Anda di halaman 1dari 5

NASKAH f32/01/04/2024, oleh: Muh.

Fatahillah Suparman, MPsi, MPd

GOLONGAN YANG
HARAM MENERIMA ZAKAT

Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
ُ ََ ْ َ ْ َ َ َ َ َْ َّ ْ
ُ‫ و ِب ُِه نست ِعينُ على أمور‬،‫ال َح ْمدُ ِلل ُِه َربُ العال ِمين‬
ْ َ َ َ َ َّ َ َ َّ َ ْ ُّ
َ
ُ ِ ‫لى أشر‬
‫ف‬ ُ ‫ والصالةُ والسالمُ ع‬،‫الدن َيا َوالدين‬
َ َ َ َ َْ ْ َ َ َ َ َ ْ
ْ َّ َُ ‫ين َوع‬
ُ ُ‫ أما بعد‬،‫لى ِآل ُِه وصح ِب ُِه أجـم ِـعين‬ ُ ‫الـمرس ِل‬
Puji beserta syukur marilah kita panjatkan
kepada Allah yang telah memberikan beribu-
ribu nikmat. Salam dan shalawat moga selalu
terlimpahkan kepada nabi kita Muhammad
Shallallahu 'Alaihi Wassalam, yang selalu kita
tunggu syafaatnya di yaumil Qiyamah.
Jamaah rahimakumullah...
Zakat adalah sebuah kewajiban bagi mereka
yang kaya atau berharta. Zakat pun disalurkan
kepada delapan kelompok penerima yang
diterangkan dalam Q.S. At-Taubah ayat 60
berikut ini, “Sesungguhnya zakat-zakat itu,
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mualaf, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berutang untuk jalan Allah, dan
untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana.”
Selain ada golongan yang berhak menerima
zakat, ada juga pihak yang haram menerima
zakat. Siapa sajakah itu? Berikut penjelasan
dari beberapa sumber.

1. ORANG NON MUSLIM DAN ATEIS


Seluruh ulama fiqih telah sepakat bahwa orang
yang tidak bertauhid kepada Allah (bukan
orang Islam/nonmuslim), maka mereka ter-
masuk yang haram mendapatkan zakat. Hal
tersebut berdasar pada hadits yang berbunyi,
“(Zakat) diambil dari orang-orang kaya mereka
dan dikembalikan kepada orang-orang miskin
di antara mereka.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Para ulama sepakat bahwa zakat tidak boleh
diberikan kepada orang kafir yang memerangi
orang murtad dan orang atheis. Jumhur ulama
khususnya 4 Imam Mazhab bersepakat jika
zakat tidak boleh diberikan kepada kafir
dzimmi sebagai fakir. Namun, mereka boleh
menerima zakat jika statusnya sebagai mualaf.
Meskipun orang yang tidak beragama Islam
tidak berhak mendapatkan zakat, akan tetapi
mereka tetap diperbolehkan mendapat sede-
kah biasa dari kaum muslimin agar tetap
terjaga hubungan baik (silaturahmi).

2. ORANG KAYA (AGHNIYA’)


Orang yang kaya memang tidak berhak men-
dapatkan zakat. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang
bersabda: “Tidak halal zakat diberikan kepada
orang kaya.” (Diriwayatkan oleh lima ulama
hadis).
Seorang anak yang dianggap memiliki harta
dari ayahnya yang kaya juga tidak boleh
menerima zakat. Seorang istri yang memiliki
suami kaya juga tidak boleh menerima zakat.

3. KERABAT ATAU ISTRI


Ibnul Mundzir berkata, “Para ulama sepakat
(ijma’), tidak boleh memberi harta zakat
kepada istri. Hal tersebut karena memberi
nafkah kepada istri itu bersifat wajib, sehingga
istri tidak wajib menerima zakat, sama halnya
dengan kedua orangtua. Namun, boleh diberi
zakat jika istri memiliki utang karena istri
termasuk golongan yang berhak menerima
zakat karena utangnya (gharim) agar istri dapat
melunasi utangnya.”
Suami tidak boleh memberikan zakatnya ke-
pada istri, karena seorang suami wajib untuk
menafkahinya. Jika dia memberikan zakat
kepadanya maka dia seperti orang yang
memberikan pada diri sendiri akan tetapi
seorang Istri boleh memberikan zakatnya pada
suami (yang miskin) menurut jumhur ulama.
Hal ini sesuai dalam Hadits Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam, Dari istri Ibnu
Mas’ud bertanya kepada Rasulullah bersama
dengan seorang wanita Anshar, Rasulullah pun
menjawab: “keduanya mendapatkan dua
pahala, pahala zakat dan pahala kerabat.”
(Asy-Syaikhani).
Selain itu kita juga tidak boleh memberikan
zakat kepada orang tua. Hal itu disebabkan
karena orang tua adalah tanggung jawab
anaknya. Dengan kata lain, seorang anak tidak
boleh memberikan zakat tetapi memberikan
nafkah kepada kedua orang tuanya.

