Anda di halaman 1dari 22

PERNIKAHAN TIDAK SAH JIKA TIDAK ADA IJIN DARI WALI

1. Dari Aisyah Radhiallaahu’anha Rasulullah shallaahu’alaihiwasalam bersabda :


“seorang wanita yang menikah tanpa izin walinya, maka pernikahannya adalah
batil,batil, batil. Dan apabila mereka bersengketa maka pemerintah adalah wali bagi
wanita yang tidak memiliki wali.” HR Abu Dawud 2083, Tirmidzi 1102, Ibnu Majah
1879, Ad`Darimi 2/137, Ahmad 6/47, 165, Syafi’I 1543, Ibnu Abi Syaibah 4/128,
Abdur razaq 10472.
2. Dari Abu Musa al Asy’ari berkata : Rasulullah shallaahu’alaihiwasalam bersabda :
“Tidak sah pernikahan kkecuali dengan wali” HR Abu Dawud 2085,Tirmidzi 1/203,
IbnuMajah 1/580, Darimi 2/137, AtThahawi 2/5, Ibnu AbiSyaibah 4/131.
Sebuah pernikahan itu hanya sah jika melalui proses akad nikah. Dan yang namanya
akad nikah itu hanya dilakukan oleh seorang ayah kandung dari seorang anak
perempuan dengan calon menantunya. Akad nikah tidak pernah dilakukan oleh
sepasang calon pengantin, apalagi oleh orang lain. Benarlah Rasulullah
shallaallahu’alaihi wasalam ketika bersabda : Tidak ada akad nikah kecuali wali mursyid
dan oleh 2 orang saksi yang adil. Siapapun wanita yang menjalani pernikahan tanpa ijin
dari walinya, maka nikahnya batil, maka nikahnya batil, maka nikahnya batil. Karena
akad itu memang hanya dilakukan oleh 2 orang laki laki, yaitu ayah kandung dari anak
perenpuan dan calon suami. Jika ayah kandung itu mengucapkan kepada calon
suami :”aku nikahkan kamu dengan putriku, lalu calon suami menjawab : ya, maka tali
ikatan pernikahan otomatis sudah terbentuk, jika kejadian tersebut disaksikan oleh 2
orang saksi yang memenuhi 6 syarat : Keduanya muslim, laki laki, merdeka, aqil, baligh,
dan adil.
Siapapun tidak pernah punya hak melakukan akad yang bukan berada didalam
wewenangnya. Kalaupun dilakukan juga, maka pernikahan tersebut tidak sah, baik
secara hukum agama, apalagi hukum Negara. Kalau pasangan itu nekad kawin juga,
bahkan melakukan hubungan suami istri, maka perbuatan itu merupakan perbuatan zina
yang berhak untuk dirajam atau dicambuk 100 kali dan diasingkan selama 1 tahun.
Siapapun yang mengangkat dirinya wali tanpa ijin sah dari ayah kandung, lalu
menikahkan pasangan tersebut, maka berhak masuk neraka. Karena telah
menghalalkan perzinaan, yang nyata dilarang oleh semua agama.
Ayah kandung tidak akan tergantikan kedudukannya sebagai wali hingga kapanpun.
Meski ayah kandung tersebut tidak pernah memberi nafkah atau menghilang entah
dimana rimbanya. Dan untuk sahnya sebuah pernikahan, tidak ada jalan lain buat anak
perempuan kecuali ayah kandungnya saja yang berhak jadi wali. Bahkan seorang
presidenpun tidak berhak mengambil alih wewenang dan hak atas anak perempuannya
sebagai wali, terkecuali ada ijin dan keridhoan darinya.
Seorang perempuan tidak akan pernah bisa menikah dengan sah kecuali dengan
ayahnya saja yang menjadi walinya. Terkecuali :
1. Dengan pemberian wewenang / hak perwalian.
Apabila seorang ayah kandung bersedia memberi hak perwaliannya kepada orang lain,
baik orang tersebut masih ada hubungan keluarga atau tidak ada hubungan keluarga
sama sekali, maka orang tersebut sah dan boleh, dan juga punya wewenang untuk
menikahkan anak perempuannya.
1. Dengan gugurnya syarat sebagai wali. Jika ayah kandung tidak memenuhi syarat
sebagai wali, maka hak untuk menjadi wali, akan turun kepada urutan wali
berikutnya, dimana daftarnya sudah baku dan tidak bisa dibikin sendiri sendiri. dan
syarat sebagai wali adalah : 1. Muslim  2. Laki laki 3. Aqil  4.baligh 5.merdeka  6.
Adil.  Adapun ayah kandung tidak pernah memberikan nafkah, perhatian, kasih
sayang, waktu serta pemeliharaan dan lain lain, maka tidak bisa dijadikan alasan
untuk gugurnya hak sebagai wali. Missal ayah kandung adalah non muslim (kafir),
atau dia murtad, maka haknya sebagai wali atas anaknya gugur dengan sendirinya.
Atau jika dia menjadi gila atau hilang ingatan, maka syarat sebagai wali tidak
terpenuhi, demikian gugurlah haknya untuk menjadi wali.
2. Dengan meninggalnya ayah kandung. Dengan meninggalnya ayah kandung maka
otomatis dia tidak akan mungkin menjadi wali lagi. Maka yang berhak adalah wali
yang berada pada urutan berikutnya dan seterusnya. Adapun urutan wali sah adalah
:
Ayah kandung, kakek, saudara laki laki yang seayah dan satu ibu, saudara laki laki yang
seayah saja (yang satu ibu lain ayah tidak bisa), anak laki laki dari saudara laki laki yang
satu ayah dan satu ibu, anak laki laki dari saudara laki laki yang satu ayah saja, paman
atau saudara laki laki ayah kandung, anaknya paman tersebut yang laki laki.  Urutan
diatas tidak bisa diacak acak. Dan urutan yang dibawahnya tidak bisa naik keurutan
(mengambil alih posisi) diatasnya  selama urutan diatasnya masih ada. Tentunya
dengan  6 syarat tadi, yang ia harus : muslim, laki laki, aqil, baligh, merdeka dan adil.
Al Iman Al Baghawi, berkata : mayoritas ulama dari kalangan shahabat Nnabi dan
sesudah mereka mengamalkan kandungan hadits “Tidak sah pernikahan kecuali
dengan wali”. Hal ini merupakan pendapat Umar, Ali,Abdullah bin mas’ud, Abdullah bin
Abbas, Abu Hurairah, Aisyah dan sebagainya. Ini pula pendapat Said bin Musayyib,
Hasan al Basri, Syuraih, Ibrahim an Nakhai, Qotadah, Umar bin abdul aziz dan
sebagainya. Ini pula pendapat Ibnu Syubrumah, Sufyan ats Tsauri, al Auzai, Abdullah
bin Mubarok, Syafi’I, Ahmad, dan Ishaq. (syarh Sunnah 9.40-41). Termasuk ulama yang
berpendapat seperti itu adalah Imam abu Yusuf, dan Muhammad bin Hasan, dua
sahabat abu hanifah (syarah Ma’ani atsar ath Thahawi 3/7) Bahkan al hafidz ibnu hajar
dalam Fathul Bari 9/187 menyebutkan dari Ibnu Mundzir bahwa tidak diketahui dari
seorang sahabatpun yang menyellisihi hal itu. Adapun hikmah dari syarat wali nikah bagi
wanita adalah menjaga kaum wanita karena mereka mudah tertipu oleh kaum lelaki (Al
Mughni 9/347 Ibnul Qudamah. Diantara hikmahnya juga adalah untuk membendung
jalan perzinaan, karena seorang pezina dengan amat mudahnya mengatakan kepada
wanita : ikahkanlah aku dengan 10 dirham” dan saksinya adalah kedua temanku. (I’lam
Muwaqqi’in Ibnul Qoyyim 5/59).
Asy syaikh Al Bani rahimahullah berkata : “kapan pendapat yang sesuai dengan hadits
ini   nash Al Qur’an dan Sunnah. Semua kita membaca, dalam kitab kitab ushul ucapan
para ulama “ Apabila ada dalil maka gugurlah pendapat”. Apabil ada dalil gugurlah
logika. Tidak ada ijtihad apabila ada nash…” semua kaidah ini telah diketahui bersama.
Lantas kapan kita menerapkan kaidah kaidah ini, malah menerapkan pendapat
pendapat yang menyelisihi sunnah??” (Attasfiyyah wa tarbiyyah hal 25). Dahulu juga
pernah dikatakan : “Tidak semua perselisihan itu dianggap kecuali perselisihan yang
memiliki kekuatan dalil.”(Ucapan Abdul Hasan bin al Ashshar dalam qishidahnya tentang
surat makiyyah dan madaniyyah dikitabnya An Nasihk wal Mansukh. Lihat Al Itqon fi
Ulum Qur’an 1/24 oleh Al Hafidz as Suyuti).
 
GUGURNYA WALI
As Syaikhul Islam  Ibnu Taimiyyah mengatakan : “Jika seorang hamba melakukan
sebagian perintah dan meninggalkan sebagian, maka baginya keimanan sesuai dengan
perintah yang dilakukannya. Iman itu bertambah dan berkurang. Dan bisa jadi pada
seorang hamba ada iman dan nifaq sekaligus. …sesungguhnya sebagian besar
manusia bahkan mayoritasnya dibanyak negeri, tidaklah selalu menjaga sholat lima
waktu. Dan mereka tidak meninggalkannya secara total. Mereka terkadang sholat dan
terkadang meninggalkannya. Orang orang semacam ini ada pada diri mereka iman dan
nifak sekaligus. Berlaku bagi mereka hokum Islam secara zhahir seperti pada masalah
warisan dan semacamnya. Hukum ini (warisan) berlaku bagi orang yag munafiq tulen.
Maka lebih pantas lagi berlaku bagi orang yang kadang sholat dan kadang tidak”.
(Majmu’ Fatawa 7/617).
