Anda di halaman 1dari 7

KECERDASAN EMOSIONAL, SISTEM LIMBIK, dan

KORTEKS PREFRONTAL

Karya Tulis Ilmiah


untuk Memenuhi Penugasan
Blok 1.3 Neurosensori

Program Studi Pendidikan Dokter

oleh:

Nabil Hakim
21711029
Kelompok Tutorial 7

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2021
PENDAHULUAN

Kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence (EQ) adalah kemampuan diri


untuk mengerti, menggunakan dan mengatur emosi. Kecerdasan emosional yang baik dapat
mengoptimalkan kecerdasan otak lain seperti kecerdasan pikiran (IQ). (Goleman, 1996).
Istilah EQ awalnya diciptakan oleh Peter Salovey dan John D. Mayer yang ditafsirkan
sebagai kecerdasan intelejen tidak menggunakan emosi di dalamnya, namun selanjutnya
definisinya berubah setelah Goleman banyak mengutip bukunya (Prawitasari, 2016).
Kecerdasan emosional bermain di beberapa bagian otak, tepatnya di sistem limbik dan
korteks prefrontal.
Sistem limbik disebut sebagai ‘otak emosional’ karena perannya yang kuat di
bidang emosi dan perasaan manusia, termasuk di dalamnya ialah senang, sedih, takut,
marah dan ekspresi lain. (Tortora & Derrickson, 2017). Limbik berasal dari kata limbus
yang artinya batas. (Martini, 2012). Sistem limbik dikatakan sebagai jalur saraf yang
meregulasi tingkah laku, emosi dan motivasi seseorang (Hall, 2006). Sistem limbik terdiri
atas banyak komponen : Lobus limbik, hippocampus, gyrus dentis, gyrus cingula, gyrus
parahippocampal, amygdala, nukleus septa, badan mamila hypothalamus, dua nukleus
hypothalamus (anterior dan posterior), bulbus olfaktori, dan fornix. (Tortora & Derrickson,
2017). Terdapat keterkaitan antara sistem limbik dan bagian anterior dari lobus frontal otak
atau yang kerap disebut sebagai prefrontal cortex.
Prefrontal cortex (PFC) atau korteks prefrontal adalah bagian anterior dari lobus
frontal otak yang memiliki fungsi untuk melakukan proses berpikir di dalam pikiran, dan
menyimpan secara singkat memori kerja. (Hall, 2006). PFC memainkan peranan penting
dalam menentukan keputusan seseorang dan berkaitan dengan area lain di otak seperti
thalamus, hypothalamus, sistem limbik dan cerebellum (Tortora & Derrickson, 2017).
Adapun beberapa fungsi dari area PFC adalah : kontrol volunter pengambilan keputusan,
kreativitas, dan kepribadian (Sherwood, 2011).
Ketiga komponen di atas dapat membentuk suatu mekanisme yang kompleks pada
emosi, memori, dan perilaku manusia. Koordinasi baik antara sistem limbik dengan korteks
prefrontal dapat membentuk kecerdasan emosional (EQ) yang baik. Terbentuknya emosi
dikendalikan oleh sistem limbik. Kendali untuk melampiaskan emosi dan melakukan hal
lain diatur oleh prefrontal cortex.
PEMBAHASAN

Manusia dapat mendengar, meraba, melihat, menghidu, mengecap karena adanya


bentuk rangsangan atau stimulus di sekitarnya. Stimulus tersebut kemudian akan ditangkap
oleh masing-masing reseptor yang ada di tubuh, sesuai dengan jenis reseptornya. Reseptor
kemudian akan melewati jarasnya dan hampir semua informasinya dipersatukan di suatu
bagian otak bernama thalamus. Thalamus kemudian meneruskan informasi ke berbagai
regio korteks di otak untuk kemudian dipersepsikan oleh manusia. (Ganong et al., 2014)
Stimulus yang diterima reseptor dipersepsikan oleh otak dapat diproses kembali
menjadi berbagai macam bentuk, di antaranya adalah emosi dan memori. Emosi merupakan
suatu kondisi pemikiran atau perasaan khas. Emosi dapat berupa perasaan takut, sedih,
marah, dan lain-lain. (Annisa, 2017). Memori adalah kemampuan untuk menyimpan dan
mengkode kembali informasi tersebut. Semua rangkaian proses terciptanya emosi dan
memori terjadi di sebuah sistem di otak. Bagian otak yang memainkan peran emosi dan
memori adalah sistem limbik. (Sherwood, 2011)
Struktur sistem limbik yang berperan penting dalam regulasi emosi adalah
amygadala. Amygdala berkomunikasi dengan korteks serebri untuk menerima informasi
tentang apa yang telah dipersepsikan oleh korteks serebri, apakah itu visual, auditori,
sensoris dan lainnya. Kemudian informasi yang diterima amygdala dihubungkan dengan
hypothalamus melalui fornix. Dari hypothalamus, kita dapat merasakan perasaan emosi :
sedih, marah, takut, dan lain sebagainya. Hypothalamus kemudian dapat mengatur sistem
saraf motorik dan otonom sebagai respons dari emosi yang tercipta. Jalur amygdala ke
hypothalamus secara langsung tersebut disebut sebagai jalur cepat. Jalur cepat ini
merespons emosi dengan instan dan tanpa pikir panjang. Jalur lain pemrosesan emosi
adalah jalur lambat. Jalur lambat diawali dengan korteks serebri yang membawa informasi
persepsinya ke korteks prefrontal. Korteks prefrontal kemudian menimbang keputusan
yang tepat dari informasi stimulus tersebut. Keputusan dari korteks prefrontal kemudian
dikomunikasikan dengan amygdala lalu dihantarkan lagi menuju hypothalamus. Jalur
lambat ini memungkinkan perubahan emosi yang telah tercipta sebelumnya melalui jalur
cepat. Sehingga respons emosi pun dapat berubah karena adanya proses di korteks
prefrontal. (LeDoux, 1998)
(Diambil dari Pudjono, 1995)

