Anda di halaman 1dari 6

Teori Polivagus, Pikiran Bawah Sadar, dan University Hospital dan Bernstein Center for

Hipnoterapi Klinis Computational Neuroscience di Berlin, di bawah


Teori Polivagus pertama kali diungkap ke publik oleh pimpinan Professor John-Dylan Haynes. Hasil penelitian
Stephen W. Porges, 8 Oktober 1994, di hadapan yang dipublikasi di Science Daily, 15 April 2008,
komunitas ilmiah Society of Psychophysiological menyatakan bahwa aktivitas otak memprediksi, bahkan
Research. Beberapa bulan kemudian, teori ini hingga 7 detik lebih awal, bagaimana seseorang akan
dipublikasi dalam artikel Orienting in a Defensive World: membuat keputusan. Dengan kata lain, pembuatan
Mammalian Modifications of Our Evolutionary Heritage keputusan adalah hasil dari aktivitas mental yang
dan diterbitkan di jurnal Psychophysiology (Porges, bersifat tidak disadari (nirsadar).
1995).
Pemindaian dan penilaian yang dilakukan sistem saraf
Neurosepsi (Neuroception) otonom, melalui proses neurosepsi, bekerja berdasar
pola kebiasaan yang berkembang seiring waktu dan
Menurut teori Polivagus, sebelum otak mengerti apa dibentuk melalui pengalaman hidup, baik pengalaman
yang terjadi dan memberi makna secara sadar pada positif dan memberdayakan, maupun pengalaman
suatu situasi atau kejadian, sistem saraf otonom melalui traumatik. Neurosepsi membentuk kondisi psikologis
proses yang dinamakan neurosepsi, telah memindai (kognisi dan emosi) dan selanjutnya kondisi ini
(scan) dan menilai (assess) berbagai informasi yang menentukan respon individu (Dana, 2018).
bersumber baik dari dalam tubuh, lingkungan, maupun
dari individu lain, dan memberi makna pada informasi Secara anatomis, tiga bagian otak yang terlibat dalam
ini (Porges, 2004). proses neurosepsi adalah temporal cortex,
periaqueductal gray (PAG), dan insula (Porges, 2009b,
Makna yang dihasilkan melalui proses ini bisa berupa 2011). Temporal cortex bekerjasama dengan amigdala
salah satu dari tiga hal berikut: aman, tidak menjalankan fungsi mengenali dan berespon pada
aman/berbahaya, atau mengancam keselamatan hidup. wajah, suara, dan gerakan tangan orang untuk
Selanjutnya, masih tanpa melibatkan kesadaran menentukan derajat keterpercayaan seseorang. PAG
(conscious awareness), sistem saraf memulai dan berkomunikasi dengan sistem saraf simpatik dan dorsal
mendorong terjadinya respon seturut makna. vagus untuk mengelola perilaku konfrontatif, perilaku
menghindar atau lari, dan perilaku imobilisasi. Insula
Neurosepsi dapat dipandang sebagai sinyal somatik terlibat dalam interosepsi, mengolah informasi yang
yang memengaruhi pembuatan keputusan dan respon berasal dari organ tubuh, atau membawa umpan balik
perilaku tanpa secara sadar mengetahui keberadaan dari organ viseral ke permukaan sehingga diketahui oleh
isyarat atau pemicu (Klarer dkk, 2014 : 7076). Beberapa pikiran sadar (Craig, 2009a).
karakteristik neurosepsi terekam ke dalam sistem saraf
kita, menjadi strategi adaptif, dan diturunkan melalui Neurosepsi memberi individu akses pada informasi yang
proses evolusi (Porges, 2009b). tidak dapat individu amati secara sadar. Bila neurosepsi
bekerja dengan baik, ia adalah berkah dalam menjaga
Berbeda dengan persepsi yang melibatkan kesadaran keselamatan dan kesejahteraan individu. Namun,
hingga derajat tertentu, neurosepsi berlangsung sangat neurosepsi juga bisa salah dalam melakukan penilaian
cepat, tidak melibatkan fungsi kognisi atau kesadaran, akibat distorsi yang disebabkan oleh trauma masa lalu,