Imam Asy Syaukani rahimahullah mengatakan bahwa tidak ada beda pendapat diantara
kaum muslimin tentang kafirnya orang yang meninggalkan sholat karena mengingkari
kewajibannya. Namun apabila meninggalkan sholat karena MALAS dan tetap meyakini
sholat lima waktu itu wajib, sebagaimana kondisi sebagian besar kaum muslimin saat
ini, maka dalam hal ini ada perbedaan pendapat (lihat Nailul Author 1/369) mengenai
“meninggalkan sholat karena malas malasan dan tetap meyakini shalat itu wajib, ada tig
pendapat diantara para ulama mengenai hal ini.
Untuk kasus yang sering dilakukan kaum muslimin sa’at ini yaitu tidak rutin dalam
melakukan sholat dan kadang tidak. Maka dia masih dihukumi secara dzohir( yang
nampak pd dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat ishaq bin rohawey yaitu hendaklah
bersikap lemah lembutu kpd orang semacam ini hingga dia kembali kejalan yang benar.
Wal ibroh bil Khothimah (Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya).
PERNIKAHAN: ANTARA TUNTUNAN SYARIAT DAN
KETAKUTAN (PHOBIA) MASYARAKAT
PERNIKAHAN: ANTARA TUNTUNAN SYARIAT DAN
KETAKUTAN (PHOBIA) MASYARAKAT
Penulis : Muhammad Irham Ibnu Syarif Al Jawy
Semoga Alloh Ta’ala Mengampuni Dosanya
Ma’had Darul Hadits Dammaj – Yaman
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
MUQODDIMAH
‫ ومن‬،‫ وسيئات أعمالنا من يهده هللا فال مضل له‬،‫ ونعوذ باهلل من شرور أنفسنا‬،‫ نحمده ونستعينه ونستغفره‬، ‫إن الحمد هلل‬
‫ وأشهد أن محمداً عبده ورسوله‬،‫ وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬،‫ يضلل فال هادي له‬ .
َ‫َيا َأ ُّي َها ا َّلذِينَ آ َم ُنوا ا َّت ُقوا هَّللا َ َحقَّ ُت َقا ِت ِه َواَل َت ُمو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم ُم ْسلِ ُمون‬
‫ِسا ًء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي‬
َ ‫ِيرا َون‬ ً ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َكث‬ َّ ‫س َواحِدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬ ُ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّن‬
ٍ ‫اس ا َّتقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف‬
‫اءلُونَ ِب ِه َواَأْل ْر َحا َم ِإنَّ هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِي ًبا‬ َ ‫س‬ َ ‫َت‬
‫از َف ْو ًزا‬
َ ‫سولَ ُه َف َقدْ َف‬ ُ ‫م َو َمنْ ُيطِ ِع هَّللا َ َو َر‬hْ ‫صل ِْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغف ِْر لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك‬
ْ ‫سدِيدًا ^ ُي‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل‬
‫َعظِ ي ًما‬
‫أما بعد‬،
Sesungguhnya diantara tanda berakhirnya zaman adalah diangkatnya ilmu dan
banyaknya kejahilan, banyak orang minum khamr dan banyak terjadi perzinaan, jumlah
laki-laki semakin sedikit, sedangkan perempuan sangat banyak, sampai ditemukan
seorang laki-laki bertanggung jawab terhadap lima puluh orang perempuan.
Demikian bunyi makna dari pada hadits Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
tersebut diatas, yang jika kita memperhatikannya maka fitnah–fitnah tersebut kembali
kepada dua sumber dari segala macam fitnah yang membinasakan manusia; yaitu fitnah
syubuhat (kerancuan dalam berfikir) dan fitnah syahawat (mengumbar hawa nafsu).
Fitnah syubhuhat meraja-lela karena jauhnya orang daripada ilmu agama dan
senangnya mereka terhadap kebodohan, sementara fitnah syahawat tersebar karena
tidak adanya kesabaran mereka dalam menjalankan ketaatan kepada Alloh Subhanahu
wa Ta’ala  .
Setelah kita mengetahui sebab dari dua penyakit ini maka kita bisa mengambil obatnya,
agar kita selamat dari pada kemalangan.
Obat dari pada fitnah syubuhat adalah memperkuat keimanan dengan mendalami ajaran
agama sedangkan obat dari pada fitnah syahawat adalah dengan bersabar menjalankan
ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala  dan meninggalkan segala jenis
kemaksiatan kepada-Nya, sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala  :
َ ‫ َلمَّا‬P‫ون ِبَأمْ ِر َنا‬
‫ يُوقِ ُنون‬P‫ص َبرُوا َو َكا ُنوا ِبآ َيا ِت َنا‬ َ ‫َو َج َع ْل َنا ِم ْن ُه ْم َأِئم ًَّة َي ْه ُد‬
“Kami jadikan mereka imam–imam yang diikuti kaumnya dengan petunjuk Kami ketika
mereka bersabar dan yakin dengan ayat-ayat Kami “. (QS As-Sajadah 24)
Diantara perkara yang dapat membantu seseorang berkonsentrasi dalam belajar ilmu
agama dan memperkuat keimanannya serta bersabar meninggalkan kemaksiatan
kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala  adalah pernikahan, karena dengan menikah
seseorang akan mendapatkan ketenangan jiwa, jika jiwa seseorang sudah tenang maka
akan tenang pula anggota badannya dalam melakukan ketaatan kepada Alloh
Subhanahu wa Ta’ala  karena hati merupakan motor bagi semua gerakan anggota
badannya sebagaimana dalam hadits Nu’man Bin Basyir Rodhiyallohu ‘Anhu.
Perkara sebaliknya, jika seseorang berpaling dari tuntunan syar’i  ini yang telah Alloh
Subhanahu wa Ta’ala  jadikan sebagai fitroh pada setiap manusia yang dewasa, maka
kecil kemungkinan ia akan selamat dari  pada was-was syaithon untuk terjatuh dari pada
cabang-cabang perzinaan yang telah Alloh Subhanahu wa Ta’ala  takdirkan atas semua
bani Adam, yang tidak ada satupun dari manusia yang bisa selamat darinya kecuali
orang-orang yang dirahmati oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ُ‫اه‬hh‫انُ ِز َن‬h‫س‬ َ ‫ َوال ِّل‬،‫ ِت َما ُع‬h‫ا ااِل ْس‬hh‫ان ِز َنا ُه َم‬hِ h‫ َواُأْل ُذ َن‬،‫ ُر‬h‫ا ال َّن َظ‬hh‫ان ِز َنا ُه َم‬
ِ ‫ َفا ْل َع ْي َن‬،‫ ُمدْ ِر ٌك َذلِ َك اَل َم َحا َل َة‬،‫الز َنا‬ ِّ َ‫ِب َعلَى ا ْب ِن آدَ َم َنصِ ي ُب ُه مِن‬
َ ‫ُكت‬
‫ج َو ُي َك ِّذ ُب ُه‬
ُ ‫صدِّ قُ َذلِ َك ا ْل َف ْر‬
َ ‫ َو ُي‬،‫ب َي ْه َوى َو َي َت َم َّنى‬ ُ ‫ َوا ْل َق ْل‬،‫الر ْجل ُ ِز َناهَا ا ْل ُخ َطا‬ ِّ ‫ َو‬،‫ش‬ ُ ‫ َوا ْل َي ُد ِز َناهَا ا ْل َب ْط‬،‫ا ْل َكاَل ُم‬ .
“Telah ditakdirkan kepada Bani Adam bagiannya dari pada zina, mereka akan
menemuinya dan tidak akan bisa menghindarinya, Dua mata zinanya adalah dengan
melihat apa yang di haramkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan dua telinga
zinanya adalah dengan mendengar, dan mulut /lisan zinanya melalui pembicaraan,
sedangkan tangan zinannya adalah dengan memegang, kaki zinanya adalah dengan
berjalan sedangkan zinanya hati adalah dengan berfikir dan berangan-angan, dan
kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya”.) HSR.Bukhory:
no.5889, Muslim : no.2657).
Namun sangat disayangkan kenyataan yang kita dapati pada masyarakat kita,
kebanyakan mereka memandang dua perkara penting diatas (yaitu ; tolabul ilmi syar’i 
dan pernikahan) dengan pandangan negatif, sehingga jangan heran jika mereka banyak
terjatuh kepada penyimpangan-penyimpangan dari pada syariat penciptanya, Alloh
Subhanahu wa Ta’ala .
Kebanyakan mereka menganggap menuntut ilmu syar’i sebagai jalan menuju masa
depan yang suram, tidak menjanjikan kemuliyaan, atau kekayaan dunia atau minimalnya
kehidupan yang  mapan. Mereka lupa atau pura – pura lupa bahwa generasi awal
ummat Islam ini menaklukkan Romawi dan Persia menyebarkan agama Islam ke
seluruh penjuru dunia bukan dengan diploma dari Universitas Britonia atau Amerika,
akan tetapi dengan sebab keimanan dan ketakwaan serta keadalam ilmu mereka
terhadap syariat Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman
dalam kitab-Nya yang mulia :
‫َض ى‬ ْ ‫اس ت َْخلَفَ الَّ ِذينَ ِمنْ قَ ْبلِ ِه ْم َولَيُ َم ِّكنَنَّ لَ ُه ْم ِدينَ ُه ُم الَّ ِذي‬
َ ‫ارت‬ ْ ‫ض َك َما‬ ْ ‫س ت َْخلِفَنَّ ُه ْم فِي‬
ِ ‫األر‬ ْ َ‫ت لَي‬ َّ ‫َو َع َد هَللا الَّ ِذينَ آ َمنُ وا ِم ْن ُك ْم َو َع ِملُ وا‬
ِ ‫الص الِ َحا‬
‫ َولَيُبَ ِّدلَنَّ ُه ْم ِمنْ بَ ْع ِد َخ ْوفِ ِه ْم َأ ْمنًا‬ ‫لَ ُهم‬

“Alloh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian dan beramal
sholeh untuk menjadi kholifah-kholifah (penguasa) dimuka bumi ini sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Alloh akan
menguatkan untuk mereka agamanya yang telah diridhoi-Nya dan Dia akan mengganti
ketakutan mereka menjadi aman dan sentosa “. (QS An-Nur 65)
Demikian juga sikap mereka terhadap syariat pernikahan islami yang penuh keindahan
dan kebahagian, kebanyakan mereka karena jauhnya dari tuntunan agama Islam yang
sempurna ini, memandang bahwa pernikahan adalah suatu ikatan yang mengekang
kebebasan bagi kehidupan mereka atau menjatuhkan mereka ke dalam jurang
kemiskinan atau melanggar emansipasi wanita dan lain sebagainya[1]. Sehingga
jangan heran jika kita dapatkan diantara mereka lebih suka mengambil jalan pintas
melampiaskan syahwatnya dengan cara tidak terhormat supaya lepas dari pada
tanggung jawab (menurut anggapan mereka).
