TINJAUAN PUSTAKA
Tahun 2017 adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
keselamatan pasien, dan tujuh langkah menuju keselamatan pasien (Kemenkes, 2017).
Standar keselamatan pasien (pasien safety) meliputi : hak pasien, pendidikan bagi
tentang keselamatan pasien dan komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
cedera yang tidak perlu yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan hingga ke
tingkat minimum yang dapat di terima. Tingkat minimum yang dapat diterima (accetable
minimum) merujuk pada pada pengetahuan yang dimiliki saat ini, sumber daya yang
tersedia, dan konteks dimana pelayanan di berikan, dengan membandingkannya terhadap
risiko jika tidak dilakukan tindakan atau jika di lakukan tindakan lain. Secara sederhana,
hal ini merupakan upaya pencegahan kesalahan dan kejadian yang tidak diharapkan pada
meliputi :
1) Hak psien
Tahun 2017, meliputi tercapainya hal – hal : mengidentifikasi pasien dengan benar,
pembedahan pasien yang benar, mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien (pasien safety) terdiri atas : membangun
disemua rumah sakit yang di akreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Tujuan dari
sasaran keselamatan pasien (pasien safety) adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis bukti
dan keahlian atas permasalahan ini. Berikut 6 sasaran keselamatan pasien (pasien safety)
Insiden keselamatan pasien (pasien safety) yang selanjutnya disebut insiden, adalah
setiap kejadian yang tidak di sengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpontensi
mengakibatkan cedera yang dapat di cegah pada pasien. Insiden di fasilitas pelayanan
1) Kondisi Potensial Cedera (KPC) merupakan kondisi yang sangat berpotensi untuk
terpapar ke pasien.
3) Kejadian Tidak Cedera (KTC) merupakan insiden yang sudah terpapar ke pasien,
kematian, cedera permanen atau cedera berat yang temporer dengan membutuhkan
intervensi untuk mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak
terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien. Kejadian sentinel dapat
2.2
Beban kerja perawat adalah semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja (workload)
diartikan sebagai patient days yang merujuk pada sejumlah prosedur dan pemeriksaan
pada dokter berkunjung pada pasien.18 Bisa juga diartikan beban kerja adalah jumlah
total waktu keperawatan baik secara lansung atau tidak langsung dalam memberikan
pelayanan keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan jumlah perawat yang diperlukan
Beban kerja atau workload merupakan usaha yang harus di keluarkan oleh seseorang
kemampuan atau kapasitas manusia. Bebaan kerja yang di maksud adalah ukuran (porsi)
dari kapasitas operator yang terbatas yang terbatas yang di butuhkan untuk melakukan
kerja tertentu. Beban kerja adalah jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh
seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan
normal.
Beban kerja bisa bersifat kuantitatif bila yang dihitung berdasarkan banyaknya atau
jumlah tindakan keperawatan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beban
kerja kualitatif bila pekerjaan keperawatan menjadi tanggug jawab yang harus
dilaksanakan sebaik mungkin atau profesional. Bila beban kerja terlalu tinggi menurut
Carayon dan Gurses (2005) dalam Kurniadi (2013) akan menyebabkan komunikasi yang
buruk antara perawat dan pasien, kegagalan kolaborasi perawat dan dokter, tingginya
drop out perawat atau turn over, dan rasa ketidakpuasan kerja perawat. Untuk
mengetahui beban kerja maka para manajer keperawatan harus mengerti tentang
jenis tindakan keperawatan dan frekuensi tiap tindakan serta rata – rata waktu yang
dibutuhkan setiap tindakan (Gillies, 1996 dalam Kurniadi, 2013). Menurut Trisna (2007)
dalam Kurniadi (2013) kegiatan yang banyak dilakukan adalah tindakan keperawatan
tidak langsung dan faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah jumlah pasien
Standar emas untuk mengukur sumber daya keperawatan akan menjadi model yang
valid dan reliable terhadap pengukuran beban kerja dengan menggunakan faktor - faktor
yang mempengaruhi beban kerja perawat. Faktor – faktor yang dimaksud adalah kondisi
pasien, respon pasien, karakteristik pasien dan tindakan keperawatan yang diberikan
serta lingkungan kerja. Disamping itu ada faktor lain misalnya beratnya tanggung jawab,
tuntutan atau permintaan dalam waktu bersamaan, kejadian – kejadian yang tidak
diantisipasi, interupsi dan kejadian yang berisik atau gaduh. Akan tetapi perhitungan
beban kerja perawat tiap unit tidaklah sama akan tetapi tetap hal yang penting untuk
Menurut Huber (2006) dalam Kurniadi (2013), beban kerja dibedakan menjadi dua
yaitu bebna kerja kualitatif dan kuantitatif. Beban kerja kualitatif artinya adalah perepsi
beban kerja yang dirasakan oleh perawat. Misalnya perawat merasa saat ini beban
kerjanya berat daripada yang seharusnya, lebih sulit dari yang sudah pernah dilaksanakan
dan keluhan lainnya. Adapun beban kerja kuantitatif yaitu jumlah pekerjaan yang bisa
Misalnya perawat memiliki waktu 8 jam tiap shift, maka berapa banyak tindakan
keperawatan yang bisa dilakukan selama 8 jam itu. Hasilnya akan dijumlah dan bisa
dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang seharusnya bekerja diunit tersebut.