Selain emosi, sistem limbik juga berperan dalam regulasi memori. Regulasi
memori diatur oleh struktur otak bernama hippocampus. Jalur terbentuknya memori di otak
dikemukakan oleh James Papez pada tahun 1937, yang kemudian jalur tersebut disebut
sebagai Sirkuit Papez. Sirkuit Papez ini menjelaskan bagaimana memori jangka pendek
disimpan menjadi memori jangka panjang dan sedikit memengaruhi emosi. Pertama,
stimulus yang berhasil ditangkap kemudian akan masuk ke hippocampus bagian subiculum.
Dari hippocampus, kemudian akan dibawa ke badan mamilari di hypothalamus melalui
fornix. Hypothalamus kemudian menyalurkan informasinya kepada thalamus untuk
selanjutnya disimpan di gyrus cinguli. Ketika informasi yang telah disimpan kemudian
dipanggil kembali, terdapat dua kemungkinan. Pertama, informasi tersebut dapat kembali
ke hippocampus melalui gyrus hippocampal untuk hanya di recall. Kedua, informasi
tersebut bisa digunakan untuk memengaruhi emosi, dengan cara diteruskan menuju korteks
prefrontal, yang selanjutnya dapat digunakan untuk bahan pertimbangan otak untuk
menentukan keputusan. Keputusan tersebut dapat dibawa ke amygdala dan menentukan
perubahan emosi manusia. (Crossman & Neary, 2015)
PENUTUP

Manusia dapat merasakan panas, dingin, terang, gelap, ingat, lupa, seram, marah
karena adanya stimulus yang yang dipersepsikan otak. Otak memiliki sistem regulasi emosi
dan memori yang disebut sebagai sistem limbik. Sistem limbik utamanya terdiri atas
amygdala, hippocampus, hypothalamus dan korteks serebri. Amygdala utamanya mengatur
emosi, sedangkan hippocampus mengatur memori. Korteks prefrontal berperan dalam
mengambil keputusan untuk merespon emosi dan memori. Regulasi emosi terdiri dari jalur
cepat yang merupakan respon emosional instan dan jalur lambat yang merupakan respon
lanjutan dengan asosiasi korteks prefrontal.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, R. (2017). Analisis Kecerdasan Emosional Mahasiswa Tingkat II Program Studi


S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon,
1(1), 1–11.
Crossman, A. R., & Neary, D. (2015). Neuroanatomi (J. S. Purba (ed.); 5th ed.). Elseviers.
Ganong, W. F., Barret, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. L. (2014). Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. In Penerbit Buku Kedokteran EGC (Vol. 24).
Goleman, D. (1996). Kecerdasan Emosional (T. Hermaya (ed.)). PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hall, J. E. (2006). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology, 12th Ed (12th ed.).
Elseviers.
LeDoux, J. E. (1998). The emotional brain : The mysterious underpinnings of emotional
life. Simon and Schuster.
Martini. (2012). Fundamental of Anatomy and Physiology. In Pearson Education.
Prawitasari, J. E. (2016). Kecerdasan Emosi. Buletin Psikologi, 6(1), 21–31.
https://doi.org/10.22146/bpsi.13280
Pudjono, M. (1995). Dasar-Dasar Fisiologi Emosi. 41–48.
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem (8th ed.). EGC.
Tortora, G., & Derrickson, B. (2017). Dasar Anatomi dan Fisiologi. EGC : Jakarta
LAMPIRAN :
Bukti cek plagiarsime turnitin

Anda mungkin juga menyukai