Kondisi semakin runyam ketika Bapak aparatur pemerintah –semoga Alloh Subhanahu
wa Ta’ala  memberikan hidayah kepada mereka– melarang laki-laki atau perempuan
untuk melakukan pernikahan yang resmi kecuali jika sudah mencapai umur tertentu
(minimal tujuh belas tahun atau batasan-batasan yang lainnya), sementara di sisi lain
mereka membuka fasilitas-fasilitas yang memudahkan hubungan antara laki-laki dengan
perempuan yang diharomkan, seperti sekolahan, perkantoran atau tempat lainnya
daripada lapangan pekerjaan, bahkan tidak sungkan-sungkan memberikan perijinan
untuk diskotik atau tempat pelacuran. Wallohul Musta’an.
Tentunya perkara–perkara yang seperti ini semakin menjadikan masyarakat jauh dari
pada ajaran Islam yang suci yang menganjurkan ummatnya untuk segera menikah dini
dalam rangka menjaga kehormatan diri dan menyelamatkan diri dan keluarga dari pada
dahsyatnya fitnah di akhir masa.  Mudah-mudahan tulisan kami ini bermanfaat bagi
kaum muslimin untuk mendapatkan secercah cahaya penerang kembali kepada Alloh
Subhanahu wa Ta’ala  dan syariat-Nya menuju kehidupan yang berbahagia di
kehidupan dunia dan akhirat. Amin.
HIKMAH DARI PADA PENCIPTAAN MANUSIA ADALAH
UNTUK BERIBADAH KEPADA ALLOH SUBHANAHU WA TA’ALA
Alloh berfirman:
َ ‫ت ْال ِجنَّ َواإل ْن‬
ِ ‫س ِإال لِ َيعْ ُب ُد‬
‫ون‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Tidaklah AKu ciptakan Jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah hanya kepada-
Ku”. (QS Adz-Dzariyat 56)
Dari ayat yang mulia di atas kita bisa mengetahui bahwasanya Alloh Subhanahu wa
Ta’ala  menciptakan jin dan manusia di dunia ini adalah dalam rangka untuk beribadah
kepada-Nya.
MAKNA DARI PADA IBADAH
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh menjelaskan makna Ibadah di
dalam kitabnya Al Ubudiyyah (hal:44) :
َّ ‫ِي اسْ م َجامع لكل َما ُيحِب ُه هللا ويرضاه من اَأْل ْق َوال واألعمال ْالبَاطِ َنة َو‬
‫الظاه َِرة‬ ْ
َ ‫ ه‬P‫ال ِع َبادَ ة‬.
“Ibadah adalah suatu nama yang mencakup semua perkara yang dicintai oleh Alloh
Subhanahu wa Ta’ala baik perkara tersebut berupa ucapan dan perbuatan yang tampak
atau yang tersembunyi ”.
Adapun kaidah atau cara untuk mengetahui suatu perkara dicintai oleh Alloh Subhanahu
wa Ta’ala  atau tidak maka bisa kita pahami dari kaidah : semua perkara yang
diperintahkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala maka perkara tersebut adalah
dicintainya, karena Alloh tidak memerintahkan suatu perkara kecuali perkara tersebut
dicintainya….
Dalil kaidah ini adalah berfirman Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam kitab-Nya :
َ ‫قُلْ ِإنَّ هَّللا َ اَل َيْأ ُم ُر ِبا ْل َف ْح‬
ِ‫شاء‬
“Katakanlah Wahai Muhammad: Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak
memerintahkan perkara yang keji…”. (QS Al-A’rof 28)
Demikian juga Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ِ‫قُلْ َأ َم َر َر ِّبي ِبا ْلق ِْسط‬
“Katakanlah Wahai Muhammad: Robb-ku memerintahkan perkara yang adil…”. (QS Al-
A’rof 29)
Demikian juga firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
َ ‫ان َوِإي َتاءِ ذِي ا ْلقُ ْر َبى َو َي ْن َهى َع ِن ا ْل َف ْح‬
ِ‫شاءِ َوا ْل ُم ْن َك ِر َوا ْل َب ْغي‬ ِ ‫س‬َ ‫ِإنَّ هَّللا َ َيْأ ُم ُر بِا ْل َعدْ ِل َواِإْل ْح‬
“Sesungguhnya Alloh memerintahkan perbuatan yang adil, dan kebaikan, dan
memberikan sodaqoh kepada karib kerabat, serta mencegah dari perbuatan yang keji
dan mungkar serta aniaya (kedholiman)…”. (QS An-Nahl 90)
Contoh dari perkara ibadah tersebut sangat banyak, rukun islam yang lima adalah
ibadah, karena semua perkara tersebut dicintai oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala,
demikian juga rukun iman yang enam dan segala amal soleh seperti jihad, sodaqoh,
silaturahmi, menuntut ilmu agama semuanya juga adalah ibadah yang dicintai oleh Alloh
Subhanahu wa Ta’ala.
MENIKAH ADALAH BAGIAN DARI PADA IBADAH
Diantara sekian banyak ibadah yang dicintai oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang
lainnya adalah pernikahan karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-
hambanya untuk melakukan perkara ini sebagaimana dalam firmannya :
َ ‫َفا ْن ِك ُحوا َما َط‬
َ ‫اب َل ُك ْم مِنَ ال ِّن‬
ِ‫ساء‬
“Maka nikahilah wanita yang kalian senangi …” (QS An-Nisa’ 3)
Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
‫اء َة َف ْل َي َت َز َّو ْج‬ َ ‫اس َت َط‬
َ ‫اع ِم ْن ُك ُم اَ ْل َب‬ َّ ‫ش َر اَل‬
ْ ‫ش َبابِ! َم ِن‬ َ ‫َيا َم ْع‬
“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian yang mampu untuk menikah maka
hendaknya segeralah menikah….” (HSR. Bukhory : no.4478, Muslim : no . 1400).
Dari sini kita mengetahui dengan pasti bahwa pernikahan adalah suatu ibadah yang
dicintai oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
HIKMAH DARI PADA PERNIKAHAN
Alloh Subhanahu wa Ta’ala  menciptakan manusia menjadi dua jenis laki-laki dan
perempuan, dan menjadikan tabiat satu jenis untuk condong dan mencintai kepada jenis
yang lainnya kecuali orang yang sudah rusak fitrohnya.
Dengan tabiat ini Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan sebab berlangsungnya
keturunan Bani Adam untuk mewarisi bumi sampai hari kiamat sehingga tercapai
hikmah yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala kehendaki dari penciptaan langit dan bumi
beserta isinya ini yakni  agar manusia beribadah kepada Alloh sahaja dan tidak
mensekutukannya dengan suatu apapun.
PERNIKAHAN MERUPAKAN SUNNAHNYA PARA ROSUL
Tidaklah Alloh Subhanahu wa Ta’ala  mengutus Nabi dan Rasul-Nya ke muka bumi ini
(dari nabi Adam sampai Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam)[2] kecuali Alloh
Subhanahu wa Ta’ala  ciptakan bagi mereka istri dan anak keturunan yang menjadi
penenang jiwanya dan penyejuk pandangannya, serta pewaris ilmu dan dakwah tauhid
mereka kepada manusia, sebagaimana yang difirmankan oleh Alloh Subhanahu wa
Ta’ala  di dalam Al Qur’an :
ً ‫ساًل مِنْ َق ْبلِ َك َو َج َع ْل َنا َل ُه ْم َأ ْز َو‬
‫اجا َو ُذ ِّر َّي ًة‬ َ ‫َو َل َقدْ َأ ْر‬
ُ ‫س ْل َنا ُر‬
“Sungguh telah Kami utus Rasul-Rasul sebelum kamu dan Kami ciptakan untuk mereka
istri-istri dan keturunan”. (QS Ar-Ra’ad 38)
Dari ayat ini kita mengetahui bahwa pernikahan merupakan sunnah dari para Rasul,
tidaklah mengingkari sunnah ini dan mencelanya serta menganggapnya sebagai
perkara yang aib kecuali orang–orang jahiliyyah atau orang–orang kafir yang sudah
rusak fitrohnya, atau orang nasroni yang meyakini kependetaan (rohbaniyyah) serta
sebagian ahlul bid’ah dari kalangan sufiyyah yang ekstrim.
Syaikh Sa’di Rahimahulloh menjelaskan makna dari pada ayat ini di dalam kitab
tafsirnya (419): “ Engkau wahai Muhammad bukan rasul yang pertama kali yang diutus
oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala  kepada manusia sehingga mereka merasa aneh
dengan risalah yang engkau bawa, bahkan sungguh telah Kami utus Rasul-Rasul
sebelummu  dan Kami ciptakan untuk mereka istri-istri dan keturunan, maka  tidak bisa
musuh-musuh kamu itu mencelamu hanya karena engkau mempunyai istri dan anak
keturunan sebagaimana saudara-saudara kamu dari para rasul yang sebelummu,
bagaimana bisa mereka mencela kamu karena sebab ini sementara mereka mengetahui
bahwa Rasul-Rasul sebelum kamu juga mempunyai istri dan keturunan…..”. Hal yang
senada juga dikatakan oleh Imam Ibnu Katsir Rahimahulloh dalam tafsirnya pada
penjelasannya terhadap ayat di atas (lihat tafsir ibnu katsir : 7 :158).