namun melibatkan struktur subkortikal sistem limbik berbagai emosi negatif dalam diri, akibat pengaruh
(Morris, Ohman, dan Dolan, 1999). Hasil dari neurosepsi obat, kondisi fisik lelah, gula darah rendah, sakit, atau
berupa firasat (gut feelings), perasaan yang muncul dari bahkan saat individu sedang jatuh cinta.
hati (heart-informed feelings), dan perasaan tersirat
(implicit feelings) yang menggerakkan individu dalam Sistem Saraf Otonom
kontinum respon aman dan keselamatan hidup
(survival). Neurosepsi mengendalikan kondisi mental Sebelum Teori Polivagus, sistem saraf otonom manusia
emosi, memberi warna pada pengalaman, dan mencipta digambarkan sebagai sistem antagonis dua bagian,
respon otonom. simpatik dan parasimpatik, dengan peran dan fungsinya
masing-masing, dan hanya satu sistem saraf yang bisa
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh sekelompok aktif pada satu waktu tertentu. Sistem saraf simpatik
ilmuwan Max Planck Institute for Human Cognitive and berespon pada sinyal atau isyarat bahaya, melepas
Brain Sciences di Leipzig, bekerja sama dengan Charité adrenalin dan menyiapkan tubuh untuk proses
penyelamatan hidup melalui respon lawan atau lari Ventral vagus berespon pada isyarat situasi atau kondisi
(fight-flight response). Sementara sistem saraf aman dan mendukung rasa aman untuk keterlibatan
parasimpatik berfungsi merilekskan individu. dan keterhubungan secara sosial. Sementara dorsal
vagus berespon pada isyarat bahaya ekstrim yang
Teori Polivagus mengidentifikasi jenis respon ketiga, mengancam keselamatan, guncangan hebat baik fisik
yang Porges (2004) sebut sebagai sistem keterlibatan atau psikis (shock – trauma), atau bila individu merasa
sosial (social engagement system), perpaduan antara tidak berdaya menghadapi situasi tertentu.
respon aktif dan menenangkan, beroperasi melalui
pengaruh saraf yang unik. Aktifnya dorsal vagus dapat diamati melalui
karakteristik fisik antara lain wajah kehilangan warna,
Dalam Teori Polivagus dinyatakan bahwa sistem saraf datar, dan tampak tidak responsif. Suara juga berubah
parasimpatik memiliki dua cabang dengan fungsi menjadi datar, respon verbal menjadi (sangat) lambat,
berbeda: ventral vagus dan dorsal vagus. Dengan mata nanar dan tekanan darah turun. Aliran darah ke
demikian, menurut teori ini, terdapat tiga jalur dalam lobus frontalis juga menurun mengakibatkan otak tidak
sistem saraf otonom kita: simpatik, ventral vagus dan mampu membentuk narasi dan gambaran kejadian yang
dorsal vagus (Porges, 2011). dialami individu. Individu mengalami amnesia. Ini terjadi
karena pada saat mengalami guncangan hebat, individu
Saraf simpatik berawal dari dalam kolom tulang bereaksi menggunakan bagian otak dan sistem saraf
belakang, menuju ke bagian tengah medula spinalis yang lebih primitif.
dalam kolom sel medialolateral (atau tanduk lateral),
dimulai pada segmen toraks pertama dari medula Hampir semua saraf ventral vagus termielinasi.
spinalis dan diperkirakan meluas ke segmen lumbar Sementara saraf-saraf dorsal vagus hampir semuanya
kedua atau ketiga. Saraf simpatik memobilisasi energi tidak termielinasi. Mielinisasi membuat ventral vagus
individu melalui dua sistem: medula simpatik adrenal mampu memroses informasi dengan cepat dan efisien
(sympathetic adrenal medullary / SAM) dan poros (Porges, 1997).
hipotalamus-pitutitari-adrenal (hypopthalamic-
pituitary-adrenal axis) atau poros HPA. Hal penting lainnya, 80% saraf vagus adalah saraf
aferen, yaitu saraf yang mengirim sinyal sensorik ke
