Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH AGAMA

DOSEN PENGAMPU : IWAN RIDWAN


PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRO – FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


KELOMPOK 11
1. M. Zaiz Saepullah : 2283220042
2. Annisa
3. Bila
4. Rafli
MEMBINA
MASYARAKAT
BAB
BERBASIS ‫مرحبا‬
XI
KELUARGA
SAKINAH
A. Pendahuluan
Pada dasarnya manusia yang hidup di dunia ini tidak terlepas dari figh
muamalah yaitu hukum yang mengatur kepentingan individu dengan yang
lainnya, untuk menciptakan kemashlahatan. Menurut Abdul Wahab khalaf, fiqh
muamalah mencakup bahasan tentang ahwal al syakhsyiah (hukum keluarga),
ahkam al-madaniyah (hukum sipil), ahkam aljinayah (hukum pidana), ahkam al-
murafa at (hukum acara), ahkam al-dusturiyah (hukum ketatanegaraan), ahkam a-
duwaliyah (hukum internasional), dan ahkam al-iqtishodiyah wa al-amaliyah
(hukum ekonomi dan perburuhan)
B. Pernikahan Dalam Islam
Pengertian Dan Prinsip Perkawaninan
Pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan yang di bolehkan untuk bergaul atau akad yang sangat kuat atau mitsaqon
gholidzon untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah dengan
tujuan mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmah.

Perkawinan dalam Islam dibangun dengan prinsip (asas), sebagai berikut:

1. Membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

2. Berdasarkan hukum agama dan kepercayaan

3. Monogami
4. Kedewasaan calon suami dan istri
5. Mempersulit terjadinya perceraian, sebagai mana hadits Rasulullah SAW, “Perbuataan
halal yang di benci Allah adalah tholak (perceraian)” (HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Al-
hakim)
6. Keseimbangan hak dan kedudukan suami isteri dalam rumah tangga dan masyarakat

Pra Pernikahan

Tindakan yang perlu dilakukan sebelum pernikahan adalah ta'aruf (per kenalan), ikhtiar/intifa
(memilih/selectif), mendapat ridha dari orang tua, khithbah (peminangan) kemudian daftar ke
KUA dan menikah secara resmi.
Khitbah

Khitbah adalah Muqoddimat al-Zawaj (langkah permulaan menuju perkawinan), agar saling
mengenali dan memahami antara keduanya (calon pasangan dan keluarga), di samping sebagai
pernyataan cinta dan permintaan untuk perjodohan dari seorang laki-laki kepada seorang
perempuan atau sebaliknya, baik secara langsung maupun dengan perantara seorang yang di
percaya.

Meminang Diperbolehkan Dengan Syarat

*Perempuan yang di pinang tidak bersuami


*Perempuan yang di pinang tidak dalam masa iddah (thalaq raj’i)
*Perempuan yang di pinang tidak dalam pinangan laki-laki lain.

Sebagai Mana Hadits Rasulullah SAW :


“janganlah seseorang dari kamu meminang (wanita) yang dipinang saudaranya, hingga peminang sebelumnya
meninggalkan atau telah mengizinkanya”: (H.R. Ahmad dan Muslim)
Pelaksanaan Pernikahan

Pernikahan dinyatakan syah menurut syari'at Islam, apabila terpenuhi rukun-rukun dan syarat-
syarat sebagai berikut:

1.Adanya calon suami dan istri yang sekufu‘


Calon suami, syaratnya: Islam (kalau yang dinikahi itu muslim), ta'yin (tertentu), bukan mahram,
tidak dipaksa, bukan tengah beristeri 4 (empat), bukan sedang mengerjakan ihram haji atau umroh
Calon isteri, syaratnya; bukan muhrim, ta'yin, bukan isteri orang,tidak dalam masa iddah, bukan
sedang mengerjakan ihrom haji/ umroh.
Wali, syaratnya: mukallaf, merdeka, laki-laki, tidak dipaksa, tidak fasiq, tidak sedang ihram haji atau
umroh
Dua saksi, syaratnya: Islam, mukallaf, merdeka, adil, tidak tulidan bisu, tidak merangkap antara wali
dan saksi, minimal 2 oranglaki-laki, atau 2 orang perempuan dan 1 laki-laki, faham ijab danqabul
Shighot (ijab dan qabul), syaratnya: harus dengan kata "nakaha" atau "zawaja" atau terjemahannya.
Demikian Juga qabulnya dengan kata "qabiltu" atau terjemahannya, tidak terselang antara ijab dan
qabul dengan perkataan lain, dipahami dan terdengar oleh saksi, tidak muaggat (tidak dibatasi
waktunya)
Mas kawin atau Mahar, mahar bukan rukun, tapi wajib diberikankepada isteri dan tidak terbatas
minimal dan maksimalnya.
Pelaksanaan Pernikahan
Pernikahan dinyatakan syah menurut syari'at Islam, apabila terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat
sebagai berikut:

1. Adanya calon suami dan istri yang sekufu‘


2. Calon suami, syaratnya: Islam (kalau yang dinikahi itu muslim), ta'yin (tertentu), bukan mahram, tidak
dipaksa, bukan tengah beristeri 4 (empat), bukan sedang mengerjakan ihram haji atau umroh
3. Calon isteri, syaratnya; bukan muhrim, ta'yin, bukan isteri orang,tidak dalam masa iddah, bukan sedang
mengerjakan ihrom haji/ umroh.
4. Wali, syaratnya: mukallaf, merdeka, laki-laki, tidak dipaksa, tidak fasiq, tidak sedang ihram haji atau
umroh
5. Dua saksi, syaratnya: Islam, mukallaf, merdeka, adil, tidak tulidan bisu, tidak merangkap antara wali dan
saksi, minimal 2 oranglaki-laki, atau 2 orang perempuan dan 1 laki-laki, faham ijab danqabul
6. Shighot (ijab dan qabul), syaratnya: harus dengan kata "nakaha" atau "zawaja" atau terjemahannya.
Demikian Juga qabulnya dengan kata "qabiltu" atau terjemahannya, tidak terselang antara ijab dan
qabul dengan perkataan lain, dipahami dan terdengar oleh saksi, tidak muaggat (tidak dibatasi
waktunya)
7. Mas kawin atau Mahar, mahar bukan rukun, tapi wajib diberikankepada isteri dan tidak terbatas minimal
dan maksimalnya.
"Seorang perempuan dikawini, karena empat hal: kecantikannya, hartanya, keturunannya, dan
agamanya. Pilihlah karena agamanya, engkau akan memperoleh keuntungan".

(HR. Bukhori dan Muslim)


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai