konfirmasikan dengan dokter kunjungan atau instruksi yang
penulis resep. Jangan terakhir untuk mengetahui bila
mendistribusikan obat yang ada perubahan instruksi.
masih meragukan - Patuhilah prosedur 8 benar
- Bila obat tidak ada dalam - Sebelum menyiapkan obat,
persiapan, segera upayakan pahami dulu prosedur
penyelesaian masalah untuk penyiapannya yang benar
menghindari omission error - Sebelum memberikan obat,
- Simpan obat dalam kondisi pahami dulu waktu kondisi
yang tepat dan diperiksa secara dan teknik yang tepat untuk
berkala memberikan obat.
- Segera laporkan ke dokter bila
obat hampir habis untuk
menghindari omission error
- Segera informasikan ke
instalasi farmasi bila ada obat
yang salah/ tidak sesuai
- Motivasi semangat pasien
untuk menggunakan obat
- Monitor reaksi efek samping
obat

Gambar.1 Formulir Laporan


Insiden ke Tim Keselamatan Pasien
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tata Cara Pelaporan Dan Pembahasaninsiden akar masalah Root Cause Analysis
Keselamatan Pasien (IKP): (RCA)
1. Apabila terjadi suatu insideen baik KTD 10. Setelah melakukan RCA, KKPRS akan
(Kejadian Tidak Diharapkan), KNC membuat laporan dan membuat
(Kejadian Nyaris Cidera), KTC rekomendasi untuk perbaikan dan
(Kejadian Tidak Cidera), maupun KPC pembelajaran (bila perlu membuat buku
(Kejadian Potensial Cidera) dirumah petunjuk) untuk mencegah kejadian yang
sakit, wajib segera di tindak lanjuti untuk sama terulang kembali
mengurangi atau mencegah dampak/ 11. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana
akibat yang tidak diharapkan. kerja dilaporkan kepaa Direksi .
2. Kejadian tersebut wajib segera 12. Rekomendasi untuk perbaikan dan
dilaporkan dengan cara segera membuat pembelajaran diberikan umpan balik
laporan insiden dengan mengisi Formulir kepada unik kerja terkait.
Laporan tersebut dengan ketentuan 13. Unit kerja membuat analisa dan trend
paling lambat 2 X 24 Jam dan jangan kejadian disatuan kerjanya masing-
menunda laporan. masing
3. Laporan yang telah selesai dibuat, di 14. KKPRS melakukan monitoring dan
serahkan pada atasan langsung untuk di evaluasi perbaikan.
sepakati.
4. Atasan langsung akan memeriksa Gambar.2 Alur Pelaporan Insiden
laporan dan melakukan grading resiko Keselamatan Pasien
terhadap insiden yang di laporkan.
5. Hasil grading kan menentukan bentuk
investigasi dan analisa yang akan
dilakukan sebagai berikut :
6. Grade Biru : Investigasi sederhana
oleh atasan langsung, waktu maksimal 1
minggu.
Grade Hijau : Investigasi sederhana
oleh atasan langsung, waktu maksimal 2
minggu.
Grade Kuning : Investigasi
Komprehensif / Analisis akar masalah /
RCA oleh Tim ad hoc KKPRS, waktu
maksimal 45 hari.
Grade Merah : Investigasi Komprehensif
/ Analisis akar masalah / RCA oleh Tim
ad hoc KKPRS, waktu maksimal 45 hari.
7. Setelah selesai melakukan investigasi
sederhana, laporan hasil investigasi dan
laporan insiden dilaporkan ke KKPRS. Pembahasan
8. Komite Keselamatan Pasien Rumah Tujuan utama rumah sakit adalah merawat
Sakit akan menganalisa kembali hasil pasien yang sakit dengan tujuan agar pasien
investigasi dan laporan insiden untuk segera sembuh dari sakitnya dan sehat
menentukan apakah perlu di lakukan kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila
investigasi lanjutan (RCA) dengan dalam perawatan di rumah sakit pasien
melakukan regrading.
menjadi lebih menderita akibat dari
9. Bila dari hasil investigasi ternyata
grading matriks nya kuning atau merah, terjadinya risiko yang sebenarnya dapat
maka KKPRS akan melakukan analisis dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga
keselamatannya dari akibat yang timbul
karena error. Bila program keselamatan (3) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam
pasien tidak dilakukan akan berdampak pada agenda rapat Direksi/Pimpinan maupun
terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan rapat-rapat manajemen rumah sakit.
(4) Masukkan Keselamatan Pasien dalam
biaya urusan hukum, menurunkan efisiensi
semua program latihan staf rumah sakit
dan menurunkan mutu pelayanan rumah anda dan pastikan pelatihan ini diikuti
sakit. dan diukur efektivitasnya.
Rumah sakit merancang proses baru atau c. mengintegrasikan aktivitas pengelolaan
memperbaiki proses yang ada, memonitor risiko dengan langkah-langkah sebagai
dan mengevaluasi kinerja melalui berikut:
pengumpulan data, menganalisis secara (1) Telaah kembali struktur dan proses
yang ada dalam manajemen risiko
intensif insiden, dan melakukan perubahan
klinis dan nonklinis, serta pastikan
untuk meningkatkan kinerja serta hal tersebut mencakup dan
keselamatan pasien. Proses perancangan terintegrasi dengan Keselamatan
tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan Pasien dan staf
tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, (2) Kembangkan indikator-indikator
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis kinerja bagi sistem pengelolaan
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor- risiko yang dapat dimonitor oleh
direksi/pimpinan rumahsakit
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien (3) Gunakan informasi yang benar dan
sesuai dengan “Tujuh Langkah Keselamatan jelas yang diperoleh dari sistem
Pasien Rumah Sakit”. Uraian Tujuh Langkah pelaporan insiden dan asesmen risiko
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit untuk dapat secara proaktif
adalah sebagai berikut Adventus dkk., 2019). meningkatkan kepedulian terhadap
a. membangun kesadaran akan nilai pasien.
Keselamatan Pasien melalui langkah- d. mengembangkan sistem pelaporan
langkah sebagai berikut: dengan cara melengkapi rencana
(1) Pastikan rumah sakit memiliki implementasi sistem pelaporan insiden ke
kebijakan yang menjabarkan peran dalam maupun ke luar, yang harus
dan akuntabilitas individual dilaporkan ke Komite Nasional
bilamana ada insiden. Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
(2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan e. melibatkan dan berkomunikasi dengan
belajar dari insiden yang terjadi di pasien melalui upaya:
rumah sakit. (1) Pastikan rumah sakit memiliki
(3) Lakukan asesmen dengan kebijakan yang secara jelas
menggunakan survei penilaian menjabarkan cara-cara komunikasi
keselamatan pasien. terbuka selama proses asuhan
b. memimpin dan mendukung staf dengan tentang insiden dengan para pasien
melakukan upaya: dan keluarganya.
(1) Pastikan ada anggota Direksi atau (2) Pastikan pasien dan keluarga mereka
Pimpinan yang bertanggung jawab mendapat informasi yang benar dan
atas Keselamatan Pasien jelas bilamana terjadi insiden.
(2) Identifikasi di tiap bagian rumah (3) Berikan dukungan, pelatihan dan
sakit, orang-orang yang dapat dorongan semangat kepada staf agar
diandalkan untuk menjadi selalu terbuka kepada pasien dan
“penggerak” dalam gerakan keluarganya
Keselamatan Pasien f. belajar dan berbagi pengalaman tentang
Keselamatan Pasien dengan upaya-
upaya sebagai berikut:
(1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih dampak, peristiwa (termasuk perubahan
untuk melakukan kajian insiden secara keadaan), penyebabnya dan konsekuensi
tepat, yang dapat digunakan untuk potensi risiko. Tujuan dari langkah ini adalah