Dari penjelasan para mufassirin (ahli tafsir) diatas tersirat makna sebab dari pada
diturunkannya ayat ini, yaitu bahwasanya orang-orang kafir menentang risalah
Rosululloh karena Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkeluarga, menikahi
wanita, mempunyai anak keturunan, makan dan minum serta berbelanja di pasar untuk
memenuhi kebuRobb sehariannya dan lain sebagainya dari sifat-sifat manusia.
Orang-orang kafir tersebut berkata: Seandainya Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
betul-betul sebagai utusan Alloh Subhanahu wa Ta’ala  kenapa beliau tidak diutus dari
kalangan malaikat? Kenapa juga beliau membutuhkan hal-hal duniawi yang tersebut
diatas?
Mari kita simak syubhat-syubhat mereka yang disebutkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala
dalam kitab-Nya yang mulia :
‫ ُه‬hhَ‫^َأ ْو ُي ْل َقى ِإلَ ْي ِه َك ْن ٌز َأ ْو َت ُكونُ ل‬ ‫ِيرا‬ ِ ‫الط َعا َم َو َي ْمشِ ي فِي اَأْل ْس َو‬
ً ‫اق لَ ْواَل ُأ ْن ِزل َ ِإلَ ْي ِه َملَ ٌك َف َي ُكونَ َم َع ُه َنذ‬ َّ ُ ‫ول َيْأ ُكل‬
ِ ‫س‬ َّ ‫ال ه ََذا‬
ُ ‫الر‬ ِ ‫َو َقالُوا َم‬
‫ورا‬ً ‫ون ِإاَّل َر ُجاًل َم ْس ُح‬ َّ َ ‫َج َّن ٌة َيْأ ُكل ُ ِم ْن َها َو َقال‬
hَ ‫الظالِ ُمونَ ِإنْ َت َّت ِب ُع‬
“Orang-orang kafir itu berkata: “Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan
dipasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu
memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau mengapa tidak diturunkan
kepadanya perbendaharaan harta atau kebun buah yang indah sehingga dia dapat
makan darinya setiap saat ?” Bahkan orang-orang dholim itu berkata : “Kamu sekalian
hanyalah mengikuti laki-laki yang kena sihir”. (QS Al-Furqon 7-8)
Demikian sikap orang-orang kafir yang menentang dakwah para nabi yang mulia ini,
oleh karena itu Syaikh kami Al ‘Allamah Yahya Al Hajury –semoga Alloh Subhanahu wa
Ta’ala menjaganya– menegaskan berdalilkan ayat-ayat Al-Quran diatas bahwa
pernikahan adalah sunnah para Rasul, kebencian terhadap perkara ini adalah sunnah
jahiliyyah.
Dalil lainnya yang menguatkan tentang hal ini adalah apa yang datang dari pada hadits
sohih yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhory dan Muslim dalam kitab sohih
keduanya dari shohabat Anas Rodhiyallohu ‘Anhu: Bahwasanya datang tiga orang dari
sohabat Rasululloh Shollallohu ‘Alaihis Salam kepada rumah dari pada istri-istri beliau,
mereka bertanya tentang bagaimana ibadahnya Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam, setelah diberitahu tentang ibadah beliau, maka mereka merasa tidak ada apa-
apanya ibadah mereka dibandingkan dengan ibadah Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam, mereka berkata : Ternyata ibadah kita tidak ada apa-apanya dibandingkan
dengan ibadah Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, padahal beliau adalah orang
yang sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lampau dan dosa-dosanya yang akan
datang.
Maka salah seorang diantara mereka mengatakan: “Aku akan sholat malam terus dan
tidak akan tidur”, yang lainnya lagi berkata : “Adapun aku akan puasa terus dan tidak
akan berbuka”, yang lainnya lagi berkata: “Aku akan hidup menyendiri dan tidak akan
menikah dengan perempuan”.
Ketika mendengar ucapan tiga orang ini, maka keluar Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam mengatakan kepada mereka: “Kalian yang berkata demikian dan demikian …,
Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala
dan paling bertaqwa diantara kalian, akan tetapi aku sholat malam dan tidur, demikian
juga aku berpuasa dan berbuka serta aku menikahi para wanita, barang siapa yang
benci terhadap sunnahku maka dia bukan golongan kami.
Berkata Imam Ibnu Hajar Rahimahulloh (Fathul Bary :9/105): “Yang dimaksud sunnah
disini adalah jalan hidup beliau. Adapun makna dari pada sabda Rasululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam: Bukan dari pada golongan kami adalah bukan bagian dari pada
ummat kami (artinya keluar dari pada agama islam  menjadi orang kafir) jika mereka
melakukan hal tersebut karena keyakinan (i’tiqod) ingin memberatkan diri dan berpaling
dari pada sunnah Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam atau menganggap bahwa hal
itu lebih baik daripada sunnahnya Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam..
Akan tetapi jika mereka melakukannya karena ta’wil maka hal ini tidak mengeluarkan
mereka dari pada keislaman.(selesai penukilan dengan sedikit perubahan).
RASULULLOH SHOLLALLOHU ‘ALAIHI WA SALLAM
MELARANG SESEORANG UNTUK HIDUP MEMBUJANG
Diriwayatka oleh Al Imam Ahmad dan Ibnu Hibban dengan sanad yang sohih, dari Anas
Bin Malik  Rodhiyallohu ‘Anhu  :
‫ا َء‬P‫ر ِب ُك ُم َاَأْل ْن ِب َي‬Pٌ ‫ا ِث‬P‫ ِإ ِّني ُم َك‬. َ‫ود‬Pُ‫و ُدودَ اَ ْل َول‬Pَ ‫ َت َزوَّ جُوا َا ْل‬, ‫ َو َي ْن َهى َع ِن ال َّت َب ُّت ِل َن ْهيًا َشدِي ًدا‬  ‫ان َرسُو ُل هللَا صلى هللا عليه وسلم َيْأ ُم ُر ِب ْال َبا َء ِة‬
َ ‫َك‬
‫ َي ْو َم اَ ْلقِ َيا َم ِة‬  .
“Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dahulu senantiasa memerintahkan untuk
menikah dan melarang daripada hidup membujang dengan larangan yang sangat,
beliau bersabda: “Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang dan yang subur
keturunannya, karena sesungguhnya aku sangat membanggakan banyaknya jumlah
kalian dihadapan para Nabi nanti di hari kiamat”.
Imam Bukhory (no.4786) dan Muslim (no.1402) meriwayatkan dari Sa’ad Bin Abi
Waqqosh Rodhiyallohu ‘Anhu   :
َ ‫ َولَ ْو َأذ َِن لَ ُه اَل ْخ َت‬،‫ُون رضي هللا عنه ال َّت َب ُّت َل‬
‫ص ْي َنا‬ ٍ ‫ْن َم ْظع‬ Pَ ‫هللا صلى هللا عليه وسلم َعلَى ع ُْث َم‬
ِ ‫ان ب‬ ِ ‫ر َّد َرسُو ُل‬.
َ
“Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menolak keinginan Utsman Bin Madh’un untuk
hidup membujang, kalau seandainya diperbolehkan tentu kami akan melakukannya”.
Di dalam riwayat yang sohih yang lainnya: beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menolak
enam sohabat yang menginginkan untuk hidup membujang dengan tujuan agar
konsentrasi dalam berjihad dan beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Nama para sohabat tersebut disebutkan Al Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul
Bari Syarh Sohih Bukhory : (9/105).
KEUTAMAAN MENIKAH
pasti disana mengandung kemaslahatan bagi pelakunya, dan sebaliknya bahwa setiap
perkara yang dilarangnya pasti terkandung bahaya bagi yang melanggarnya. Dari
penjelasan diatas kita mengetahui bahwa pernikahan merupakan ibadah yang dicintai
oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala . Sudah merupakan ketetapan di dalam kaidah
Fikhiyyah Islamiyyah bahwasanya setiap perkara yang diperintahkan oleh Alloh
Subhanahu wa Ta’ala
Adapun keutamaan pernikahan sangat banyak sekali berdasarkan dalil-dalil daripada Al
Qur’an dan hadits-hadits Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam , diantara keutamaan
tersebut adalah :
1.   Pernikahan mendatangkan ketenangan jiwa
ٍ ‫ه َُو الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف‬
‫س َواحِدَ ٍة َو َج َعل َ ِم ْن َها َز ْو َج َها ِل َي ْس ُكنَ ِإلَ ْي َها‬
“Dialah Dzat yang menciptakan kalian dari jiwa yang satu dan menciptakan dari jiwa
tersebut istri sebagai pasangannya agar merasa tenang kepadanya ”. (QS Al-A’raf 189)
Ini adalah hukum Alloh Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya yang tidak
ada seorangpun yang bisa merubahnya sampai berakhirnya kehidupan dunia. Oleh
karena itu kita dapati kebanyakan manusia, walau berapapun kekayaan yang dimilikinya
atau tingkat pendidikannya atau strata sosial di hadapan masyarakatnya, tidak akan
merasa tenteram kehidupannya atau puas dan tenang  hatinya sampai dia memiliki
pasangan hidup dan keturunan yang menyejukkan pandangannya.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ‫ساءِ َوا ْل َبنِين‬
َ ‫ت مِنَ ال ِّن‬ َّ ‫ب ال‬
ِ ‫ش َه َوا‬ ِ ‫ُز ِّينَ لِل َّن‬
ُّ ‫اس ُح‬
“Dijadikan indah pandangan manusia dengan kecintaan kepada para wanita dan anak
keturunan ….“. (QS Ali ‘Imon 14)
Manusia terbaik, Kholilulloh Subhanahu wa Ta’ala Muhammad Rasululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam mengakui sendiri bahwa beliau tidak bisa terlepas dari fitroh ini (yaitu
mencintai wanita), lihatlah bagaimana sabda beliau dalam haditsnya yang sohih yang
diriwayatkan oleh Al Imam An-Nasa’I (no.3940) dari Anas  Rodhiyallohu ‘Anhu :
ِّ ‫ِّب ِإلَيَّ ال ِّن َسا ُء َو‬
‫الطيب‬ َ ‫ُحب‬
“Dijadikan dalam hatiku kecintaan kepada para wanita dan minyak wangi …”.