Beban kerja kuantitatif sering dijadikan sebagai bahan penelitian untuk menghitung
Beban kerja fisik yakni kerja yang membutuhkan energi fisik otot manusia sebagai
sumber tenaga. Pada beban kerja fisik, penggunaan energi relatif besar di bandingkan
beban kerja mental. Kerja fisik atau physical work merupakan kerja yang membutuhkan
energi fisik otot manusia sebgai sumber tenga atau power. Beban kerja fisik biasa disebut
sebgai “manual operation” di mana performa kerja sepenuhnya akan bergantung pada
manusia, baik yang berfungsi sebgai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja
(control). Konsumsi energi merupakan faktor utama dan parameter berat ringannya suatu
beban kerja fisik. Hal ini bukan di akibatkan oleh aktivitas fisik secara langsung, akan
dapat di konotasikan dengan kondisi kerja berat atau kerja kasar karena kegiatannya
memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung.
perubahan pada fungsi alat – alat tubuh yang dapat di deteksi melalui perubahan
konsumsi oksigen, denyut jantung, peredaran darah dalam paru – paru, temperatur tubuh,
konsentrasi asam laktat dalam darah, komposisikimia dalam darahdan air seni, tingkat
penguapan dan faktor lainnya. Beban kerja fisik akan mengakibatkan pengeluaran energi
Beban kerja mental adalah suatu keadaan yang melibatkan proses berpikir dari otak
untuk menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu (Saleh 2018).
Beban kerja mental yang dialami perawat, diantaranya bekerja shift atau bergiliran,
mempersiapkan rohani mental pasien dan keluarga terutama bagi yang akan
melaksanakan operasi atau dalam keadaan kritis, bekerja dengan keterampilan khusus
2012).
Beban kerja yang berlebih pada perawat dapat memicu timbulnya stres dan burnout.
Perawat yang mengalami stres dan burnout memungkinkan mereka untuk tidak dapat
menampilkan performa secara efektif dan efisien dikarenakan kemampuan fisik dan
kognitif mereka menjadi berkurang yang kemungkinan dapat terjadi disebabkan karena
ketidakseimbangan antara jumlah pasien dengan jumlah perawat yang bekerja di rumah
sakit tersebut, sehingga perawat mendapatkan beban kerja yang lebih banyak daripada
kemampuan maksimal dari perawat tersebut sehingga perawat mengalami beban kerja
dilaksanakan secara kuantitas dan kualitas oleh seorang perawat terhadap seorang atau
sekelompok pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Pertanyaan rutin yang sering
muncul adalah pasien yang mana dan dirawat oleh perawat yang mana, berapa banyak
Menurut Gillies (1994) dalam Kurniadi (2013), membuat identifikasi terhadap faktor
– faktor yang penting dalam membedakan antara tugas – tugas keperawatan yang
bervariasi, yaitu :
c. Pengorganisasian tugas.
tidur atau BOR. Hasilnya yaitu berapa jumlah perawat yang seharusnya dinas sesuai
dengan jumalah pasien. Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam klasifikasi intensitas
ada perbedaan waktu, profesionalisme, dan struktur staf perawat. Hasil akhir
adalah kinerja yang optimal. Kurangnya jenis ini lebih bersifaft obyektif.
b. Maksud atau makna intensitas keperawatan. Yang perlu diperhatikan adalah
analisa yang mengitung point tertentu yang dialokasikan ke tiap kegiatan sesuai
diterapkan atau tidak. Bila bisa maka ditambahkan pointnya. Jumlah skor total
sedangkan kelemahnya adalah bila interaksi berbeda maka tidak bisa diambil
skornya.