mengidentifikasipenyebab.
untuk menghasilkan daftar risiko yang
(2) Kembangkan kebijakan yang
menjabarkan dengan jelas criteria komprehensif berdasarkan peristiwa yang
pelaksanaan Analisis Akar Masalah dapat mendukung, meningkatkan, mencegah,
(root cause analysis/RCA) yang mengurangi, mempercepat atau menunda
mencakup insiden yang terjadi dan pencapaian tujuan. Identifikasi risiko dapat
minimum satu kali per tahun dilakukan dengan metode Failure Mode and
melakukan Failure Modes and Effects Effect Analysis (FMEA). Untuk
Analysis (FMEA) untuk proses risiko
melaksanakan identifikasi risiko dilakukan
tinggi.
g. mencegah cedera melalui implementasi dengan langkah sebagai berikut:
sistem Keselamatan Pasien dengan 1) memahami dan mengidentifikasi
melakukan: kegiatan utama unit kerja.
(1) Gunakan informasi yang benar dan 2) mengidentifikasi tujuan dari masing-
jelas yang diperoleh dari sistem masing kegiatan tersebut.
pelaporan, asesmen risiko, kajian 3) mengumpulkan data dan informasi
insiden, dan audit serta analisis,
untuk menentukan solusi setempat. tentang risiko yang mungkin terjadi
(2) Solusi tersebut dapat mencakup atas kegiatan tersebut.
penjabaran ulang sistem (struktur 4) Mencari penyebab risiko yang telah
dan proses), penyesuaian pelatihan diidentifikasi untuk mendapatkan
staf dan/atau kegiatan klinis, alasan utama.
termasuk penggunaan instrumen 5) Identifikasi apakah penyebabnya
yang menjamin keselamatanpasien.
terkendali atau tidak terkendali untuk
(3) Lakukan asesmen risiko untuk setiap
perubahan yangdirencanakan. unit kerja.
(4) Sosialisasikan solusi yang 6) Mengidentifikasi dampak jika risiko
dikembangkan oleh Komite tersebut terjadi.
Nasional Keselamatan Pasien 7) Dalam formulir identifikasi risiko dan
RumahSakit. memperbaharui setiap saat terjadi
(5) Beri umpan balik kepada staf tentang pernyataan risiko. Identifikasi
setiap tindakan yang diambil atas
pernyataan risiko dapat dilakukan
insiden yangdilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien dengan mendasarkan pada hasil
rumah sakit merupakan panduan yang penilaian risiko sebelumnya dengan
komprehensif untuk menuju keselamatan penyelarasan terhadap perkembangan
pasien, sehingga tujuh langkah tersebut situasi lingkungan internal dan
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh eksternal yang terjadi.
setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaannya, Salah satu strategi dalam merancang
tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan sistem keselamatan pasien adalah bagaimana
dan tidak harus serentak. dalam salah satu mengenali kesalahan sehingga dapat dilihat
poin dari 7 langkah menuju keselamatan dan segera diambil tindakan guna
pasien digariskan bahwa mengintegrasikan memperaiki efek yang terjadi. Upaya untuk
aktivitas pengelolaan risiko dalam pelayanan mengenali dan melaporkan kesalahan ini
rumah sakit. Rumah Sakit harus dilakukan melalui sistem pelaporan.
mengidentifikasi sumber risiko, area Kegagalan aktif (petugas yang melakukan
kesalahan) atau yang berkombinasi dengan keselamatan dan kualitas yang optimal akan
konsisi laten akan menyebabkan terjadinya memberikan dampak yang luas.
suatu kesalahan berupa kejadian nyaris
cedera (KNC), KTD, atau bahkan kejadian UCAPAN TERIMA KASIH
yang menyebabkan kematian atau cedera Penulis mengucapkan terima kasih kepada
kepada Panitia Pembina Keselamatan dan
serius (sentinel). Berhenti sampai tahap
Kesehatan Kerja (P2K3RS) Rumah Sakit
melaporkan saja tentu tidak akan Santa Maria Pekanbaru, Kepala instalasi