2. Pernikahan mendatangkan rohmat dan kasih sayang diantara suami istri.
ً ‫َومِنْ آ َيا ِت ِه َأنْ َخلَقَ لَ ُك ْم مِنْ َأ ْنفُسِ ُك ْم َأ ْز َو‬
‫م َم َودَّ ًة َو َر ْح َم ًة‬hْ ‫اجا لِ َت ْس ُك ُنوا ِإلَ ْي َها َو َج َعل َ َب ْي َن ُك‬
“Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untuk kamu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang ”. (QS Ar-Rum 21)
Di dalam hadits yang disohihkan Syaikh Al-Albany Rahimahulloh di kitabnya Silsilah
Sohihah (2/196), Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
‫ مثل النكاح‬P‫لم ير للمتحابين‬
“Tidak di ketahui orang yang saling mencintai sebagaimana kecintaan antara pasangan
suami istri”.
3.   Pernikahan menjadikan kuatnya tali silaturrahmi
َ ‫ش ًرا َف َج َعلَ ُه َن‬
‫س ًبا َوصِ ْه ًرا‬ َ ‫َوه َُو الَّذِي َخلَقَ مِنَ ا ْلمَاءِ َب‬
“Dialah Dzat yang menciptakan manusia dari pada air dan menjadikan dari mereka
keturunan dan hubungan kekeluargaan”. (QS Al-Furqon 45)
Kita telah mengetahui kuatnya silaturrahmi mendatangkan luasnya rizki, dan
memanjangkan umur sebagaimana dalam hadits sohih dari Anas Rodhiyallohu ‘Anhu.
no.5639, Muslim : no.2557) .
4.   Pernikahan menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan diri
Fitnah wanita terhadap laki-laki sangatlah berbahaya, karena syaithon senantiasa
menghias-hiasi perempuan dari berbagai arah agar laki-laki tergoda kepadanya.
Bersabda Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam  :
‫ال م َِن ال ِّن َسا ِء‬ َ ‫ت َبعْ دِي فِ ْت َن ًة َأ‬
ِ ‫ضرَّ َعلَى الرِّ َج‬ ُ ‫َما َت َر ْك‬
“Tidak ada fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah
perempuan”. (HSR. Bukhory : no.4808, Muslim : no.2740).
Tentunya kita bisa membayangkan betapa besarnya fitnah perempuan ini kepada
manusia, jika kita memperhatikan sabda Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang
menjelaskan bahwa ummat yang besar yaitu bani isroil hancur karena fitnah
perempuan.
Dari Abi Sa’id Al Khudry Rodhiyallohu ‘Anhu, Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda  :
ْ ‫ َفِإنَّ َأ َّو َل فِ ْت َن ِة َبنِي ِإسْ َراِئي َل َكا َن‬،‫َفا َّتقُوا ال ُّد ْن َيا َوا َّتقُوا ال ِّن َسا َء‬
‫ت فِي ال ِّن َسا ِء‬
“Takutlah kalian terhadap fitnah dunia, dan takutlah kalian terhadap fitnahnya
perempuan, karena awal kali fitnah yang menyebabkan kehancuran bani Isroil adalah
fitnahnya perempuan”. (HSR. Muslim : no.2742).
Di dalam kitab-kitab tafsir (Tafsir Thobari, Tafsir Qurthuby, Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-
Hasyr ayat ke 16) disebutkan kisah Barseso (seorang ahli ibadah) yang membuktikan
dahsyatnya fitnah wanita terhadap laki-laki.
Disebutkan bahwa Barseso adalah seorang ahli ibadah yang terkenal di kalangan Bani
Isroil, pada suatu waktu datang tiga orang bersaudara kepadanya di tempat ibadahnya
(kuil) bermaksud menitipkan saudari perempuannya tinggal di kuil sang rahib Barseso ini
karena mereka bertiga ingin pergi berjihad. Maka pergilah tiga orang bersaudara
tersebut setelah saudarinya diperkenankan sang rahib untuk tinggal di kuilnya.
Awal-awal keberadaan wanita tersebut, sang Rohib tidak begitu memperdulikannya,
akan tetapi senantiasa syaithon terus menggodanya sehingga sang rohib mulai
melakukan pendekatan–pendekatan sampai akhirnya terjatuh dalam perzinaan.
Kemudian karena takut kejahatannya terbongkar, dan takut jatuh martabatnya di
hadapan masyarakatnya, maka sang rahib membunuh perempuan tersebut dan
memakamkannya ditempat yang aman dari pandangan manusia.
Kemudian syaithon datang kepada tiga saudara wanita tadi di dalam mimpi mereka,
memberitahukan semua kejadian yang dilakukan Barseso, maka terbongkarlah peristiwa
tersebut, digantunglah Barseso diatas tiang salib, lalu datang iblis kepadanya
menjanjikan pertolongannya akan tetapi dengan syarat Barseso mau bersujud kepada
Iblis tersebut walaupun cuma satu kali sujud saja. Setelah Barseso bersujud kepada
Iblis tersebut ternyata Iblis tidak mau menolongnya juga sehingga akhirnya Barseso mati
ditiang gantungan dalam keadaan kafir kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala  ….
Mari kita merenungi sejenak kisah yang memilukan ini, seorang ahli ahli ibadah
beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala  selama kurang lebih tujuh puluh tahun,
senantiasa berpuasa sampai terkadang puasa wisol/ tidak berbuka selama sepuluh
hari,  orang yang menjadi panutan dan tempat kepercayaan bagi kaumnya, sampai di
dalam kitab Faidhul Qodir penulisnya Imam Munawi mengatakan bahwa Barseso ini
mempunyai murid enam puluh ribu orang, akan tetapi ahli ibadah  ini harus menelan
kemalangan di dunia dan di akhirat, mati di dalam kekufuran hanya karena mengikuti
langkah-langkah syaithon yang memfitnahnya melalui seorang perempuan.
Lalu bagaimana kiranya dahsyatnya fitnah perempuan ini kepada orang  lain selain
Barseso? Bagaimana fitnah syaiton kepada masyarakat yang jauh dari pada kehidupan
agama, tidak diketahui agamanya muslim atau kafir kecuali jika masuk masjid atau
gereja? Masyarakat yang menganggap membuka aurat ada suatu perkara yang
terhormat, sedangkan menutupnya adalah perkara yang cela, masyarakat yang
membiarkan wanita keluar masuk plaza, mall atau tempat kerja berbicara dan bercanda
dengan siapa saja tanpa ada perasaan berdosa? Masyarakat yang mendidik semua
penyimpangan syariat Islamiyyah sejak kecil dibangku sekolah ataupun tempat kuliah?
dan yang lain-lainya dari penyimpangan syariat Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Ya Alloh, sesungguhnya Kami berlindung kepada-Mu dari semua fitnah dan
musibah yang akan menimpa kami karena perbuatan orang-orang bodoh diantara
kami -.
Oleh karena itu sangat bijaksana sekal -dikarenakan Fitnah yang sangat berbahaya ini-,
jika Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menasehatkan para pemuda yang
mempunyai kemampuan untuk segera menikah sebagaimana di dalam hadits Ibnu
Masud Rodhiyallohu ‘Anhu yang masyhur :
‫صنُ ل ِْل َفرْ ِج‬ َ ْ‫ َوَأح‬, ‫ص ِر‬
َ ‫ َفِإ َّن ُه َأغَ ضُّ ل ِْل َب‬, ْ‫ة َف ْل َي َت َزوَّ ج‬Pَ ‫اع ِم ْن ُك ُم اَ ْل َبا َء‬
َ ‫ َيا َمعْ َش َر اَل َّش َبابِ! َم ِن اسْ َت َط‬  ‫َقا َل َل َنا َرسُو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ – ُم َّت َف ٌق َعلَيْه‬.ٌ‫ َو َمنْ َل ْم َيسْ َتطِ عْ َف َعلَ ْي ِه ِبالص َّْو ِم ; َفِإ َّن ُه لَ ُه ِو َجاء‬,.
“Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada kami : Wahai para pemuda,
barang siapa diantara kalian yang mampu untuk menikah maka hendaknya segeralah
menikah, karena sesungguhnya pernikahan tersebut lebih bisa menundukkan
pandangan dan menjaga kehormatan, barang siapa yang tidak mampu (untuk menikah)
maka hendaknya dia berpuasa karena puasa tersebut bisa melemahkan syahwatnya”.
(HSR. Bukhory : no.4478, Muslim : no . 1400).
5. Orang yang menikah telah menyempurnakan sebagian daripada agamanya.
Dari Anas Bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, Rasululloh Shollallohu ;\’Alaihi wa Sallam:
‫ فليتق هللا فيما بقي‬،‫ فقد استكمل نصف الدين‬،‫إذا تزوج العبد‬
“Jika seorang hamba telah menikah, maka sesungguhnya dia telah menyempurnakan
sebahagian dari pada agamanya, maka hendaknya dia bertakwa kepada Alloh (untuk
menyempurnakan) sisanya (yakni setengahnya yang lain)”.
Di dalam riwayat yang lain :
‫ فليتق هللا في الشطر‬،‫ فقد أعانه على شطر دينه‬،‫من رزقه هللا امرأة صالحة‬
“Barang siapa yang Alloh berikan rizki kepadanya wanita yang sholihah, maka
sesungguhnya Alloh telah menolong separuh dari pada agamanya, maka hendaknya dia
bertakwa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala untuk menyempurnakan sisa
setengahnya”. (HSR.Thobrany, disohihkan Syaikh Al Albany di Silsilah Ahadits
Shohihah :2/202).