4. BANI HASYIM DAN KELUARGA NABI


SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Mayoritas ulama berpendapat bahwa
Rasulullah dan ahlul bait haram menerima
zakat berdasarkan sabda beliau shallallahu
‘alaihi wasallam:
َّ َ ُّ َ َ َ َّ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َّ
ُُ‫لُت ِحل ُِلمهمد‬
ُ ُ‫ُوأنها‬
ِ ‫ِانُه ِذ ِهُالصدقةُأوساخُُالناس‬
َ
ُ‫ل ِلُم َح َّمد‬ ُ ‫َو‬
ُ ِ ُ‫ل‬
“Sesungguhnya sedekah (zakat) adalah
kotoran manusia, tidak halal untuk
Muhammad dan keturunan Muhammad.” (HR.
Muslim)
Menurut Imam Syafi’i, ahlul bait adalah Bani
Hasyim dan Bani al Mutthallib. Sedangkan
menurut Imam Maliki, ahlul bait adalah Bani
Hasyim saja. Dengan demikian, para ulama
sepakat bahwa seluruh keturunan Rasulullah
baik dari Hasan maupun Husain merupakan
ahlul bait.
Di dalam hadits yang lain dari Abu Hurairah ra.
menuturkan, “Hasan mengambil sebiji kurma
zakat, maka Nabi Saw segera berkata, ‘Ekh, ekh,
ekh, (agar Hasan membuangnya). Apakah
engkau tidak sadar bahwa kita tidak boleh
memakan harta zakat.’” (Muttafaq ‘alaih).

5. ORANGTUA DAN ANAK


Para ulama fiqih sepakat bahwa zakatnya
seorang laki-laki tidak boleh diberikan kepada
keluarga sendiri. Keluarga di sini yakni ayah,
kakek, ibu, nenek, anak laki-laki, cucu dari anak
laki-laki, anak perempuan, dan cucu anak
perempuan. Alasannya karena pembayar zakat
seharusnya memberi nafkah kepada orangtua
dan seterusnya, dan anak-anak beserta
keturunannya, bukan memberikan zakat.
Namun pendapat lain muncul dari Malik.
Menurut Malik, kakek, nenek, dan cucu dari
anak laki-laki diperbolehkan menerima zakat
karena tidak ada kewajiban menafkahi mereka.
Hal tersebut berlaku apabila keadaan mereka
dalam kondisi miskin, sedang berjuang di jalan
Allah meskipun kondisi kaya, memiliki utang
(gharim), atau keluarga yang merupakan
petugas zakat (amil).

6. ORANG YANG KUAT BEKERJA


Orang yang masih kuat untuk bekerja juga tidak
boleh menerima zakat. Hal itu terlihat dari
pernyataan Rasulullah terhadap dua orang
lelaki yang meminta zakat. Beliau bersabda:
“Jika kalian mau akan aku berikan kepada
kalian, tetapi tidak ada hak dalam zakat ini
bagi orang kaya dan orang yang kuat
bekerja.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan An-
Nasa’i).
Mereka dilarang memperoleh zakat karena
memiliki pekerjaan yang menghasilkan. Selain
itu, dikarenakan penghasilannya cukup karena
mereka akan dikenai zakat dari gaji. Namun,
jika tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan-
nya tidak cukup maka mereka boleh men-
dapatkan zakat.
Jamaah rahimakumullah...
Itulah beberapa pesan yang hendak saya
sampaikan, tentu di dalamnya belumlah sem-
purna, sehingga saya ingin meminta maaf bila
ada kalimat yang tidak sesuai.
Terima kasih,
Wassalamualaikum
Warahmatullahi
Wabarakatuh.

(Sumber: bmh.or.id & rumahzakat.org)

Anda mungkin juga menyukai