Anda di halaman 1dari 14

MASPARI JOURNAL

Januari 2015, 7(1): 35-48

ANALISIS PASANG SURUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE


LEAST SQUARE DAN PENENTUAN PERIODE ULANG PASANG SURUT
DENGAN METODE GUMBEL DI PERAIRAN BOOM BARU DAN
TANJUNG BUYUT

TIDAL ANALYSIS USING LEAST SQUARES METHOD AND


DETERMINATION OF THE RETURN PERIOD OF TIDAL USING
GUMBEL METHOD IN BOOM BARU AND TANJUNG BUYUT WATERS

Rio Demak Hasibuan1), Heron Surbakti1), dan Robinson Sitepu2)


1)ProgramStudi Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indralaya, Indonesia
2)Program Studi Matematika, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indralaya, Indonesia
Email: rio_demak@yahoo.com
Registrasi: 13 Maret 2014; Diterima setelah perbaikan: 22 Mei 2014;
Disetujui terbit: 21 Agustus 2014

ABSTRAK

Wilayah Palembang merupakan salah satu wilayah yang sering mengalami banjir.
Sekitar tanggal 21 Februari 2013 terjadi fenomena meluapnya air sungai Musi di sekitar
Palembang, berdasarkan pantauan BMKG SMB II Palembang, bahwa fenomena ini salah
satunya diakibatkan oleh terjadinya bulan besar yang menyebabkan pasang di Palembang
sehingga membuat air tertahan menuju ke laut. Sifat Pasut terjadi secara periodik. Hal ini
dapat dikaitkan pada fenomena banjir yang terjadi di Palembang bahwa kedepannya ada
kemungkinan akan terjadi banjir lagi jika dilihat dari aspek pasut penyebabnya. Fenomena
tersebut menjadi alasan dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk menganalisis
komponen harmonik pasang surut dengan metode Least Square dan menganalisis periode
ulang pasang surut di perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut dengan metode
Gumbel.Penelitian ini dilaksanakan bulan September 2013 di Laboratorium Penginderaan
Jauh dan Akustik Kelautan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sriwijaya. Data Pasut diperoleh dari hasil pengamatan Pelindo II Cabang Palembang. Data
dianalisis dengan metode least square dan Gumbel. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
komponen K1 dan O1 lebih dominan daripada yang lain. Pola perambatan pasut di kedua
perairan terjadi dari Tanjung Buyut menuju Boom Baru. Tipe Pasut dikedua perairan
berdasarkan hasil analisis adalah bertipe tunggal. Hasil ramalan pasutnya didapat bahwa
hasil peramalan pasut yang lebih akurat terdapat di perairan Tanjung Buyut 80,47%
daripada Boom Baru 76,47%, dan peluang terjadinya ketinggian muka air melewati MSL
adalah pada periode ulang yang lebih besar dari periode ulang 2,25 tahun di Boom Baru
dan lebih besar dari 2,43 tahun di Tanjung Buyut.

KATA KUNCI: Gumbel, least square, pasang surut, peramalan, periode ulang.

ABSTRACT

Palembang is one area that often encounters flood. On February 21 st, 2013, there was
a phenomena happened in Palembang that was the water in Musi river overflew. Based on
BMKG SMB II Palembang monitoring, it happened as the result of the full moon which caused
flood tide in Palembang and it made the water bottled up from went in the direction of
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

ocean. The tidal nature happens periodically. This can be correlated to the flood phenomena
happened in Palembang, in the future there is a possibility the flood will occur again seeing
from tidal aspect as the cause. That phenomena becomes the reason in doing this research
which aims to analyzing the tidal component with Least Square method and analyzing the
tidal repetition period in Boom Baru and Tanjung Buyut with Gumbel method. This research
was conducted in September 2013 in the Remote Sensing and Marine Acoustics Laboratory
Mathematics and Natural Sciences Faculty Sriwijaya University. The tidal data was obtained
from monitoring result of Pelindo II Palembang branch. The data was analyzed by using
least square method and Gumbel. Based on the analysis result the researcher obtained that
the K1 and O1 components were more dominant than others. The propagation pattern in
both water happened from Tanjung Buyut heading to Boom Baru. The tidal type in both
water based on the analysis result are diurnal tide. The tidal forecasting result was that the
tidal forecasting was more accurate in Tanjung Buyut water 80,47% than Boom Baru
76,57%, and the probability of passing water MSL level is the greater repetition period with
2,25 years period in Boom Baru and 2,43 years in Tanjung Buyut.