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, Rawat Jalan RS Santa Maria Pekanbaru
yang lebih penting adalah bagaimana yang telah mendukung dan membantu
melakukan suatu pembelajaran dari dalam memberikan data maupun informasi
keselahan tersebut sehingga dapat diambil untuk penulisan jurnal ini. Tak lupa terima
solusi agar kejadian yang sama tidak terulang kasih yang sebesar-besarnya kepada DR.
Drs. Dadang Kusnadi, MARS atas
kembali. Pelaporan insiden keselamatan
bimbingannya terhadap penulis.
pasien adalah jantung dari mutu layanan,
yang merupakan bagian penting dalam
proses belajar dan pembenahan ke dalam DAFTAR PUSTAKA
Adventus, MRL., Mahendra, D., Mertajaya,
revisi dari kebijakan, termasuk standar
I.M. (2019). Modul Manajemen
prosedur operasional (SPO) dan panduan
Pasien Safety. Jakarta: Vokasi UKI.
yang ada.
Rumah sakit wajib untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan insiden yang Harus, B. D., & Sutriningsih, A. (2015).
meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), Pengetahuan Perawat Tentang
Keselamatan Pasien Dengan
kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian
Pelaksanaan ProsedurKeselamatan
sentinel. Pelaporan insiden dilakukan secara
Pasien Rumah Sakit (KPRS) Di
internal dan eksternal. Pelaporan internal
Rumah Sakit Panti Waluya
dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan Sawahan Malang. Jurnal CARE,
keselamatan pasien rumah sakit di 3(1): 25-32.
lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan
eksternal dilakukan dengan pelaporan dari Hesty, T. W. (2015). Pedoman Pelaporan
rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
lingkup rumah sakit, unit kerja keselamatan (Patient Safety Incident Report).
pasien rumah sakit melakukan pencatatan Jakarta : Komite Keselamatan Pasien
kegiatan yang telah dilakukan dan membuat Rumah Sakit (KKPRS).
laporan kegiatan kepada Direktur rumah
sakit. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 11 tentang Keselamatan
PENUTUP Pasien. (2017).
Manajemen risiko berhubungan erat dengan Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
pelaksanaan keselamatan pasien dan (2019). Buku Saku IKP.
keselamatan kerja di rumah sakit dan
berdampak kepada pencapaian mutu rumah Najihah. (2013). Perilaku Perawat Dalam
sakit. Rumah sakit hendaknya selalu Penerapan ManajemenKesehatan Dan
melaksanakan upaya keselamatan pasien Keselamatan Kerja (K3) Di Aceh.
sesuai dengan standar, sasaran, prinsip, dan Idea Nursing Journal, 8 (3): 1-6.
langkah keselamatan pasien. Penerapan
keselamatan pasien dilaksanakan dengan Panesar, S., Carson-Steven, A., Salvilla, S.A.,
baik maka pelayanan yang mengutamakan Sheikh, A., Sutato, Nico A. Lumenta
K. Nefro (Eds.). (2017). At A Glance
: Keselamatan Pasien Dan
Peningkatan Mutu Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Erlangga.

Rachmawaty, R., Hamid, F.,Gaffar,


I.,Tombong, A.B., Razak, P.N.A.,
Angraini, F. (2023). Edukasi Patient
Safety pada Pasien dan Keluarga
Pasien di Instalasi Poliklinik Rumah
Sakit Umum Daerah Sayang Rakyat
Kota Makassar. Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 4(2): 317-328

Setyawan, F.E.B., Supriyanto, S. (2019).


Manajemen Rumah Sakit. Sidoarjo:
Zifatama Jawara.

Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar


Keselamatan Pasien Melalui Timbang
Terima Pasien Berbasis Komunikasi
Efektif : SBAR. Medan : USU Press.

Syam, N.S. (2017). Implementasi Budaya


Keselamatan Pasien Oleh Perawat Di
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.
Jurnal Keseahatan Masyarakat, 11(2):
169-174.

Anda mungkin juga menyukai