6.  Pernikahan merupakan sebab dilapangkannya rizki seseorang.
Setiap amal ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah pintu dari pada pintu-
pintu rizki, berdasarkan dalil yang sangat banyak sekali dari Al Qur’an dan sunnah nabi
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam karena kebaikan atau amal ketaatan tidaklah akan
mendatangkan kepada pelakunya kecuali kebaikan pula.
ُ‫سان‬
َ ‫اإلح‬
ْ ‫ان ِإال‬
ِ ‫س‬ ْ ‫َهلْ َج َزا ُء‬
َ ‫اإلح‬
“Tidaklah balasan dari pada suatu kebaikan kecuali kebaikan pula “. (QS Ar-Rahman 60)
Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said
Al-Khudry Rodhiyallohu ‘Anhu:
َ ‫الَ َيْأتِي‬
َ ‫الخ ْي ُر ِإاَّل ِب‬
‫الخي ِْر‬
“Tidaklah mendatangkan kebaikan kecuali kebaikan pula” . (muttafaqun ‘alaih).
Duhai seandainya pemuda dan pemudi muslimin  mengetahui hal yang seperti ini
dan mengimaninya dengan keimanan yang kokoh, tentu akan tenang jiwa mereka,
tidak gundah gulana hati mereka ketika syaiton yang terlaknat menampakkan
kemiskinan dipelupuk mata mereka, senantiasa menakuti-nakutinya dengan
kehidupan yang susah, jika menanggung nafkah anak dan istrinya ketika menikah,
sehingga mereka mengambil jalan pintas untuk melampiaskan syahwatnya
dengan mengikuti bisikan syaithon, menjatuhkan dirinya kedalam perbuatan hina,
berzina kemudian membuang anaknya dijalan-jalan atau kolong jembatan, atau
menitipkannya di panti asuhan. Wallohul Musta’an
Sungguh benar Alloh Subhanahu wa Ta’ala ketika berfirman di dalam ayat-Nya yang
mulia:
ْ ‫شاءِ َوهَّللا ُ َي ِع ُد ُك ْم َم ْغف َِر ًة ِم ْن ُه َو َف‬
‫ضاًل‬ َ ‫ش ْي َطانُ َي ِع ُد ُك ُم ا ْل َف ْق َر َو َيْأ ُم ُر ُك ْم ِبا ْل َف ْح‬
َّ ‫ال‬
“Syaithon menjanjikan/menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan dan menyuruh kalian
untuk berbuat keji, sedangkan Alloh menjanjikan kepada kalian ampunan-Nya dan
segala keutamaan ”. (QS Al-Baqoroh 289)
Perhatikanlah kalimat ‫ ﯞ‬karena sesungguhnya ia adalah kalimat dalam bentuk nakiroh.
Di dalam bahasa kaidah bahsa arab, kalimat dalam bentuk nakiroh maknanya adalah
umum. Artinya semua keutamaan tercakup dalam kalimat ini, baik keutamaan dunia
seperti ilmu, rizki, kesehatan, dan lain sebagainya ataupun keutamaan akhirat yaitu
mendapatkan jannah dan seisinya.
Diantara dalil yang menunjukkan janji Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada orang yang
menikah untuk dilapangkan rizkinya adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
ُ ‫َو َمنْ َي َّت ِق هَّللا َ َي ْج َعلْ لَ ُه َم ْخ َر ًجا َو َي ْر ُز ْق ُه مِنْ َح ْي‬
‫ث اَل َي ْح َتسِ ب‬
akan jadikan untuknya jalan keluar dari pada permasalahannya, dan Alloh akan
memberikan rizki kepadanya dari arah yang dia tidak menyangkanya.” (QS Ath Tholaq
2-3) maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala  “Barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh
Subhanahu wa Ta’ala
di dalam Al Qur’an, setelah Alloh Subhanahu wa Ta’ala  memerintahkan orang-orang
yang membujang dari kalangan laki-laki atau perempuan agar segera menikah, maka
Alloh menjanjikan kepada mereka jalan rizki yang lapang dalam firman-Nya : Tidak ragu-
ragu lagi bahwa pernikahan masuk dalam kategori amal ketaatan. Adapun dalil yang
khusus adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala
ْ ‫اء ُي ْغنِ ِه ُم هَّللا ُ مِنْ َف‬
‫ضلِ ِه‬ َ ‫ِإنْ َي ُكو ُنوا فُ َق َر‬
“Jika mereka miskin maka Alloh akan memberikan kekayaan kepada mereka dengan
karunia-Nya”. (QS An-Nur 32)
tidak akan menyelisihi janji-Nya. Maha Suci Alloh Subhanahu wa Ta’ala  dari perbuatan
dusta. Tentunya Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Oleh karena itu Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits sohih
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad (no.9631) dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu ‘Anhu   :
‫َأْل‬ َ ‫ ال َّنا ِك ُح ي ُِري ُد ْال َع َف‬:‫ثَاَل َث ٌة َح ٌّق َع َلى هللا َع ْونهم‬
‫يل هللا‬ ِ َ‫ َو ْالغ‬،‫ ي ُِري ُد ا دَ ا َء‬P‫ والمكا َتب‬،‫اف‬
ِ ‫ فِي َس ِب‬P‫ازي‬
akan menolongnya : Orang yang ingin menikah dalam rangka menjaga kehormatannya,
budak yang ingin memerdekakan dirinya, dan orang yang brjihad di jalan Alloh
Subhanahu wa Ta’ala”. “Tiga golongan yang pasti Alloh
Wahai kaum muslimin tentunya engkau akan sependapat dengan kami, jika engkau
mempunyai dua anak, salah satunya berbakti kepadamu, menuruti perintahmu dan
mendengar ucapanmu, sedangkan yang lainnya mempunyai sifat yang sebaliknya, suka
membangkang kepadamu, tidak mau peduli terhadap petuah dan nasehatmu, tentu
engkau akan lebih memperhatikan kehidupan anakmu yang berbudi baik tadi
dibandingkan anak yang perangainya jelek tadi !
Kalau ini adalah kondisi yang ada pada manusia, apakah engkau mengira bahwa Alloh
Subhanahu wa Ta’ala akan membiarkan hamba-Nya yang muslim, taat beribadah
kepadanya menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, hidup dalam
kesengsaraan ataupun kemalangan, sementara orang kafir atau orang –orang yang
melakukan semua bentuk kemaksiatan, dari dosa yang paling besar sampai dosa yang
paling kecil, diberi kemewahan dunia dan seisinya?
Tentu hal ini adalah suudzhon (persangkaan jelek) kepada keadilan Alloh Ta’ala!
Tentu hal ini adalah perbuatan dholim yang tidak pantas dilakukan oleh Alloh
Subhanahu wa Ta’ala karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala memuliakan orang yang
terlaknat dan menyengsarakan orang yang taat. Maha suci Alloh Subhanahu wa Ta’ala
dari sifat yang demikian.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
‫َوال َي ْظلِ ُم َر ُّب َك َأ َحدًا‬
“Robb-mu itu tidak akan berbuat dholim kepada seorangpun”. (QS Al-Kahfi 49)
Wahai saudaraku seiman dan seagama tanamkanlah dalam diri kita aqidah yang sohih
seperti ini, dalil-dalil dalam permasalahan ini sangat banyak sekali dari Al Qur’an dan
sunnah Nabi kita, kalaulah bukan karena sempitnya ruang dan masa tentu akan kami
sebutkan satu persatu bersama ucapan para ulama, akan tetapi kami berharap mudah-
mudahan yang sedikit ini cukup bagi kita untuk segera menjawab seruan Alloh
Subhanahu wa Ta’ala, dan berharap kepada-Nya agar kita dijadikan sebagai hamba-
hamba-Nya yang mendapatkan keutamaan-keutamaan-Nya, dan sebaliknya kita akan
menjauh dan membuang janji-janji palsu syaithon yang menakut-nakuti manusia akan
terjatuh dalam jurang kemiskinan hanya karena engkau menikah.
‫ول ِإ َذا دَ َعا ُك ْم لِ َما ُي ْح ِيي ُك ْم‬
ِ ‫س‬ َّ ‫اس َت ِجي ُبوا هَّلِل ِ َول‬
ُ ‫ِلر‬ ْ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا‬
“Wahai orang-orang yang beriman jawablah panggilan Alloh dan Rasul-Nya jika mereka
mengajak kepada perkara yang memberikan kehidupan hati kamu“. (QS Al-Anfal 24)
NIAT YANG BENAR DALAM MENIKAH
Setelah kita mengetahui bahwasanya pernikahan adalah ibadah yang agung, maka
hendaknya kita tidak menodai ibadah yang suci ini dengan kotoran kesyirikan, yang
menjadikan amalan sholih ini tidak barokah.
Wajib bagi kita untuk meluruskan niat kita agar senantiasa ikhlas kepada Alloh
Subhanahu wa Ta’ala., karena barang siapa yang beramal karena sum’ah atau
riya’ atau tujuan dunia yang lainnya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan
menggagalkan urusannya.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala  berfirman di dalam Al Qur’an :
َ ‫ُون هَّللا ِ آلِ َه ًة لِ َي ُكو ُنوا لَ ُه ْم عِ ًّزا * َكال‬
‫م َو َي ُكو ُنونَ َعلَ ْي ِه ْم ضِ ًّدا‬hْ ‫س َي ْكفُ ُرونَ ِب ِع َبادَ تِ ِه‬ ِ ‫َوا َّت َخ ُذوا مِنْ د‬
“Mereka menjadikan selain Alloh sesembahan–sesembahan agar menjadi
pelindungnya. Sekali-kali tidak akan terjadi yang demikian itu, bahkan kelak
sesembahan-sesembahan itu akan mengingkari penyembahan tersebut dan akan
menjadi musuh bagi para penyembahnmya”. (QS Maryam 81-82)
Di dalam hadits sohih Muslim (2987) dari Jundub bin Abdillah Rodhiyallohu ‘Anhu,
Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
‫ َو َمنْ ي َُراِئي ي َُراِئي هللاُ ِب ِه‬،ِ‫َمنْ ي َُسمِّعْ ي َُسم ِِّع هللاُ ِبه‬
Syaikh Sholih Al-Utsaimin menjelaskan makna hadits ini (syarh Riyadhus Sholihin:
6/351): Barangsiapa yang beramal agar amalannya didengar atau dilihat oleh manusia
agar mereka memujinya, maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala  akan tampakkan aib-aibnya
kepada manusia (sehingga mereka menjadi berbalik membencinya).