KEYWORDS: Forecasting, gumbel, least square, tidal, return period.

1. PENDAHULUAN penampung saluran (Suripin, 2006


Wilayah Palembang, Provinsi dalam Saraswati, 2012). Penyebab
Sumatera Selatan merupakan salah satu banjir pada umumnya adalah karena
wilayah yang sering mengalami banjir. curah hujan tinggi sehingga saluran
Fenomena yang menarik perhatian tidak dapat menampung air sehingga
terjadi pada minggu ketiga (mulai meluap. Selain itu, banjir juga dapat
sekitar tanggal 21 Februari 2013) yaitu disebabkan oleh pasang surut yang
meluapnya air sungai Musi di sekitar masuk melalui sungai pada saat pasang
kota Palembang. Fenomena ini dan selanjutnya mengalir melewati
berdasarkan panta-uan Badan saluran drainase dan memenuhi
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika wilayah daratan. Kondisi ini dikenal
(BMKG) Stasiun SMB II Palembang, dengan istilah banjir genangan.
bahwa fenomena ini salah satunya Berdasarkan defenisi dan
diakibatkan oleh terjadinya bulan besar gambaran diatas dapat dinyatakan
yang menyebabkan pasang di kawasan bahwa pengaruh pasang surut cukup
Palembang sehingga membuat air signifikan dalam mengakibatkan
tertahan menuju ke laut. Santosa terjadinya banjir genangan di wilayah
(2013) menyatakan wilayah Palembang Palembang. Pasang surut adalah proses
selama bulan Februari 2013 hingga naik turunnya permukaan air laut
tanggal 21 Maret 2013 terjadi posisi secara periodik karena gaya tarik
sudut deklinasi matahari berada di benda-benda luar angkasa terutama
Belahan Bumi Selatan, selanjutnya bulan dan matahari (Dahuri et al, 1996
lintasannya melewati ekuator dan dalam Saputra, 2007). Berdasarkan
menjauhinya bergerak ke Belahan Bumi defenisi pasang surut diatas dapat
Utara. Fenomena ini merupakan kondisi dipahami bahwa pasang surut memiliki
yang sering berulang pada periode sifat terjadi secara periodik atau
tertentu. berkelanjutan. Hal ini dapat dikaitkan
Banjir merupakan peristiwa alam pada fenomena banjir yang terjadi di
dimana terjadinya luapan air yang wilayah Palembang bahwa kedepannya
disebabkan kurangnya kapasitas ada kemungkinan akan terjadi banjir

36
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

jika dilihat dari aspek pasang surut Buyut, meramalkan pasang surut di
penyebabnya. perairan Boom Baru dan Tanjung
Data pasang surut dalam jangka Buyut, menganalisis periode ulang
panjang menjadi hal yang sangat pasang surut di perairan Boom Baru
penting untuk menjelaskan fenomena dan Tanjung Buyut.
ini. Ketersedian data pasang surut
perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut 2. BAHAN DAN METODE
yang dibutuhkan dalam penelitian turut Penelitian ini dilaksanakan bulan
mendukung dipilihnya perairan Boom September-Oktober 2013 dengan
Baru dan Tanjung Buyut sebagai objek menggunakan data pasang surut
penelitian ini. Data pasang surut yang sekunder di 2 (dua) lokasi stasiun
digunakan adalah data pasang surut pengukuran pasang surut, yaitu stasiun
dari tahun 2003 sampai dengan tahun pengukuran pasang surut Boom Baru
2012. Data pasang surut tersebut dan Tanjung Buyut hasil pengukuran
diperoleh dari hasil pengukuran pasang langsung yang dilakukan oleh PT
surut yang dilakukan oleh PT Pelindo (Pelabuhan Indonesia) II
Pelabuhan Indonesia (PELINDO) II Cabang Palembang. Data pasang surut
Cabang Palembang. tersebut dianalisis di Laboratorium
Tujuan dilaksanakan penelitian ini Penginderaan jauh dan Akustik
adalah menganalisis komponen Kelautan Program Studi Ilmu Kelautan
harmonik pasang surut di Perairan Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya.
Boom Baru dan Tanjung Buyut dengan Alat dan bahan yang digunakan
Metode Least Square, menganalisis pola dalam penelitian ini disajikan dalam
perambatan dan tipe pasang surut di Tabel 1.
perairan Boom Baru dan Tanjung

