Anda di halaman 1dari 4

1.

DalamIslam,istilahtaarufberasaldarikatata’arafa-yata’arafuyangberartisaling

Mengenal.Sehinggadapatdisimpulkanbahwaartitaarufmerupakansebuahproses

Perkenalanataupengenalanantaraduakeluargayangmemilikiniatdanmaksud

Tertentuuntukmenujujenjangseriusdansangatdianjurkan.Olehkarenaituta’aruf

dimaknaisebagaiAktivitassalingmengenal,mengertidanmemahamiuntuktujuan

meminangataumenikah

DidalamAlQuran,kitabisamenemukankataitudalamsuratAlHujuratayat13.Allah

Berfirman“Haimanusiasesungguhnyakamitelahmenciptakankaliandariseorangpria

Danseorangwanita,lalumenjadikankalianberbangsa-bangsadanbersuku-sukuagar

Kaliansalingmengenal(li-ta’arofu)

2.Janganlah seorang laki-laki mengkhitbah wanita yang sudah dikhitbah oleh saudaranya, kecuali bila
saudaranya itu telah meninggalkannya atau memberinya izin.” (HR. Bukhari).

Ahmad Zarkasih menjelaskan, semua ulama juga sepakat bahwa berdosa bagi seorang laki-laki jika ia
melamar wanita yang menerima lamaran laki-laki lain. Kemudian, pelamar kedua sambil menjanjikan
hadiah dan janji kebahagiaan pernikahan yang lebih baik daripada pelamar pertama.

“Dalam hal ini di si laki berdosa dan wanita yang menerima pun berdosa.

Meminang pinangan orang lain hukumnya haram, sebab berarti menyerang hak dan menyakiti hati
peminang pertama, memecah belah hubungan kekeluargaan dan mengganggu ketentraman.
Seorang lelaki yang telah berketetapan hati untuk menikahi seorang wanita, hendaknya meminang
wanita tersebut kepada walinya. Apabila seorang lelaki mengetahui wanita yang hendak dipinangnya
telah terlebih dahulu dipinang oleh lelaki lain dan pinangan itu diterima, maka haram baginya
meminang wanita tersebut. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ْال ُمْؤ ِمنُ َأ ُخو ْال ُمْؤ ِم ِن فَاَل‬
َ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ب ِْن ِش َما َسةَ َأنَّهُ َس ِم َع ُع ْقبَةَ ْبنَ عَا ِم ٍر َعلَى ْال ِم ْنبَ ِر يَقُو ُل ِإ َّن َرسُو َل هَّللا‬
‫َأ‬ ْ
‫ب َعلَى ِخطبَ ِة ِخي ِه َحتَّى يَ َذ َر‬ َ ‫يَ ِحلُّ لِ ْل ُمْؤ ِم ِن َأ ْن يَ ْبتَا َع َعلَى بَي ِْع ِخي ِه َواَل يَخط‬
ُ ْ ‫َأ‬

Artinya:
Dari Abdurrahman bin Syumasah, bahwa dia telah mendengar Uqbah bin Amir ra. Berkata di atas
mimbar, “Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, ‘Seorang mukmin itu saudara mukmin yang lain.
Oleh karena itu seorang mukmin tidak boleh membeli sesuatu yang masih dalam penawaran
saudaranya, juga tidak boleh melamar perempuan yang telah dipinang oleh saudaranya kecuali jika
ia telah meninggalkannya.”’ (Muslim 4/139)

Hadits Nabi diatas menjelaskan ketentuan dengan meminang perempuan yang telah
dipinang sebagai berikut:

Larangan meminang berlaku bila jelas-jelas pinangan pertama itu telah diterima dan ia mengetahui
diterimanya pinangan tersebut.

Larangan meminang itu berlaku bila peminang pertama itu adalah saudaranya seagama atau
seorang muslim.

Larangan itu tidak berlaku bila peminang pertama telah meninggalkannya atau membatalkan
pinangannya.

Larangan itu juga tidak berlaku bila peminang kedua untuk mengajukan pinangan.