Oleh karena itu Syaikh Kami Al ‘Allamah Yahya Al-Hajury senantiasa menasehatkan
agar seseorang ketika memilih jodohnya hendaknya mementingkan agama, ilmu dan
kesholihan calonnya karena banyak orang yang mencari istri hanya melihat
kecantikannya saja, atau kekayaannya saja ternyata Alloh Subhanahu wa Ta’ala balas
dengan yang sebaliknya, istrinya menjadi durhaka kepadanya dan rusak urusan rumah
tangganya.
Kiranya benar Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau bersabda :
‫فاظفر بذات الدين تربت يداك‬
“Nikahilah wanita karena agama dan kesholihannya, sehingga kalian akan beruntung”.
Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam juga mengatakan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dalam kitab Sohihnya dari sohabat Abdulloh Bin Amr
Bin Ash Rodhiyallohu ‘Anhuma:
‫اع ال ُّد ْن َيا ْال َمرْ َأةُ الصَّال َِح ُة‬
ِ ‫ َو َخ ْي ُر َم َت‬،‫ال ُّد ْن َيا َم َتا ٌع‬
“Dunia ini semuanya hanyalah perhiasan yang sementara, dan sebaik-baik perhiasan
dunia ini adalah wanita yang sholihah”.
Niat yang berikutnya dalam pernikahan adalah dalam rangka menjaga kehormatan
diri, mendapatkan keturunan yang sholih dan sholihah yang menjadi pengemban
dakwah Islamiyyah.
Adalah suatu kepastian bahwa pendamping hidup dan keturunan yang sholih serta
sholihah adalah nikmat yang menjadi dambaan setiap insan yang menginginkan
kebahagian hidup di dunia dan di akhiratnya, dari kalangan para Nabi dan Rasul dan
hamba-hamba Alloh yang sholih yang dirahmati-Nya. Bahkan kita dapati banyak orang
jahat sekalipun mereka ingin agar anak dan istri mereka menjadi orang yang sholih dan
sholihah tidak jahat sebagimana mereka.
Oleh karena itu banyak kita dapati doa para nabi di dalam Al-Quran, mereka meminta
keluarga dan keturunan yang sholih atau sholihah.
Mari kita perhatikan doa Nabi Alloh Zakaria yang diabadikan oleh Alloh Subhanahu wa
Ta’ala di dalam Al qur’an :
‫ َرَأتِي‬h‫ام‬
ْ ‫ت‬ ِ ‫ َوِإ ِّني ِخ ْفتُ ا ْل َم َوال َِي مِنْ َو َراِئي َو َكا َن‬ ^ ‫شقِ ًّيا‬ َ ‫ب‬ َ ‫ش ْي ًبا َولَ ْم َأ ُكنْ ِبد‬
ِّ ‫ك َر‬hَ ‫ُعاِئ‬ ُ ‫الرْأ‬
َ ‫س‬ ْ ‫ب ِإ ِّني َوهَنَ ا ْل َع ْظ ُم ِم ِّني َوا‬
َّ َ ‫ش َت َعل‬ ِّ ‫َقال َ َر‬
‫ب َرضِ ًّيا‬ِّ ‫اج َع ْل ُه َر‬ َ ُ‫آل َي ْعق‬
ْ ‫وب َو‬ ِ ْ‫ث مِن‬ ُ ‫ َي ِر ُثنِي َو َي ِر‬ ^ ‫َعاق ًِرا َف َه ْب لِي مِنْ لَ ُد ْن َك َولِ ًّيا‬
“Nabi Zakaria berdo’a kepada Robb-nya : Wahai Robbku, sesungguhnya telah lemah
tulangku, dan telah beruban rambut kepalaku, dan aku belum pernah kecewa dalam
berdoa kepada-Mu. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap orang yang akan
mengurusi urusanku (dari pada perkara dakwah bukan perkara dunia) dari anak
keturunan sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul, maka
berikanlah kepada kami anak keturunan yang akan mewarisiku (yakni: ilmu dan
nubuwwah karena para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham) dan mewarisi keluarga
Ya’qub, dan jadikanlah keturunanku tersebut orang yang Engkau Ridhoi”. (QS Maryam
4-6)
ْ ‫اس َت َج ْب َنا لَ ُه َو َو َه ْب َنا لَ ُه َي ْح َيى َوَأ‬
‫صلَ ْح َنا لَ ُه َز ْو َج ُه‬ ْ ‫ َف‬ ^  َ‫ب اَل َت َذ ْرنِي َف ْردًا َوَأنْتَ َخ ْي ُر ا ْل َو ِارثِين‬
ِّ ‫َو َز َك ِر َّيا ِإ ْذ َنادَ ى َر َّب ُه َر‬
“Ingatlah tentang Nabi Zakaria ketika dia berdoa kepada Rob-Nya : “Wahai Robbku
janganlah engkau biarkan aku hidup sendiri, sedangkan Engkau adalah sebaik-baik
Dzat yang memberikan keturunan. Maka Kami kabulkan doanya tersebut, dan kami
karuniakan kepadanya anak yang bernama Yahya dan perbaiki ahlaq dari pada istrinya”.
(QS Al-Anbiya’ 89-90)
Demikian juga nabi Ibrohim berdoa agar keturunannya menjadi orang yang sholih yang
bertauhid kepada Alloh dan tidak berbuat syirik :
‫األص َنا َم‬
ْ َ‫اج ُن ْبنِي َو َبن َِّي َأنْ َن ْع ُبد‬
ْ ‫َو‬
“Jauhkanlah aku dan keturunanku daripada peribadahan terhadap berhala”. (QS Ibrohim
35)
Berdoa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala  agar mendapatkan pasangan hidup
serta keturunan yang sholih dan sholihah adalah akhlaq dan perangai orang-
orang sholih yang dirahmati oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala,
Oleh karena itu Alloh Subhanahu wa Ta’ala  ketika menyebut sifat dari pada perangai
hamba-hamba-Nya yang dirohmatinya yang dimasukkan oleh Alloh dalam jannah-Nya ,
Alloh sebutkan doa yang mereka panjatkan kepada Robb-Nya:
ْ ‫َب َل َنا مِنْ َأ ْز َوا ِج َنا َو ُذ ِّر َّيا ِت َنا ُق َّر َة َأ ْع ُي ٍن َو‬
‫اج َع ْل َنا لِ ْل ُم َّتقِينَ ِإ َما ًما‬ ْ ‫َوا َّلذِينَ َي ُقولُونَ َر َّب َنا ه‬
“Dan orang-orang yang berkata: “Wahai Robb kami augerahkanlah kepada kami
pasangan dan anak-anak kami sebagai penyejuk hati dan jadikanlah kami pemimpin
bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS Al-Furqon ayat 74)
Demikian hendaknya niat seseorang dalam melakukan ibadah yang agung ini,
mencontoh para nabi dan Rasul serta orang-orang yang sholih.
SALAFUS SHOLEH DAN SEMANGAT MEREKA DALAM MENIKAH
Salafusus sholeh adalah orang-orang yang terdepan dalam melakukan segenap
kebajikan yang diperintahkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala  dan Rasul-Nya,
Tidak ada pintu –pintu kebaikan yang diajarkan oleh Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam ini kecuali mereka adalah orang yang paling bersemangat dan paling terdepan
dalam melaksanakanya.
Demikian juga dalam pelaksanaan amalan yang mulia ini, kita dapati dalam sejarah
kehidupan mereka ternyata mereka adalah orang yang paling bersemangat dalam
mengamalkannya.
* Mari kita lihat Sahabat terbaik Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam Abu Bakar
Rodhiyallohu ‘Anhu, sesungguhnya beliau menikahkan putrinya Aisyah yang baru
berumur tujuh tahun kepada Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang umurnya
pada waktu itu sekitar lima puluh tahun.(HSR.Muslim : no.1422).
* Demikian juga Umar Rodhiyallohu ‘Anhu  ketika beliau menjadi kholifah (umurnya pada
waktu itu sekitar lima puluhan tahun) beliau meminang Ummu Kultsum putri Ali Bin Abi
Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu  , maka Ali Bin Abi Tholib berkata : “Aku akan antar putriku
kepadamu, jika engkau ridho/ terima maka dia menjadi istri kamu“. Maka diantarlah
Ummu Kultsum tersebut kepadanya, kemudian Umar berkata: “Ya, saya ridho
dengannya “.
Kemudian setelah itu dilakukan walimah pernikahannya dalam keadaan Ummu Kultsum
masih bermain-main dengan anak-anak kecil sebayanya. (Lihat Mushonnaf Abdurrazzaq
Bin Hammam As-Son’any 6/ 163).
* Hafshoh Rodhiyallohu ‘Anha putri dari pada Umar Rodhiyallohu ‘Anhu telah menjadi
janda ketika umurnya delapan belas tahun, ketika selesai masa iddahnya maka Umar
Bin Khottob segera menemui Utsman Bin Affan dan berkata: “Jika engkau mau, aku
akan menikahkan kamu dengan putriku Hafsoh”. Ternyata Utsman waktu itu belum
bersedia untuk berpoligami (menikah lebih dari satu istri) sehingga dia menolak tawaran
Umar.
Kemudian Umar datang kepada Abu Bakar berkata sebagaimana perkataannya kepada
Utsman Rodhiyallohu ‘Anhu, akan tetapi dia diam saja tidak menjawab pertanyaan
Umar, sampai akhirnya beberapa hari kemudian Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam menikahi Hafsoh.