Tabel 1. Alat dan bahan

Metode yang digunakan dalam merupakan metode analisis harmonik


pengolahan data pasang surut adalah yang menguraikan gelombang pasang
metode Least Squares dan metode surut menjadi beberapa komponen
Distribusi Frekuensi menggunakan harmonik pasang surut dimana
metode Gumbel. Metode Least Squares ketinggian muka air yang disebabkan

37
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

oleh gelombang pasang surut yang bertujuan untuk menganalisis data


merupakan hasil penjumlahan dari pasang surut untuk menghasilkan nilai
komponen-komponen gaya pembangkit pasang surut perkiraan pada periode
pasang surut. Metode Least Squares ulang tertentu. Metode ini
dalam penelitian ini menggunakan menggunakan perangkat lunak
perangkat lunak Worldtides 2010 yang Microsoft Excel.
dijalankan dengan Matlab 2007. Metode Adapun prosedur penelitian yang
Distribusi Frekuensi menggunakan dilakukan dalam ini dapat dilihat
metode Gumbel merupakan metode Gambar 1.

Gambar 1. Prosedur penelitian

a. Verifikasi Data p = data lapangan (m)


Verifikasi data didapat dengan p* = data peramalan (m)
menghi-tung kesalahan relatif yang 2. Kesalahan Relative Rata – rata atau
menunjukkan tingkat kesalahan suatu Mean Relative Error :
data dalam persentase nilai. Menurut 1 n p−p∗
MRE = i=1 x 100%
Triatmodjo, (2009) dalam Budi- n p
wicaksono, (2013) mengatakan bahwa dengan :
perhitu-ngan untuk mencari nilai MRE = mean relative error (%)
tersebut adalah : P = data lapangan (m)
1. Kesalahan Relatif atau Relative Error: p* = data peramalan (m)
p−p∗ n = banyak data
RE =
p
dengan :
RE = relative error (m)

38
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

b. Metode Gumbel 2) Hitung Nilai K atau Faktor Frekuensi


Menurut Loebis (1984) dalam Asdak (2007) mengatakan
Purbo dan Primahessa (2008) langkah - bahwa K adalah faktor frekuensi.
langkah perhitu-ngan pasang surut Menurut Loebis (1984) dalam Purbo
perkiraan pada periode ulang tertentu dan Primahessa (2008) untuk
dengan menggunakan metode Gumbel menentukan nilai K didapat dengan
adalah : rumus :
1) Dihitung Parameter Statistika yang Yt −Yn
K=
Digunakan Sn
Singh, (1992) dalam Machairiyah, dengan :
(2007) mengatakan dalam statistika K= faktor frekuensi
dikenal beberapa parameter yang Yn= harga rata-rata reduce variate
berkaitan dengan analisis data yang Sn= reduced standard deviation
digunakan dalam periode ulang Yt= reduced variated
metode distribusi Gumbel meliputi : Nilai Yt yaitu reduce variated, didapat
a) Rata – Rata Hitung berdasarkan Rumus menurut
Suharyadi dan Purwanto (2009) Triatmodjo (1999) yaitu :
1
meng-atakan rata-rata hitung Yt = -ln – ln(1 −
L Tr
merupakan nilai yang diperoleh dengan :
dengan menjumlahkan semua Yt = reduce variated
nilai data dan membaginya L = rata-rata jumlah kejadian per
dengan jumlah data. Rata-rata tahun
hitung dinyatakan dalam bentuk Tr = periode ulang (tahun)
rumus : Nilai L atau rata-rata jumlah kejadian
x
x= per tahun didapat berdasarkan Rumus
n menurut Triatmodjo (1999) yaitu :
dengan: Nt
x = rata-rata hitung (m) L=
R
N = banyak data dengan :
x = jumlah seluruh data R = panjang data (tahun)
N = jumlah kejadian pasut selama
b) Standard Deviasi pencatatan
Suharyadi dan Purwanto
(2009) mengatakan standard 3) Hitung Nilai Xt (Pasang Surut
deviasi adalah sebuah ukuran Perkiraan)
penyebaran yang menunjukkan Menurut Loebis (1984) dalam
standar penyimpangan atau Purbo dan Primahessa (2008)
deviasi data terhadap nilai rata- mengatakan bahwa rumus yang
ratanya. digunakan dalam perhitungan pasang
Standard deviasi dinyatakan surut perkiraan dengan metode Gumbel
dalam bentuk rumus: yaitu :
(x−x )2 Xt = Xr + (K x Sx)
σ= dengan :
n−1
dengan : Xt = pasut perkiraan
σ =standard deviasi x = data (m) Xr = harga rata–rata
x = rata–rata (m) K = faktor Frekuensi
n = banyak data Sx = standar deviasi