Saat sistem saraf memaknai situasi sebagai bahaya atau otak. Sementara 20%-nya adalah saraf eferen, yaitu
mengancam, SAM aktif dan mengakibatkan semburan saraf yang mengirim sinyal dari otak ke otot-otot dan
adrenalin untuk respon segera terhadap stresor. Respon kelenjar-kelenjar.
sekejap ini berlangsung dalam rentang waktu 100
milidetik. Aktivasi SAM bertujuan untuk respon jangka Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa saat situasi
pendek dan setelahnya tubuh kembali ke kondisi aman, ventral vagus aktif, individu dapat menjalani
normal. Namun apabila situasi tidak dapat diatasi interaksi sosial (social engagement) dengan baik. Saat
dengan aktivasi SAM, selanjutnya poros HPA aktif dan situasi tidak aman atau bahaya, saraf simpatik aktif dan
melepas hormon stres kortisol. individu masuk mode lawan atau lari (fight-flight). Dan
saat menghadapi bahaya ekstrim, dorsal vagus aktif,
Manusia memiliki 12 pasang saraf kranial (saraf yang individu mengalami kondisi imobilisasi atau freeze.
muncul langsung dari otak). Saraf vagus adalah saraf
kranial 10, paling panjang dari semua saraf kranial, dan Hirarki Aktivasi
merupakan komponen utama dari sistem saraf
parasimpatik. Saraf vagus bukan saraf tunggal namun Untuk memahami cara kerja dan urutan aktivasi ketiga
berupa kumpulan serabut saraf dalam selubung. sistem saraf otonom ini, dapat digunakan analogi
tangga. Posisi paling atas tangga adalah ventral vagus.
Saraf vagus terbagi menjadi dua jalur di diafragma: Di bawahnya, sistem saraf simpatik. Dan paling bawah
ventral vagus dan dorsal vagus. Ventral vagus adalah dorsal vagus.
memengaruhi kerja organ-organ di atas diafragma
(supradiafragmatik) seperti jantung dan paru-paru, Dalam kondisi normal, saat neurosepsi memberi makna
sementara dorsal vagus memengaruhi kerja organ- aman terhadap situasi di dalam diri, lingkungan, atau
organ di bawah diafragma (subdiafragmatik), terutama orang lain di sekitar individu, saraf ventral vagus aktif.
organ pencernaan. Aktifnya ventral vagus berakibat individu merasa aman,
nyaman, dan mampu berinteraksi sosial dengan baik.
Trauma dan Sistem Saraf Otonom
Apabila karena sesuatu hal, neurosepsi memaknai suatu
isyarat sebagai tanda bahaya maka aktivasi ventral Setiap individu, dalam perjalanan hidupnya, pasti
vagus menurun dan saraf simpatik mulai aktif. Bila pernah mengalami peristiwa yang mengguncang, intens,
kondisi bahaya ini dapat segera diatasi, saraf simpatik dan penuh tekanan. Namun, respon setiap individu
menjadi nonaktif dan ventral vagus kembali aktif tidaklah sama. Ada yang dapat mengatasi kondisi ini
sepenuhnya sehigga individu dapat menjalani dengan cepat dan kembali ke kondisi seimbang,
kehidupan dengan perasaan nyaman dan mampu nyaman, dan mampu melanjutkan hidup dengan baik
berinteraksi dengan lingkungan. melalui interaksi sosial bermakna. Sementara ada juga
individu yang berubah, akibat kejadian ini, dan tidak lagi
Namun bila kondisi bahaya ini tidak dapat diatasi, sama seperti dirinya sebelum kejadian.
ventral vagus segera menjadi nonaktif dan saraf
simpatik aktif sepenuhnya mengendalikan individu. Gangguan psikologis pascatrauma, bila ditilik dari
Saraf simpatik mengaktifkan respon lawan atau lari perspektif Teori Polivagus, sejatinya terbagi menjadi
(fight-flight response). Saat individu menghadapi dua. Pertama, kondisi pascatrauma kronis melalui
bahaya ekstrim yang mengancam keselamatan atau aktivasi sistem saraf simpatik yang menghasilkan respon