Setelah itu Abu Bakar berkata kepada Umar: “ mungkin engkau marah ketika aku tidak
menjawab tawaran kamu, yang demikian itu aku lakukan karena aku tahu bahwa
Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah menginginkan Hafsoh, kalau seandainya
belum tidak menikahinya tentu aku akan segera menikahinya “. (HSR. Al Imam Bukhory
dari Ibnu Umar Rodhiyallohu ‘Anhu)
* Imam Bukhory di dalam Sohihnya  (Kitab Syahadat) menukil perkataan Imam Hasan
Bin Sholih Rahimahuloh bahwa beliau berkata : “ Aku bertemu seorang perempuan yang
sudah menjadi nenek (mempunyai cucu) padahal umurnya baru dua puluh satu tahun”.
* Di dalam kitab Siyar A’lamun Nubala’ (jilid 5/hal :132, penulis : Al Imam Adz Dzahabi)
pada biografi tabiin yang mulia Said Bin Musayyib (penghulu dari pada ulama Madinah
di zamannya): “Berkata Al Imam Abu Bakar Bin Abu Daud bahwasanya dahulu Kholifah
Abdul Malik meminta kepada Sa’id Bin Musayyib untuk menikahkan putrinya dengan
pangeran Al Walid putera dari pada  Kholifah Abdul Malik, akan tetapi permintaan
kholifah tersebut senantiasa ditolak oleh Said Bin Musayyib, sampai akhirnya sang
kholifah mengambil tindak kekerasan, mencambuk Said Bin Musayyib dengan seratus
cambukan, kemudian menyiramnya dengan segantang air dan memakaikan kepadanya
baju wool.
Lihatlah bagaimana keteguhan seorang ulama panutan manusia di zamannya, tidak
mau menikahkan putrinya dengan seorang yang kaya raya dari keluarga raja calon dari
pada kholifah sepeninggal bapaknya, karena takut anaknya terfitnah dengan dunia dan
gemerlapnya kehidupan istana sehingga lupa terhadap peribadahan kepada Alloh
Subhanahu wa Ta’ala .
Tidak sampai di situ kehebatan ulama yang dikenal pandai dalam mentakwilkan mimpi,
yang merupakan menantu dari sahabat utama Abu Hurairoh Rodhiyallohu ‘Anhu  ini,
akan tetapi orang akan semakin takjub lagi ketika mengetahui bahwa putrinya yang
sholihah tersebut ia nikahkan dengan seorang muridnya yang telah menduda lagi tidak
berharta hanya dengan mahar dua atau tiga dirham.
Berkata Ibnu Abi Wada’ah mengkisahkan pernikahannya dengan putri Sa’id Bin
Musayyib Rahimahulloh: Aku biasa hadir di majlisnya Sa’id Bin Musayyib, kemudian aku
absen beberapa hari, maka ketika melihatku beliau bertanya kepadaku: di mana kamu
selama ini? Aku menjawab : Sesungguhnya istriku telah meninggal.
Berkata Sa’id : kenapa engkau tidak memberitahu kepadaku sehingga aku bisa
menghadiri jenazahnya?. kemudian beliau bertanya lagi kepadaku: Apakah engkau
sudah mendapatkan istri penggantinya?.
Aku menjawab: “Mudah-mudahan Alloh Subhanahu wa Ta’ala merahmatimu, siapa kira-
kiranya orang yang mau menikahkan anaknya dengan aku (seorang yang hanya
mempunyai uang dua atau tiga dirham saja)?
Maka berkata Sa’id Bin Musayyib : Aku.
Aku berkata : Betul, engkau akan menikahkan aku dengan anakmu?
Berkata Sa’id : Iya, betul.
Kemudian beliau mengucapkan hamdalah, lantas menikahkan dengan putrinya dengan
mahar dua dirham atau kurang.
Setelah itu akupun pulang kerumahku sambil terus berfikir kepada siapa aku harus
berhutang?
Kemudian aku solat maghrib dan pulang kerumahku, makan buka puasa sampai
akhirnya ada orang yang mengetuk pintu rumahku … ternyata beliau adalah Said bin
Musayyib, datang dengan membawa putrinya untuk diserahkan kepadaku.
Aku Berkata : Wahai Abu Muhammad, kenapa engkau tidak menyuruh orang saja
memanggilku sehingga aku bisa datang ke rumahmu?
Berkata Said : Tidak, bahkan engkau yang lebih berhak untuk di datangi.
Ibnu Abi Wada’ah berkata : ternyata putrinya tersebut adalah orang yang paling cantik,
paling mengetahui makna dari pada Al Qur’an dan sunnah Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam, serta paling memahami hak-hak suami.!!!
Satu bulan kemudian Sa’id menanyakan kondisi anaknya dan mengirimi kepadaku uang
dua puluh ribu dirham!!!!
*     *    *
Dari hadits dan atsar-atsar diatas, kita bisa mengetahui bagaimana semangat para
salaf dalam menjalankan ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala serta
menjaga kehormatan diri mereka agar tidak terjatuh ke dalam kemaksiatan kepada
Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan segera melaksanakan pernikahan yang syar’i.
Mereka adalah orang-orang yang zuhud terhadap dunia sehingga tidaklah
menikahkan putrinya hanya karena harta dunia atau diploma, yang terpenting bagi
mereka dalam menikahkan putrinya adalah ilmu dan ketakwaan dari pada calon
suaminya karena itulah tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka yang
nantinya akan dipertanggung jawabkan dihadapan Alloh Subhanahu wa Ta’ala .
Faedah yang lainnya dari hadits-hadita diatas adalah para salaf tidak memandang
aib perbedaan umur yang jauh antara suami istri dalam suatu pernikahan, sekali
lagi ukuran mereka dalam pernikahan adalah ilmu dan agama.
Faedah yang lainnya adalah dalam hadits-hadits tersebut ada bantahan terhadap
orang-orang yang membatasi usia pernikahan dan melarang orang untuk menikah
jika umurnya dibawah itu.
‫ِإنْ َيقُولُونَ ِإال َك ِذ ًبا‬
“Mereka tidaklah mengucapkan kecuali kedustaan saja“. (QS Al-Kahfi 5)
َ ‫م‬hْ ‫قُلْ هَا ُتوا ُب ْرهَا َن ُك ْم ِإنْ ُك ْن ُت‬
َ‫صا ِدقِين‬
“Katakanlah wahai Muhammad: “Tunjukkan kepada kami bukti-bukti kebenaran ucapan
kamu, jika engkau adalah orang-orang yang berkata benar!”. (QS Al-Baqoroh 111)
Jika mereka masih merasa benar terhadap penyimpangannya terhadap syariat Islam ini,
maka kami mengharapkan mereka untuk mendatangkan dalil dari Al Qur’an dan As
Sunnah jika mereka merasa dirinya beriman kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala  dan
hari akhir.
‫سلِّ ُموا َت ْسلِي ًما‬ َ ‫ش َج َر َب ْي َن ُه ْم ُث َّم اَل َي ِجدُوا فِي َأ ْنفُسِ ِه ْم َح َر ًجا ِم َّما َق‬
َ ‫ض ْيتَ َو ُي‬ َ ‫َفاَل َو َر ِّب َك اَل ُيْؤ ِم ُنونَ َح َّتى ُي َح ِّك ُمو َك فِي َما‬
“Maka Demi Robb Kamu (wahai Muhammad), mereka pada hakekatnya tidak beriman
sampai mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan di dalam hati mereka terhadap
keputusan yang engkau putuskan tersebut, bahkan mereka menerimanya dengan
lapang dada”. (QS An-Nisa’ 65)
PENUTUP
Sesungguhnya pernikahan adalah perkara yang sangat mulia dalam syariat Islam, yang
mempunyai banyak adab dan hukum-hukum yang terkait dengannya, sikap berpaling
dari syariat yang mulia ini karena ketakutan duniawi merupakan tasyabbuh kepada
orang-orang kafir disamping pula akan melahirkan penyakit sosial yang membahayakan
bagi kehidupan bermasyarakat dan dampak negatif lainnya yang sangat banyak.
Mudah-mudahan Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-
Nya yang senantiasa mau mendengar perkataan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-
Nya dan mengikutinya dengan sebaik-baiknya serta memberikan hidayah kepada kaum
muslimin dan pemimpinnya untuk kembali berpegang teguh dengan syariat Alloh
Subhanahu wa Ta’ala  dan sunnah Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam… Amin.
*     *    *

[1] Pandangan yang seperti ini adalah pandangan yang banyak ditemui pada sebagaian
besar masyarakat awam di negerinya penulis, dan negeri-negeri Ajam (bukan Arob)
/Arob yang terpengaruh dengan kebudayaan Barat, mereka menganggap pembicaraan
tentang pernikahan adalah suatu yang tabu sedangkan di sisi lainnya mereka
menganggap orang berpacaran atau punya wanita simpanan adalah suatu hal yang
biasa – Naudzubillah min dzalik – .
Adapun di negeri Yaman, penulis mendapati budaya yang berbeda, negeri Yaman
kebanyakan masyarakatnya menjaga keluarganya dengan adab-adab islamy, sehingga
kebanyakan mereka antusias sekali dalam pelaksanaan pernikahan yang Islamy ini,
sampai kita dapati dalam budaya mereka, anak-anak yang baru baligh segera
dinikahkan oleh orang tua mereka atau bahkan mereka sendiri minta kepada orang
tuanya tanpa rasa malu atau sungkan-sungkan.
[2] Adapun Nabi Isa ‘Alahis Salam beliau akan berkeluarga setelah turunnya dari langit
untuk membunuh dajjal laknatullohu alaih dan menegakkan syariatnya Rasululloh
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam.
 
 
Copyright © 2012 Ahlussunnah Wal Jama’ah Indonesia | ‫ة – إندونيسي‬hh‫نة والجماع‬hh‫ل الس‬hh‫أه‬
Darul Hadits Dammaj – Yaman
WRITTEN
ON 31/10/2012

Anda mungkin juga menyukai