39
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

c. Perambatan Pasang Surut amplitudo dan fase setiap komponen


Penentuan pola perambatan harmonik pasang surut dari data
komponen pasang surut di suatu pasang
perairan dapat dilihat dari 2 segi bidang surut yang diolah. Menurut Ilahude,
yaitu segi waktu pasang dan nilai fase 1999 dalam Siswanto, 2007 klasifikasi
komponen pasutnya. Menurut Surbakti tipe pasang surut didasarkan pada
(2000) mengatakan bahwa arah perbandingan antara jumlah amplitudo
perambatan komponen pasang surut konstanta-konstanta diurnal (K1 dan
disuatu perairan dapat kita lihat dengan O1) dengan jumlah amplitudo
membandingkan fase komponen pasut konstanta-konstanta semidiurnal (M2
yang sama diantara lokasi pengamatan dan S2). Bilangan Formzahl digunakan
yang berdekatan. Apabila fase di lokasi untuk mengetahui tipe pasang surut
A lebih kecil dari lokasi B maka yang terjadi diperairan (Mahatmawati,
komponen pasang surut tersebut akan 2009) yang dirumuskan :
merambat dari lokasi A menuju ke
lokasi B. Hal itu juga berlaku untuk dari (AK 1+ AO 1)
F=
segi waktu terjadinya pasang. Daerah (AM 2+ AS 2)
yang terjadinya pasang lebih awal maka dengan :
perambatan pasutnya berasal dari F = formzahl
daerah awal terjadinya pasang itu AK1 = amplitudo dari anak
menuju daerah yang lama terjadi-nya gelombang pasang surut
pasang. harian tunggal rata-rata yang
Komponen yang digunakan untuk dipengaruhi oleh deklinasi
melihat pola perambatan di kedua bulan dan matahari
perairan ini menggunakan 9 (sembilan) AO1 = amplitudo dari anak
komponen utama yang umum gelombang pasang surut
digunakan instansi DISHIDROS (Dinas harian tunggal yang
Hidro-Oseanografi) TNI-AL dalam dipengaruhi oleh deklinasi
melakukan peramalan pasang surut bulan
yaitu M2, K2, S2, N2, K1, 01, M4, MS4, AM2 = amplitudo dari anak
dan P1. Pugh (1987) mengatakan untuk gelombang pasang surut
mengetahui bagai-mana penjalaran harian ganda rata-rata yang
pasang surut dari perairan yang satu ke dipengaruhi oleh bulan
perairan yang lain disekitarnya dapat AS2 = amplitudo dari anak
diketahui dari beda waktu pasangnya gelombang pasang surut
dengan rumus : harian ganda rata-rata yang
1 dipengaruhi oleh matahari
t=gx
n Menurut Oktavia, 2011 mengatakan
dengan: bahwa jika nilai F berada antara :
t = waktu, g = fase (0) dan n = kecepatan 0 < F 0,25 : semidiurnal
(m/s) 0,25 < F 1,50 : mixed tide prevailing
semi-diurnal
1,50 < F 3,00 : mixed tide prevailing
d. Tipe Pasang Surut diurnal
Metode Least Square F > 3,0 : diurnal
menggunakan perangkat lunak
Worldtides 2010 (Matlab 2007)
digunakan untuk menganalisis