guncangan ektrim yang dinilai di luar kemampuan lawan atau lari, atau lebih sering disebut kondisi stres.
individu untuk mengatasinya, dorsal vagus aktif, dan Kedua, kondisi pascatrauma kronis melalui aktivasi
individu masuk kondisi imobilisasi/beku (freeze), dorsal vagus yang menghasilkan respon menarik atau
menarik atau menutup diri,dan bisa mengalami menutup diri akibat perasaan takut, tidak berdaya,
disosiasi. putus asa, dan berbagai perilaku depresi (Rosenberg,
2017).
Pengalaman tidak kondusif atau traumatik dalam proses
tumbuh kembang individu mengakibatkan neurosepsi Gangguan stres pascatrauma terjadi bila respon genting
sering salah dalam memaknai suatu informasi. Informasi lawan, lari, atau imbolisasi teraktivasi namun tidak
yang sebenarnya netral atau bukan masalah dimaknai berhasil dinonaktifkan kembali dan individu mengalami
sebagai sesuatu yang mengancam atau berbahaya, fiksasi psikofisiologis, mengakibatkan ventral vagus
mengakibatkan ventral vagus nonaktif, dan sistem saraf nonaktif untuk waktu lama.
simpatik atau dorsal vagus aktif.
Pikiran Bawah Sadar
Untuk mampu menjalankan interaksi dan fungsi sebagai
makhluk sosial dengan baik, merasa tenang, aman, Manusia memiliki dua pikiran: pikiran sadar (PS) dan
bahagia, aktif, penuh perhatian, semangat, dan pikiran bawah sadar (PBS). PBS mulai aktif sejak terjadi
menikmati hidup, individu butuh aktivasi ventral vagus. pembuahan. Ia akan terus dan selalu aktif hingga
Namun, semua hal ini tidak bisa individu alami bila individu meninggal. Sementara PS baru mulai aktif saat
sistem saraf simpatik atau dorsal vagus aktif, yang individu berusia tiga tahun. Berbeda dengan PBS yang
menempatkan individu dalam mode genting lawan atau senantiasa aktif dan bekerja, PS hanya aktif saat individu
lari, atau kondisi imobilisasi. dalam kondisi bangun dan sadar penuh. Saat individu
tidur, pingsan, dibawah pengaruh obat, atau dianestesi,
Pengalaman tidak kondusif atau traumatik dalam proses PS tidak aktif (sepenuhnya).
tumbuh kembang dapat mengakibatkan individu
tersangkut dalam mode sistem saraf simpatik aktif atau PS terus berkembang seiring proses tumbuh-kembang
dorsal vagus aktif untuk waktu lama. individu dan menjadi sangat kuat saat usia 13 tahun. PS
memiliki fungsi berpikir analitis, rasional, menyimpan
Saat sistem saraf telah terkondisi sedemikian rupa, ia memori jangka pendek, kekuatan kehendak, dan faktor
akan terus berada dalam kondisi ini hingga individu kritis (Gunawan, 2012).
secara sadar melakukan pengkondisian baru. Perubahan
melalui pengkondisian baru sifatnya penting karena PBS memiliki lebih banyak fungsi daripada PS. Fungsi
neurosepsi mengikuti pola terkondisi ini. paling utama PBS adalah menjaga dan atau melindungi
keselamatan individu dari segala sesuatu yang ia
pandang, rasa, yakin, percaya, atau asumsikan sebagai
hal membahayakan kesejahteraan atau keselamatan
individu (Tebbetts, 1987; Gunawan, 2012). PBS
melindungi individu berdasar keputusan dan cara yang berbanding 90%. Hal yang sama dinyatakan oleh
ia pilih. Fungsi lain PBS adalah sebagai tempat Szegedy-Maszak (2005) bahwa manusia hanya
menyimpan kepercayaan (belief), nilai (value), memori menyadari sekitar 5% dari aktivitas berpikirnya, dengan
jangka panjang, kebiasaan (baik, buruk, netral), demikian hampir semua keputusan, tindakan, emosi,
kepribadian, karakter, intuisi, kreatifitas, dan sumber dan perilaku seseorang sepenuhnya bergantung pada
emosi (Churchill, 2012; Gunawan, 2012). 95% aktivitas otak yang berlangsung tanpa ia sadari.