Beban kerja perawat tiap waktu akan berubah. Perubahan ini dapat disebabkan oleh
faktor intern (jumlah pasien dalam ruang rawat inap) atau faktor eksternal (diluar
rumah sakit). Faktor – faktor intern lebih mudah diatasi daripada faktor luar. Hal ini
disebabkan faktor luar tidak bisa dikendalikan oleh pihak manajemen rumah sakit
sendiri melainkan memerlukan bantuan pihak luar. Sebagai contoh yaitu situasi
ekonomi yang lagi mengalami resesi seperti saat ini. Kenaikan harga tidak bisa ditolak
atau inflasi sedangkan pendapatan masyarakat tetap atau bahkan menurun sehingga
tidak mampu membeli harga pelayanan rumah sakit. Aat ini juga sering terjadi disaster
alam termasuk wabah penyakit tertentu. Kedua cotoh di atas mempengaruhi jumlah
kebutuhan perawat yang ada dirumah sakit akan ditambah atau dikurangi (kurniadi,
2013).
Secara umum faktor – faktor internal yang mempengaruhi beban kerja perawat
antara lain :
a. Jumlah pasien yang dirawat tiap hari, tiap bulan, tiap tahun.
Adapun faktor – faktor eksternal pada skema 8 yang bisa mempengaruhi beban
a. Masalah komunitas yaitu situasi yang ada di masyarakat saat ini seperti jumlah
b. Disaster yaitu kondisi bencana alam seperti : banjir, gempa bumi, tsunami,
wabah penyakit, dan sebagainya. Hal ini akan mempengaruhi kebijakan rumah
c. Hukum atau Undang – Undang dan kebijakan yaitu situasi hukum perundang –
e. Pengaruh cuaca yaitu akibat perubahan cuaca bisa mempengaruhi jenis penyakit
f. Ekonomi yaitu situasi ekonomi yang ada saatini seperti adanya krisis ekonomi
sehingga tenaga perawat hatus profesional atau dengan kata lain semakin
banyak tenaga perawat yang dibutuhkan satu tingkat lebih tinggi dari
h. Kemajuan ilmu dan teknologi yaitu kemajuan ilmu dan teknologi termasuk
bahasa harus diikuti oleh semua perawat, karena kalau tidak bisa mengikuti
maka otomatis tidak akan bisa masuk bursa tenaga kerja. Hal ini semua institusi
Analisa beban kerja adalah proses penentuan jumlah jam kerja (man hours) yang
digunakan untuk menyelesaikan beban kerja tertentu, jumlah jam karyawan dan
menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan (Mutiara, 2004 dalam Kurniadi, 2013).
Untuk mengukur beban kerja Gillies dalam Kurniadi (2013), mengembangkan sistem
klasifikasi pasien. Hal ini akan menyesuaikan tingkat ketergantungan pasien, tingkat
a. Staffing yaitu untuk mengukur waktu yang di butuhkan pasien dan jumlah perawat
e. Menentukan kualitas yaitu mengatur waktu dan jenis kebutuhan pasien dengan
Penilaian Beban Kerja Fisik Penilaian beban kerja fisik secara obyektif dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu metode penilaian langsung dan tidak langsung.
Metode penilaian langsung yaitu mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure)
melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja maka semakin banyak
energi yang dikonsumsi. Kelebihan metode dengan menggunakan asupan oksigen adalah
hasil lebih akurat, namun kelemahannya yakni hanya dapat mengukur waktu kerja yang
Berdasarkan metode pengukuran beban kerja fisik langsung, maka volume oksigen
yang dibutuhkan saat melakukan kerja dapat dipakai sebagai dasar menentukan jumlah
kalori yang dibutuhkan selama kerja, 1 liter oksigen sama dengan 4,7 – 5 Kkal
(McCormick, 1993 dalam Sugiono et all, 2018). Pendapat lain mengatakan, 1 liter
oksigen dikomsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 energi yang menjadi
nilai kalori suatu oksigen (Grover, 2012 dalam Sugiono et all, 2018).
Untuk metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut jantung.
Penilaian beban kerja fisik melalui denyut jantung adalah pendekatan untuk mengetahui
berat ringannya beban kerja fisik selain ditentukan juga oleh konsumsi energi, kapasitas
ventilasi paru, dan temperatur tubuh. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung,
dan suhu tubuh mempunyai hubungan linear dengan konsumsi kalori dalam melakukan
pekerjaan. Untuk berbagai macam alasan itulah, sehingga denyut jantung dapat dipakai
Lucien Brouha dalam Sugiono (2018) mendefinisikan tabel klasifikasi beban kerja
dalam reaksi fisiologis, untuk menentukan nilai beban pekerjaan, seperti yang
Penilaian beban kerja mental secara obyektif dapat dilakukan dengan pengukuran
waktu kedipan mata, pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan
kedipan mata yang lebih sedikit dan durasi kedipan mata lebih pendek, pengukuran
lainnya dengan menggunakan alat flicker, yakni berupa alat yang memiliki sumber
cahaya yang berkedip makin lama makin cepat hingga pada suatu saat sukar untuk
penilaian beban kerja mental secara subjektif dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitu :
NASA Task Load Index merupakan salah satu metode penilaian beban kerja
mental subyektif. Langkah – langkah yang harus dilakukan pengukuran beban kerja
1) Mental Demand : seberapa besar aktivitas mental dan perseptual yang dibutuhkan
untuk melihat, mengingat, dan mencari. Apakah pekerjan tersebut mudah atau
3) Temporal Demand : jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang di rasakan
5) Effort : seberapa keras kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan.
melingkari salah satu dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan
beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut. kuesioner yang diberikan berbentuk
kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling
berpengaruh,. Jumlah tally ini kemudian akan menjadi bobot untuk tiap indikator beban
mental.