40
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

3. HASIL DAN PEMBAHASAN A lebih kecil dari lokasi B maka


Berdasarkan hasil analisis didapat komponen pasang surut tersebut akan
nilai amplitude dan fase ke 35 merambat dari lokasi A menuju ke
komponen harmonik yang disajikan lokasi B. Selain dari nilai fase, pola
dalam Tabel 2. Dari Tabel 2 diperoleh perambatan pasang surut juga dapat
bahwa komponen yang dominan diketahui dari waktu terjadinya pasang.
membangkitkan pasang surut di kedua Hasil perhi-tungan yang diperoleh
perairan adalah K1 sebesar 0,441 di dilihat dari nilai fase dan waktu pasang
Boom Baru dan 0,805 di Tanjung Buyut. diperoleh bahwa pera-mbatan
Menurut Surbakti (2000) komponen pasang surut dikedua per-
mengatakan bahwa arah perambatan airan akan terjadi dari Tanjung Buyut
komponen pasang surut disuatu mer-ambat menuju ke perairan Boom
perairan dapat kita lihat dengan Baru. Nilai fase dan beda waktu pasang
membandingkan fase komponen pasut di kedua perairan disajikan pada
yang sama diantara lokasi pengamatan Gambar 1-2 dan Tabel 3.
yang berdekatan. Apabila fase di lokasi

Tabel 2. Nilai Amplitudo dan Fase ke 35 Komponen Harmonik

41
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

Gambar 1. Perbandingan nilai fase di perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

Tabel 3. Hasil perhitungan beda waktu menurut rumus Pugh (1987)

Gambar 2. Perbandingan waktu pasang di perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

42
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru Dan Tanjung Buyut

Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa tipe pasang surut


pasang surut di perairan Boom Baru di perairan perairan Boom Baru dan
dan Tanjung Buyut didapat nilai Tanjung Buyut adalah pasang surut
bilangan formzahl (F) yaitu sebesar harian tunggal (diurnal) artinya dalam
3,41 dan Perairan Tanjung Buyut sehari terjadi satu kali pasang dan satu
sebesar 3,16. Berdasarkan klasifikasi kali surut.
nilai F menurut Oktavia, 2011 dapat

Gambar 3. Grafik perbandingan data lapangan dengan hasil peramalan pasut


di Boom Baru

Penelitian ini melakukan analisis antara data lapangan dengan hasil


peramalan dengan tujuan agar kita peramalan. Verifikasi data didapat
dapat mengetahui keadaan pasang dengan menghitung kesalahan relatif
surut pada waktu sebelumnya dan yang menunjukkan tingkat kesalahan
waktu setelah atau kedepannya. Hasil suatu data dalam persentase nilai.
peramalannya dilakukan verifikasi Berdasarkan hasil perhitungan
dengan tujuan untuk melihat akurasi rumus nilai MRE (Mean Relative Error)
menurut Triatmodjo, (2009) dalam kesalahan relative sebesar 0,20 meter
Budiwicaksono, (2013) dapat dan nilai nilai persentase Mean
disimpulkan bahwa pada perairan Relative Error (MRE) atau kesalahan
Boom Baru didapat nilai Relative eror relative rata-rata data antara hasil
atau kesalahan relative sebesar 0,24 peramalan dengan data lapangan
meter dan nilai nilai persentase MeaN adalah 19,53% yang artinya nilai
Relative Error (MRE) atau kesalahan akurasinya sebesar 80,47%. Hal ini
relative rata-rata data antara menunjukkan bahwa hasil peramalan
peramalan dengan lapangan adalah dengan Worldtides sangat memuaskan.
23,53% yang artinya nilai akurasinya Hasil peramalan yang didapat bahwa
sebesar 76,47%. Hal ini menunjukkan hasil perama-lan di Tanjung Buyut
bahwa hasil peramalan dengan lebih baik dibandingkan perairan
Worldtides sangat memuaskan. Boom Baru.
Pada perairan Tanjung Buyut
didapat nilai Relative Error atau