PBS melindungi individu menggunakan data yang Saat seseorang di masa kecil, misalnya pernah
tersimpan di memori yang dihimpun seiring mengalami trauma karena digigit anjing, maka data
pertumbuhan dan perkembangan individu. Selanjutnya, berupa narasi kejadian dan emosinya tersimpa di
dengan menggunakan data ini sebagai parameter, PBS memori PBS. Selanjutnya, berdasar data ini, PBS akan
memindai (scan) berbagai informasi, baik yang memindai apakah ada anjing di sekitar individu dan bila
bersumber dari dalam diri maupun lingkungan. ada, PBS akan langsung mengaktifkan tanda bahaya
berupa perasaan tidak nyaman, takut, atau sensasi fisik
Data hasil pemindaian yang masuk ke PBS, dengan tertentu, atau bahkan ada suara hati yang memerintah
sangat cepat dibandingkan dengan data di memori, dan individu untuk segera menjauh dari anjing.
setelahnya PBS memberi makna: aman, berbahaya, atau
mengancam keselamatan jiwa. Berdasar makna ini, PBS Demikian pula bila seseorang pernah mengalami
menyiapkan respon adaptif yang sesuai. Semua ini perlakukan buruk, misal dimarahi oleh orang tua
terjadi dengan sangat cepat tanpa melibatkan PS. dengan suara keras, narasi kejadian dan emosinya
disimpan di memori PBS. Setelahnya, setiap kali ia
Kapasitas dan kecepatan PBS dalam memroses data mendengar suara keras, walau suara ini tidak ditujukan
sangat besar dan cepat. Menurut Zimmermann (1989) padanya, PBS memberi sinyal tanya bahaya.
jumlah maksimal informasi yang dapat disadari adalah
sekitar 40 bit/detik – sangat jauh di bawah jumlah yang Sinyal ini direspon fisik dalam bentuk aktivasi sistem
diterima oleh reseptor-reseptor (ujung-ujung saraf). saraf simpatik. Dan bila bahaya telah berlalu dan
Sementara Trincker (dalam Norrentranders, 1998:126) individu merasa aman atau nyaman, sesuai dengan
menyatakan bahwa dari semua informasi yang masuk pemaknaan PBS, ia kembali rileks. Individu menjadi
ke otak setiap detik, yang berasal dari semua sensor rileks karena sistem saraf parasimpatik, tepatnya
organ, hanya sejumlah sangat kecil disadari. Rasio ventral vagus, aktif.
antara kapasitas persepsi dan kapasitas apersepsi
adalah satu juta berbanding satu. Dengan kata lain, Dan bila berdasar penilaian PBS individu tidak mungkin
hanya satu per satu juta informasi yang dapat dilihat bisa mengatasi kondisi atau situasi yang sedang ia
oleh mata, didengar oleh telinga, dan yang berasal dari hadapi, sebagai langkah perlindungan, PBS akan
organ atau indera lainnya, yang muncul ke kesadaran membuat individu menjadi lemas, tidak mampu
dan diketahui atau disadari. Dari dua pernyataan di bergerak, bahkan pingsan. PBS juga bisa membuat
atas, dapat disimpulkan bahwa perbandingan kapasitas individu mengalami disosiasi agar tidak mengalami sakit
pemrosesan data antara PS dan PBS adalah 40 bit/detik atau penderitaan berlebih. Kondisi ini sejatinya adalah
berbanding 40.000.000 bit/detik atau 1 berbanding aktivasi saraf dorsal vagus.
1.000.000.
Dalam hipnoterapi, dilakukan induksi hipnotik dengan
Dengan kecepatan pemrosesan data yang sedemikian tujuan membuat PS menjadi rileks sehingga faktor kritis
tinggi, PBS dapat secara instan memberi makna pada PS menjadi nonaktif. Dengan demikian, terapis dapat
suatu informasi yang ia terima, dan selanjutnya berbicara langsung dengan PBS klien tanpa intervensi
mengirim sinyal ke pikiran sadar terutama melalui tiga dari PS.
dari lima jalur komunikasi utama: perasaan, sensasi
fisik, suara hati (inner talk). Dua jalur lainnya adalah Dalam kondisi hipnosis sedalam apapun, saat PS tidak
intuisi dan mimpi. lagi bekerja, PBS klien tetap aktif dan senantiasa
menjalankan fungsi proteksi pada diri individu. Ini
Para pakar hipnoterapi seperti Erickson, Boyne, sejatinya adalah proses neurosepsi yang dilakukan
Tebbetts, Kein, Churchill dan yang lainnya menyatakan sistem saraf otonom.
bahwa besarnya daya pengaruh PS dan PBS dalam
memengaruhi dan mengendalikan individu adalah 10% Hipnoterapi Klinis
dalam sistem saraf dan sangat menganggu
Teori Polivagus menyatakan bahwa sistem saraf keseimbangan serta kesejahteraan tubuh dan pikiran.
terkondisi oleh pengalaman hidup dan membentuk pola Residu ini terjadi karena individu tidak dapat
spesifik sebagai acuan pemberian makna oleh proses menyelesaikan proses melewati atau keluar dari kondisi
neurosepsi. Pengalaman traumatik mengakibatkan tak berdaya saat mengalami kejadian (Levine, 1997).
neurosepsi lebih sering memberi makna bahaya Kondisi ini hanya bisa berubah atau diubah saat emosi
terhadap isyarat atau informasi yang bersumber dari yang lekat pada memori kejadian berhasil dikeluarkan
dalam diri atau lingkungan. Kondisi ini mengakibatkan sepenuhnya dari sistem psikis individu.
saraf simpatik atau dorsal vagus lebih sering aktif.
Melalui proses hipnoterapi klinis, individu dibimbing
Sementara pengalaman positif yang dialami individu untuk dengan aman mencari, menemukan, dan
dalam proses tumbuh kembangnya membuat mengakses pengalaman traumatik masa lalu, yang
neurosepsi lebih tepat memberi makna pada isyarat mengakibatkan ia mengelamai fiksasi psikofisiologis
atau informasi yang diterima dari dalam diri atau berupa respon sistem saraf yang tidak akurat dan
lingkungan, sebagai kondisi aman atau terkendali. Hal malfungsi neurosepsi.
ini mengakibatkan individu lebih sering berada dalam
mode aktivasi ventral vagus dan mampu menjalankan Saat pengalaman traumatik ini berhasil direkonstruksi,
hidup dengan baik melalui interaksi sosial. emosi yang lekat pada memori berhasil dinetralisir dan
tuntas dikeluarkan dari sistem psikis individu, individu
Pengkondisian ulang sistem saraf yang cenderung mengalami pengalaman emosional korektif, sistem saraf
mengaktifkan saraf simpatik dan dorsal vagus dapat kembali ke kondisi homeostasis alamiah, ventral vagus
dilakukan dengan teknik tertentu (Porges dan Dana, aktif, dan neurosepsi dapat bekerja dengan benar.
2018; Dana, 2018). Teknik dimaksud adalah dengan
melatih individu mengenali kapan salah satu dari tiga
sistem sarafnya aktif, apa yang membuat sistem saraf
ini aktif, dan apa yang bisa ia lakukan untuk mengubah Referesi:
situasi ini.
Churchill, Randal. 2012. Advanced Clinical
Dengan sering berlatih mengenali dan melakukan Hypnotherapy workbook.
koreksi atas respon, individu melakukan pengkondisian
ulang pada sistem sarafnya. Hal yang sebelumnya oleh Craig, A. D. 2009a. How do you feel—now? The anterior
neurosepsi dimaknai bahaya atau mengancam insula and human awareness. Nature Reviews
keselamatan, padahal sesungguhnya tidak, akan Neuroscience, 10, 59–70.
terkoreksi sehingga bila individu bertemu dengan
isyarat atau informasi yang sama, neurosepsi memberi Dana, Deb. 2018. The Polyvagal Theory in Therapy:
makna berbeda. Engaging the Rhythm of Regulation. New York: Norton