Meminang pinangan orang lain yang diharamkan itu bilamana perempuan itu telah
menerima pinangan pertama dan walinya telah dengan terang-terangan mengizinkannya, bila izin itu
memang diperlukan. Tetapi kalau pinangan semula ditolak dengan terang-terangan atau sindiran
dan laki-laki yang kedua belum tahu ada orang lain yang sudah meminangnya, atau pinangan
pertama belum diterima, juga belum ditolak, atau laki-laki pertama mengizinkan laki-laki kedua
untuk meminangnya, maka yang demikian itu diperbolehkan.

3.secara istilah di kalangan ulama fiqih, kata mahram di definisikan sebagai:

Para wanita yang diharamkan untuk dinikahi secara permanen, baik karena faktor kerabat,
penyusuan ataupun berbesanan.

a. Mahram Karena Nasab

Mahram karena nasab merupakan salah satu mahram yang bersifat abadi. Maksudnya adalah
pernikahan yang haram terjadi antara laki-laki dan perempuan untuk selamanya meski apapun yang
terjadi antara keduanya.

Seperti halnya seorang ibu yang haram menikahi anak kandungnya sendiri atau anak perempuan
menikahi ayah kandungnya sendiri.

Mahram karna nasab dari pihak wanita :

1 Ayah

2 Anak laki-laki

3 Saudara laki-laki

4 Saudara ayah (paman)

5 Saudara ibu (paman)

6 Keponakan dari saudara laki-laki


7 Keponakan dari saudari perempuan

Mahram karna nasab mungkin biasa di katakan sebagai hubungan antara laki-laki dan perempuan
yang masih sati nasab atau satu keluarga. Akan tetapi perlu perhatikan kembali kata keluarga disini
tidak mencakup seluruh keluarga, hanya sebagian saja. Maka selain mahram keluarga yang
ditetapkan , dia tidak ada hubungan kemahraman.

4.wali dekat atau wali aqrab yaitu ayah dan kalau Tidak ada ayah pindah ke kakek. Keduanya
mempunyai kekuasaan Mutlak kepada anak perempuan yang masih muda yang di dalam
Pengampuannya yaitu untuk menikahkan mereka tanpa harus meminta Persetujuan dari anak
gadisnya atau kekuasaan ini disebut dengan wali Mujbir. Selanjutnya wali jauh atau wali ab‘ad yaitu
wali dalam garis Kerabat selain dari ayah dan kakek.

5.Hukum Walimah Al-‘urs

Orang yang menikah hendaklah mengadakan perayaan menurut kemampuan masingmasing.


Menurut jumhur ulama, hukum mengadakan walimah al-‘urs adalah sunah muakkad. Hal tersebut
didasarkan pada hadis Nabi:

‫وزن نواة من ذهب قال أولم ولو بشاة )رواه البخاري واحمد‬

“Adakanlah (walimah) perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing” (HR. Bukahri dan
Ahmad).

Hukum Menghadiri Walimah Al-‘urs

Dalam Islam, menghadiri undangan merupakan salah satu bentuk kewaji han kita dan Memberi hak
sesama umat Islam lainnya. Hal tersebut didasar kan pada hadis Nabi:

‫عن عبد هلال بن عمر رضي هلال عنهما أن رسول هلال صلى هلال عليوسلم قال إذا دعي أحدكم إلى الوليمة فليأتها ) رواه‬

)‫البخاری و مسلم‬

“Dari Abdullah bin Umar radliallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi Wasallam
bersabda, Jika salah seorang dari kalian diundang ke acara walimahan, hendaklah ia Datang” (HR.
Bukhari dan Muslim).”

Hukum menghadiri undangan walimah al-‘urs adalah wajib bagi orang yang diundang. Hal Tersebut
didasarkan pada sebuah hadis yang berbunyi, “Barangsiapa yang tidak memenuhi Undangan,
sungguh ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya” (HR. Bukhari dan Muslim)”. Dan hadis lain
yang mewajibkan menghadiri undangan walaupun sedang berpuasa,

“Dari Nafi’ ia berkata, aku mendengar Abdullah bin Umar radliallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Penuhilah seruan ini (walimahan) apabila Kalian diundang
untuk mendatanginya. Karena itu, Abdullah bin Umar selalu mendatangi Undangan walimahan
ataupun bukan walimah, sementara ia sendiri sedang berpuasa” (HR. Bukhari).”

Anda mungkin juga menyukai