43
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

Gambar 4. Grafik perbandingan data lapangan dengan hasil peramalan pasut di


Tanjung Buyut

Data MSL (Mean Sea Level) hitungnya sebesar 1,79 meter dan 2,01
tahunan di kedua perairan yang telah meter. Nilai standar deviasi data yang
disusun lalu dianalisis dengan metode didapat di perairan Boom Baru dan
Gumbel. Tujuan dari analisis frekuensi Tanjung Buyut yaitu 0,20 dan 0,06. Hal
ini adalah untuk memperoleh data ini menunjukkan bahwa ketinggian
pasang surut perkiraan dengan permukaan air di perairan Boom Baru
beberapa periode ulang. Hasil analisis dan Tanjung Buyut tidak sama. Hasil
yang didapat diperoleh nilai parameter perhitungan parameter - para-meter
statistika di perairan Boom Baru dan yang didapat yang disajikan dalam
Tanjung Buyut yaitu nilai rata-rata Tabel 4 .

Tabel 4. Perhitungan nilai Yt, K, Xr dan Sx periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100
tahun
Xr Sx
Tr Yt Yn Sn K
BB TB BB TB
2 0,3665 0,4952 0,9496 -0,14 1,80 2,01 0,2 0,06
5 1,4999 0,4952 0,9496 1,06 1,80 2,01 0,2 0,06
10 2,2504 0,4952 0,9496 1,85 1,80 2,01 0,2 0,06
25 3,1985 0,4952 0,9496 2,85 1,80 2,01 0,2 0,06
50 3,9019 0,4952 0,9496 3,59 1,80 2,01 0,2 0,06
100 4,6001 0,4952 0,9496 4,32 1,80 2,01 0,2 0,06
Ket :
Tr= periode ulang (Tahun)
Yt = reduced variated
K = faktor frekuensi
Xr = nilai Rata – rata (m)
Sx = standar deviasi
BB = Boom Baru
Yn = reduced variated
TB = Tanjung buyut
Sn = reduced standard deviation

44
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru Dan Tanjung Buyut

Tabel 5. MSL perkiraan pada periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun
Xt
(Mean Sea Level) Perkiraan
Periode
(m)
Ulang
Boom Tanjung
Baru Buyut
2 1,77 2,00
5 2,01 2,07
10 2,17 2,12
25 2,37 2,18
50 2,52 2,23
100 2,66 2,27

Titik potong suatu grafik garis (tahun) dan y = 2,1 (m), jika dituliskan
dapat ditentukan dengan persaamaan dalam bentuk titik koordinat yaitu
garis singgung. Menurut Foster (2005) (7.73,2.1).
mengatakan bahwa dalam suatu ilmu Titik perpotongan pada kedua
matematika dikenal dengan materi grafik garis di kedua perairan berada
tentang gradien dan persamaan garis pada titik kooordinat (7.73,2.1). Titik-
singgung. Gradien bertujuan untuk titik koordinat sebelum melewati titik
melihat bagaimana faktor x terhadap y perpotongan (7.73,2.1), keadaan MSL
dalam suatu persamaan dan persamaan (Mean Sea Level) di perairan Boom Baru
garis singgung menggambarkan lebih kecil dibandingkan dengan di
bagaimana model yang dihasilkan. perairan Tanjung Buyut. Berbeda
Persamaan garis singgung ini didapat dengan titik-titik koordinat setelah
dari titik-titik data absis (x) dan ordinat melewati titik perpotongan (7.73,2.1)
(y). Berdasarkan hasil perhitungan keadaan MSL (Mean Sea Level) di
didapat nilai titik potong pada grafik perairan Boom Baru lebih besar
garis diatas adalah pada x = 7,73 dibandingkan dengan Tanjung Buyut.