Dari perspektif hipnoterapi klinis, pola berulang yang Gunawan, Adi W. 2012. The Miracle of MindBody
dialami individu sejatinya adalah program pikiran berisi Medicine. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
narasi kejadian dan emosi dengan intensitas tertentu,
yang tersimpan di memori PBS. Klarer, M., Arnold, M., Günther, L., Winter, C., Langhans,
W., & Meyer, U. 2014. Gut vagal afferents differentially
Berbagai kejadian traumatik dan emosi intens yang modulate innate anxiety and learned fear. Journal of
lekat padanya, tersimpan di memori, tidak hilang walau Neuroscience, 34(21), 7067–7076
telah lama berlalu. Memori ini, tidak seperti memori
pada umumnya yang akan pudar dengan sendirinya, Levine, Peter.1997. Waking the Tiger: Healing Trauma.
akan terus aktif, bahkan setelah puluhan tahun. Bagi Berkeley: North Atlantic
para individu ini, masa lalu selalu hadir di masa
sekarang, dan mengakibatkan individu kerap dalam Morris, J.S., Ohman, A., & Dolan, R.J. 1999. A subcortical
kondisi waspada berlebih. (Van der Kolk, 2014), pathway to the right amygdala mediating “unseen” fear.
Proceedings of the National Academy of Sciences USA,
Kondisi waspada, akibat aktifnya saraf simpatik, adalah 96, 1680-1685
simtom yang bersumber dari energi yang terperangkap
Norrentranders, T. 1998. The User Illusion: Cutting
Consciousness Down to Size. New York: Penguin Books