Langkah kedua yaitu pemberian rating. Pada bagian ni responden diminta memberi
rating terhadap keenam indikator beban mental. Rating yang diberikan adalah subyektif
tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden. Untuk mendapatkan skor
beban mental NASA TLX bobot dan rating untuk setiap indikator di kalikan kemudian di
15
2.4 Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah menamatkan program pendidikan dasar umum
bagi perawat dan telah disahkan oleh lembaga terkait untuk dapat melakukan praktik
yang mempelajari tentang perilaku, kehidupan, dan ilmu keperawatan yang berguna
untuk praktik keperawatan, peran sebagai pemimpin dan sebagai dasar untuk praktik
telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang
atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Pelayanan keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik dalamkeadaan sakit maupun
2.4.2 Wewenang
pencegahan penyakit, dan perawat penyakit fisik, penyakit mental dan orang – orang
yang tidak mampu pada semua usia dan pada semua tempat pelayanan kesehatan
maupun komunitas.
4. Melakukan supervisi dan pelatihan pada perawat lainnya, pada tempat pelayanan
kesehatan.
5. Terlibat dalam penelitian (International Council of Nurse, 1987 dalam Arini, 2018).
1. Perikemanusiaan
2. Nilai ilmiah
3. Etika dan profesionalitas
4. Manfaat
5. Keadilan
6. Perlindungan
2.5.1 Definisi
2017 adalah untuk sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
Standar keselamatan pasien (pasien safety) meliputi : hak pasien, pendidikan bagi
tentang keselamatan pasien dan komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
cedera yang tidak perlu yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan hingga ke
tingkat minimum yang dapat di terima. Tingkat minimum yang dapat diterima (accetable
minimum) merujuk pada pada pengetahuan yang dimiliki saat ini, sumber daya yang
risiko jika tidak dilakukan tindakan atau jika di lakukan tindakan lain. Secara sederhana,
hal ini merupakan upaya pencegahan kesalahan dan kejadian yang tidak diharapkan pada
meliputi :
8) Hak psien
14) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Tahun 2017, meliputi tercapainya hal – hal : mengidentifikasi pasien dengan benar,
pembedahan pasien yang benar, mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien (pasien safety) terdiri atas : membangun
disemua rumah sakit yang di akreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Tujuan dari
sasaran keselamatan pasien (pasien safety) adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis bukti
dan keahlian atas permasalahan ini. Berikut 6 sasaran keselamatan pasien (pasien safety)
Insiden keselamatan pasien (pasien safety) yang selanjutnya disebut insiden, adalah
setiap kejadian yang tidak di sengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpontensi
mengakibatkan cedera yang dapat di cegah pada pasien. Insiden di fasilitas pelayanan
6) Kondisi Potensial Cedera (KPC) merupakan kondisi yang sangat berpotensi untuk
terpapar ke pasien.
8) Kejadian Tidak Cedera (KTC) merupakan insiden yang sudah terpapar ke pasien,
10) Kejadian sentinel merupakan suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan
kematian, cedera permanen atau cedera berat yang temporer dengan membutuhkan
intervensi untuk mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak
terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien. Kejadian sentinel dapat
Berdasarkan telaah pustaka di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka teori seperti di
bawah ini :
Beban Kerja
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep –
konsep yang ingin di amati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaaa sementara dari peneliti yang kebenarannya
masih harus teliti lebih lanjut. Berdasarkan kerangka konsep diatas penulis mengajukan
hipotesis yaitu :
Ha : Ada hubungan beban kerja fisik dan mental perawat dengan penerapan
pasien safety di Rumah Sakit Eko Maulana Ali kabupaten Bangka Tahun 2020.
H0 : Tidak ada hubungan beban kerja fisik dan mental perawat dengan penerapan
pasien safety di Rumah Sakit Eko Maulana Ali kabupaten Bangka Tahun 2020.
Daftar Pustaka :
18. Kurniadi, Anwar. 2013. Manajemen Keperawatan Dan Prospektifnya: Teori Konsep dan