Gambar 5. Grafik MSL perkiraan pada periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

Hasil perhitungan dengan metode terjadinya ketinggian muka air


gumbel didapat bahwa peluang melewati tinggi muka air rata-rata

45
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

(MSL) adalah pada periode ulang yang pasang dan satu kali surut. Berdasarkan
lebih besar dari 2,25 tahun di perairan hasil analisis disimpulkan bahwa pada
Boom Baru dan lebih besar dari 2,43 perairan Tanjung Buyut 80,47%
tahun di perairan Tanjung Buyut. mengha-silkan peramalan lebih baik
Pada perairan Boom Baru dan dibandingkan pada perairan Boom Baru
Tanjung Buyut didapat nilai MSL 76,47%. Hasil perhitungan dengan
perkiraan periode ulang ulang 2, 5, 10, metode gumbel didapat bahwa peluang
25, 50 dan 100 tahun. Pengertian terjadinya ketinggian muka air
periode ulang yang dimaksud adalah melewati tinggi muka air rata-rata
bahwa dalam kurung waktu tertentu (MSL) adalah pada periode ulang yang
ada kemungkinan 1 kali terjadi lebih besar dari 2,25 tahun di perairan
ketinggian permukaan air yang Boom Baru dan lebih besar dari 2,43
besarnya sama atau melebihi nilai MSL tahun di perairanTanjung Buyut.
perkiraan pada perairan tersebut. Hasil
yang didapat mengatakan pada DAFTAR PUSTAKA
perairan Boom Baru bahwa pada
periode ulang 5 tahun nilai MSL (Mean Asdak C. 2007. Hidrologi dan
Sea Level)nya sebesar 2,01 m artinya pengelolaan daerah aliran sungai.
bukan berarti menunjukkan bahwa Bandung: Fakultas Teknologi
ketinggian air sebesar 2,01 m akan Industri Pertanian, Universitas
terjadi secara periodik 1 kali dalam Padjadjaran.
setiap 5 tahun. Namun dalam 5 tahun Budiwicaksono RA. 2013. Pemodelan
ada kemungkinan 1 kali terjadi pola arus tiga kondisi musim
ketinggian permukaan air yang berbeda sebagai jalur pelayaran
besarnya sama atau lebih dari 2,01 m, perairan teluk lampung
begitu juga pengertian periode ulang menggunakan software DELFT3D.
untuk 10, 25, 50 dan 100 tahun, sama Semarang: Jurusan Ilmu Kelautan,
halnya dengan Tanjung Buyut. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro.
4. KESIMPULAN Machairaiyah. 2007. Analisis curah
Hasil penelitian menunjukkan hujan untuk pendugaan debit
kesimpulan bahwa hasil analisis puncak dengan metode rasional
komponen harmonik didapat nilai pada das percut kabupaten Deli
komponen diurnal (AK1 + AO1) lebih Serdang. Medan: Departemen
dominan atau lebih besar dari Teknologi Pertanian, Fakultas
komponen yang lain, Pola perambatan Pertanian, Universitas Sumatera
komponen pasang surut pada Utara.
penelitian ini dilihat dari segi nilai fase Oktavia R. 2011. Variasi muka laut dan
dan waktu pasang dikedua perairan arus geostropik permukaan
terjadi dari perairan Tanjung Buyut perairan selat Sunda berdasarkan
merambat menuju Boom Baru dan Nilai data pasut dan angin tahun 2008.
bilangan Formzhal pada Perairan Boom Bogor: Program Studi Ilmu dan
Baru 3,41 dan Tanjung Buyut 3,16 Teknologi Kelautan, IPB.
dapat disim-pulkan tipe pasang ] Pugh TD. 1987. Tides, surges, and mean
surut di kedua perairan yaitu pasang sea-level. Swindon, UK: Natural
surut harian tunggal (diurnal) artinya Environment Research Council.
dalam dalam sehari terjadi satu kali

46
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

Purbo PA, Primahessa A. 1995.


Perencanaan pengamatan pantai
dari bahaya abrasi di kecamatan
sayung kabupaten demak
[Skripsi]. Semarang: Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Santosa A. 2013. Buletin stasiun
meteorologi Sultan Mahmud
Badaruddin II Palembang. Edisi
Februari dan Maret 2013.
Palembang: Stasiun Meteorologi
SMB II Palembang.
Saputra C. 2007. Studi fluktuasi pasang
surut di muara Sungai Siak, Selat
Bengkalis dan Tanjung Gadai
Perairan Selat Panjang Riau
[Skripsi]. Riau: Ilmu Kelautan,
FPIK, UNRI.

47
Rio Demak Hasibuan, et al.
Analisis Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Penentuan Periode Ulang Pasang Surut dengan Metode Gumbel
di Perairan Boom Baru dan Tanjung Buyut

48

Anda mungkin juga menyukai