Porges, S. W. 2009a. The polyvagal theory: New insights


into adaptive reactions of the autonomic nervous
system. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 76 (Suppl
2), S86–S90.

Porges, Stephen W., Dana, A., Deb. 2018. Clinical


Applications of the Polyvagal Theory: The Emergence of
Polyvagal-Informed Therapies. New York : Norton

Porges, Steven W. 1995. Orienting in a Defensive World:


Mammalian Modifications of Our Evolutionary Heritage.
Psychophysiology. 32(4):301-318.

Porges, Steven W. 1997. Emotion: An evolutionary by-


product of the neural regulation of the autonomic
nervous system. Annals of the New York Academy of
Sciences, 807, 62–77.

Porges, Steven W. 2011. The Polyvagal Theory:


Neurophysiological Foundations of Emotions,
Attachment, Communication, and Self-regulation. New
York: Norton

Rosenberg, Stanley. 2017. Accessing the Healing Power


of the Vagus Nerve. Berkeley: North Atlantic Book.

Sciencedaily. 2008, 15 April. Decision-making May Be


Surprisingly Unconscious Activity. Diakses 8 Agustus
2019, dari
https://www.sciencedaily.com/releases/2008/04/08041
4145705.htm

Szegedy-Maszak, M. 2005. Mysteries of the Mind, Is


your unconscious making your everyday decisions? U.S.
News & World Report

Tebbetts, Charles. 1987. Self Hypnosis and Other Mind-


Expanding Techniques. Glendade: Westwood Pulishing

Van der kolk, Bessel. 2014. The Body Keeps the Score:
Brain, Mind, and Body in the Healing of Trauma. New
York: Penguin Books

Zimmermann, Manfred. The Nervous System in the


Context of Information Theory. Human Physiology, 89,
166-173

Anda mungkin juga menyukai